BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DIAGNOSIS SEHAT
Bab ini memaparkan tentang asuhan keperawatan jiwa diagnosis sehat yaitu kesiapan peningkatan
perkembangan ibu hamil, kesiapan peningkatan perkembangan bayi, kesiapan peningkatan
perkembangan kanak-kanak, kesiapan peningkatan perkembangan pra sekolah, kesiapan
peningkatan perkembangan sekolah, kesiapan peningkatan perkembangan remaja, kesiapan
peningkatan perkembangan dewasa dan kesiapan peningkatan perkembangan lansia.
6
7
diperhatikan oleh suami dan keluarga, ingin selalu bersama dengan suami
e. Berusaha menenangkan diri bila mengalami perubahan perasaan
2. Objektif
a. Areola mamae menghitam
3.1.2.2 Trimester II
1. Subjektif
a. Takut jika suami pergi/meninggalkan rumah dalam waktu relatif lama
b. Merasa senang dan bahagia dengan gerakan janin
c. Mulai merasakan gerakan janin, ngidam makanan/hal lain, berat badan naik rata-rata
2,5 kg per minggu
d. Merasakan ada ikatan dengan janin, merasakan bahwa janin bisa mendengar, melihat
dan merasakan apa yang dilakukan oleh ibu, sering memimpikan bayi, sering
mengajak janin bicara dan mengenalkan suara orang terdekat
e. Menjalin hubungan dengan ibu lain untuk mencari pengalaman dan dukungan, merasa
nyaman dan bangga bila memakai baju hamil, merasa lebih tergantung dengan suami
2. Objektif
a. Perut mulai kelihatan buncit
Ibu hamil mampu memahami karakteristik perkembangan yang normal pada ibu hamil,
memahami karakeristik perkembangan yang menyimpang pada ibu hamil, memahami
cara menyesuaikan diri terhadap perubahan biologis, psikologis dan sosial selama masa
kehamilan
2. Afektif
Ibu hamil merasa bahagia dan menerima kehamilannya
3. Psikomotor
Ibu hamil mampu melakukan tindakan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan
janinnya
2) Trimester II: Mengajak janin berbicara lebih sering sambil mengelus perut ibu,
kenalkan suara orang-orang di sekitar (ayah, kakak, nenek, kakek) secara teratur,
mendengar musik yang lembut, memperdengarkan bacaan kitab suci, tetap menjaga
keseimbangan emosi, tidak mudah marah atau sedih, menghindari berkata dan
berbuat negatif, meyakini ada ikatan dengan janin, merespon gerakan janin dengan
mengusap, menekan dan sedikit menggoyang perut.
3) Trimester III : Lakukan semua tindakan yang dilakukan pada tiga bulan kedua,
sering jalan pagi/olahraga ringan, senam hamil, mengenalkan lingkungan sambil
mengajak janin berbicara, kenalkan janin dengan cahaya: menyenter/mengarahkan
lampu ke perut ibu, makan makanan yang bervariasi rasanya, melakukan setiap
kegiatan dengan hati yang tenang, senang dan ikhlas, lebih sering melakukan
latihan relaksasi, hindari rokok dan alkohol
2. Tindakan Keperawatan Spesialis: -
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik ibu hamil dilakukan oleh Susmiatin, Keliat,
Hastono dan Susanti (2010) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik mampu
meningkatkan kemampuan adaptasi dan stimulasi janin pada ibu hamil.
3.2 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Bayi
3.2.1 Pengertian
Kesiapan peningkatan perkembangan usia bayi adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan
dimana pada usia ini bayi belajar mengembangkan rasa percaya atau tidak percaya terhadap
orang lain. Perkembangan psikososial bayi yang normal adalah proses perkembangan yang ditandai
dengan pemupukan rasa percaya terhadap orang lain, diawali dengan rasa percaya terhadap orang
tua terutama ibu (Keliat dkk., 2015).
c. Usia12 – 18 bulan
1) Latih bayi berjalan mundur, menangkap bola, menendang bola, dan berjalan naik
turun tangga
2) Latih bayi untuk menumpuk balok
3) Latih bayi untuk menyebutkan nama-nama bagian tubuhnya
4) Latih bayi untuk mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2 suku kata
5) Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis
6) Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
7) Beri selimut saat bayi kedingingan
8) Ajak bayi untuk berbicara
9) Panggil bayi sesuai dengan namanya
10) Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda, memperlihatkan
benda berwarna menarik, benda berbunyi)
2. Tindakan Keperawatan Spesialis: -
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik bayi dilakukan oleh Restiana, Keliat dan
Gayatri (2010) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik bayi mampu meningkatkan
kemampuan ibu dalam menstimulasi rasa percaya pada bayi serta Soeli, Keliat dan
Ungsianik (2016) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik bayi mampu
meningkatkan stimulasi dan kemampuan bayi dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya serta tingkat kepercayaan bayi.
3.3.2.2 Minor
1. Subjektif
a. Anak banyak bertanya tentang hal baru/benda asing
b. Anak melakukan kegiatan sendiri
c. Anak mulai bermain dan berkomunikasi dengan orang di luar keluarga
2. Objektif
a. Anak hanya sebentar mau berpisah dengan orang tua
b. Anak menunjukkan rasa suka dan tidak suka
c. Anak mulai mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik kanak-kanak dilakukan oleh Trihadi, Keliat dan
Hastono (2009) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik mampu meningkatkan
kemampuan keluarga dalam memberikan stimulasi perkembangan dini usia kanak-kanak;
Wuryaningsih, Keliat dan Mustikasari (2014) menunjukkan bahwa terapi kelompok
terapeutik kanak-kanak mampu meningkatkan pencapaian tugas perkembangan kemandirian
anak, kemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan anak kanak-kanak secara holistic
(motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, spiritual dan psikososial), serta kemampuan
kader kesehatan jiwa membantu keluarga memfasilitasi perkembangan kemandirian anak
kanak-kanak; serta Nurmaguphita, Keliat dan Putri (2015) menunjukkan bahwa terapi
kelompok terapeutik mampu meningkatkan perkembangan otonomi kanak-kanak serta
meningkatkan kemampuan orang tua dalam menstimulasi kanak-kanak.
3.4.2.2 Minor
1. Subjektif: -
2. Objektif
16
Tindakan keperawatan ners pada keluarga diberikan kepada orang tua dan pengasuh
(care giver) dari anak pra sekolah, kegiatannya yaitu:
a. Jelaskan kepada keluarga tentang perkembangan anak pra sekolah yang normal dan
menyimpang.
b. Diskusikan dengan keluarga mengenai cara memfasilitasi perkembangan psikososial
anak pra sekolah yang normal.
c. Latih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial anak pra sekolah yang
normal
2. Tindakan Keperawatan Spesialis: -
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik anak pra sekolah dilakukan oleh Damayanti,
Keliat, Hastono dan Daulima (2010) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik pra
sekolah mampu meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor ibu serta perkembangan
inisiatif anak pra sekolah; Setyaningsih dan Keliat (2012) menunjukkan bahwa terapi
kelompok terapeutik pra sekolah mampu meningkatkan kemampuan ibu dalam menstimulasi
perkembangan anak pra sekolah dan peningkatan kemampuan inisiatif anak usia pra
sekolah; Ricky, Keliat dan Gayatri (2013) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik
pra sekolah mampu meningkatkan secara bermakna pencapaian aspek perkembangan dan
perkembangan inisiatif pada anak pra sekolah; Reknoningsih, Mustikasari dan Wardani
(2014) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik pra sekolah mampu meningkatkan
perkembangan inisiatif anak usia pra sekolah dan kemampuan ibu dalam melakukan
stimulasi perkembangan; serta Khoirunnisa, Daulima dan Mustikasari (2017) menunjukkan
bahwa terapi kelompok terapeutik pra sekolah mampu meningkatkan perkembangan inisiatif
anak usia pra sekolah dan kemampuan ibu, serta kemampuan kader kesehaan jiwa dalam
melakukan stimulasi perkembangan anak pra sekolah.
18
3.5.2.2 Minor
1. Subjektif
Mengekspresikan kemarahan, menunjukkan perasaan marah, senang, takut dan sedih
2. Objektif
Menggambar, menulis tegak bersambung, menggambar dan menggunting pola
3.5.3.3 Afektif
1. Anak mampu mengekspresikan perasaan
2. Anak mampu mengungkapkan kesalahan
3. Anak merasa bahagia terhadap kebaikan yang pernah dilakukan
4. Anak merasa puas terhadap keberhasilan yang dicapai
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik anak sekolah dilakukan oleh Walter, Keliat,
Hastono dan Susanti (2010) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik sekolah
meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotor dan perkembangan industri pada anak
sekolah; Istiana, Keliat dan Nuraini (2011) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik
sekolah meningkatkan perkembangan mental anak sekolah; Sunarto, Keliat dan Pujasari
(2011) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik sekolah meningkatkan pengetahuan,
psikomotor dan perkembangan industri pada kelompok anak, orang tua dan guru; Cleodora,
Mustikasari dan Gayatri (2016) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik sekolah
meningkatkan self-efficacy anak sekolah dalam menghadapi bencana gempa bumi dan
tsunami; Gowi dan Keliat (2012) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik sekolah
meningkatkan perkembangan anak sekolah; Kusumawati, Keliat dan Putri (2016)
menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik sekolah meningkatkan perkembangan anak
sekolah; Susanti, Hamid dan Putri (2016) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik
sekolah meningkatkan pencapaian tugas perkembangan industri pada anak usia sekolah;
Wetik, Mustikasari dan Putri (2016) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik
sekolah meningkatkan perkembangan anak sekolah; Noviyanti, Keliat dan Mustikasari
(2018) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik sekolah meningkatkan
21
perkembangan karya dalam pencegahan perundungan; serta Nova, Keliat dan Mustikasari
(2018) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik sekolah meningkatkan
perkembangan industri anak sekolah dengan pemberdayaan pelaku rawat, guru dan kader
kesehatan.
3.6.2.2 Minor
1. Subjektif
a. Bersosialisasi dengan baik dan menerapkan norma-norma yang berlaku di tempat
tinggal
b. Menyampaikan pendapat dan penolakan secara asertif
2. Objektif
a. Berperilaku santun, menghormati orang tua dan orang sekitar
b. Memiliki prestasi yang berarti dalam hidup
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik remaja dilakukan oleh Bahari, Keliat, Gayatri
dan Daulima (2010) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik remaja meningkatkan
perkembangan identitas diri remaja; Dinarwiyata, Mustikasari dan Setiawan (2014)
menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik remaja mampu mengendalikan emosi
marah pada remaja; Fernandes, Keliat dan Daulima (2014) menunjukkan bahwa terapi
kelompok terapeutik remaja meningkatkan kemampuan remaja dalam menstimulasi
perkembangan identitas diri; serta Hasanah, Hamid dan Daulima (2015) menunjukkan
bahwa terapi kelompok terapeutik remaja meningkatkan aspek dan tugas perkembangan
identitas diri remaja.
3.7 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Dewasa Muda
3.7.1 Pengertian
Perkembangan tahap dewasa muda adalah tahap perkembangan pada usia 19-30 tahun dimana
tahapan perkembangan individu mampu melakukan interaksi yang akrab dengan orang lain,
terutama lawan jenis, dan mempunyai pekerjaan. Pada tahap ini, individu mencoba untuk mandiri
dan mencukupi kebutuhan dirinya dengan bekerja. Interaksi yang dilakukan mengarah pada bekerja,
perkawinan, dan mempunyai keluarga yang menjadi bagian dari masyarakat (Keliat, dkk., 2015).
3.7.2.2 Minor
1. Subjektif
a. Meningkatkan kemampuan
b. Melakukan aktivitas mandiri
2. Objektif
a. Berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat
b. Memiliki ide yang kreatif dan inisiatif objektif
24
Tindakan keperawatan ners pada keluarga diberikan kepada teman, pasangan dan anggota
keluarga dari dewasa muda, kegiatannya yaitu:
a. Jelaskan kepada keluarga tentang perkembanga dewasa muda yang normal dan
menyimpang.
b. Diskusikan dengan keluarga mengenai cara memfasilitasi perkembangan psikososial
dewasa muda yang normal.
c. Latih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial dewasa muda yang
normal.
2. Tindakan Keperawatan Spesialis: -
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik dewasa dilakukan oleh Agustine, Keliat dan
Daulima (2012) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik dewasa meningkatkan
perkembangan intimasi pada mahasiswa Akademi Keperawatan Kabupaten Subang.
3.8.2.2 Minor
1. Subjektif
a. Meningkatkan kemampuan
b. Melakukan aktivitas mandiri
2. Objektif
a. Berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat
b. Memiliki ide yang kreatif dan inisiatif objektif
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik dewasa dilakukan oleh Agustine, Keliat dan
Daulima (2012) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik dewasa meningkatkan
perkembangan intimasi pada mahasiswa Akademi Keperawatan Kabupaten Subang.
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang utuh. Pemahaman
terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha menuntun generasi berikutnya
(anak dan cucu) berdasarkan sudut pandangnya. Lansia yang tidak mencapai integritas diri akan
merasa putus asa dan menyesali masa lalunya karena tidak merasakan hidupnya bermakna (Keliat,
dkk., 2015).
3.9.2.2 Minor
1. Subjektif
a. Menerima dan menyesuaikan kematian pasangan
b. Menyiapkan diri menerima datangnya kematian
2. Objektif
a. Melaksanakan dan mengikuti kegiatan agama secara rutin
b. Merasa dicintai dan berarti dalam keluarga
3.9.3 Tujuan Asuhan Keperawatan
3.9.3.1 Kognitif
1. Mampu memahami ciri perkembangan usia lansia yang normal dan menyimpang
2. Mampu menilai kehidupan berarti
3. Mampu memahami nilai dan keunikan orang lain
4. Mengetahui cara untuk meningkatkan ibadah
3.9.3.2 Afektif
1. Menerima datangnya kematian
2. Merasa berarti dalam hidup
3. Merasa dicintai dan berarti dalam hidup
3.9.3.3 Psikomotor
1. Melakukan kegiatan ibadah secara rutin
2. Melakukan kegiatan bersama masyarakat
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik lansia dilakukan oleh Guslinda, Keliat dan
Widiatuti (2011) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik lansia meningkatkan
kemampuan adaptasi dan perkembangan integritas diri lansia; Pase, Keliat dan Pujasari
(2013) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik lansia meningkatkan integritas diri
lansia; Lestari, Mustikasari dan Daulima (2014) menunjukkan bahwa terapi kelompok
30
3.10.2.2 Minor
1. Subjektif
a. Kurang dapat menjawab pertanyaan sesuai kehendak perawat
b. Menanyakan sesuatu topic
c. Kurang terintegrasi rencana tindakan ke dalam kegiatan sehari-hari (kurang dapat
berpartisipasi)
2. Objektif
a. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
b. Menunjukkan perilaku berlebihan
c. Selama wawancara dapat duduk tidak bisa tenang dan tampak ketertarikan untuk
mendengarkan
d. Menampikan secara tidak tepat perilaku sehat yang diinginkan atau yang sudah
ditentukan
e. Ketidakakuratan mengikuti perintah