MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hematoogi III
Dosen : Dr. Betty N., M.Si
Disusun oleh :
Arthadea Lascha Putri 5117008
Dewi Novitasari 5117019
Fhadliana Alfani 5117025
Gina Asyukurilah Nur A. 5117030
Maulana Jamjuri 5117036
Penulis sadar dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari semua pihak khususnya yang membaca makalah ini demi
tercapainya perbaikan dan kesempurnaan makalah ini serta dalam penulisan-
penulisan karya ilmiah selanjutnya.
Semoga apa yang tersaji dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri khususnya, serta bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
defisiensi besi menemukan bahwa besi serum rendah terjadi padasekita 14% wanita
dewasa dan 5% laki-laki dewasa, dan anemia terjadi pada sekitar 4-6% wanita dan
3% laki-laki. Diperkirakan bahwa 10-30% dari populasi dunia mengalami
kekurangan zat besi.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi anemia defisiensi besi.
2. Untuk mengetahui gejala-gejala klinik dari anemia defisiensi besi.
3. Untuk mengetahui etiologi/penybab anemia defisiensi besi.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari anemia defisiensi besi.
5. Untuk mengetahui pencegehan dan prognosis dari anemia defisiensi besi.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis pemeriksaan untuk anemia defisiensi besi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
zat non-gizi (mis., Es, tusuk gigi kayu, kapur, atau kotoran) memiliki hubungan
yang terdokumentasi dengan baik dengan kekurangan zat besi. Mungkin kebiasaan
yang menyebabkan kekurangan zat besi dengan mengganti sumber makanan zat
besi atau menghambat penyerapan atau zat besi. Namun, banyak bukti
menunjukkan bahwa defisiensi besi biasanya merupakan kejadian utama dan
konsekuensi pica. Pica dapat terjadi pada sebanyak setengah dari pasien yang
kekurangan zat besi.
4
5. Kehilangan zat besi patologis pada pria dewasa dan wanita pascamenopause
dengan defisiensi besi. Diperlukan evaluasi perdarahan okultisme yang
abnormal, terutama perdarahan gastrointestinal (GI).
5
vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg
dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-
buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan
50 - 80 % vitamin C akan rusak.Mengurangi konsumsi makanan yang bisa
menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat, tannin.
f. Pengobatan Anemia Defisiensi Besi
Sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis langkah baru dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, salah satu pilihannya adalah mengkonsumsi tablet
tambah darah. Telah terbukti dari berbagai peneltian bahwa suplemen zat besi
dapat meningkatkan hemoglobin.
6
Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun
b. Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
c. Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun
d. Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
e. Sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat.
Prinsip dasar :
1. Pemeriksaan Hb metode spektrofotometri
Kadar besi dalam hemoglobin diubah menjadi feri (fe 3+) dari bentuk
ferro (fe2+) sehingga membentuk methemogloblin yang warnanya stabil.
Kemudian intensitas warna yang melewati kuvet diukur secara
spektrofotometri dengan Panjang gelombang tertentu hasilnya akan
sebanding dengan konsentrasi Hb dalam darah.
2. Pemeriksaan jumlah leukosit Metode tabung
Darah diencerkan dalam tabung dengan larutan pengencer turk,
kemudian kedalam kamar bilik hitung dimasukkan jumlah leukosit dihitung
dalam volume tertentu dengan menggunakan factor konvensi jumlah sel
leukosit /µl darah dapat diperhitungkan.
3. Pemeriksaan jumlah trombosit metode tabung
Darah diencerkan dalam tabung dengan larutan ammonium oxalat
1%. Kemudian kedalam kamar hitung jumlah sel trombosit dihitung dalam
volume tertentu dengan menggunakan factor konvensi jumlah trombosit /µl
darah dapat diperhitungkan.
Cara Kerja
1. Pemeriksaan Hb
Sebanyak 2,5 ml reagen hemoglobin C dimasukkan kedalam tabung
serologi ditambahkan 10µl darah
7
Diinkubasi selama 3-5 menit
Hitung sel trombosit pada 5 kolom atau kota sedang pada perbesaran lensa
10× atau 40×.
Hitung sel leukosit pada 4 kotak besar pada pembesaran 10× atau 40×.
Pemeriksaan lainnya :
8
2. Studi Besi Darah
Serum besi/serum iron (SI) : Kadar besi dalam darah umumnya ditemukan
rendah pada ADB, namun hal ini sering kali kurang spesifik dan kurang baik
digunakan untuk mendiagnosis ADB, karena juga bisa muncul pada jenis
anemia lain. Pemeriksaan yang lebih spesifik adalah ferritin. Kadar besi
normal adalah 60 – 150 µg/dL. Pada ADB dapat ditemukan < 60 µg/dL dan
< 40 µg/dL pada ADB berat.
Serum Ferritin : Nilai normal ferritin adalah 40 – 200 µg/dL. Kadar ferritin
akan menurun terlebih dahulu pada defisiensi besi (<40 µg/dL) meskipun
tanpa adanya anemia. Pada ADB kadar ferritin umumnya < 20 µg/dL.
TIBC : Kadar normal TIBC adalah 300 – 360 µg/dL. Pada ADB, TIBC
umumnya ditemukan meningkat sekitar 350 – 400 µg/dL dan > 410 µg/dL
pada ADB berat.Perlu diperhatikan bahwa penggunaan kontrasepsi oral dan
kehamilan dapat menurunkan kadar TIBC, sehingga pada pasien-pasien
tersebut TIBC dapat ditemukan lebih rendah.
Hasil SADT yang dapat ditemukan pada ADB adalah: sel mikrositik
hipokromik dan sel pensil. Sel makrosit dapat muncul pada kasus ADB
campuran dengan anemia defisiensi folat. Pada 40% kasus, ADB dapat
menunjukkan sel normositik.
9
Diskusi
1. Yunus 5117030
Bagaimana dampak anemia defisiensi besi pada ibu hamil dan
pencegahannya ?
Jawaban :
Dampak defisiensi besi pada ibu hamil :
1. Menimbulkan pendarahan sebelum atau saat persalinan
2. Meningkatkan resiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau
BBLR (<2.5kg)
3. Pada anemia berat, bahkan dapatengakibatkan kematian pada ibu
dan/atau bayinya
Pencegahan :
Defisiensi zat besi berespons sangat baik terhadap pemberian obat oral
seperti garam besi (misalnya sulfas ferosus) atau sediaan polisakarida zat b
esi(misalnya polimaltosa ferosus). Terapi zat besi yang dikombinasikan de
ngan diityang benar untuk meningkatkan penyerapan zat besi dan vitamin
C sangat efektifuntuk mengatasi anemia defisiensi besi karena terjadi peni
ngkatan jumblahhemoglobin dan cadangan zat besi.
2. Sabila (5117002)
Bagaimana hasil pemeriksaan positif anemia defisiensi besi dan
hubungannya dengan kadar ferritin ?
Jawaban :
Intrepetasi hasil pada pemeriksaan Hb
Laki-laki > 15 tahun : Hb < 13.0 g/dL
Wanita tidak hamil > 15 tahun : Hb < 12.0 g/dL
Wanita hamil : Hb < 11.0 g/dL
Anak 12 – 14 tahun : Hb < 12.0 g/dL
Anak 5 – 11 tahun : Hb < 11.5 g/dL
10
Anak 6 – 59 bulan : Hb < 11 g/dL
Ferritin merupakan protein dalam tubuh yang mengikat zat besi
dimana sebagian besar zat besi yang tersimpan dalam tubuh terikat dengan
protein tersebut. Jumlah protein ini yang ada dalam darah dapat
menunjukkan berapa banyak zat besi yang tersimpan dalam tubuh dimana
jika kadar ferritin menujuukan hasil rendah artinya zat besi dalam tubuh
berada pada tingkat yang rendah yang menunjjukan kekurangna zat besi
dalam tubuh.
3. Desmawati (5117018)
Metode pemeriksaan apa yang digunakan pada pemeriksaan fisis dan
penunjang ?
Jawaban :
Untuk pemeriksaan fisis dilakukan pemeriksaan keadaan fisik dari
pasien tersebut ditandai dengan adanya organomegali dan limphadenopati,
Stomatitis angularis, atrofi papil lidah dan ditemukan takikardi ,murmur
sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantung.
Untuk pemeriksaan penunjang dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan kadar Hemoglobin metode spektrofotomotri, indeks eritrosit
(MCV, MCH, MCHC), hitung jumlah trombosit dan leukosit selain itu
pemeriksaan Hapus darah tepi yang menunjukkan hipokromik mikrositik.
11
Retikulosit tinggi menunjukkan peningkatan respon eritropoietik karena
perdarahan atau hemolysis. Retikulosit rendah menunjukkan kurangnya
reproduksi eritrosit karena supresi sumsum tulang. Pada anemia defisiensi
besi terjadi penurunan kadar retikulosit
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi
dalam darah. Adapun gejala klinis yang dapat ditimbulkan dari anemia difisiensi
besi adalah pucat, kelelahan, dan / atau kelemahan. Penyebab/ etiologi anemia
difisiensi besi diantaranya :
1. Penurunan asupan zat besi.
2. Peningkatan pemanfaatan zat besi.
3. Kehilangan zat besi yang berlebihan (defisiensi besi fisiologis atau patologis).
4. Penyerapan besi yang salah atau tidak lengkap (defisiensi besi fisiologis).
5. Kehilangan zat besi patologis pada pria dewasa dan wanita pascamenopause
dengan defisiensi besi.
Pada manifestasi klinik dari anemia difisiensi besi terdapat nilai mcv yang
menurun. Pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya :
a. Suplementasi zat Fe
b. Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi pangan
yang memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C.
c. Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing.
d. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan Mengkonsumsi pangan hewani
dalam jumlah cukup.
e. Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi
termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti
vitamin C.
f. Pengobatan Anemia Defisiensi Besi
8
Prognosis utama yang dapat dilihat dari kekurangan zat besi ini dilihat dari
nilai-nilai hasil laboratorium yang penting diantaranya konsentrasi besi serum,
transferrin serum atau total iron binding capacity (TIBC), saturasi besi dan kadar
ferritin serum. Serta jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan pada anemia
difisiensi besi diantaranya adalah melakukan pemeriksaan fisis serta penunjang.
9
DAFTAR PUSTAKA
Putri, Istiya L., Nur Indrawati L., Almurdi. (2017). Hubungan Konsumsi Zat Besi
dengan Kejadian Anemia pada Murid SMP Negeri 27 Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. 6(3). 507-511
10