Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sekolah merupakan salah satu tempat generasi muda untuk mendapat


pendidikan yang bertujuan untuk mengajarkan generasi muda dalam memajukan
bangsa. Kata sekolah berasal dari bahasa latin skhole, scola, scalae, atau skhola
yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang, jadi sekolah adalah kegiatan
diwaktu luang bagi anak-anak di tengah kegiatan utama mereka. Saat ini, kata
sekolah berubah menjadi bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta
tempat memberi dan menerima pelajaran.
Di era globalisasi, bangsa Indonesia menghadapi berbagai permasalahan
tentang tawuran pelajar,narkoba, pembullyan, pemerkosaan, pencurian, bahkan
tindak pembunuhan yang dilakukan oleh para generasi muda dan sampai saat ini
permasalahan tersebut belum dapat diatasi secara tuntas oleh pemerintah atau
pihak sekolah yang bersangkutan. Maka dari itu, pemerintah mengeluarkan
sekolah dengan sistem boarding school untuk membentuk karakter generasi muda.
Hal ini dilakukan agar para generasi muda terhindar dari kerumunan-kerumunan
ganster atau yang sering kita sebut dengan kata geng dan bersifat merusak.
Pada sekolah yang menggunakan sistem boarding school, karakter generasi
muda diharapkan dapat berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Namun
karena maraknya isu-isu kekerasan yang dilakukan di sekolah dengan sistem
boarding school membuat para orang tua khawatir untuk menyekolahkan anak nya
di sekolah ini. Ditambah lagi dengan perilaku pembullyan yang kerap kali
dilakukan oleh para senior terhadap juniornya. Tetapi, pada sekolah yang
menggunakan sistem boarding school para siswa sudah mendapat pengawasan
yang lebih dari guru karena berada di lingkungan yang sama sehingga para orang
tua bisa sedikit lega. Hal ini, didukung oleh pemerintah dengan mengeluarkan
peraturan tentang perlindungan terhadap anak-anak agar terhindar dari tindak
kekerasan di sekolah. Tentu ini tidak bisa kita jadikan sebagai acuan bahwasannya
anak-anak bisa terhindar dari tindak kekerasan.

1
Namun, hal ini bisa meminimalisir tindak kekerasan yang akan di lakukan
oleh para siswa di sekolahnya. Apalagi di sekolah yang menggunakan sistem
boarding school para siswa sudah diajarkan tentang sopan santun. Jadi tidak dapat
kita pungkiri bahwa boarding school dapat memberikan sisi positif terhadap
pembentukan karakter siswa.

2
II.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ini, yaitu:
1. Apakah boarding school mempengaruhi pembentukan karakter siswa?
2. Apakah keunggulan dari boarding school?
3. Mengapa boarding school bisa mempengaruhi pembentukan karakter siswa?

1.1 TujuanPenelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bahwa boarding school dapat mempengaruhi pembentukan
karakter siswa.
2. Mengetahui keunggulan boarding school jika dibandingkan dengan sekolah
regular pada umumnya.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh boarding school terhadap pembentukan
karakter siswa.

1.2 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Meminimalisir kenakalan remaja karena pergaulan bebas
2. Mengajarkan siswa berpikir lebih kritis terhadap pengaruh boarding school
3. Menjadikan siswa untuk memiliki karakter yang lebih baik dari sebelumnya.

1.3 Hipotesis
Boarding school dapat mempengaruhi pembentukan karakter siswa karena
pada dasarnya pada sekolah yang bersifat boarding school para siswa mendapat
pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakulikuler selain kegiatan kulikuler
tentunya.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

II.1 Sekolah

Kata sekolah berasal dari bahasa latin skhole, scola, scolae atau skhola
yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang bagi anak-anak di tengah
kegiatan utamanya (http://wiki.id.org>sekolah). Sekolah merupakan lingkungan
kedua setelah keluarga. Sekolah digunakan sebagai tempat untuk belajar bersama
teman-teman secara terarah guna menerima transfer pengetahuan dari guru yang
didalamnya mencakup keadaan sekitar sekolah, suasana sekolah, relasi siswa
dengan teman-temannya, relasi siswa dengan guru dan staf sekolah, kualitas guru
dan metode belajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitas
dan sarana prasarana sekolah. Sekolah pada hakikatnya bukan sekedar tempat
“transfer of knowledge” belaka. Seperti yang dikemukakan Fraenkel (1977:1-2),
sekolah tidaklah semata-mata tempat dimana guru menyampaikan pengetahuan
melalui berbagai mata pelajaran. Sekolah juga lembaga yang mengusahakan usaha
dan proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai
Jadi, sekolah adalah tempat terjadinya proses belajar mengajar di waktu
senggang anak-anak. Namun, pada dasarnya sekolah tidak hanya mengajarkan
anak-anak untuk memiliki pengetahuan tentang dunia pendidikan. Tetapi, sekolah
juga mengajarkan anak-anakuntuk berorientasi kepadanilai sehinggap pada
akhirnya anak-anak akan memiliki karakter yang sesuai dengan polaperilakuyang
ada di sekolah tersebut.

4
II.2 Boarding School

Boarding school dapat diartikan sebagai sekolah yang menyediakan


asrama untuk tempat tinggal sekaligus tempat mendidik siswa-siswanya selama
kurun waktu tertentu. Di lingkungan sekolah, para siswa dapat melakukan
interaksi dengan sesama siswa, bahkan berinteraksi dengan para guru setiap
saatnya. Dalam sistem pendidikan boarding school seluruh peserta didik wajib
tinggal dalam satu asrama. Oleh karena itu, guru atau pendidik lebih mudah
mengontrol perkembangan karakter peserta didik dalam kegiatan kurikuler,
kokurikuler, ekstrakulikuler, baik di sekolah, asrama dan lingkungan masyarakat
dipantau oleh guru-guru selama 24 jam.
Maka, dengan adanya sekolah yang menggunakan sistem boarding school
para orang tua tidak perlu khawatir dengan adanya penyimpangan-penyimpangan
yang akan dilakukan anak-anak nantinya. Jadi, para orang tua bisa mengambil sisi
positif dari sekolah boarding school ini, tidak hanya melihat pada sisi negatifnya.
Karena, pada dasarnya anak-anak yang bersekolah di sekolah yang menggunakan
sistem boarding school akan memiliki karakter yang sesuai dengan yang diajarkan
oleh sekolah tersebut yang mana sekolah boarding school lebih berorientasi pada
norma-norma yang berlaku pada masyarakat.

5
II.3 Karakter

Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan


menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan
yang mengarah kan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan
mengenai karakter seseorang itu tidak dapat diketahui, maka dapat diketahui pula
bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dilihat
dari sudut pengertian ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada
lagi pemikiran karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain
keduanya dapat disebut kebiasaan.

Jadi, karakter adalah sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran,


perilaku, dan budi pekerti yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya.
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena di dalam
pikiran terdapat pengalaman hidup yang akhirnya akan membentuk pola berpikir
dan bisa mempengaruhi pola perilakunya. Semakin banyak informasi yang
diterima dan semakin matang sistem kepercayaanserta pola pikir yang terbentuk,
maka semakin jelas tindakan, kebiasaan, dan karakter dari tiap-tiap individu.

6
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 JenisPenelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptip kualitatif, yaitu


dengan memaparkannya dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang bersumber dari
buku dan artikel. Serta menggunakan metode observatif parsipatif dimana peneliti
menyeberluaskan angket (kuesioner) kepada responden yang ada di SMAN 3
Kayuagung sehubungan dengan pelaksanaan program boarding school terhadap
pembentukan karakter siwa.

III.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 23-24 Januari 2017 di SMAN 3


Kayuagung.

III.3 Populasi dan Sampel

a) Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi yang peneliti
ambil dalam penelitian adalah seluruh siswa dan/ siswi program IPS SMAN 3
Kayuagung.
b) Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. Dalam penelitian ini peneliti


mengambil sampel dari 3 kelas yaitu X.IPS 1, XII.IPS 2, dan XII.IPS 2
SMAN 3 Kayuagung yang berjumlah 34 laki-laki dan 41 perempuan. Jadi
sampel yang peneliti ambil dalam penelitian ini berjumlah 7756 responden.

7
III. 4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan angket (kuesioner) dan


analisis media massa untuk mendapatkan keterangan dari sejumlah responden.
Angket yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dan
angket semiterbuka. Yang peneliti ambil melaui metode random sampling.

III.5 Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data peneliti menggunakan angket untuk


mendapatkan keterangan dari sejumlah responden dengan menggunakan
pertanyaan yang bersifat kualitatif dan disebarluaskan melalui metode random
sampling. Setelah angket diberikan secara random kepada para responden, peneliti
akan melakukan coding(pengkodean) guna mengklasifikasikan jawaban-jawaban
para responden. Dan mengolahnya dalam bentuk tabulasi data.

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan angket yang peneliti sebarkan pada siswa/siswi program IPS
SMAN 3 Kayuagung kelas X.IPS 1, XII.IPS 2, XII.IPS maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 1.1 boarding school
Pertanyaan Jawaban Jumlah
Secara pribadi apakah Anda ingin Ya 59
bersekolah di sekolah yang
menggunakan sistem boarding school? Tidak 16

Jumlah 75
Dari tabel diatas, sebanyak 79 % siswa menerima bersekolah di sekolah
dengan sistem boarding school karena kemauan diri sendiri dan 28 % lainnya
tidak menyatakan hal yang demikian.
Tabel 1.2 Aktivitas
Pertanyaan Jawaban Jumlah
Jika sekolah Anda boarding school, Ya 44
kegiatan yang padat merupakan hal Tidak 6
yang wajar. Apakah Anda merasa Kadang-kadang 25
nyaman dengan kegiatan itu? Tidak sama sekali 0
Jumlah 75
Dari tabel diatas, sebanyak 58% s iswa merasa nyaman walaupun aktivitas
padat terjadi pada sekolah noarding school. 34 % siswa kadang merasa nyaman.
Dan sebanyak 8% siswa tidak merasakan kenyaman itu.

9
Tabel 1.3 Sikap
Pertanyaan Jawaban Jumlah
Ketika Anda merasa nyaman, apakah Ya 53
sikap Anda mengalami perubahan Tidak 6
Kadang-kadang 16
Tidak sama sekali 0
Jumlah 75
Dari tabel diatas, sebanyak 70 % siswa mengalami perubahan pada sikap
mereka setelah bersekolah di sekolah boarding school. Sebanyak 22% siswa
kadang mengalami perubahan dan kadang tidak. Namun sebanyak 8% siswa tidak
merasa ada perubahan pada sikapnya.
Tabel 1.4 Dampak perubahan sikap
Pertanyaan Jawaban Jumlah
Apakah perubahan tersebut membawa Ya 59
dampak positif? Tidak 6
Kadang-kadang 10
Tidak sama sekali 0
Jumlah 75
Dari tabel diatas, sebanyak 78% siswa menyatakan bahwasannya
peubahan tersebut membawa dampak positif bagi kehidupannya. 14% siswa
berpendapat bahwasannya perubahan tersebut kadang membawa dampak positif
dan sebaliknya. Namun, sebanyak 8% siswa tidak merasakan perubahan yang
membawa dampak positif pada dirinya.
Tabel 1.5 penyimpangan
Pertanyaan Jawaban Jumlah
Setelah bersekolah di sekolah yang Ya 20
menggunakan sistem boarding school. Tidak 35
Adakah tindakan penyimpangan yang Kadang-kadang 12
Anda alami? Tidak sama sekali 8
Jumlah 75

10
Dari tabel diatas, sebanyak 27% siswa mengalami tindak penyimpangan
di sekolah. Dan sebanyak 16% siswa kadang mengalami tindak penyimpangan
dan kadang tidak. Dan 47% siswa tidak pernah mengalami tindak penyimpangan.
Bahkan, 10% menyatakan bahwa di sekolah boarding school sama sekali tidak
terdapat peyimpangan.
Tabel 1.6 Penyelesaian Masalah
Pertanyaan Jawaban Jumlah
Jika terjadi tindakan penyimpangan, Pengurus asrama 34
siapa pihak yang menangani Guru 6
permasalahan itu? Guru BK 34
Kepala sekolah 1
Jumlah 75
Dari tabel diatas, 45 % siswa menyatakan bahwasannya jika terjadi
penyimpangan pengurus asrama akan bertanggung jawab terhadap penyimpangan
itu. 45% lainnya juga menyatakan bahwasannya guru BK juga pihak pertama
yang menangani kasus tersebut. Dan, 8% lainnya berpendapat guru adalah pihak
yang menangani kasus tersebut. serta 2% lainnya menyatakan kepala sekolah
adalah pihak yang bertanggung jawab dalam menangani kasus tersebut.

11
IV.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel 1.1, sebanyak 79 % siswa menerima bersekolah di
sekolah dengan sistem boarding school karena kemauan diri sendiri dan 28 %
lainnya tidak menyatakan hal yang demikian. Jadi, sebanyak 28% lainnya
bersekolah di sekolah yang menggunakan sistem boarding school didasari oleh
faktor keterpaksaan.
Berdasarkan tabel 1.2, sebanyak 58% s iswa merasa nyaman walaupun
aktivitas padat terjadi pada sekolah noarding school. 34 % siswa kadang merasa
nyaman. Dan sebanyak 8% siswa tidak merasakan kenyamanan itu. Berdasarkan
data yang diakumulasikan dari 23% responden yang bersekolah karena faktor
keterpaksaan. Dan, sebanyak 14% responden telah mengalami perubahan karakter
pada diri mereka sehingga lama-kelamaan merasa nyaman.
Berdasarkan tabel 1.3, sebanyak 70 % siswa mengalami perubahan pada
sikap mereka setelah bersekolah di sekolah boarding school. Sebanyak 22% siswa
kadang mengalami perubahan dan kadang tidak. Namun sebanyak 8% siswa tidak
merasa ada perubahan pada sikapnya. Ini didasari karena faktor kenyamanan
seperti yang peneliti jelaskan sebelumnya bahwa terdapat 14% responden yang
belum merasa nyaman terhadap kegiatan padat pada sekolah boarding school.
Berdasarkan tabel 1.4, sebanyak 78% siswa menyatakan bahwasannya
peubahan tersebut membawa dampak positif bagi kehidupannya. 14% siswa
berpendapat bahwasannya perubahan tersebut kadang membawa dampak positif
dan sebaliknya. Namun, sebanyak 8% siswa tidak merasakan perubahan yang
membawa dampak positif pada dirinya. Ini didasari mereka belum menyadari
bahwasannya terdapat perubahan dalam diri mereka.
Dari tabel diatas, sebanyak 27% siswa mengalami tindak penyimpangan
di sekolah. Dan sebanyak 16% siswa kadang mengalami tindak penyimpangan
dan kadang tidak. Dan 47% siswa tidak pernah mengalami tindak penyimpangan.
Bahkan, 10% menyatakan bahwa di sekolah boarding school sama sekali tidak
terdapat peyimpangan. Ini membuktikan sekolah boarding school tidak banyak
terdapat penyimpangan-penyimpangan.

12
Berdasarkan tabel 1.5, sebanyak 45 % siswa menyatakan bahwasannya
jika terjadi penyimpangan pengurus asrama akan bertanggung jawab terhadap
penyimpangan itu. 45% lainnya juga menyatakan bahwasannya guru BK juga
pihak pertama yang menangani kasus tersebut. Dan, 8% lainnya berpendapat guru
adalah pihak yang menangani kasus tersebut. serta 2% lainnya menyatakan kepala
sekolah adalah pihak yang bertanggung jawab dalam menangani kasus tersebut.
Ini berarti fungsi pengurus asrama dan guru bk dalam sekolah yang menerapkan
sistem boarding school sudah sepenuhnya terlaksana.

13
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, para responden yang pada
umumnya adalah murid di sekolah yang menerapkan sistem boarding school telah
mengalami perubahankarakter pada diri mereka. Hal ini dapat diketahui melaui
responden yang pada awalnya bersekolah karena factor keterpaksaan lama
kelamaanmenjadinyaman dan berusaha untuk memperbaiki dirinya dari perbuatan
yang sebelumnya ia lakukan dan dianggapnya salah. Hal ini juga didasari karena
sekolah boarding school memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan sekolah
umumnya, yaitu:
a) Program pendidikan paripurna
Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan
akademis sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh. Hal ini
terjadi karena keterbatasan waktu, sebaliknya sekolah berasrama dapat
merancang program pendidikan yang komprehensif holistik dari program
pendidikan keamanan, perkembangan akademik, keahlian hidup sampai
wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran
teoritis, tapi juga implementasi baik dalamkonteks belajar ilmu ataupun
belajar hidup.
b) Fasilitas lengkap
Sekolah berasrama memiliki fasilitas yang lengkap, mulai dari fasilitas
ruang belajar, ruang asrama, sampai ruang dapur.
c) Siswa yang heterogen
Sekolah berasrama mampu menampung sisa dari berbagai latar belakang
yang tingkat heterogenitasnya tinggi. Kondisi ini sangat kondusif untuk
membangun wawasan nasional dan siswa terbiasa berinteraksi dengan
teman-temannya sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom
anak dan menghargai pluralitas.

14
d) Jaminan Keamanan
Jaminan keamanan diberikan pada sekolah boarding school mulai dari
jaminan kesehatan dan jaminan fisik.
e) Jaminan Kualitas
Dalam boarding school, pintar tidak pintarnya anak, baik tidak baiknya
anak sangat tergantung pada sekolah karena 24 jam anak berasrama
sekolah. Sekolah-sekolah dapat melakukan treatment individual, sehingga
setiap siswa dapat menunjukan bakat dan potensi individunya.
Maka dari itu para murid yang bersekolah di sekolah yang menerapkan sistem
boarding school lama kelamaan akan mengalami peubahan pada karakter mereka.

15
V.2 Saran
a) Untuk pemerintah
Sebaiknya, pemerintah memberi perhatian lebih kepada sekolah yang
menggunakan sistem boarding sxhool. Karena banyak yang beranggapan bahwa
boarding school rawan terhadap tindak pembullyan. Namun tidak menutup
kemungkinan pemerintah juga memperhatikan sekolah regular lainnya.
b) Untuk peneliti
Sebaiknya, pada penelitian selanjutnya diberikan keterkaitan antara moral
dan karakter pada siswa yang bersekolah di boarding school. Sehingga cakupan
yang diteliti lebih mendalam lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wiki.or.id>sekolah(diakses pada tanggal 23 januari 2017)
http://id.wiki.or.id>boardingschool(diakses pada tanggal 23 januari 2017)
http://id.wiki.or.id>karakter(diakses pada tanggal 23 januari 2017)

17
18

Anda mungkin juga menyukai