Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH SIFAT MACHIAVELLIAN, LINGKUNGAN ETIKA DAN

PERSONAL COST TERHADAP INTENSI MELAKUKAN


WHISTLEBLOWING
(Studi Empiris Pada Bank BRI Provinsi Riau)

Oleh :
Giovanni Riandi
Pembimbing : Azwir Nasir dan Eka Hariyani

Economic Faculty of Riau University, Pekanbaru, Indonesia


Email : gioV371@gmail.com

The Effect Of Machiavellianism, Ethical Environment And Personal Cost To


Whistleblowing Intention
(Empirical Study to BRI Bank Riau Province)

ABSTRACT

The purpose this study to examine the effect of machiavellianism, ethical


environment and personal cost to whistleblowing intention. Based on purposive
sampling method, this study used a sample of 86 respondents who work as
internal auditors in BRI Bank Riau Province. This study used primary data with
quetionary. Data were analyzed using multiple regression analysis with SPSS 17
processing. Variable in this study was whistleblowing intention as dependent
variable, machiavellianism, ethical environment and personal cost as independent
variable. The results showed that (1) machiavellianism effect on whistleblowing
intention, with significant value 0,005 < 0,05, (2) Ethical environment effect on
whistleblowing intention, with significant value 0,003 < 0,05, (3) personal cost
effect on whistleblowing intention with significant value 0,005 < 0,05. The
coefficient of determination in this study was 37%, where as 63% are influenced
by variables that are not observed in this research model.

Keywords : Machiavellianism, ethical environment, personal cost, whistleblowing

PENDAHULUAN Untuk memperkecil tindakan


kecurangan yang tedapat pada kasus
Kasus-kasus kecurangan dan kasus diatas dapat dicegah dengan
pelanggaran organisasional masih melakukan whistleblowing.
sering diperbincangkan, bahkan Whistleblowing adalah pelaporan
selalu menjadi topik hangat untuk yang dilakukan oleh anggota
dibahas. Pemberitaan dimedia massa organisasi (aktif maupun non aktif)
tak pernah luput dari pemberitaan mengenai pelanggaran, tindakan
kecurangan. Kasus kecurangan yang illegal atau tidak bermoral kepada
terjadi di pemerintahan ataupun di pihak didalam maupun diluar
insititusi tertentu menjadi topik yang organisasi. Hal ini sejalan dengan
selalu ditunggu-tunggu oleh pernyataan yang diungkapkan oleh
masyarakat. Near dan Miceli (1985) dalam
JOM Fekon Vol. 4 No 1 (April) 2017 2538
Hwagen et.al., (2008:505) praktik-praktik menyimpang di
whistleblowing adalah pengungkapan perusahaan dapat ditangani dan
yang dilakukan oleh anggota diperbaiki (Semendawai dkk. 2011:
organisasi (mantan karyawan atau 25).
karyawan) secara illegal, praktek- Karena menjadi seorang
praktek tidak bermoral atau tidak sah whistleblower bukanlah perkara
dibawah kendali pemberi kerja mudah. Seorang whistleblower kerap
mereka, kepada orang atau pihak lain kali mengalami suatu dilema. Disatu
mampu mempengaruhi tindakan sisi dia akan dianggap sebagai
mereka. pengkhianat perusahaan karena telah
Mereka yang mempunyai niat mengungkap rahasia perusahaan.
untuk melakukan whistleblowing Disatu sisi lainnya whistleblower
dikenal dengan istilah whistleblower, akan dianggap sebagai pahlawan
yang mana bila diterjemahkan ke heroik yang menjunjung tinggi nilai-
dalam bahasa indonesia berarti nilai moral, sehingga ketika
pengungkap fakta. Sesungguhnya seseorang melakukan tindakan yang
para whistleblower telah mengetahui tidak etis di akan meniup pluit,
resiko yang mungkin akan sekalipun orang tersebut adalah
diterimanya jika ia melaporkan suatu teman maupun atasannya di
tindak kecurangan atau tidak terpuji perusahaan tempatnya bekerja.
lainnya. Namun mereka tetap Belum lagi dampak yang diakibatkan
memilih untuk melakukan hal itu, jika whistleblower memutuskan
walaupun akan mengancam karir meniup pluit. Dampak tersebut dapat
atau kehidupan pribadi mereka. Jadi menjadi whistleblower sebagai orang
tidak berlebihan jika penghargaan yang dipuji dunia atau justru
dan perlindungan hukum diberikan sebaliknya, penghuni jeruji besi
pada mereka yang mempunyai karena kurangnya bukti atau hal lain.
keberanian mengungkapkan Itulah salah satu alasan yang
kebenaran di atas segalanya. membuat peneliti tertarik untuk
Motif seseorang membuat meneliti keputusan individu dalam
laporan atau sebagai whistleblower melaksanakan intensi
bukan merupakan hal yang penting whistleblowing.
untuk dipersyaratkan. Motif Adapun karakteristik
seseorang sebagai whistleblower individual lain yang dinilai dapat
dapat bermacam-macam, mulai dari mempengaruhi intensi seseorang
motif itikad baik menyelamatkan untuk melakukan whistleblowing,
lembaga atau perusahaan, persaingan yakni sifat Machiavellian. Seseorang
pribadi atau bahkan persoalan yang memilik sifat Machiavellian
pribadi. Namun yang terpenting yang tinggi cenderung membuat
adalah seseorang tersebut keputusan berdasarkan kepentingan
melaporkan untuk mengungkap dirinya sendiri. Individu dengan sifat
kejahatan atau pelanggaran yang Machiavellian lebih rasional dan
terjadi di perusahaannya bukan non-emosional. Lebih jauh lagi, ia
motifnya. Dengan mengungkap bersedia berbohong demi mencapai
dugaan pelanggaran atau tindak keinginan dirinya.
pidana, diharapkan pelanggaran yang Dalton dan radtke (2012:
lebih besar dapat terungkap dan 162) dalam penelitiannya
JOM Fekon Vol. 4 No 1 (April) 2017 2539
menemukan adanya pengaruh antara Personal cost merupakan
sifat Machiavellian dengan intensi salah satu alasan utama yang
whistleblowing. seseorang yang menyebabkan responden tidak ingin
memiliki sifat Machiavellian yang melaporkan dugaan pelanggaran
tinggi, keinginannya dalam karena mereka meyakini bahwa
melakukan intensi whistleblowing laporan mereka tidak akan ditindak
rendah. lanjuti, mereka akan mengalami
Lebih jauh lagi Dalton dan retaliasi, atau manajemen tidak akan
Radtke (2012: 162) menemukan melindungi mereka dari ancaman
bahwa organisasi dengan lingkungan retaliasi, khususnya dalam jenis
etis yang baik berpengaruh terhadap pelanggaran yang melibatkan para
intensi melakukan whistleblowing. manajer (Brown, 2008:672).
organisasi dengan lingkungan etika Dalam penelitian yang
yang baik dapat diciptakan dengan dilakukan (Septianti, 2013: 1067)
mengadakan pelatihan etika bagi personal cost termasuk ke dalam
karyawannya. Pelatihan etika faktor individu yang dinilai
memberikan pengaruh yang lebih mempengaruhi niat seseorang untuk
besar pada individu yang memiliki melakukan whistleblowing. Namun
sifat Machiavellian yang rendah hasil penelitian yang didapat adalah
daripada individu yang memiliki tidak mendukung hipotesa. Personal
sifat Machiavellian yang tinggi cost tidak mempengaruhi niat
(Bloodgood, 2010 dalam Dalton dan seseorang untuk melakukan
Radtke, 2012 :157). whistleblowing. Hal ini tidak sesuai
Penelitian lain menemukan dengan penelitian yang dilakukan
bahwa perusahaan dengan oleh Carson et.al., (2008: 361) serta
lingkungan etis yang baik dapat Kaplan dan Whiecotton (2001: 45).
mempengaruhi keputusan etis auditor Dengan pertimbangan inilah,
dan pekerja profesional pajak variabel personal cost diuji kembali.
Berdasarkan uraian diatas
(sweeny, 2010: 545). Lingkungan
peneliti termotivasi untuk meneliti
etika auditor meliputi standar
mengenai intensi whistleblowing
perilaku bagi seseorang profesional
dengan judul Pengaruh Sifat
yang ditujukan untuk tujuan praktis
Machiavellian, Lingkungan Etika
dan idealistik (Putri dan Laksito,
dan Personal Cost Terhadap
2013: 3). Lingkungan etika disini
Intensi Melakukan Whistleblowing
juga berarti komitmen etis organisasi
(Studi Empiris Pada Bank BRI
yang terkait erat dengan persepsi Provinsi Riau).
instansi terhadap nilai-nilai moral.
Secara keseluruhan, semua penelitian TINJAUAN PUSTKA
tentang etika menunjukkan bahwa
karakter etika organisasi memiliki Whistleblowing
pengaruh dalam pengambilan Whistleblowing adalah
keputusan etis (Dickerson, 2009 pelaporan yang dilakukan oleh
dalam Muttaqin, 2014: 43). Begitu anggota organisasi aktif maupun
juga dalam mempengaruhi keputusan nonaktif mengenai pelanggaran,
seseorang untuk melakukan tindakan ilegal atau tidak bermoral
whistleblowing. kepada pihak didalam maupun diluar

JOM Fekon Vol. 4 No 1 (April) 2017 2540


organisasi (Khan, 2009). Elias dilakukan. Individu dengan
(2008) mengatakan bahwa karakteristik mach yang tinggi
Whistleblowing adalah suatu melakukan lebih banyak manipulasi,
tindakan yang diharapkan dapat Lebih banyak memperoleh
mengurangi tindakan kecurangan. kemenangan, tidak mudah terbujuk,
Whistleblowing merupakan dan lebih banyak membujuk
pelaporan oleh anggota dari suatu dibandingkan individu dengan
organisasi (sekarang atau terdahulu) tingkat mach yang rendah. Namun
mengenai praktek ilegal, imoral, dan tingginya sikap mach ini dapat
haram yang dilakukan oleh orang diredam oleh faktor-faktor
atau organisasi yang mungkin dapat situasional. Telah ditemukan bahwa
mengakibatkan suatu tindakan. individu mach yang tinggi
Sedangkan whistleblowing menurut berkembang baik ketika (1)
KNKG didalam Pedoman Sistem berinteraksi secara langsung dengan
Pelaporan Pelanggaran adalah individu lain, bukan secara tidak
pengungkapan tindakan pelanggaran langsung; (2) ketika situasi
atau perbuatan lain yang dapat mempunyai sedikit peraturan, yang
merugikan organisasi atau pemangku memungkinkan kebebasan
kepentingan, yang dilakukan oleh improvisasi; dan (3) bila keterlibatan
karyawan atau pimpinan organisasi emosional dengan detail-detail yang
kepada pimpinan organisasi atau tidak relevan dengan keberhasilan
lembaga lain yang dapat mengambil mengganggu indivdu mach yang
tindakan atas pelanggaran tersebut. rendah (Robbins dan Judge,
Sedangkan seseorang yang 2008:139).
melakukan whistleblowing disebut Asumsi Machiavellian adalah
pelapor pelanggaran atau bahwa kepentingan diri merupakan
whistleblower (Sagara, 2013). kekuatan penggerak satu-satunya
Pemahaman terhadap dalam kodrat manusia, altruisme
efektifitas whistleblowing tersebut (paham yang lebih memperhatikan
memicu berbagai macam organisasi dan mengutamakan kepentingan
untuk mulai proaktif mendeteksi orang lain) sama sekali tidak ada
kecurangan dengan cara dalam gambaran itu. Sudah pasti
mengimplementasikan hotline seorang Machiavellian politis
whistleblowing system melalui sebenarnya mungkin tidak memiliki
berbagai sarana komunikasi seperti tujuan yang jahat atau egoistik, ia
melalui pengaduan telepon atau bisa jadi memiliki suatu alasan
jaringan internet (Intan, 2015). bertindak yang meyakinkan, bahkan
Whistleblowing akan sukses bila yang ia yakini. Setiap penguasa
didukung oleh sarana komunikasi totaliter, misalnya, membenarkan
yang mampu mempertimbangkan tiraninya sendiri sebagai hal yang
audience, tujuan, bahasa dan tone diperlukan untuk melindungi negara
dari wrongdoing (King, 1999 dalam dari musuh berbahaya, meskipun
Putri, 2016). alasan itu hanya dibuat-buat.
Sebagaimana telah kita lihat,
Sifat Machiavellian sejumlah definisi keahlian sosial
Sejumlah penelitian dewasa ini, yang didasarkan terutama
mengenai kepribadian mach telah pada pengetahuan sosial yang baik
JOM Fekon Vol. 4 No 1 (April) 2017 2541
seperti itu, akan memberi orang nilai penelitian menunjukkan adanya
tinggi pada orang-orang Mach. korelasi antara pemahaman nilai-
Namun, sementara kepala mereka nilai etika dengan pengambilan
tahu apa yang harus dilakukan, hati keputusan. Semakin auditor
mereka tetap tidak tahu. Sejumlah memahami kode etik maka
orang melihat perpaduan kekuatan keputusan yang diambil akan
dan kelamahan ini sebagai ketidak semakin mendekati kewajaran, adil
mampuan yang diatasi orang-orang dan bermoral. Pun dalam
tipe Mach melalui kelicikan demi hubungannya dengan keputusan
diri sendiri (Goleman, 2007: 167). seseorang untuk melaksanakan
intensi whistleblowing. Etika yang
Lingkungan Etika dapat digunakan sebagai dasar
Etika merupakan konsep pertimbangan dalam kasus
fundamental bagi semua bidang whistleblowing adalah etika
akuntansi, pemasaran, keuangan, utilitarianisme. Termasuk di
pemerintahan dan lain sebagainya. dalamnya mempertimbangkan sejauh
Perilaku dan tindakan etis seseorang mana dan berapa besar atau kecilnya
akan memberikan dampak pada kerugian atau keuntungan yang akan
orang lain dan lingkungannya dialami perusahaan jika karyawan
termasuk lingkungan tempat ia (akuntan) membocorkan atau
bekerja begitu juga sebaliknya, mendiamkan kecurangan tersebut
lingkungan yang telah terbentuk (Keraf, 1998: 177).
disuatu organisasi dapat
mempengaruhi anggota Personal Cost
organisasinya. Perilaku dan tindakan Personal cost of reporting
etis pun menjadi bagian kritis dari adalah pandangan pegawai terhadap
faktor penentu keberlangsungan risiko pembalasan/balas dendam atau
perusahaan atau yang lebih kita kenal sanksi dari anggota organisasi, yang
dengan GCG (Good Corporate dapat mengurangi minat pegawai
governance). Kesadaran akan untuk melaporkan wrongdoing
pentingnya hal ini justru muncul (Schutlz et al., 1993). Anggota
ketika berbagai kasus kontra etis organisasi yang dimaksud dapat saja
terjadi baik pada profesi akuntan dan berasal dari manajemen, atasan, atau
maupun bisnis secara umum. rekan kerja. Beberapa pembalasan
Akuntansi dan profesi auditor dapat terjadi dalam bentuk tidak
lekat hubungannya dengan dunia berwujud (intangible), misalnya
bisnis. Sebagai kegiatan sosial bisnis penilaian kinerja yang tidak
bisa disoroti sekurang-sekurangnya seimbang, hambatan kenaikan gaji,
dari tiga sudut pandang yang berbeda pemutusan kontrak kerja, atau
tetapi tidak selalu mungkin dipindahkan ke posisi yang tidak
dipisahkan dengan: sudut pandang diinginkan (Curtis, 2006).
ekonomi, hukum, dan etika (Bertens, Tindakan balasan lainnya
2000: 13). Menurut penelitian mungkin termasuk langkah-langkah
Nuryanto dan Dewi (2001) dalam yang diambil organisasi untuk
putri dan laksito (2013: 1), tinjauan melemahkan proses pengaduan,
etika atas pengambilan keputusan isolasi whistleblower, pencemaran
berdasarkan pendekatan moral. Hasil karakter dan nama baik, mempersulit
JOM Fekon Vol. 4 No 1 (April) 2017 2542
atau mempermalukan whistleblower, Lokasi penelitian dilakukan
pengecualian dalam rapat, pada auditor internal yang bekerja
penghapusan penghasilan tambahan, pada Bank BRI di Provinsi Riau, dan
dan bentuk diskriminasi atau waktu penelititan dilakukan pada
gangguan lainnya (Parmerlee, Near bulan Juni sampai bulan November.
dan Jensen.,1982). Sabang (2013) Pengambilan sampel dalam
juga menambahkan bahwa personal penelitian ini menggunakan metode
cost bukan hanya dampak tindakan purposive sampling. Metode
balas dendam dari pelaku purposive sampling adalah metode
kecurangan, melainkan juga pengumpulan sampel berdasarkan
keputusan menjadi pelapor dianggap tujuan penelitian. Sesuai penelitian
sebagai tindakan tidak etis, misalnya terdahulu yang dilakukan oleh
melaporkan kecurangan atasan (Nikmah, 2014).
dianggap sebagai tindakan yang Jenis data yang digunakan
tidak etis karena menentang atasan. dalam penelitian ini merupakan data
primer yang berasal dari jawaban
Hipotesis Penelitian responden atas kuesioner yang
dibagikan sebelumnya didahului
H1: Sifat Machiavellian
dengan presentasi singkat mengenai
berpengaruh terhadap intensi
tujuan pengisian kuesioner serta
melakukan whistleblowing.
penjelasan lain jika terjadi kesulitan
interprestasi untuk dapat ditanyakan
H2: Lingkungan etika
kepada peneliti. Kuesioner
berpengaruh terhadap intensi
dikirimkan kepada responden yang
melakukan whistleblowing.
dalam hal ini adalah para internal
auditor dari seluruh BRI Provinsi
H3: Personal cost berpengaruh
Riau.
terhadap intensi melakukan
whistleblowing.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Gambar 1
Model Penelitian Hasil Data Deskriptif
Gambaran mengenai
Variabel independen Variabel dependen variabel-variabel penelitian yaitu
Sifat Machiavellian, Lingkungan
Sifat Etika dan Personal Cost variabel
Machiavellian independen terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing di BRI
Intensi
Lingkungan
melakukan
Provinsi Riau yang disajikan dalam
etika tabel descriptive statistics.
whistleblowing
Tabel descriptive statistics
Personal cost menunjukkan angka minimum,
maksimum, mean, Range dan standar
Sumber : Data Olahan 2016 deviasi dari penyebaran data hasil
rekap kuesioner yang dapat dilihat
METODE PENELITIAN pada Tabel 1 berikut ini:

JOM Fekon Vol. 4 No 1 (April) 2017 2543


Tabel 1 dalam pengukuran instrumen
Hasil Uji Deskriptif tersebut memiliki reliabilitas yang
Std. memadai (Ghozali, 2011: 47).
N Minimum Maximum Mean Deviation

Tabel 2
X1 60 19.00 45.00 33.3500 5.37674
Uji Reliabilitas
X2 60 12.00 35.00 31.2667 4.90543
Total
X3 60 8.00 15.00 12.8667 2.13499 Cronbach Cronbach
Variabel Hasil
alpha alpha
variabel
Y 60 33.00 40.00 37.8333 2.01828
Intensi
Melakukan 0,60 0.664 Reliabel
Valid N 60 Whistleblowing
(listwise) Machiavellian 0,60 0.881 Reliabel
Lingkungan
0,60 0.913 Reliabel
etika
Sumber : Data Olahan 2016 Personal Cost 0,60 0.852 Reliabel

Sumber : Data Olahan 2016


Data statistik deskriptif
tersebut, dapat disimpulkan bahwa Hasil Uji Normalitas
secara keseluruhan nilai rata – rata Uji normalitas data ini
variabel Intensi Melakukan bertujuan untuk menguji apakah
Whistleblowing, sifat machiavellian, dalam sebuah model regresi, variabel
lingkugan etika, dan personal cost pengganggu atau residual
lebih besar dari pada standar mempunyai distribusi normal atau
deviasinya. tidak (Ghozali, 2011). Model regresi
yang baik adalah model yang
Hasil Uji Validitas Data memiliki distribusi data normal atau
Uji validitas digunakan untuk tidak, maka dapat dilakukan analisis
mengukur valid atau tidaknya suatu grafik yang membandingkan
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan distribusi kumulatif dari data
valid jika pertanyaan pada kuesioner sesungguhnya dengan distribusi
mampu untuk mengungkapkan kumulatif dari distribusi data normal.
sesuatu yang diukur oleh kuesioner
tersebut (Ghozali, 2011). Gambar 2
Keseluruhan variabel penelitian Uji Normalitas
terdiri dari 27 pertanyaan yang harus
dijawab oleh responden. Apabila r
hitung ≥ r tabel, maka item-item
pertanyaan dinyatakan valid. Nilai r
tabel pada α = 0,05 dengan persamaan
N-3 = 60 - 3 = 57 = 1,67203.

Hasil Uji Reliabilitas


Dalam pengujian reliabillitas
ini, peneliti menggunakan metode
statistik Cronbach Alpha dengan
signifik ansi yang digunakan sebesar Sumber : Data Olahan 2016
> 0,60 dimana jika nilai Cronbach
Alpha dari suatu variabel > 0,60 Gambar diatas menunjukkan
maka butir pertanyaan yang diajukan bagaimana hasil uji normalitas dalam
JOM Fekon Vol. 4 No 1 (April) 2017 2544
bentuk grafik. Oleh karena itu dapat RESIDUAL
disimpulkan bahwa persyaratan
normalitas data dapat dipenuhi. N 60
Selain itu uji normalitas ini juga bisa Normal Mean .0000
Parametersa,,b
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Std. Deviation 1.60206
Test dengan membandingkan Most Extreme Absolute .102
Differences Positive .075
Asymptotic Significance α = 0,05.
Negative -.102
Dasar penarikan kesimpulan adalah
Kolmogorov-Smirnov Z .792
data dikatakan distribusi normal Asymp. Sig. (2-tailed) .558
apabila Asymptotic Significance
>0,05. Sumber : Data Olahan 2016
Tabel 3
Dari hasil perhitungan
Uji Normalitas
analisis data diatas, diperoleh nilai
VIF untuk seluruh variabel bebas <
Collinearity Statistics 10 dan tolerance > 0,10. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa model
Model Tolerance VIF
regresi tersebut bebas dari
multikolinearitas.
X1 .892 1.120

X2 .942 1.061 Hasil Uji Heteroskedastisitas


Pengujian adanya
X3 .858 1.165 heteroskedastisitas dilakukan dengan
menggunakan scatterplot yang
Sumber : Data Olahan 2016 diperoleh dengan bantuan software
SPSS versi 17.00. Menurut Ghozali
Dari tabel diatas diperoleh (2011) heteroskedastisitas terjadi
Asymptotic Significances sebesar apabila titik-titik (point-point)
0,558 > 0,05. Dengan demikian membentuk pola tertentu seperti pola
maka model regresi memenuhi bergelombang, melebar kemudian
asumsi normalitas. menyempit. Sedangkan jika tidak ada
pola yang jelas serta titik-titik maka
Hasil Uji Multikolinearitas terjadi heteroskedatisitas.
Uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah di Gambar 3
dalam model regresi ditemukan Uji Heterokedastisitas
adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebas (Ghozali,
2011). Untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinearitas didalam
regresi dapat dilihat dari nilai
torelance dan nilai Variance
Inflasing Factor (VIF).

Tabel 4
Uji Multikoliniearitas Sumber : Data Olahan 2016
JOM Fekon Vol. 4 No 1 (April) 2017 2545
Berdasarkan Gambar 3, dependen yaitu intensi melakukan
terlihat bahwa titik-titik menyebar whistleblowing. Penelitian ini
secara acak, tidak membentuk suatu menggunakan metode enter dengan
pola tertentu yang jelas, serta bantuan SPSS 17.00.
tersebar diatas dan dibawah angka
nol pada sumbu Y. Jadi, dapat Tabel 6
disimpulkan bahwa model regresi Analisis Regresi Berganda
dalam penelitian ini bebas dari
heteroskedastisitas. Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Std.
Hasil Uji Autokorelasi Model B Error Beta t Sig.
Uji Autokorelasi bertujuan (Constant) 25.268 2.252 11.220 .000
untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara X1 .123 .042 .328 2.923 .005
kesalahan pengganggu (error) pada X2 .139 .045 .338 3.096 .003
periode t dengan kesalahan X3 .319 .108 .338 2.949 .005
pengganggu pada periode. Umumnya a. Dependent Variable: Y
untuk mengetahui adanya Sumber : Data Olahan 2016
autokorekasi dilakuakan uji Durbin-
Watson. Besaran Durbin-Watson Berdasarkan hasil analisis
secara umum bisa diambil patokan 4- regresi diatas, maka persamaan
dU (batas atas) 4-dL (batas bawah). regresi yang terbentuk pada uji
regresi ini adalah: Y = 25,268 +
Tabel 5 0,123X1 + 0,139X2 + 0,319X3 + e
Uji Autokorelasi
DURBIN WATSON N Keterangan Persamaan regresi diatas
dapat dijelaskan sebagai berikut:
2,086 60 Tidak terdapat
Autokorelasi a. Nilai a = 25,268
menunjukkan bahwa jika
Sumber: Data Olahan 2016 variabel sifat machiavellian,
lingkungan etika, dan
Dari hasil perhitungan personal cost bernilai 0 (nol)
analisis data diatas, angka DW maka intensi melakukan
sebesar 2,086 terletak antara dU dan whistleblowing bernilai
4-dU = 1,6889 < 2,086 < 2,3111 sebesar 25,268.
dapat disimpulkan bahwa persamaan b. Nilai koefisien regresi Sifat
regresi dari penelitian ini bebas dari Machiavellian (X1) adalah
autokorelasi. 0,123 dan bertanda positif.
Hal ini berarti bahwa setiap
Hasil Analisis Regresi Berganda perubahan satu satuan pada
Penelitian ini menggunakan sifat machiavellian (X1)
metode analisis regresi berganda dengan asumsi variabel
(Multiple regression) untuk lainnya tetap, maka
mengetahui pengaruh variabel perubahan yang diperoleh
independen yang terdiri dari sifat pada variabel intensi
machiavellian, lingkungan etika dan melakukan whistleblowing
personal cost terhadap variabel (Y) adalah sebesar 25,268
JOM Fekon Vol. 4 No 1 (April) 2017 2546
satuan dengan arah yang dengan ttabel serta membandingkan
sama. nilai signifikan t dengan level of
c. Nilai koefisien regresi signifikan (α). Apabila nilai t hitung >
lingkungan etika (X2) adalah ttabel dan Sig < 0,05 maka H0 ditolak,
0,139 dan bertanda positif. yang berarti bahwa terdapat
Hal ini berarti bahwa setiap pengaruh yang signifikan antara
perubahan satu satuan pada variabel independen terhadap
lingkungan etika (X2) dengan variabel dependen.
asumsi variabel lainnya tetap,
maka perubahan yang Hasil Pengujian Hipotesis 1
diperoleh pada variabel Tabel 7
intensi melakukan Hasil Regresi Hipotesis Pertama
whistleblowing (Y) adalah Coefficientsa
sebesar 25,268 satuan dengan Unstandardized Standardized
arah yang sama. Coefficients Coefficients

d. Nilai koefisien regresi Std.


Model B Error Beta t Sig.
Personal Cost (X3) adalah
(Constant) 25.268 2.252 11.220 .000
0,319 dan bertanda positif.
X1 .123 .042 .328 2.923 .005
Hal ini berarti bahwa setiap
a. Dependent Variable: Intensi Melakukan Whistleblowing
perubahan satu satuan pada
Personal Cost (X3) dengan Sumber : Data Olahan 2016
asumsi variabel lainnya tetap,
Diketahui nilai thitung sebesar
maka perubahan yang
2.923 dan ttabel sebesar 2,00324. Serta
diperoleh pada variabel
Pvalue sebesar 0,005< 0,05. Karena
intensi melakukan
thitung > ttabel dan nilai P value lebih kecil
whistleblowing (Y) adalah
dari nilai alpa 0,05, maka hasil
sebesar 25,268 satuan dengan
penelitian ini menerima hipotesis
arah yang sama.
pertama yang menyatakan bahwa
Standar eror (e) merupakan
Sifat Machiavellian berpengaruh
variabel acak dan mempunyai
terhadap intensi melakukan
distribusi probabilitas yang mewakili
whistleblowing.
semua faktor yang mempunyai
pengaruh terhadap Y tetapi tidak
Hasil Pengujian Hipotesis 2
dimasukkan dalam persamaan.
Tabel 8
Hasil Regeresi Hipotesis Kedua
Hasil Pengujian Hipotesis Coefficientsa
Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan uji t untuk Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
mengetahui ada tidaknya pengaruh
variabel independen memiliki Model B Std. Error Beta T Sig.

hubungan yang signifikan atau tidak (Constant) 25.268 2.252 11.220 .000

dengan variabel dependen secara X2 .139 .045 .338 3.096 .003


individual untuk setiap variabel. a. Dependent Variable: Intensi Melakukan Whistleblowing
Untuk mengetahui apakah ada Sumber : Data Olahan 2016
pengaruh yang signifikan dari
variabel masing-masing independen, Diketahui nilai thitung sebesar
maka dibandingkan antara nilai thitung 3.096 dan ttabel sebesar 2,00324. Serta
JOM Fekon Vol. 4 No 1 (April) 2017 2547
Pvalue sebesar 0,003< 0,05. Karena menjelaskan variabel dependen
thitung > ttabel dan nilai P value lebih kecil rendah. Sedangkan apabila nilai R2
dari nilai alpa 0,05, maka hasil mendekati 1, maka variabel
penelitian ini H0 ditolak H2 diterima. independen memberikan hampir
Adanya koefisien β sebesar 0,338 semua informasi yang dibutuhkan
menyatakan lingkungan etika untuk memprediksi variasi variabel
mempengaruhi sifat machiavellian dependen (Ghozali, 2011).
terhadap intensi melakukan
whistleblowing dan artinya H2 dapat Tabel 10
diterima. Hasil pengujian ini Hasil analisis koefisien determinasi
menggambarkan bahwa auditor
Model Summaryb
dalam lingkungan etika yang baik
akan meningkatkan intensi Std. Error
melakukan whistleblowing. R Adjusted of the Durbin-
Model R Square R Square Estimate Watson
1 .608a .370 .336 1.64441 2.086
Hasil Pengujian Hipotesis 3
Tabel 9
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
Hasil Regresi Hipotesis Ketiga
Coefficientsa b. Dependent Variable: Y

Unstandardized Standardized Sumber : Data Olahan 2016


Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig. Hasil perhitungan analisis
(Constant) 25.268 2.252 11.220 .000 regresi pada Tabel 10 diperoleh
X3 .319 .108 .338 2.949 .005
adjusted R Square sebesar 0,336.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel
a. Dependent Variable: Intensi Melakukan Whistleblowing
sifat machiavellian, lingkungan
Sumber : Data Olahan 2016 etika dan personal cost dapat
menjelaskan variabel Intensi
Diketahui nilai thitung sebesar melakukan Whistleblowing sebesar
2.949 dan ttabel sebesar 2,00324. Serta 37%. Sedangkan sisanya 63%
Pvalue sebesar 0,005< 0,05. Karena dipengaruhi oleh variabel-variabel
thitung > ttabel dan nilai P value lebih kecil yang tidak teramati dalam model
dari nilai alpa 0,05, maka hasil penelitian ini.
penelitian ini H0 ditolak H3 diterima.
Adanya koefisien β sebesar 0,338 SIMPULAN DAN SARAN
menunjukkan bahwa personal cost
berpengaruh terhadap Intensi Simpulan
melakukan Whistleblowing. Berdasarkan dari hasil
penelitian yang didapatkan, maka
Hasil Uji Koefisien Determinasi dapat disimpulkan pada beberapa
Tujuan menghitung koefisien poin dibawah ini :
determinasi adalah untuk mengetahui 1. Hasil pengujian hipotesis
pengaruh variabel bebas terhadap pertama membuktikan bahwa
variabel terikat. Apabila nilai R2 variabel Machiavellian
semakin kecil, maka kemampuan berpengaruh terhadap intensi
variabel independen dalam melakukan whistleblowing.

JOM Fekon Vol. 4 No 1 (April) 2017 2548


Hal ini dapat dilihat dari hasil whistleblowing seperti
uji statistik t yang variabel suku bangsa , karena
menunjukkan bahwa nilai suatu hal yang baru dalam
t hitung > t tabel yaitu 2.923 > penelitian tentang
2,00324 dan signifikansi t whistleblowing di Indonesia
0,005 lebih kecil dari α = (Syaifa Rodiyah, 2015).
0,05 dengan 2. Penelitian yang dilakukan
demikian H0 ditolak dan dalam penelitian ini hanya
H1 diterima. pada Bank BRI saja, untuk
2. Hasil pengujian hipotesis mendapatkan hasil yang lebih
kedua membuktikan bahwa general sebaiknya
variabel lingkungan etika menambahkan jumlah Bank
berpengaruh terhadap intensi ataupun perusahaan untuk
melakukan whistleblowing. memperluas tempat
Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian .
uji statistik t yang 3. Untuk mendapatkan kualitas
menunjukkan bahwa nilai data dan hasil yang lebih baik
t hitung > t tabel yaitu 3,096 > disarankan instrument
2,00324 dan signifikansi t penelitian tidak hanya berupa
0,003 lebih kecil dari α = kuisioner, namun juga
0,05 dengan demikian wawancara atau survey,
H0 ditolak dan H2 diterima. karena sistem whistleblowing
3. Hasil pengujian hipotesis pada setiap perusahaan dapat
ketiga membuktikan bahwa berbeda penerapannya.
variabel personal cost Begitu pula untuk
berpengaruh terhadap intensi mendapatkan data yang lebih
melakukan whistleblowing. nyata.
Hal ini dapat dilihat dari hasil
uji statistik t yang DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan bahwa nilai
t hitung > t tabel yaitu 2.949 > Bagustianto, Rizki dan Nurkholis.
“Faktor-Faktor yang
2,00324 dan signifikansi t
Mempengaruhi Minat Pegawai
0,005 lebih kecil dari α =
Negeri Sipil (PNS) untuk
0,05 dengan demikian
Melakukan Tindakan
H0 ditolak dan H3 diterima..
Whistleblowing (Studi pada
Saran PNS BPK RI)”. Malang: e-
Penelitian mengenai journal Universitas Brawijaya,
whistleblowing di masa mendatang 2015.
diharapkan mampu memberikan
hasil penelitian yang lebih Bertens, K. “Pengantar Etika
berkualitas , saran untuk penelitian Bisnis”. Jakarta: Kanisius,
ini adalah : 2013.
1. Penelitian selanjutnya
disarankan untuk menambah Carson, Thomas. L, Marry Ellen
variabel yang mempengaruhi Verdu, Richard E. Wokutch.
intensi melakukan “Whistle-Blowing for Profit:
JOM Fekon Vol. 4 No 1 (April) 2017 2549
An Ethical Analysis of the Tuntutan dan Relevansinya”.
Federal False Claims Act”. Jakarta: Kanisius, 1998.
Journal of Business Ethics
77:361-376. 2008. Muttaqin, Alif Zain.”Analisis
Faktor-Faktor yang
Curtis, Mary B. “Are Audit-related Mempengaruhi Sensivitas
Ethical Decisions Dependent Etika Auditor Pemerintah”.
upon Mood?”. Journal of Semarang: Universitas
Business Ethics. Vol.68; 191- Diponegoro, 2014.
209, 2006.
Dalton, Derek dan Robin R.Radtke. Putri, Pritta Amina dan Herry
“The Joint Effects of Laksito. “Pengaruh
Machiavellinsm and Ethical Lingkungan Etika,
Environment on Pengalaman Auditor dan
Whistleblowing”. Spriager Tekanan Ketaatan Terhadap
Science + Business Media Kualitas Audit Judgement”.
Dordrecht, 2012. Diponegoro Journal
Accounting, Volume 2,
Goleman, Daniel. “Social Halaman 1-11, 2013.
Intelligence, Ilmu Baru tentang
Hubungan Antar Manusia” . Robbins, Stephen P. dan Timothy A.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Judge. “Perilaku Organisasi
Utama, 2007. (Organizational Behavior)”
Buku 1, Edisi 12. Jakarta:
Gozali, imam, “Aplikasi Analisis Salemba Empat, 2008.
Multivariate dengan Progaram
Ibm Spss 21”, Semarang: Semendawai, Abdul Haris Dkk.
Badan Penerbit Universitas “Memahami Whistleblower”.
Diponegoro, 2013.. Jakarta: Lembaga Perlindungan
Saksi Dan Korban (Lpsk),
Hwang, Dennis Dkk. “Confuction 2011.
Culture and Whistle-Blowing Septianti, Windy. “Pengaruh
by Professional Acountants: an Faktor Organisasional,
exploratory study”. Managerial Individual, Situasional, dan
Auditing Journal, Vol.23 No. Demografis Terhadap Niat
5, Pp. 504-526, Emerald Group Melakukan Whustleblowing
Publishing Limited, 2008. Internal”. Manado: Simposium
Nasional Akuntansi, 2013.
Kaplan, Steven. E Stacey M.
Whitecotton. “An Examination Sweeney, Breda, Don Arnold dan
of Auditors”. Reporting Bernard Pierce. “The Impact of
Intentions When another Perceived Ethical Culture of the
Auditor is Offered Client Firm and Demographic
Employment”. Auditng: A Variables on Auditor’ Ethical
Journal of Practice & Theory Evaluation and Intention to Act
Vol.20, No 1:45-63. 2001. Decisions”. Journal Of
Business Ethics, Spriager, 2010.
Keraf, Dr. A. Sonny. “Etika Bisnis,

JOM Fekon Vol. 4 No 1 (April) 2017 2550

Anda mungkin juga menyukai