Anda di halaman 1dari 10

EPIDEMIOLOGI KARIES

Definisi
Cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk menentukan beberapa susunan pola
penyakit (karies) yang terjadi dalam kelompok populasi tertentu. (Dewanto, 1993:98)
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari keadaan kesehatan dan penyakit suatu kelompok
masyarakat (populasi), bukan pada individu. Problemnya dilihat secara menyeluruh yang akan mencoba
menjabarkan besarnya persoalan tersebut, mempelajari penyebabnya, dan memperhitungkan
ketepatan strategi pencegahan dan penatalaksaannya.

Kepentingan
1. Penyakit gigi (karies) sangat bervariasi dari daerah satu ke daerah lain
2. Menggambarkan pola-pola penyakit untuk penanggulangan dengan cara perencanaan program
pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
(Dewanto, 1993:99)

Faktor yang berpengaruh


1. Lingkungan dan Gaya Hidup
 Kondisi rongga mulut (oral hygiene)
 Kebiasaan konsumsi alcohol, obat-obatan tertentu, merokok, dan pola diet.
2. Metode Epidemiologis
 Pengamatan secara terencana dan teratur/ observasi sistematis pada manusia (rongga mulut) dalam
hubungan kejadian karies
3. Tipe Studi Epidemiologi
 Deskriptif: menjelaskan pola kejadian karies yang ada hubungannya dengan sifat (umur, jenis kelamin,
sosioekonomi, dsb) di populasi tersebut
 Analitik: distribusi keadaan yang berhubungan dengan faktor lain (biasanya berupa penentuan etiologi
penyakit). Contoh: fluoridasi air minum terhadap distribusi karies dalam polpulasi tertentu.
4. Guna Studi Epidemiologi
 Pengumpulan data untuk menjelaskan proses biologi normal. Contoh: pathogenesis karies
 Pengujian hipostesis untuk pencegahan dan pengawasan melalui studi-studi khusus dalam populasi.
 Perencanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan.
5. Kaitan Epidemiologi dengan Praktisi (Klinisi)
 hasil penelitian epidemiologi dapat membantu dokter gigi untuk menemukan faktor risiko dan
penanggulangan penyakit tertentu (karies) pada seorang pasien.
6. Mengukur Kondisi Penyakit Gigi dan Mulut
6.1 Prevalensi: Jumlah kasus dari suatu keadaan (karies) yang dapat ditentukan pada waktu tertentu
6.2 Insiden: Jumlah kasus baru dari suatu keadaan (karies) yang dapat terjadi dalam jangka waktu tertentu
(biasanya tiap tahun)
6.3 Keparahan (severity): Tingkat insidensi suatu keadaan (karies) dalam kelompok populasi terhadap suatu
anomali kasus karies (biasanya diwujudkan dalam istilah indeks)
6.4 Indeks: Sebuah angka/bilangan yang digunakan sebagai indikator untuk menerangkan suatu keadaan
tertentu atau sebuah rasio proporsional yang dapat disimpulkan dari sederetan observasi/pengamatan
yang terus-menerus.
(Dewanto, 1993:101-111)

Syarat ideal indeks


1. Jelas, sederhana (mudah di ingat), dan objektif.
2. Sahih (valid)
3. Reliable/handal atau dapat dipercaya
4. Mampu ukur
5. Peka (mampu mendeteksi pergeseran kecil yang layak)
6. Dapat diterima
(Dewanto, 1993:113)

Tujuan indeks
Penilaian yang diberikan seragam dengan cara/metode yang seragam (standarisasi) untuk
mendapatkan hasil objektif.

Manfaat indeks
1. Membedakan keadaan klinis dari masyarakat pada saat yang sama atau pada saat yang lain.
2. Melihat kemajuan/kemunduran dari kesehatan gigi masyarakat

Indeks yang di gunakan untuk survey kesehatan gigi (kaitannya dengan epidemiologi karies):
1. Indeks karies gigi (untuk menunjukkan klinis penyakit karies gigi), menurut Klein dan Palmer.
 di buat untuk menilai karies (Sriyono,__:65)
a) Untuk gigi permanen: Indeks DMF-T (DMF-Teeth)
D = Decay : Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
M = Missing : Jumlah gigi tetap yang telah/harus (indikasi) di cabut karena karies
F = Filling : Jumlah gigi yang telah ditambal
b) Untuk gigi desidui: Indeks def-t (def-teeth)
d = decay : Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
e = ekstoliasi : Jumlah gigi susu yang telah/harus (indikasi) di cabut karena karies
f = filling : Jumlah gigi yang telah ditambal
 Kekurangan Indeks Karies Gigi
a) Untuk Indeks DMF-T:
1. Tidak dapat menggambarkan banyaknya karies yang sebenarnya. Jika pada gigi terdapat dua karies atau
lebih, karies yang dihitung adalah tetap satu gigi. Oleh karena itu ada pula indeks DMF-S (DMF-Surface)
2. Indeks DMF-T tidak dapat membedakan kedalaman dari karies, misalnya karies superficial, media, dan
profunda
b) Untuk indeks def-t:
1. e = ekstoliasi/ekstraksi, seharusnya dapat menunjukkan jumlah gigi yang dicabut karena karies. Pada
gigi susu kadang-kadang gigi yang tidak ada disebabkan lepas sendirinya karena faktor fisiologis
(ekstoliasi), bukan karena karies.
 Kelebihan Indeks Karies Gigi
a) mengetahui keadaan kesehatan gigi masyarakat, misalnya:
 mengetahui jumlah karies menurut umur
Jumlah yang diperiksa Umur D M F DMF DMF Rata-rata
5 20-24 4 6 0 10 10/5=2
4 25-29 5 2 4 11 11/4=2,25
7 30-34 7 4 5 16 16/7=2,45
5 35-44 8 4 6 18 18/5=3,60

 mengetahui peningkatan jumlah karies dalam waktu tertentu


 mengetahui hubungan antara karies dengan data yang lain
b) membuat rencana program, misalnya: menentukan jumlah tenaga, alat, bahan, anggaran belanja, waktu
yang diperlukan untuk pelaksanaan program.
misal: dari sejumlah 400 anak yang di survey, didapatkan angka rata-rata DMF per anak=2,5 dengan
D=2, M=0,25, F=0,25, berarti:
 jumlah tambalan yang harus dilakukan: 400 anak x 2 = 800 tambalan
 jika satu tambalan memerlukan waktu 20 menit, untuk 800 tambalan diperlukan waktu: 800 tambalan x
20 menit = 16.000 menit = 266,7 jam ≈ 267 jam
 jumlah pencabutan yang harus dilakukan: 400 anak x 0,25 = 100 pencabutan
 jika satu pencabutan memerlukan waktu 5 menit, untuk 100 pencabutan diperlukan waktu 100
pencabutan x 5 menit = 8,33 jam ≈ 9 jam
c) melaksanakan program evaluasi (misalnya pelaksanaan usaha fluoridasi)
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan indeks DMF-T atau def-t (WHO, 1987; WHO, 1997):
1. apabila ada gigi yang ditambah sementara, maka gigi tersebut dimasukkan kriteria D atau d
2. apabila sebuah gigi mempunyai 1 atau lebih tambalan pada permukaannya, sedangkan permukaan lain
karies, maka gigi tersebut dimasukkan kriteria D atau d.
3. apabila ada gigi yang telah ditambal dan timbul karies sekunder di sekelilingnya,maka gigi tersebut di
masukkan kriteria D atau d.
4. apabila ada tambalan preventif misalnya fisur silen, maka gigi tersebut tidak dimasukkan kriteria F atau
f.
5. apabila ada tambalan crown, maka gigi tersebut tidak dimasukkan kriteria F atau f.
6. menghadapi gigi sulung yang telah hilang harus hati-hati, terutama pada anak-anak karena hilangnya
gigi tersebut mungkin karena telah tanggal secara normal atau di cabut bukan karena karies, sedangkan
keterangan anak sulit untuk dipercaya.
Kriteria DMF-T menurut WHO
0,0 - 1,1 sangat rendah
1,2 - 2,6 rendah
2,7 - 4,4 Sedang
4,5 - 6,5 Tinggi
6,6 - 7 sangat tinggi

PLAQUE INDEX
Gigi yang dilibatkan adalah 16, 22, 24, 36, 42, dan 44.

PI = Jumlah nilai PI untuk gigi


Banyaknya gigi yang diperiksa

Criteria penilaian:
0 = tidak ada plak pada daerah gingival
1 = selapis tipis plak melekat pada tepi gingival dan daerah yang berdekatan dengan gigi
2 = pengumpulan deposit lunak
3 = banyaknya deposit lunak yang disertai pocket gingival

GINGIVAL INDEX
 Dibuat oleh Loe dan Silness
 The Gingival Index (GI) was developed by Loe and Silness to describe the clinical severity of
gingival inflammation as well as its location.
 Teeth examined:
(1) maxillary right first molar 16
(2) maxillary right lateral incisor 12
(3) maxillary left first bicuspid 24
(4) mandibular left first molar 36
(5) mandibular left lateral incisor 32
(6) mandibular right first bicuspid 44
 Surfaces examined on each tooth:
(1) buccal
(2) lingual
(3) mesial
(4) distal
 Menggunakan kaca mulut dan probe dengan ujung tumpul
 GI gigi didapat dari jumlah skor sekeliling gigi dibagi 4
 GI Individu didapat dari penjumlahan GI gigi dibagi gigi yang diperiksa
 Kriteria GI
Appearance Bleeding Inflammation Points
Normal no bleeding None 0
slight change in color
and mild edema with
no bleeding Mild 1
slight change in
texture
redness, hypertrophy, bleeding on
Moderate 2
edema and glazing probing/pressure
marked redness,
spontaneous
hypertrophy, edema, Severe 3
bleeding
ulceration

Average Gingival Index Interpretation


2.1 - 3.0 severe inflammation
1.1 - 2.0 moderate inflammation
0.1 - 1.0 mild inflammation
< 0.1 no inflammation

Cara menghitung GI
a) Gingival Index for a specific tooth
AVERAGE (points for the 4 surfaces)
b) Gingival Index for type of tooth (first molar, first bicuspid, lateral incisor)
AVERAGE (Gingival Indices for the 2 teeth)
c) gingival index for patient
AVERAGE (Gingival Indices for all 6 teeth)

ORAL HYGIENE INDEX - SIMPLIFIED


Indeks untuk melihat kebersihan mulut banyak digunakan secara meluas dan sederhana.
Ditemukan oleh Greene dan Vermillion.
SELECTION OF TOOTH SURFACES
The six surfaces examined for the OHI-S are selected from four posterior and two anterior teeth.
 In the posterior portion of the dentition, the first fully erupted tooth distal to the second bicuspid (15),
usually the first molar (16) but sometimes the second (17) or third molar (18), is examined. The buccal
surfaces of the selected upper molars and the lingual surfaces of the selected lower molars are
inspected.
 In the anterior portion of the mouth, the labial surfaces of the upper right (11) and the lower left
central incisors (31) are scored. In the absence of either of this anterior teeth, the central incisor (21 or
41 respectively) on the opposite side of the midline is substitted.
Terdiri dari 2 bagian :
DEBRIS INDEX – SIMPLIFIED ( DI-S )
Criteria for classifying debris
Scores Criteria
0 No debris or stain present
1 Soft debris covering not more than one third of the tooth surface, or
presence of extrinsic stains without other debris regardless of surface
area covered
2 Soft debris covering more than one third, but not more than two
thirds, of the exposed tooth surface.
3 Soft debris covering more than two thirds of the exposed tooth
surface.

CALCULUS INDEX – SIMPLIFIED ( CI-S )


Criteria for classifying calculus
Scores Criteria
0 No calculus present
1 Supragingival calculus covering not more than third of the exposed
tooth surface.
2 Supragingival calculus covering more than one third but not more
than two thirds of the exposed tooth surface or the presence of
individual flecks of subgingival calculus around the cervical portion of
the tooth or both.
3 Supragingival calculus covering more than two third of the exposed
tooth surface or a continuos heavy band of subgingival calculus
around the cervical portion of the tooth or both.

CARA MENGHITUNG OHI - S


 Skor DI-S individu
didapat dari jml skor debris permukaan yg diperiksa dibagi dg permukaan yg diperiksa.
 Skor CI-S individu
didapat dr jml skor kalkulus permukaan yg diperiksa dibagi dg permukaan yg diperiksa
OHI – S = DI-S + CI-S
 Sedangkan kebersihan mulut bila dihub dg OHI-S index adalah
0.0 – 1.2 Baik
1.3 – 3.0 Sedang
3.1 – 6.0 Buruk

PREVALENSI DAN INSIDEN


Untuk mengetahui kejadian penyakit atau masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat, harus
mempunyai alat atau metode yang dapat dipakai untuk mengukur jumlah suatu penyakit pada individu
dan masyarakat. Ukuran yang bisa dipergunakan pada penyakit gigi dan mulut adalah :
Prevalensi
Prevalensi adalah frekuensi suatu penyakit pada suatu jangka waktu tertentu di kelompok
masyarakat tertentu.

Insiden
Insiden adalah frekuensi timbulnya penyakit – penyakit baru selama satu jangka waktu disatu kelompok
masyarakat tertentu.
Contoh :
SD 01, DMF rata - rata Tahun 1998 = 2,24
SD 01, DMF rata - rata Tahun 1999 = 2,35
Maka insiden karies pada SD01dari tahun 1998-1999 adalah DMF rata - rata Tahun 1999 - DMF rata -
rata Tahun 1998.
2,35 – 2,24 = 0,11
Berarti dalam 1 tahun, terjadi peningkatan 0,11 di sd tersebut.

PREVENSI KARIES GIGI


Terjadinya karies terdapat factor-faktor predisposisi. Dalam rangka prevensi karies dapat
dibedakan empat kategori factor:
1. Struktur dan susunan gigi geligi
- Makro morfologi elemen; yaitu bentuk fisura yang tidak menguntungkan menyebabkan karies.
- Susunan kimiawi email; sebetulnya hanya dipengaruhi positif oleh penawaran fluoride.
2. Lingkungan elemen gigi-geligi
- Ludah  kapasitas buffer, komponen antibacterial
- Factor bacterial
- Factor makanan  substrat untuk bakteri
- Pembersihan
3. Factor sosial dan perilaku
Secara singkat, karies mungkin merupakan suatu penyakit multikausal dimana banyak jalan untuk
memberantas yang ditentukan oleh tindakan pasien.
4. Factor genetik

Penggunaan Fluor Sebagai Upaya Preventif


1. Obat kumur
 Obat kumur kosmetik
- Membersikan sisa-sisa makanan
- Menghilangkan bau nafas sementara
- Membunuh bakteri
- Menyegarkan mulut
 Obat kumur terapi
- Memiliki semua kelebihan obat kumur kosmetik
- Mempunyai bahan aktif yang dapat melindungi dari penyakit mulut
- Terdapat 2 jenis  Antiplaque (kurang efektif) dan anticavity (membasmi 50% bakteri penyebab
kavitas)
 Pro :
- Menjaga kesehatan gingiva
- Membunuh bakteri
- Memberikan rasa segar
- Mencegah gigi berlubang
 Kontra :
- Gigi dapat berubah warna (stain)
- Jaringan mulut kering
- Sensasi burning
- Ulserasi
2. Varnish
Material yang dapat melekat pada gigi, tersusun dari flouride konsentrasi tinggi yang cepat
kering dan alkohol based solution.
 Cara pemberian topikal flouride yang paling efektif pada anak-anak, dapat mencegah dan
mengembalikan karies awal
 Vanish dapat memberikan kebutuhan flouride di permukaan gigi lebih efektif, 25%-75% karies
berkurang karena penggunaan fluride varnish
 Aplikasi : Mengoleskan pada permukaan gigi  Kemudian fluride varnish akan mengeras dengan
dibantu oleh saliva
 Mekanisme : Mencegah gigi berlubang dengan cara menguatkan komposisi mineral pada gigi,
mendukung proses remineralisasi, dan mengeluarkan flouride dalam waktu yang lama
 Flouride varnish lebih dapat dikontrol dosisnya karena sedikit bahan yang tertelan saat pen-aplikasian.
(menghindari dari fluorosis)
3. Pasta gigi
Mengandung sodium flouride  gigi lebih resisten dari kebusukan dengan bakteri
4. Gel Flouride
Mengandung sodium flouride, pemakian setelah sikat gigi dan sebelum tidur

Penggunaan Fluoride
1. Pada waktu hamil
 Tidak berguna karena hal ini tidak menyebabkan konsentrasi pada serum fetus, tetapi bagi gigi-gigi
calon ibu, florida dapat berguna.

2. 0 - 5 tahun
 Hanya digunakan tablet fluorida (@ 0,25 mg dalam bentuk natrium florida) dan pasta gigi anak-anak
berfluorida.
 Tablet digunakan tersebar sepanjang hari, sekaligus tidak boleh lebih dari satu.
 Dimulai sedini mungkin
 Bila telah ada gigi dan geraham, tablet dihisap atau dikunyah
 Penggunaan tablet selalu setelah menggosok gigi.
3. 4 - 6 tahun
 Penggunaan tablet diteruskan, digunakan tersebar sepanjang hari, dihisap atau dikunyah.
 Disamping tablet juga digunakan pasta gigi dengan fluorida 0,1mg (1/2 g = ½ cm, tidak lebih).
 Karena penghambatan karies pasta adalah besar (lihat yang terdahulu), merupakan kepentingan
umum karena praktis dan semua orang bersedia menerapkannya.
4. 6 - 12 tahun
 Bila perlu empat kali tiap hari satu tablet, juga melanjutkan penggunaan pasta gigi berfluorida.
 Bila disekolah terdapat program berkumur, orang tua harus merangsang anak-anak untuk ambil
bagian, karena tablet makin sering dilupakan.
 Menyuruh anak-anak berkumur dengan larutan fluorida 0,1% setelah tiap konsultasi ke dokter gigi.
5. 12 - 18 tahun
 Penggunaan pasta gigi diteruskan
 Bila berkumur dilakukan di sekolah, partisipasi distimulasi.
 Aplikasi lokal menurut indikasi, artinya bila dijumpai lesi awal.
6. > 18 tahun
 Selama masih terjadi lesi karies baru kelihatannya lebih baik meneruskan program sbg pada umur
12 – 18 tahun.
 Berkumur dengan larutan fluorida 0,1% setiap kali seminggu (atau 0,01% tiap hari).

Tabel 13.2 Program Standar untuk Profilaksis Fluorida


Umur Tindakan fluorida
(tahun)
0 8 tetes Fluor A-D atau 1 tablet @ 0,25 mg F, jangan keduanya.
1 Pasta gigi anak berfluorida (0,025% F) dan 8 tetes Fluor A-D
atau 1 tablet.
2 2 tablet fluorida dan pasta gigi anak berfluorida.
3 3 tablet fluorida dan pasta gigi anak berfluorida (0,1% F).
4 dan lebih 4 tablet fluoride dan pasta gigi berfluorida. Disamping itu turut
program fluoride di sekolah. Bila perlu dalam praktek-rumah
atau gel-dalam-sendok atau aplikasi cairan.
13 s/d 18 Pasta gigi berfluorida dan bila sebelumnya menggunakan tablet,
penggunaan diteruskan. Bila banyak timbul karies baru, maka
pada praktek-rumah gel-dalam-sendok atau aplikasi cairan.
> 18 Pasta gigi berfluorida
Bagaimanapun pembatasan makanan kecil dan kesehatan mulut yang baik.
Daftar Pustaka

1. Dewanto, Harkati. 1993. Aspek-aspek epidemiologi maloklusi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
2. Herijulianti, Eliza, dkk. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC
3. Houwink, B, dkk. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
4. Rr, Pudentia Retno. 2008. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut Di Puskesmas. Jakarta:Trans Info Media
5. Srigupta, Aziz Ahmad. 2004. Panduan Singkat Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.

Anda mungkin juga menyukai