PROMOSI KESEHATAN
Oleh:
Dea Koesmawati (5117052)
Titan Cahya Agustia (5117049)
Dineu Agustini K (5117051)
Yunus Oktomega Mboi (5117050)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan zat Adiktif (NAPZA) merupakan istilah yang
sudah tidak asing lagi ditelinga kita. NAPZA kerap disebut juga dengan istilah narkoba
yang merupakan kependekan dari narkotika, psikotropika dan bahan brbahaya lain.
Sebenarnya narkoba adalah senyawa-senyawa yang cukup banyak diperlukan di dalam
dunia kesehatan, industri dan rumah tangga. Sebagian besar senyawa narkoba bersifat
mempengaruhi kerja system otak. Oleh karena itu, penggunaannya harus memenuhi
aturan-aturan tertentu sebagaimana telah ditetapkan didalam Undang-Undang kesehatan.
Sebagaimana obat yang bekerja pada system saraf, pemakaian narkoba dapat
menimbulkan berbagai macam pengaruh, mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat.
Pengaruh, mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat. Pengaruh yang ringan,
misalnya rasa mengantuk dan rasa santai. Pengaruh yang berat, misalnya pingsan, mabuk,
dan mengantuk dan bahkan mati. Oleh karena itu, narkoba tidak bisa dikonsumsi
seberangan tanpa sepengetahuan tenaga medis atau tenaga kesehatan. (Ida Listyarini H,
2004).
Menghindari dari NAPZA akan sangat bermanfaat sekali, karena zat tersebut akan
merusak seluruh tubuh sehingga menyebabkan tidak sehat. . Selain itu juga akan
menimbulkan penyakit jantung, kanker, dan kemunduran mentalitas. Kerusakan susunan
saraf juga merupakan dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaaan napza ini.
Masalah rokok dan Narkotik serta bahan berbahaya lainnya merupakan masalah yang
sangat komplek saat ini. Rokok merupakan salah satu pemicu terjadinya masalah
penyalahgunaan narkotik dan bahan berbahaya tersebut. Mengingat rokok bisa memicu
terjadinya masalah penyalahgunaan napza, maka janganlah memulainya apabila anda ingin
sehat. Dampak lain yang banyak mengancam remaja Indonesia adalah kehancuran masa
depan mereka. Karena pengaruhnya pada susunan saraf, sehingga secara tidak langsung
mempengaruhi juga daya ingat dan intelektual.
1
1.2 Analisis Situasi
Menurut World Drugs Reports 2018 yang diterbitkan United Nations Office on
Drugs and Crime (UNODC), menyebutkan sebanyak 275 juta penduduk di dunia atau
5,6 % dari penduduk dunia (usia 15-64 tahun) pernah mengonsumsi narkoba. Sementara
di Indonesia, BNN selaku focal point di bidang Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) mengantongi
angka penyalahgunaan narkoba tahun 2017 sebanyak 3.376.115 orang pada rentang usia
10-59
Sedangkan
tahun. angka penyalahgunaan Narkoba di kalangan pelajar di tahun 2018 (dari
13 ibukota provinsi di Indonesia ) mencapai angka 2,29 juta orang. Salah satu kelompok
masyarakat yang rawan terpapar penyalahgunaan narkoba adalah mereka yang berada
pada rentang usia 15-35 tahun atau generasi milenial.
Prevalensi penggunaan narkoba yang merupakan salah satu zat dari NAPZA sangat
besar di kalangan para pelajar,oleh karena itu, dibutuhkan pendidikan mengenai bahaya
penggunaan NAPZA kepada seluruh pelajar yang ada di Indonesia agar mereka
menyadari bahwa penggunaan narkoba tidak mempunyai manfaat sama sekali dan malah
merusak kesehatan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu melakukan penyuluhan
kepada siswa,yang merupakan salah satu dari Tridharma Perguruan Tinggi yaitu
pengabdian masyarakat,maka mahasiswa Stikes Rajawali melakukan penyuluhan terkait
bahaya NAPZA kepada siswa SMK Perjuangan.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1 Pengkajian
a. Participant observation
Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan kembali agar dapat
digunakan sebaik mungkin, data yang di peroleh di antaranya:
3
Ruangan atau sarana prasarana yang dapat di gunakan pada sekolah yang
bersangkutan.
2.2 Advokasi
4
8. Berani (courage): seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi
kepada para pejabat, harus mempunyai keberanian berargumentasi dan
berdiskusi dengan para pejabat yang bersangkutan.
9. Hati-hati ( contious): meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan tidak boleh
keluar dari etika berkomunikasi dengan para pejabat, hindari sikap "menggurui"
para pejabat yang bersangkutan.
10. Sopan (courteous): disamping hati-hati, advokator harus bersikap sopan, baik
sopan dalam tutur kata maupun penampilan fisik, termasuk cara berpakaian.
Advokasi yang dilakukan saat akan melakukan promosi kesehatan yaitu dengan
melakukan pendekatan kepada kesiswaan selaku pemegang kekuasaan disekolah,
kemudian cara penerapan advokasi nya kepada siswa yaitu dilakukan presentasi
mengenai NAPZA.
2.3 Perencanaan
2.4 Pelaksanaan
A. Persiapan Tindakan
5
B. Persiapan Pasien
Siswa yang mengikuti kegiatan promosi kesehatan mengenai NAPZA dipilih
untuk menjadi sampel dalam pemeriksaan NAPZA, kemudian diberi tempat
penampung urine dan di dampingi untuk pengambilan urinenya oleh petugas yang
melaksanakan promosi kesehatan.
C. Proses Pemeriksaan
A. Persiapan Tindakan
B. Pemeriksaan Urine
siswa yang akan diambil urinenya merasa takut karena takut ditemukan adanya
kesehatan.
diberikan penjelasan secara rinci atau diberikan informed consent. Ada beberapa
kendala dalam pengambilan sampel urine yaitu siswa belum ingin melakukan
buang air kecil, kemudian kurang memahami mengenai urine pancaran tengah
(midstream) yang harus ditampung. Untuk mengatasi hal tersebut, mahasiswa harus
lebih memberikan pemahaman mengenai sampel urine yang baik dan cara
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang laporan di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Humas BNN. 2019. Pengertian narkoba dan bahaya narkoba bagi kesehatan (diakses tanggal 23
januari 2019)
Minkler, M. Ed. Community Organizing & community Builing For Health. Rutgers State
University Press, 1997
Chairulars. 2012. Strategi Dan Kegiatan Promosi Kesehatan. (diakses tanggal 23 januari)
Depkes RI. (2000). Pedoman Terapi Pasien Ketergantngan Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya.
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta.
9
LAMPIRAN 1
PLAN OF ACTION
No Kegiatan Bulan ke
Ke 1 Ke 2 Ke 3
(Novem (Desember) (Januari)
ber)
1. Penyusunan SAP dan
materi Penyuluhan
2. Pendekatan dengan
kesiswaan
3. Penyuluhan “Promosi
Kesehatan” +
pemeriksaan sampel
4. Penyusunan Laporan
10
LAMPIRAN 2
11
LAMPIRAN 3
PETA WILAYAH
12
LAMPIRAN 4
2. Perkenalan
3. Penjelasan maksud dan tujuan
13
IV. Metode Ceramah
V. Bahan dan Alat I. Kegiatan penyuluhan:
- Leaflet
- Power point
- Pot Urine
- Label
- Spidol
- Rapid Test
VI. Rincian Kegiatan Terlampir
VII. Materi A. Pengertian
14
ZAT ADIKTIF lainnya yaitu zat-zat yang mengakibatkan
ketergantungan (aseton, thinner cat, lem). Zat-zat tersebut
sangat berbahaya karena bisa mematikan sel-sel otak. Zat
adiktif juga termasuk nikotin (tembakau) dan kafein (kopi).
Faktor Keluarga
Faktor Kepribadian
Faktor Kelompok
C. Tanda dan gejala ketergantungan obat
15
dapat mendapatkan obat yang dibutuhkan, melakukan tindak
kekerasan.
16
VIII. Referensi 1. Depkes RI. (2000). Pedoman Terapi Pasien
Ketergantngan Narkotika dan Zat
2. Adiktif Lainnya. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Depkes RI. Jakarta.
3. Imran, (1999). Narkoba dan Remaja. Penerbit: PKBI
Bandung
4. Margono, Hendy (2002). Gangguan Mental Prilaku
Akibat Penggunaan Zat
5. Psikoaktif. Kumpulan Catatan Kuliah Ilmu Keperawatan
Jiwa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
17
LAMPIRAN 5
LEAFLET
18
LAMPIRAN 6
DOKUMENTASI GAMBAR
19