Anda di halaman 1dari 21

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO TIMUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


TAMIANG LAYANG
JL. Nansarunai No.62 Tamiang Layang
Telp. (0526)

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH TAMIANG lAYANG


NOMOR.
/V/ 2014
TENTANG
PANDUAN TRIAGE

Menimbang : Bahwa agar pasien mendapatkan pelayanan yang tepat sesuai


kedaruratannya maka diperlukan tatalaksana berupa panduan
triage

Mengingat :
1. Undang _Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang –Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medis di Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 856/MENKES/SK/IX/2009
tentang standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

MEMUTUSKAN
Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 1
Menetapkan :
Kesatu : Memberlakukan tentang panduan triage di Rumah Sakit
Umum Daerah Tamiang Layang
Kedua : Panduan triage digunakan sebagai tata laksana metode
memberikan pelayanan di IGD kepada pasien di RSUD Tamiang
Layang
Ketiga : Perubahan panduan harus dibahas sekurang – kurangnya
setiap 3 (tiga) taun sekali dan apabila diperlukan, sewaktu-waktu
akan dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan yang ada.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,
apabila kemudian hari ditemukan kekeliruan akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Tamiang Layang


Pada tanggal :
Direktur

dr. Jimmy Hutagalung, M.Mkes

Pembina, IV / a

NIP. 19770504 200604 1 018

Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 2


Lampiran I
Peraturan Direktur RSUD Tamiang Layang
Tentang Panduan Triage

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


A. Pengertian Instalasi Gawat Darurat
Menurut Azrul (1997) yang dimaksud dengan gawat daruat
(emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang
dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan
kehidupannya (life saving).
Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di
instalasi gawat darurat menjadi khas, diantaranya adalah pasien yang
perlu penanganan cepat walaupun riwayat kesehatannya belum jelas.
Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan
kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk
menyelamatkan kehidupannya. Unit kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan rawat darurat disebut dengan nama
Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tergantung dari kemampuan yang
dimiliki, keberadaan IGSD dapat beraneka ragam. Namun yang lazim
ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit.
Meskipun telah majunya system rumah sakit yang dianut oleh suatu
negara, bukan berarti tiap rumah sakit memliki kemampuan mengelola
IGD sendiri. Penyebab utama kesulitan untuk mengelola IGD adalah
karena IGD merupakan salah stu dari unit kesehatan yang paling padat
modal, padat karya serta padat teknologi.
IGD yaitu suatu tempat / unit pelayanan dirumah sakit yang
memiliki tim kerja dengan kemampuan khusus dan peralatan yang
memberikan pelayanan pasien gawat darurat yang terorganisir.
Instalasi pelayanan pertama bagi pasien yang datang ke rumah sakit
terutama dalam hal kedaruratan berdasarkan criteria standar baku.

Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 3


B. BATASAN OPERASIONAL
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi
bahasan buku ini, Pada hal ini di buatkan batasan istilah penting yang
terkait dengan kerangka pelayanan instalasi gawat darurat rumah
sakit. Bahasan buku ini, pada hal ini mengenai semua aspek pelayanan
instalasi gawat darurat rumah sakit. Batasan operasional dibawah ini
merupakan batasan istilah yang bersumber dari buku Pedoman
Pelayanan Gawat Darurat 1992, 1995, dan Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu 2004 :
1. SPGDT (Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu) adalah suatu
sistem pelayanan pasien gawat darurat yang sendiri dari unsur
pelayanan pra rumah sakit pelayanan di rumah sakit dan pelayanan
antar rumah sakit.
2. IGD (Instalasi Gawat Darurat) adalah unit pelayanan di rumah sakit
yang memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman
kematian dan kecacatan dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
3. PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat) adalah
penanganan penderita gawat darurat, untuk mencegah kematin dan
cacat, sehingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat, sebagaimana mestinya. Merujuk penderita gawat
drurat melalui system rujukan untuk memperoleh penanganan yang
lebih memadai dan menanggulangi korban bencana.
4. Triase
Adalah pengelompokan korban, yang berdasarkan atas berat
ringannya trauma dan penyakit serta kecepatan penanganan dan
pemindahan
5. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa
yang timbul
6. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
7. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan dan
perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah
Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 4
dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada dan berakhir
dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi
8. Pasien True Emergency adalah pasien gawat darurat atau severe
credical yaitu pasien dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawatdan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak segera mendapat pertolongan secepatnya.
9. Pasien False Emergency adalah pasien darurat dan pasien tidak
gawat, dan tidak darurat.
10. Pasien Darurat atau Intermediate Care adalah pasien dalam keadaan
darurat atau akibat musibah massal yang datang tiba-tiba tetapi
tidak mengancam nyawa atau anggota badannya dan tidak
memerlukan tindakan kegawatdaruratan segera.
11. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat adalah pasien dalam keadaan
tidak gawat tidak darurat dan tidak memerlukan tindakan tindakan
kegawatdaruratan segera.
12. Kecelakaan atau Accident adalah suatu kejadian dimana terjadi
interaksi berbagai factor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan social.
Kecelakaan dan cidera dapat di klasifikasikan menurut :
a. Tempat Kejadian :
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan di tempat kerja
 Kecelakaan lain : rumah tangga, disekolah, di tempat umum,
misal; tempat rekreasi, olahraga dan lain-lain
b. Mekanisme Kejadian :
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing,
tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik
atau radiasi.
c. Waktu Kejadian
 Waktu perjalanan (Travelling atau transport time)
 Waktu Bekerja, Waktu sekolah waktu bermain dan lain-lain
13. Cidera adalah masalah kesehatan yang didapat atau dialamai
sebagai akibat kecelakaan.
14. Bencana adalah peristiwa atau rangkain peristiwa yang disebabkan
oleh alam atau manusia yang mengakibatkan korban dan
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 5
kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat
dan pembangunan nasional dan menyebabkan terjadinya banyak
korban (pasien gawat darurat) yang tidak dapat dilayani oleh unit
pelayanan kesehatan seperti biasa.

15. PONEK (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komperehensif)


adalah upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir
secara terpadu untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi
baru lahir.

C. Kegiatan Instalasi Gawat Darurat


Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk penanganan
kegawatdaruratan memiliki berbagai macam kegiatan. Menurut Flynn
(1962) dalam Azrul (1997) kegiatan IGD secara umum dapat dibedakan
sebagai berikut :

1) Menyelenggarakan pelayanan Gawat Darurat


Kegiatan utama yang menjadi tanggung jawab IGD adalah
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Sayangnya jenis
pelayanan kedokteran yang bersifat khas sering disalah gunakan.
Pelayanan gawat darurat yang sebenarnya bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita (live saving), sering
dimanfaatkan hanya untuk memperoleh pelayanan pertolongan
pertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan (ambulatory
care)
2) Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus – kasus
yang membutuhkan pelayanan rawat inap intensif
Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab IGD adalah
menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus – kasus
yang membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya pelayanan
ini merupakan lan jutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan
merujuk kasus – kasus gawat darurat yang dinilai berat untuk
memperoleh pelayanan rawat inap intensif.
3) Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.
Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 6
Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab IGD adalah
menyelenggarakan informasi medis darurat dalam bentuk
menampung serta menjawab semua pertanyaan anggota
masyarakat yang ada hubungannya dengan keadaan medis darurat
(emergency medical question).

D. Disiplin Pelayanan
Disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang berkaitan dengan
cara memilih anggota antrian yang akan dilayani lebih dahulu. Disiplin
yang biasa digunakan adalah (Subagyo, 1993) :
1) FCFS : First Come First Serve (pertama masuk-pertama
dilayani)
2) LCFS : Last Come-First Serve (terakhir masuk-pertama
dilayani)
3) SIRO : Serve In Random Order (pelayanan dengan
urutan acak)
4) Emergency First : kondisi berbahaya yang didahulukan
Saat tiba di instalasi gawat darurat, pasien biasanya menjalani
pemilahan terlebih dahulu anamnesis untuk membantu menentukan
sifat dan keparahan penyakitnya. Penderita yang kena penyakit serius
biasanya lebih sering mendapat visite lebih sering oleh dokter daripada
mereka yang penyakitnya tidak begitu parah. Setelah penaksiran dan
penangana awal pasien bias dirukuk ke rumah sakit untuk distabilkan
atau dipindahkan ke rumah sakit lain karena berbagai alasan.

1.2. TUJUAN
a. Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat
b. Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien
c. Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang
terjadi didaerah Kabupaten BaritoTimur
d. Mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi pada masyarakat
dengan problem medis akut.

Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 7


BAB II
TATA LAKSANA
1.1. DEFINISI
A. TRIASE
Triase memiliki arti menyortir atau memilih. Dirancang untuk
menempatkan pasien yang tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi
Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 8
pelayanan yang tepat. Triage merupakan suatu proses khusus memilah
pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit danmenentukan
jenis perawatan gawat darurat serta transportasi. Dan merupakan
proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan.
Dalam bahasa Perancis, triase berarti mengambil, memilah atau
menyaring. Pengertian Triase adalah proses pengelompokkan penderita
– penderita sakit atau cedera pada kejadian missal. Dimana pada
kondisi kejadian missal umumnya korban yang kritis namn masih bias
diselamatkan akan dirawat dan segera dievakuasi terlebih dahulu,
tujuannya adalah menolong korban sebanyak mungkin agar mendapat
kesempatan terbesar untuk tetap hidup.
Triase itu bersifat dinamis, dan proses statis artinya kondisi pasien
dapat berubah dari yang baik menjadi buruk walaupun telah dilakukan
tindakan pertolngan sehingga triase harus dilakukan berulang kali
selama penanganan korban diberikan.
Prinsip seleksi korban pada triase, proses pilih dan pindah pasien
dilakukan berdasarkan atas :
1. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam ukuran menit
2. Ancaman jiwa yang dapat mematian dalam ukuran jam
3. Ruda paksa ringan
4. Sudah meninggal

B. PRINSIP TRIASE
1. Triase harus cepat dan tepat
Kemampuan untuk merespon secara cepat, terhadap keadaan yang
mengancam nyawa merupakan suatu yang sangat penting pada
bagian kegawatdaruratan
2. Pemeriksaan harus adequate dan akurat
Akurasi keyakinan dan ketangkasan merupakan suatu elemen
penting pada proses pengkajian.
3. Keputusan yang diambil berdasarkan pemeriksaan
Keamanan dan keefektifan perawatan pasien hanya dapat
direncanakan jika ada informasi yang adequate dan data yang
akurat.
4. Memberikan intervensi berdasarkan keakutan kondisi

Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 9


Tanggung jawab dari petugas triase adalah untuk mengkaji dan
memeriksa pasien secara akurat, dan memberikan perawatan yang
sesuai pada pasien, termasuk intervensi terapeutik, prosedur
diagnostik, dan pemeriksaan pada tempat perawatan yang tepat.
5. Kepuasan pasien tercapai
 Petugas triase harus melaksanakan prinsip – prinsip tersebut
diatas untuk mencapai kepuasan pasien
 Petugas triase menghindari terjadinya penundaan perawatan
yang mungkin akan membahayakan kesehatan pasien atau
pasien yang sedangkritis.
 Perawat triase menyampaikan support kepada pasien,
keluargapasien atau teman (Departemen Emergency Hospital
Singapore, 2009).
6. Jaminan keamanan diri petugas kesehatan (dokter dan perawat)
instalasi gawat darurat harus selalu terjaga, dimana petugas selalu
menerapkan prinsip universal precaution, mencegah penyebaran
infeksi
7. Cepat dan tepat dalam melakukan triase, menetapkan diagnose
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang
berkelanjutan.
8. System dokumentasi yang dapat digunakan secara mudah, cepat
dan tepat.

C. PRIORITAS
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan
mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacukepada tingkat
ancaman jiwa yang timbul. Prosedur pemindahan korban atau pasien
di Instalasi Gawat Darurat RSUD Tamiang Layang, dilakukan
berdasarkan labelisasi warna.

D. ISTILAH PRIORITAS PASIEN


1. Prioriras Pertama/Prioritas Tertinggi/Gawat
Darurat/Emergency (P1-MERAH)
 Mengancam jiwa / mengancam fungsi vital
 Adanya gangguan ABC
 Penanganan dan pemindahan bersifat SEGERA
Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 10
2. Prioritas Kedua/ Medium /Urgent (P2-KUNING)
 Potensial mengancam jiwa / fungsi vital bila tidak segera
ditangani dalam waktu singkat
 Penanganan dan pemindahan bersifat JANGAN TERLAMBAT
3. Priorita Ketiga / Rendah / Non Emergency (P3-HIJAU)
 Perlu penanganan seperti pelayanan biasa
 Tidak perlu sgera ditindaki
 Penanganan bersifat TERAKHIR
4. Priorita 0 (P0-HITAM)
 Pasien datang dengan henti jantung yang kritis
 Meninggal
 Radiasi tinggi

1.2. KLASIFIKASI
A. BERDASARKAN TIPE TRIASE
1. Daily Triage
Daily triage adalah triase yang selalu dilakukan sebagai dasar
pada system kegawatdaruratan. Triase yang terdapat pada setiap
rumah sakit berbeda-beda, tapi secara umum ditujukan untuk
mengenal, mengelompokkan pasien menurut tingkat keakutannya
dengan tujuan untuk memberikan evaluasi dini dan perawatan yang
tepat. Perawatan yang paling intensif diberikan pada pasien dengan
sakit serius meskipun bila pasien itu berprognosis buruk.

2. Mass Casualty Triage


Merupakan triage yang terdapat ketika system
kegawatdaruratan di suatu tempat bencana, menangani banyak
pasien tapi belum mencapai tingkat kelebihan kapasitas. Perawatan
yang lebih intensif diberikan pada korban bencana yang kritis.
Kasus minimal bisa ditunda terlebih dahulu.

3. Disaster Triage
Ada ketikan system emergenci local tidak dapat memberikan
perawatan intensif sesegera mungkin ketika korban bencana sangat
membutuhkan. Filosofi perawatan berubah dari memberikan

Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 11


perawatan intensif pada korban yang sakit menjadi memberikan
perawatan terbaik untuk jumlah yang terbesar.
Fokusnya pada identifikasi korban yang terluka yang
memiliki kesempatan untuk bertahan hidup lebih besar dengan
intervensi medis yang cepat. Pada disaster triage dilakukan
identifikasi korban yang mengalami luka ringan tanpa mucul resiko,
ditunda terlebih dahulu dan yang mengalami kuka berat dan tidak
dapat bertahan diberikan prioritas terlebih dahulu. Prioritas lebih
ditekankan pada masalah transportasi korban dan perawatan
berdasarkan level luka.

4. Military Triage
Sama dengan triase lainnya tapi berorientasi pada tujuan misi
dibanding dengan aturan medis biasanya. Prinsip triase ini tetap
mengutamakan pendekatan yang paling baik karena jika gagal
untuk mencapai misi akan mengakibatkan efek buruk pada
kesehatan dan kesejahteraan populasi yang lebih besar.

5. Special Triage
Digunakan ketika terdapat faktor lain pada populasi atau
korban. Contohnya kejadian yang berhubungan dengan senjata
pemusnah masal dengan radiasi, kontaminasi biologis dan kimia.
Dekontaminasi dan perlengkapan pelindung sangat dibutuhkan oleh
tenaga medis. (Oman, Kathleen S, 2008, hal 2).

B. BERDASARKAN SISTEM DALAM TRIASE


Berikut adalah beberapa contoh istilah sistem triase
1. METTAG (Triage Tagging System)
System METTAG merupakan suatu pendekatan untuk
memprioritaskan tindakan.
a. Prioritas NOL (Hitam)
 Mati atau cedera fatal
Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 12
 Tidak mungkin diresusitasi

b. Prioritas Pertama (Merah)


Cedera berat yang memerlukan tindakan dan transport segera
 Gagal nafas
 Cedera thoraco-abdominal
 Cedera kepala / maksilo-fasial berat
 Shok atau perdarahan berat
 Luka bakar berat

c. Prioritas Kedua (Kuning)


Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa
dalam waktu dekat :
 Cedera abdomen tanpa shok
 Cedera dada tanpa ganguan respirasi
 Fraktur mayor tanpa shok
 Cedera kepala / tulang belakang leher
 Luka bakar ringan

d. Prioritas Ketiga (Hijau)


Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :
 Cedera jaringan lunak
 Fraktur dan dislokasi ektremitas
 Gawat darurat psikologis
System METTAG atau pengkodean dengan system tagging
yangs ejenisnya, bisa digunakan sebagai bagian dari
Penuntun Lapangan START.

2. START (Simple Triage And Rapid Treatment)


Pada tahapan / metode triase yang satu ini, tidak dibutuhkan dokter
dan perawat, tapi hanya dibutuhkan seseorang dengan pelatihan
medis minimal. Pengkajian dilakukan dngan sanga cepat selama 60
detik, dimana penilaian tetap berdasarkan prinsip ABC, petugas
hanya memberikan tanda berupa kartu berwarna yang terdiri dari
warna merah, kuning, hijau dan hitam yang akan diberikan kepada
Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 13
tiap korban atau pasien. Pengkajian selama 60 detik, dilakukan
pada bagian :
 Ventilasi / pernafasn
 Perfusi dan nadi (untuk memeriksa adanya denyut nadi)
 Status neurology
Tujuannya hanya untuk memperbaiki masalah – masalah yang
mengancam nyawa seperti obstruksi jalan nafas, perdarahan yang
massif yang harus diselesaikan secepatnya. Pasien diklasifikasikan
menjadi :
a. The Walking Wounded
Penolong ditempat kejadian memberian instruksi verbal pada
korban, untuk berpindah. Kemudian penolong yang lain
melakukan pengkajian dan mengirim korban ke rumah sakit
untuk mendapatkanpenanganan lebih lanjut.
b. Critical / Immediate
Dideskripsikan sebagai pasien dengan luka yang serius, dengan
keadaan kritis yang membutuhkan transportasi ke rumah sakit
secepatnya, dengan kriteris pengkajian :
 Respirasi > 30 x/menit
 Tidak ada denyut nadi
 Tidak sadar
c. Delayed
Digunakan untuk mendeskripsikian pasien dengan kondisi yang
tidak mengancam jiwa dan mampu untuk menunggu untuk
beberapa saat untuk mendapatkan perawatan dan transportasi,
dengan criteria :
 Respirasi < 30 x/menit
 Ada denyut nadi
 Sadar / respon kesadaran normal
d. Dead
Digunakan ketika pasien benar – benar sudah mati atau
mengalami luka dan mematikan seperti luka tembak dikepala
(Departemen Emergency Hospital Singapore, 2009).

3. Klasifikasi dan Penentuan Prioritas Pasien

Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 14


Terdapat begitu banyak klasifikasi triase yang digunakan,
adapun beberapa klasifikasi umum yang dipakai :
a. Three Categories Triage System
Merupakan bentuk asli dari system triase, pasien
dikelompokkan menjadi :
 Prioritas utama
 Prioritas kedua
 Prioritas rendah
b. Four Categories Triage
Terdiri dari :
 Prioritas paling utama (sesegera mungkin, kelas 1, parah dan
harus segera mungkin)
 Prioritas tinggi (yang kedua, kelas 2 sedang dan segera)
 Prioritas rendah (dapat ditunda, kelas 3, ringan dan tidak
harus segera dilakukan)
 Prioritas menurun (kemungkinan mati dan kelas 4 atau kelas
0)

1.3. SISTEM TRIASE


A. System Triase
Pada pasien Non bencana memberikan pelayanan terbaik pada pasien
secara individu., dan pada pasien triase kategori bencana atau
merupakan korban berganda dapat memberikan suatu pelayanan yang
efektif untuk sebanyak mungkin.
B. Objektif Primer IGD
1. Pengenalan tepat yang membutuhkan suatu pelayanan segera
2. Menentukan area yang layak untuk tindakan
3. Menjamin kelancaran pelayanan dan mencegah hambatan yang
tidak perlu
4. Menilai dan menilai ulang pasien baru / pasien yang menunggu.
5. Beri informasi / rujukan pada pasien / keluarga
6. Redam kecemasan pasien / keluarga (humas)

C. Aturan Primer Petugas


1. Skriningpasien secara cepat dan tepat

Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 15


2. Penilaian yang terfokus

D. Sasaran Primer dan Sekunder Triase


1. Primer : mengenal kondisi yang mengancam jiwa
2. Sekunder : member prioritas pasien sesuai dengan kegawatannya

E. Prinsip Umum Triase


1. Perkenalkan diri anda dan jelaskan apa yang akan anda lakukan
2. Pertahankan rasa percaya diri pasien
3. Mencoba untuk mengamati semua pasien yang datang, bahkan saat
wawancara pasien
4. Pertahankan arus informasi petugas triase dengan area tunggu dan
area tindakan. Komunikasi yang efektif sangat diperlukan.
5. Fahami sistematik Instalasi Gawat Darurat, dan segala sesuatu yang
bias merupakan suatu keterbatasan., sehingga dapat menggunakan
sumber daya untuk mempertahankan standar pelayanan yang
memadai.
6. Struktur pembagian ruangan berdasarkan prioritas, dan bagian
terkait seperti PONEK, ruang tindakan dengan perangkat yang
sesuai
7. Pemeriksaan fisik yang singkat dan terfokus.
8. WASPADA terhadap pasien yang memiliki ancaman jiwa atau serius
potensial terancam hidupnya atau anggota badannya, yang mana
harus didahulukan dalam melakukan penilaian sehingga dapat
ditindaki dengan segera.

1.4. ALUR TRIASE INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD TAMIANG LAYANG


Instalasi Gawat Darurat RSUD Tamiang Layang, dalam aplikasinya
menggunakan system triase yang merupakan kombinasi atau gabungan
daripada system METTAG yang kemudian didukung dengan aplikasi
metode START

Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 16


Gambar. METTAG TRIASE SYSTEM

Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 17


START TRIAGE SYSTEM

Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 18


Gb. Alur Penanganan Pasien Masuk IGD RSUD Kudungga

Prioritas 1 (Merah)

Prioritas 2 (Kuning)

Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 19


BAB III
PENUTUP
Panduan ini merupakan suatu upaya agar diperoleh kesamaan pola
pikir/persepsi dalam hal pemilahanpasien gawat/gawat darurat/tidak gawat
darurat, atay pasien dengan kondisi meninggal di ruang Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Umum Daerah Tamiang Layang oleh semua personil IGD RSUD
Tamiang Layang.
Triase pada dasarnya dilakukan sejak pasien IGD RSUD Tamiang Layang,
masuk ke pintu IGD RSUD Tamiang Layang.
Keberhasilan dari triase yang tepat dan cepat dalam hal pemilahan dan
penanganan kegawatdaruratan pasien di rumah sakit ini bergantung dari
besarnya dukungan seluruh personil IGD RSUD Tamiang Layang, karena hal
tersebut memerlukan kerjasama tim yang sangat solid.

Tamiang Layang,

Direktur

dr. Jimmy W. S Hutagalung, M.MKes

Pembina, IV / a

NIP. 19770504 200604 1 018

Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 20


Panduan Triase Instalasi Gawat Darurat, RSUD Tamiang Layang 21

Anda mungkin juga menyukai