Anda di halaman 1dari 34

BAGIAN ILMU KESEHATAN KOMUNITAS SEMINAR AKHIR

DAN ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN GELOMBANG XVI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU

LAPORAN DAN RENCANA PEMECAHAN MASALAH


MANAJEMEN KELUARGA BERENCANA
DI PUSKESMAS TIPO

Oleh:
Alifa Magfirah, S.Ked
14 17 777 14 262

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN KOMUNITAS DAN ILMU
KEDOKTERAN PENCEGAHAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandan tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang


bersangkutan sebagai berikut :

Nama : Alifa Magfirah, S.Ked


No. stambuk : 14 17 777 14 262
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter Umum
Universitas : Alkhairaat
Judul Laporan : Laporan dan Rencana Pemecahan Masalah Manajemen
Keluarga Berencana di Puskesmas Tipo
Bagian : Ilmu Kesehatan Komunitas dan Ilmu Kedokteran Pencegahan

Telah menyelesaikan Tugas dalam rangka kepanitraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Komunitas dan Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran
Universitas Alkhairaat.

Palu, Januari 2020

Mahasiswa

Alifa Magfirah, S.Ked

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI Iii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Profil Puskesmas 3
1. Visi dan Misi 3
2. Keadaan Umum 3
B. Manajemen Keluarga Berencana 10
1. Definisi Keluarga Berencana 10
2. Metode Kontrasepsi 11
3. Manfaat Keluarga Berencana 12
4. Pengorganisasian Pelayanan Keluarga Berencana 13
BAB III PEMBAHASAN 17
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 28
BAB V PENUTUP 29
DAFTAR PUSTAKA 30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejalan dengan semangat ICPD 1994 di Cairo, pendekatan pelayanan


kontrasepsi di Indonesia memegang teguh prinsip-prinsip hak asasi manusia.
Prinsip-prinsip ini diterjemahkan dengan memberikan kebebasan yang
bertanggung jawab bagi pasangan untuk menentukan jumlah, penjarangan dan
pembatasan kehamilan serta informasi dan cara untuk memenuhi hak-hak
reproduksinya tersebut. Menurut BKKBN Keluarga Berencana (KB) adalah
upaya untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta
penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk
membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan
usia ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta
kesejahteraan anak. Selanjutnya menurut Hartanto (2004) mengemukakan
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami istri untuk mendapatkan objek tertentu, yaitu: (1) menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3) mengatur
interval diantara kehamilan, (4) menentukan jumlah anak dalam keluarga.1,2
Berdasarkan Risfaskes tahun 2011, persentase Puskesmas yang memiliki
asupan sumber daya lengkap untuk program KB secara nasional hanya 32,2%.
Sebagian besar Puskesmas (97,5%) telah melaksanakan kegiatan pelayanan KB,
mempunyai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB sebesar 98,3%,
mempunyai tenaga kesehatan terlatih KB sebesar 58%, mempunyai pedoman
masih 58% dan terlaksananya bimbingan evaluasi oleh kabupaten/kota sudah
71,2%. Mengacu pada data tersebut, terlihat ada beberapa kegiatan yang masih

1
perlu ditingkatkan seperti jumlah tenaga kesehatan terlatih, ketersediaan
pedoman dan penguatan bimbingan evaluasi terkait KB. Menurut Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 78,
Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas
pelayanan, alat dan obat dalam memberikan Pelayanan KB yang aman, bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut pada Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009, pasal 1 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa
KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan
hak-hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.1,2
Dalam rangka penguatan dan pencapaian tujuan pelayanan KB, maka
dukungan manajemen pelayanan KB menjadi sangat penting, mulai dari
Perencanaan, Pelaksanaan, sampai dengan Pemantauan dan Evaluasi. Dalam
program KB ini, terdapat dua kementerian/lembaga yang memegang peranan
penting yaitu Kementerian Kesehatan dan BKKBN. Koordinasi yang baik dan
berkesinambungan antara BKKBN dan Kementerian Kesehatan beserta jajaran di
tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam manajemen pelayanan KB
menjadi hal yang sangat penting. Dengan manajemen pelayanan yang baik,
diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan (availability), keterjangkauan
(accessibility), penerimaaan (acceptability) dan kualitas pelayanan (quality).1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PROFIL PUSKESMAS
1. VISI DAN MISI
a. VISI
Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Masyrakat yang Mandiri dan
Berkeadilan.3
b. MISI
1) Meningkatkan kualitas pelayanan
2) Mendorong kemandirian masyarakat melalui peningkatan upaya-upaya
kesehatan yang bersumber pada masyarakat.
3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

2. KEADAAN UMUM
a. Letak Geografis
UPTD Urusan Puskesmas Tipo merupakan salah satu sarana pelayanan
kesehatan yang berada di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah tepatnya berada di
kota palu, kecamatan ulujadi dengan batas-batas wilayah kerja :3
1) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lolioge Kabupaten Donggala
2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Silae
3) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Marawola (pegunungan)
4) Sebelah timur berbatasan dengan teluk palu

Berdiri pada tahun 1983, tetapi masih merupakan Puskesmas Pembantu di


wilayah kerja Puskesmas Kamonji. Tahun 1999 resmi menjadi puskesmas induk yang
memiliki 3 pustu dan 13 posyandu tersebar di 3 kelurahan. Pada tahun 2007 memiliki
3 POSKESKEL ( pos kesehatan kelurahan). Pada tahun 2010 meresmikan 1

3
POSKESKEL(pos kesehatan kulurahan). Puskesmas tipo memiliki 10 POSBINDU
(pembinaan terpadu usia lanjur) pada tanggal 30 April 2015 gedung baru diresmikan.3

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tipo

b. Keadaan Iklim
Suhu udara di wilayah puskesmas Tipo sesuai dengan suhu udara rata – rata
di kota palu, yaitu musim panas dan musim hujan, rata – rata suhu terendah 22,1
celcius dengan kelembaban udara rata – rata berkisar antara 72 – 82 %.3
Kecepatan angin rata-rata berkisar antara 5-6 knots dan kecepatan angin
maksimum mencapai 16-20 knots. Arah angin masih berada pada posisi 315-360
derajat.3

c. Pemerintahan
Puskesmas Tipo beradah di wilayah kerja ulujadi yang memiliki luas wilayah
32.97 km2 dan secara administrative pemerintahan terdiri atas 3 kelurahan, 16
RW serta 37 RT.3

4
Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah KK di Puskesmas Tipo

Di wilayah kerja puskesmas Tipo terdapat beberapa daerah yang termasuk


dalam dusun sulit dan sangan sulit.3

Table 2. Dusun Sulit di Wilayah Kerja Puskesma Tipo

d. Kependudukan
1. Pertumbuhan penduduk
Berdasarkan dat BPS Kota Palu tahun 2018, jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Tipo adalah 9.685 jiwa yang tersebar di tiga kelurahan yaitu

5
Kelurah Tipo dengan jumlah penduduk 3.734 jiwa, Kelurahan Buluri dengan
jumlah penduduk 3.434 jiwa dan Kelurahan watusampu dengan jumlah
penduduk 2.527 jiwa. Dengan membandingkan jumlah penduduk tahun
sebelumnya, terjadi peningkatan jumlah penduduk, dimana jumlah penduduk
tahun 2017 sekitar 9.538 jiwa dan tahun 2018 sekitar 9.685 jiwa, tahun 2018
terjadi peningkatan jumlah penduduk sebanyak 147 jiwa.3
2. Distribusi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi pendudukan di wilayah Puskesmas Tipo berdasarkan kelompok
umur dapat dilihat pada table berikut :3

Tabel 3. Distribusi Penduduk di wilayah Kerja Puskesmas Tipo

Berdasarkan table di atas terlihat bahwa kelompok umur yang tertinggi pada
golongan 10-14 tahun sebesar 1.078 jiwa. Kelompok umur yang terendah pada
kelompok 70-74 tahun yaitu sebesar 81 jiwa, akan tetapi walaupun proporsi kecil
namun perlu mendapatkan penelitian pada kelompok usila ini karena pada kelompok

6
ini akan timbul masalah kesehatan terutama penyakit-penyakit kronis seperti
Hipertensi, diabetes, jantung dan lain-lain.3

3. Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data tahun 2018 kepadatan hunia rumah/KK wilayah kerja
Puskesmas Tipo adalah sebagai berikut :3

Table 4. Jumlah jiwa per KK di wilayah Kerja Puskesmas Tipo

Table 5. Distribusi Penduduk berdasarkan Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Tipo

e. Data Penyakit
Ada beberapa indicator yang digunakan untuk menggambarkan angka
kesakitan diantranaya gambaran 10 penyakit terbesar berdsarkan kunjungan
pasien yang ada di puskesmas tipo.3

7
Tabel 6. Data 10 penyakit Terbesar di Puskesmas Tipo

No JENIS PENYAKIT JUMLAH


KASUS
1. ISPA 1.085
2. Hipertensi 690
3. Penyakit Gastritis 543
4. Penyakit pulpa dan jaringan periapikal 381
5. Gingivitasi dan jaringan periodontal 372
6. Batuk bukan pneumonia 359
7. Diare 309
8. Penyakit kulit alergi 254
9. Penyakit system otot 135
10. Diabetes melitus 108

f. Data Keluarga Berencana di Puskesmas Tipo


Gerakan Kb nasional dilakukan memalui unit-unit kesehatan baik
pemerintahan maupun swasta. Keberhasilan program KB dapat dilihat dari
bebrapa indikator seperti pencapaian peserta KB baru dan cakupan KB aktif.3
1. Pencapaian aksesor KB baru
Cakupan pencapaian peserta KB baru di wilayah Puskesmas Tipo tahun 2019
sebesar 240 (14,5 %).3

Tabel 7. Jumlah PUS peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi UPTD Urusan
Pusekesmas Tipo

8
2. Pencapaian akseptor KB aktif
Cakupan peserta KB aktif dipuskesmas Tipo adalah sebanyak 985 atau 59,8 %
dari jumlah PUS yang sebanyak 1647 jiwa.3

Tabel 8. Jumlah PUS peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi UPTD Urusan
Puskesmas Tipo

9
B. MANAJEMEN KELUARGA BERENCANA
1. Definisi KB
Menurut BKKBN Keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam
mewujudkan hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan, pengaturan
dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin
yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usia ideal melahirkan anak, mengatur
kehamilan dan membina ketahanan serta kesejahteraan anak. Selanjutnya
menurut Hartanto (2004) mengemukakan keluarga berencana adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek
tertentu, yaitu: (1) menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2)
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3) mengatur interval diantara
kehamilan, (4) menentukan jumlah anak dalam keluarga.1,2
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, upaya yang diselengggarakan di Puskesmas
terdiri dari upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan. Pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu dari 5
Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial yaitu pelayanan promosi kesehatan;
pelayanan kesehatan lingkungan; pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga
berencana;pelayanan gizi; dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Begitu pula untuk di Rumah Sakit, menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit, pelayanan KB
merupakan pelayanan medik umum yang harus ada di RS. Dapat disimpulkan,
pelayanan KB merupakan:1
1) Upaya kesehatan masyarakat esensial Puskesmas dan pelayanan medik umum di
Rumah Sakit
2) Upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk
generasi penerus yang sehat dan cerdas
3) Upaya pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan

10
4) Memenuhi hak reproduksi klien. Pelayanan keberlanjutan (Continuum of Care)
dalam pelayanan KB, meliputi pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja,
konseling WUS/ calon pengantin, konseling KB pada ibu hamil/ promosi KB
pasca persalinan, pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan KB interval.

Sesuai dengan Rencana Aksi Nasional Pelayanan KB 2014-2015, salah satu


strateginya adalah peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan
KB melalui pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan konseling
secara sistematis dengan salah satu program utama adalah memastikan seluruh
penduduk mampu menjangkau dan mendapatkan pelayanan KB. Komunikasi,
Informasi dan Edukasi adalah proses yang sangat penting dalam pelayanan KB.1
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan Nasional dan Permenkes Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional dinyatakan bahwa Pelayanan KB
merupakan salah satu manfaat promotif dan preventif. Selama masa transisi menuju
universal health coverage pada tahun 2019, maka pelayanan KB bagi penduduk yang
belum terdaftar sebagai peserta program JKN, dapat dibiayai dengan Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesda). Pelayanan KB yang dijamin meliputi konseling,
kontrasepsi dasar, vasektomi, tubektomi termasuk komplikasi KB bekerjasama
dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.1,2

2. Metode Kontrasepsi
Metode KB dapat dibedakan menjadi KB cara modern dan cara tradisional.
Metode KB cara modern adalah sterilisasi, pil, IUD, suntik, susuk KB, kondom,
intravagina/diafragma, kontrasepsi darurat. Sedangkan cara tradisional misalnya
pantang berkala dan senggama terputus.4
a) Metode kotrasepsi sederhana (tradisional)
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana
tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat
antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode

11
Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal
yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode
kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan
spermisida. Kondom adalah alat kontrasepsi keluarga berencana yang terbuat
dari karet dan pemakaiannya dilakukan dengan cara disarungkan pada kelamin
laki-laki ketika akan bersenggama. Menghalangi masuknya sperma ke dalam
vagina, sehingga pembuahan dapat dicegah.4
b) Metode kontrasepsi modern
1) Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang
hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada
pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi
progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant.
2) Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak
mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon
Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya
kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel.
3) Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal
dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat
saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan
sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi
yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma
tidak dapat keluar atau ejakulasi.

3. Manfaat KB
Dalam penelitian Ekarini (2008), sekitar 500.000 perempuan setiap tahunnya
meninggal akibat masalah kehamilan, persalinan, dan pengguguran kandungan

12
(aborsi) yang tak aman. KB bisa mencegah sebagian besar kematian itu. Di masa
kehamilan umpamanya, KB dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya
akibat:1,2,4
a) Kehamilan terlalu dini
Perempuan yang sudah hamil dimana umurnya belum mencapai 17 tahun
sangat terancam oleh kematian sewaktu persalinan, karena tubuhnya belum
sepenuhnya tumbuh dan belum cukup matang atau siap untuk dilewati oleh
bayi. Selain itu, bayinya pun dihadang oleh resiko kematian sebelum usianya
mencapai 1 tahun.
b) Kehamilan terlalu “telat”
Perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan
melahirkan terancam berbagai bahaya, khususnya bila ia mempunyai
problema-problema kesehatan lain, atau sudah terlalu sering hamil dan
melahirkan.
c) Kehamilan yang terlalu berdekatan jaraknya
Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh
perempuan. Kalau ia belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil
kembali, tubuhnya tak sempat memulihkan kebugaran, sehingga timbul
berbagai masalah bahkan ancaman kematian yang mungkin terjadi
d) Terlalu sering hamil dan melahirkan
Perempuan yang sudah punya lebih dari 4 anak terancam bahaya
kematian akibat pendarahan hebat, serta macam-macam kelainan, apabila ia
terus hamil dan bersalin kembali.

4. Pengorganisasian Pelayanan KB
Untuk mewujudkan program pelayanan KB yang berkualitas, perlu dilakukan
pengorganisasian sumber daya sebagai berikut:1

13
a) Menjamin ketersediaan alat dan obat kontrasepsi serta bahan habis pakai,
penyimpanan dan distribusinya Beberapa hal penting yang harus diperhatikan
terkait ketersediaan alokon dan bahan habis pakai :
- Ketersediaan Obat dan Alat Kesehatan yang dijamin oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah, maka tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan,
meliputi alat kontrasepsi dasar, vaksin untuk imunisasi dasar dan obat
program pemerintah (Permenkes Nomor 71 tahun 2013 pasal 19). Sesuai
dengan kebijakan yang ada saat ini, penyediaan alat dan obat kontrasepsi
disediakan oleh BKKBN. Selain itu, penyediaan alokon juga dapat
disediakan oleh Pemerintah Daerah.
- Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di
Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009, pasal 15).
Standar Kefarmasian adalah pedoman untuk melakukan Pekerjaan
Kefarmasian pada fasilitas produksi, distribusi atau penyaluran, dan
pelayanan kefarmasian (Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian)
- Pengadaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai oleh fasilitas
kesehatan dilakukan melalui e-purchasing, yang harganya tercantum dalam
ecatalogue (Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013)
b) Menjamin tersedianya sarana penunjang pelayanan KB seperti obgyn-bed, IUD
kit, implan removal kit, VTP kit, KIE kit, media informasi, pedoman klinis dan
pedoman manajemen. Pengelola program KB perlu berkoordinasi dengan
pengelola program terkait di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten dan kota, baik
di sarana pelayanan pemerintah maupun swasta. Mekanisme penyediaan sarana
penunjang pelayanan KB mengikuti mekanisme penyediaan alokon.1
c) Menjamin tersedianya pembiayaan pelayanan KB baik melalui APBN
(Kementerian Kesehatan dan BKKBN) dan APBD dan sumber lain yang tidak

14
mengikat misalnya dana hibah dalam dan luar negeri serta bantuan swasta dan
perorangan.1
d) Menjamin tersedianya tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB yang
terampil dalam pelayanan klinis, konseling dan manajemen melalui pelatihan
yang terakreditasi. Pengelola program KB perlu mengadakan koordinasi dengan
Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK), Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes),
Balai Pelatihan dan Pengembangan KB (BKKBN), Pusat Pelatihan Klinik
Sekunder (P2KS) di Provinsi, Pusat Pelatihan Klinik Primer (P2KP) di
kabupaten/kota, Puskesmas, Rumah Sakit, Organisasi Profesi (POGI, IDI dan
IBI) dan lintas sektor terkait yang mengacu kepada pedoman pelatihan yang
berlaku.1
Penguatan demand dalam rangka percepatan revitalisasi program KBuntuk
pencapaian target penurunan TFR dilaksanakan melalui :1
1. Perubahan mind set untuk melembagakan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dan
Kampanye “Dua Anak Cukup”
2. Memastikan semua PUS mendapatkan informasi tentang Kesehatan Reproduksi
dan KB
3. Memanfaatkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K), Kelas Ibu Hamil, Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu, termasuk
Konseling Calon Pengantin untuk meningkatkan pengetahuan calon pengantin,
ibu, suami dan keluarga tentang KB dan perencanaan keluarga.
4. Pemberdayaan Institusi Masyarakat Perdesaan dan Perkotaan harus dilakukan
secara optimal terutama memberdayakan petugas dan kader KB di lapangan
5. Memanfaatkan tenaga-tenaga promotif dan preventif untuk menekan Kehamilan
yang Tidak Diinginkan dan menurunkan Angka Kematian Ibu.
6. Menyiapkan bahan-bahan KIE yang bersifat edukasi bagi keluarga dalam
merencanakan keluarganya.
7. Mempromosikan pesan pencegahan kehamilan “4 Terlalu” dan penggunaan
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)

15
8. Pembinaan remaja melalui Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) dan Generasi Berencana (GenRe)
9. Pembinaan kelompok-kelompok KB yang tergabung dalam bina keluarga balita,
bina keluarga remaja dan bina keluarga lansia.
10. Pendekatan kepada organisasi non pemerintah, LSM, swasta dan asosiasi asosiasi
serta organisasi profesi.

16
BAB III

PEMBAHASAN

Menurut UU tahun No 52 tahun 2009 tentang perkembanagn kependudukan dan


pembangunan keluarga menyatakan bahwa pembangunan keluarga adalah upaya
mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Keluarga
Berencana (KB) adalah upaya untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta
penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk
membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usia
ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta
kesejahteraan anak. Pengaturan kehamilan dalam program KB dilakukan dengan
menggunakan alat kontrasepsi.1,2

Metode KB dapat dibedakan menjadi KB cara modern dan cara tradisional.


Metode KB cara modern dibedakan menjadi yang hormonal dan non hormonal.
Hormonal berupa adalah pil suntik dan impant. Non hormonal berupa IUD dan

17
kontrasepsi mantap. Sedangkan cara tradisional misalnya pantang berkala dan
senggama terputus. Metode kotrasepsi sederhana (tradisional) Metode kontrasepsi
sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode
kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode
Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir
Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu
basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu
kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida. Kondom adalah alat kontrasepsi
keluarga berencana yang terbuat dari karet dan pemakaiannya dilakukan dengan cara
disarungkan pada kelamin laki-laki ketika akan bersenggama. Menghalangi
masuknya sperma ke dalam vagina, sehingga pembuahan dapat dicegah.4
Dalam rangka penguatan dan pencapaian tujuan pelayanan KB, maka
dukungan manajemen pelayanan KB menjadi sangat penting, mulai dari Perencanaan,
Pelaksanaan, sampai dengan Pemantauan dan Evaluasi. Dalam program KB ini,
terdapat dua kementerian/lembaga yang memegang peranan penting yaitu
Kementerian Kesehatan dan BKKBN. Koordinasi yang baik dan berkesinambungan
antara BKKBN dan Kementerian Kesehatan beserta jajaran di tingkat pusat, provinsi
dan kabupaten/kota dalam manajemen pelayanan KB menjadi hal yang sangat
penting. Dengan manajemen pelayanan yang baik, diharapkan dapat meningkatkan
ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility), penerimaaan
(acceptability) dan kualitas pelayanan (quality).1,2

18
Prevalensi KB dalam hal ini dilihat dari Contraceptive Prevalence Rate (CPR)
yaitu Persentase cakupan peserta KB aktif dibandingkan dengan jumlah PUS di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dimana prevalensi KB (CPR) menurut cara/
alat KB di Indonesia tahun 2017 dimana untuk pencapaian KB pada semua metode
yaitu 59,7 %. Untuk pencapaian KB metode modern adalah sebesar 57, 6 % dimana
hal ini kurang dari target nasional yaitu 60,9 % untuk tahun 2017. Untuk pemakaian
jenis KB terbanyak adalah susuk/implant sebanyak 31,7 %. Dan paling sedikit adalah
sterilisasi pria dan MAL sebesar 0,1 %. Sedangkan untuk prevalensi Kb menurut
provinsi untuk provinsi Sulawesi Tengah sendiri sebesar 66,5% hal ini sudah
mencapai target nasional.
Gerakan Kb nasional dilakukan memalui unit-unit kesehatan baik pemerintahan
maupun swasta. Keberhasilan program KB dapat dilihat dari bebrapa indikator seperti
pencapaian peserta KB baru dan cakupan KB aktif.

19
Cakupan pencapaian peserta KB baru di wilayah Puskesmas Tipo tahun
2019 sebesar 240 (14,5 %). Hal ini masih sangat kurang dari target yaitu 100%.

Cakupan peserta KB aktif dipuskesmas Tipo adalah sebanyak 985 atau 59,8
% dari jumlah PUS yang sebanyak 1647 jiwa. Hal ini juga masih kurang dari
target nasional yaitu harusnya semua PUS menggunakan KB (100%).

20
Cakupan peserta KB aktif berdasarkan jenis KB dibedakan menjadi metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan non MKJP. Cakupan peserta KB aktif
yang menggunakan MKJP yaitu sebanyak 75,48 % dimana ini terbagi dalam
penggunaan AKDR 13,6%, MOP 0,5%, MOW 4,0%, dan implant 57,38 %.
Sedangkan untuk non MKJP sebanyak 24,7 %. Dimana penggunaan kondom
1,3 %, suntik 17,7 % dan pil 5,7%. Hal ini sudah sesuai dengan target bahwa
penggunaan KB harus lebih banyak menggunakan MKJP yaitu dengan target
61 %.

21
Cakupan peserta KB baru berdasarkan jenis KB dibedakan menjadi
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan non MKJP. Cakupan peserta
KB aktif yang menggunakan MKJP yaitu sebanyak 26 % dimana ini terbagi
dalam penggunaan AKDR 3,3%, MOP 0%, MOW 0,4%, dan implant 22,8 %.
Sedangkan untuk non MKJP sebanyak 64,8 %. Dimana penggunaan kondom 0
%, suntik 44,8 % dan pil 20,0%. Hal ini sudah tidak sesuai dengan target bahwa
penggunaan KB harus lebih banyak menggunakan MKJP dari pada non MKJP
dimana targetnya yaitu 61% tetapi pencapaian penggunaan KB baru MKJP di
Puskesmas Tipo hanya 26 %.

22
Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan tadi maka dapat diambil salah satu
masalah pada program KB di puskesmas Tipo adalah cakupan penggunaan KB baru
jenis MKJP yang belum mencapai target. Dimana target yang harusnya dicapai yaitu
61 % tetapi cakupan pencapaiannya hnaya 26%.
Karena adanya masalah diatas maka dilakukan analisa akar penyebab masalah
dengan menggunakan pendekanan analisis fishbone dengan melihat dari aspek
material, man, money, dan lingkungan.

23
Setelah dilakukan analisis masalah dari cakupan penggunaan KB baru jenis
MKJP yang tidak mencapai target maka dapat diperoleh beberapa akar penyebab
masalah yaitu :
A. Kurangnya tenaga kesehatan yang terampil dalam memberikan pelayanan
KB MKJP
B. Tidak tersedianya alat kontrasepsi MKJP
C. Tidak tersedianya media promosi tentang metode KB
D. Keterbatasan dana untuk sosialisasi metode KB
E. Adanya pengaruh budaya dan kepercayaan tentang KB MKJP
F. Kurangnya pengetahuan tentang KB MKJP
G. Akses ke sarana kesehatan yang jauh

24
Paired comparison adalah Metode paired comparison merupakan model
penskalaan dimana stimulus atau objek psikologis dibandingkan dalam suatu
pasangan.

Dalam table paired comparison di atas di hubungkan antara penyebab-penyebab


masalah yang didapatkan sebelumnya. Poin 1= jika tidak terkait, 2 = kurang terkait,
3 = cukup terkait, 4 = terkait dan 5 = sangat terkait.
Keterangan :
A. Kurangnya tenaga kesehatan yang terampil dalam memberikan pelayanan
KB MKJP
B. Tidak tersedianya alat kontrasepsi MKJP
C. Tidak tersedianya media promosi tentang metode KB
D. Keterbatasan dana untuk sosialisasi metode KB
E. Adanya pengaruh budaya dan kepercayaan tentang KB MKJP
F. Kurangnya pengetahuan tentang KB MKJP
G. Akses ke sarana kesehatan yang jauh

25
Stratifikasi penyebab dominan :

Dari hasil analisa dengan menggunakan paired comparison dapat disimpulkan


bahwa penyebab yang paling dominan adalah kurang pengetahuan tentang KB
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.
POA(Plan of action) adalah perhitungan dan penentuan apa yang akan
dijalankan dlm rangka mencapai suatu tujuan tertentu, dimana, bilamana, oleh siapa,
dan bagaimana tata caranya.
Dari masalah-masalah di atas maka di dibuat beberapa POA(Plan of action) yang
diharapkan dapat menyelesaikan masalah KB di Puskesmas Tipo.
Berikut beberapa POA yang di sarankan :

26
27
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 78, Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan
tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan Pelayanan KB yang
aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Sehinggan dalam rangka
penguatan dan pencapaian tujuan pelayanan KB di Puskesmas Tipo, maka
dukungan manajemen pelayanan KB menjadi sangat penting, mulai dari
Perencanaan, Pelaksanaan, sampai dengan Pemantauan dan Evaluasi.

B. SARAN
1. Diperlukan manajemen KB yang baik sehingga program-program KB yang
telah di rencanakan di Puskesmas Tipo dapat tercapai dengan baik.
2. Disarankan agar puskesmas Tipo melakukan koordinasi dengan BKKBN
untuk melakukan pelatihan kepada patugas KB.
3. Di sarankan agar sekiranya dilakukan pencatatan data yang baik dan lebih
lengkap mengenai KB.

28
BAB V

PENUTUP

Sesuai Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009, pasal 1


tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan
bahwa KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan
sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.1,2
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, upaya yang diselengggarakan di Puskesmas
terdiri dari upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan. Pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu dari 5
Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial yaitu pelayanan promosi kesehatan;
pelayanan kesehatan lingkungan; pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga
berencana;pelayanan gizi; dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Program KB termasuk dalam pelayanan KIA sehinggan merupakan programa
essensial atau yang wajib dilakukan oleh puskesmas salah satunya adalah
Puskesmas Tipo. Dalam rangka penguatan dan pencapaian tujuan pelayanan KB
di puskesmas Tipo, maka dukungan manajemen pelayanan KB menjadi sangat
penting, mulai dari Perencanaan, Pelaksanaan, sampai dengan Pemantauan dan
Evaluasi. Dengan manajemen pelayanan yang baik, diharapkan dapat
meningkatkan ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility),
penerimaaan (acceptability) dan kualitas pelayanan (quality).1,2

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Manajemen Pelayanan


Keluarga Berencana. 2014.
2. BKKBN. Pelayanan Keluarga Berencana. 2017.
3. Puskesmas Tipo. Profil Puskesmas Tipo. 2018.
4. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Situasi dan Analisi KB. 2014

30
xxxi

Anda mungkin juga menyukai