Anda di halaman 1dari 81

EKSISTENSI KH HARSONO MISAALAH SEBAGAI TOKOH AGAMA

DALAM MENGEMBAN PERAN DAN TANGGUNG JAWAB


PENDIDIKAN ISLAM DI DESA PADANG BARAT
KECAMATAN BINTAUNA KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW UTARA

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Penelitian Skripsi
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Sultan Amai Gorontalo

Oleh

FAKHRUL BOULU
NIM : 151012132

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS


ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SULTAN AMAI
GORONTALO
2019
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Fakhrul Boulu

NIM : 151012132

TTL : Minanga, 19 Juni 1996

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo

Alamat : Jl. Taman Bungan IV, Kec.Kota Timur, Kota Gorontalo

Judul : EKSISTENSI KH. HARSONO MISAALAH SEBAGAI TOKOH


AGAMA DALAM MENGEMBAN PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
PENDIDIKAN ISLAM di Desa Padang Barat, Kecamatan Bintauna, Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara.

Dengan sesungguhnya dan penuh sadar menyatakan bahwa skripsi ini

benar-benar adalah hasil karya tulis dari diri saya sendiri. Jika dikemudian hari

terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, atau plagiat, atau bukan dibuat oleh

diri sendiri (orang lain) sebagiannya maupun keseluruhannya, maka skripsi ini dan

gelar yang nantinya akan diperoleh akan dibatalkan karena ketentuan hukum.

Gorontalo, 19 Juni 2019

Penulis

Fakhrul Boulu
Nim: 151012132

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Eksistensi KH. Harsono Misaalah Sebagai Tokoh


Agama Dalam Mengemban Peran dan Tanggung Jawab Pendidikan Islam di
Desa Padang Barat Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara”, yang disusun oleh saudara Fakhrul Boulu, Nim: 151012132 Mahasiswa
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, telah diuji dalam
sidang Munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Senin, 27 Januari 2020,
bertepatan dengan 02 Jumadil akhirah 1441 H, dinyatakan telah dapat diterima
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)
dalam Ilmu Pendidikan Jurusan pendidikan Agama Islam dengan beberapa
perbaikan.
Gorontalo, 27 Januari 2020
02 Jumadil Akhirah 1441 H
Mengesahkan
Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Dr. Razak H Umar M.Pd Tita Rostitawati, M.Fil.I


NIP. 197506262003121004 NIP.197010092007012024

Penguji I Penguji II

Dr. Hj. Marina Pakaya M.Hum Drs. Kasidi M.Pd


NIP. 197105052000032001 NIP. 196202101993031004

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dr. H. Lukman Arsyad M.Pd


Nip. 196203071992031005

iii
ABSTRAK

Fakhrul Boulu. 2019. Eksistensi KH. Harsono Misaalah Sebagai Tokoh Agama
Dalam Mengemban Peran dan Tanggung Jawab Pendidikan Islam di Desa Padang
Barat, Kecamatan Bintauna, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Skripsi Prodi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo. Pembimbing (I) Dr. Razak H. Umar
M.Pd dan Pembimbing (II) Tita Rostitawati M.Fil.I.
Kata Kunci: KH. Harsono Misaalah, Pendidikan Islam, Dakwah, Bintauna
Hal-hal yang dianggap tabu oleh agama Islam, seperti misalnya dalam hal
pengobatan (berupa pemberian makanan/sesajian kepada mahluk halus melalui
paranormal dengan tujuan bisa menyembuhkan pasien tersebut) itu sudah menjadi
suatu kebiasaan yang sering dilakukan oleh masyarakat Bintauna. Berdasarkan
persoalan diatas, maka penelitian ini membahas tentang bagaimana peran dan
tanggung jawab KH. Harsono Misaalah dibidang pendidikan Islam dan dakwah
dalam menyikapi realitas sosial masyarakat serta apa karya monumental KH.
Harsono Misaalah dalam orientasi pendidikan Islam. Tujuannya untuk mengetahui
apa saja perubahan yang sudah dilakukan KH. Harsono Misaalah dalam orientasi
pendidikan Islam dan dakwah, dan apa karya monumental KH. Harsono Misaalah
dalam pendidikan Islam.

Penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualitatif yang jenisnya


termasuk Library Research atau kajian pustaka dengan menggunakan teknik
pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sementara itu, teknik
analisis data yang digunakan berupa mengumpulkan, memilah-milih,
mengklarifikasi, menyintesiskan, membuat ikhtisar, serta indeks, dan triangulasi
sumber data.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa, KH. Harsono Misaalah
berhasil menanamkan pemahaman keislaman yang holistik dan komprehensif ke
santri-santri nya maupun masyarakat umum. Meskipun tidak secara keseluruhan,
setidaknya telah memberi sebuah perubahan pola pikir mengenai ajaran Islam pada
masyarakat setempat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dakwah dan pendidikan
Islam yang KH. Harsono Misaalah terapkan benar-benar membawa pengaruh besar
bagi masyarakat Bintauna.

iv
MOTTO & PERSEMBAHAN

Allah tidak akan menguji hambanya kecuali sesuai dengan kemampuannya (Al-

Baqarah ayat 286)

“Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan”

(Al-Insyirah ayat 5-6)

“Keberhasilan adalah sebuah kemampuan untuk melewati serta mengatasi dari


kegagalan ke kegagalan lainnya tanpa menghilangkan semangat belajar”.
(Winston Chuchill)

Sujud syukur ku sembahkan kepadaMu ya Allah, Tuhan Yang Maha Agung

dan Maha Tinggi. Atas rahmat-Mu saya bisa menjadi pribadi yang berpikir,

berilmu, beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal

untuk masa depanku, dalam meraih cita-citaku. Dengan ini saya persembahkan

karya ini untuk, Alm. Ayahanda saya Kamal Boulu. Dan terima kasih atas kasih

sayang yang berlimpah dari mulai saya lahir, hingga KH. Harsono Misaalah

meninggal. Lalu teruntuk ibunda saya Marhana Lantana, terima kasih juga atas

limpahan doa yang sering dipanjatkan serta segala hal yang telah bunda lakukan

sendiri sebagai single parent’s demi mewujudkan cita-citaku.

Terima kasih selanjutnya untuk kakak-kakak saya yang luar biasa, dalam

memberi dukungan dan doa yang tanpa henti dan telah membantu ibu saya dalam

membiayai kuliah saya. Ka Ila beserta suaminya Said Hassan yang selama ini sudah

menjadi kakak sekaligus sahabat bagi saya. Kalian adalah segalanya, terima kasih

atas apa yang kalian berikan.

v
Terima kasih juga yang tak terhingga untuk para dosen pembimbing.

Bapak/ibu yang sudah sabar membimbing saya dalam pembuatan skripsi ini.

Terima kasih juga atas segala pihak yang telah mendukung pembuatan skripsi isi,

terutama juga untuk guru-guru MA Aliyah Bintauna yang membantu saya untuk

mengumpulkan informasi-informasi yang berkaitan dengan judul skripsi saya.

Ucapan terima kasih juga untuk seluruh teman-teman saya di Fakultas

Tarbiyah angkatan 2015. Terima kasih atas canda tawanya yang setiap hari kita

lalui bersama, solidaritas nya, susahnya, senangnya, yang benar-benar kita rasakan

selama ini sampai pada akhirnya kita bisa mencapai tahap ini. Semoga saat-saat

seperti itulah akan menjadi kenangan yang paling berkesan untuk kita semua. Dan

untuk semua pihak yang terlibat, saya ucapkan terima kasih banyak atas segalanya

and Wish U All the Best. Semoga Tuhan membalas segala perbuatan yang kalian

lakukan kepada saya. Semoga urusan kalian selalu dimudahkan dan diangkat

derajatnya oleh Allah SWT. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari apa

yang diharapkan, tetapi saya berharap isinya bisa memberikan manfaat sebagai ilmu

pengetahuan bagi para pembacanya khususnya di lingkungan IAIN Sultan Amin

Gorontalo.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warahmatullahi Babarakatu...

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang memiliki rahmat, hidayah,

dan kasih sayang yang melimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini yang berjudul: EKSISTENSI KH. HARSONO

MISAALAH SEBAGAI TOKOH AGAMA DALAM MENGEMBAN PERAN

DAN TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN ISLAM di Desa Padang Barat,

Kecamatan Bintauna, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd), Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidaklah sedikit

kesulitan dan rintangan yang penulis alami, namun berkat hidayah dari Allah SWT

yang disertai dengan usaha dan keras penulis, serta bimbingan dari dosen-dosen,

dan bantuan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan “Alhamdulillah”

karena kesulitan-kesulitan itu dapat teratasi.

Untuk itu sebagai ungkapan dari rasa syukur, penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian dari

penelitian skripsi ini terutama kepada:

1. Dr. Lahaji Haedar, M.Ag., Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo

vii
2. Dr. Sofyan AP. Ka‘u, M.Ag., selaku Wakil Rektor I, Dr. Ahmad Faisal, M.Ag.,
selakui Wakil Rektor II, dan Dr. Mujahid Damopolii, M.Pd., selaku Wakil
Rektor III IAIN Sultan Amai Gorontalo.
3. Dr. H. Lukman Arsyad, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.
4. Dr. H. Muh. Hasbi, M.Pd., Dr. Hj. Lamsike Pateda, M.Pd., Dr. H. Arten
Mobonggi, M.Pd., selaku Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.
5. Drs. Kasidi M.Pd, dan Tita Rostitawati, M.Fil.I, M.Pd, selaku pembimbing I
dan pembimbing II dalam penulisan skripsi ini, yang dengan sabar dan ikhlas
memberikan bimbingan dan arahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Dr. Razak H. Umar, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan
Dr. Hj. Munirah, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Sultan Amai Gorontalo.
7. Drs. H. M. Ramoend Manahung, M.Sos.I, selaku kepala Perpustakaan IAIN
Sultan Amai Gorontalo serta karyawan-karyawannya yang telah membatu dari
berbagai macam kesulitan terutama dalam hal kepustakaan.
8. Seluruh staf Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo yang tidak bisa penulis sebut satu
persatu.
9. Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Al-Khairaat Bintauna, bapak Hamdan
Pohontu S.Ag. M.Pd, dan seluruh tenaga staf dewan guru, yang telah
membantu dalam penelitian ini untuk memperoleh data-data serta informasi
yang dibutuhkan.
10. Keluarga Besar Jurusan PAI (Bapak Dr. Razak H. Umar, M.Pd., Ibu Dr. Hj.
Munirah, M.Pd., Ibu Irma Purnima Niha, SE, dan Teman-teman seangkatan
PAI maupun adik-adik sejurusan PAI) semoga kebaikan kalian semua dilipat
gandakan oleh Allah SWT.
11. Saudara-saudaraku Ikhwan dan Akhwat dalam organisasi PMII HMI IAIN
Sultan Amai Gorontalo, semoga makin menjayakan dakwah di kampus tercinta
ini.

viii
12. Sahabat-sahabatku seperjuangan angkatan 15 lulusan MA Bintauna, Syukran
atas doa, dukungan dan ukhuwahnya.
13. Kepada semua pihak, keluarga, sahabat seperjuangan, dan masyarakat
setempat yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang ikut membantu dalam
penyelesaian skripsi ini terima kasih atas segala bentuk bantuannya.
14. Melalui kesempatan ini juga, penulis mengucapkan banyak-banyak terima
kasih kepada seluruh keluarga dan kerabat yang telah banyak memberikan
bantuan maupun do’a. Teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta ALM.
Kamal Boulu (Papa) dan Marhana Lantana (Mama) yang selama ini telah
mendidik dengan setulus serta menyayangi dan mendo’akan keberhasilan dan
kesuksesanku dalam setiap sujud mereka. Amiin Ya Robbal Alamiin. akhir
kata,
Wallahul Muwaffiq Illa Aqwaamittariq...

Wallahul Musta’an…

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Gorontalo, 19 Juni 2019

Penulis

Fakhrul Boulu
Nim: 151012132

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .........................................................................v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
a. Latar belakang ..............................................................................................1
b. Rumusan Masaalah ....................................................................................10
c. Pengertian Judul dan Devinisi Konseptual ................................................10
d. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................14
BAB II KAJIAN TEORI .....................................................................................15
a. Pengertian Pendidikan Islam ......................................................................15
b. Pengertian Dakwah ....................................................................................21
c. Pengertian Biografi ....................................................................................25
d. Penelitian Yang Relevan ............................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................31
a. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian................................................31
b. Fokus penelitian .........................................................................................35
c. Sumber Data ...............................................................................................35
d. Teknik Pengumpulan data ..........................................................................36
e. Analisis Data ..............................................................................................39
BAB IV HASIL PENELITIAN ...........................................................................41
a. Biografi KH. Harsono Misaalah ................................................................41
b. Bagaimana peran KH. Harsono Misaalah dibidang pendidikan Islam dan
dakwah dalam menyikapi realitas sosial masyarakat .................................44
c. Apa karya KH. Harsono Misaalah dalam orientasi pendidikan Islam .......58
d. Apa Harapan Yang Ingin Dicapai KH. Harsono Misaalah Khususnya di
Kecamatan Bintauna ..................................................................................65
BAB V PENUTUP ................................................................................................66
A. Kesimpulan ................................................................................................66
B. Saran ...........................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................69
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................72

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecenderungan masyarakat untuk mencari solusi kepada ajaran Islam

dalam menghadapi problematika kehidupan dan masalah-masalah kontemporer

merupakan tantangan bagi pendidikan dan dakwah dewasa ini. Kebutuhan akan

pendidikan khususnya bagi pelaku dakwah merupakan kebutuhan yang bersifat

primer.

Pelan tapi pasti, ilmu pengetahuan yang didominasi oleh umat Islam saat ini

dapat mereka pelajari untuk kemudian mereka kembangkan dengan optimal.1

Ketika merenungkan perubahan zaman yang terus melaju pesat, dan setiap orang

mulai menunjukan egosentrisme, maka manusia pembelajar dan insan akademik

menjadi sosok yang dinanti untuk memberi pencerahan. Hal ini senada dengan al-

qur’an yang menyatakan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang

beriman dan berilmu (berpendidikan) dengan beberapa derajat.2

Untuk mencapai kesemuanya itu, pendidikan haruslah mengacu pada sistem

pendidikan. Sehingga apa yang ingin dicapai dapat terealisasikan sebagaimana

layaknya. Dalam Undang-Undang NO. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS

(Sistem Pendidikan Nasional) Bab III Pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa

“Pendidikan diselenggarakan secara demokrasi serta berkeadilan dan tidak

1
Mardjoko Idris, Kebangkitan Intelektualisme di Mesir (Yogyakarta : Teras, 2008) h. 2
2
Al-Qur’an dan Terjemahnya Q.S Al-Mujadalah [58] 11.

1
2

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai kultural, nilai

keagamaan, dan kemajemukan bangsa”.3 Oleh karena itu, sebagai lembaga

pendidikan khususnya pesantren harus selalu memposisikan diri terdepan untuk

menjadi pengarah dan pendorong bagi umat dan masyarakat untuk tetap berada

pada koridor agama, karena realitas sekarang ini justru telah jauh dari harapan yang

sesungguhnya. Hal ini memang harus dilakukan demi untuk meningkatkan kualitas

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Maka seharusnya pesantren

bukan hanya menekankan pada segi pengetahuan saja, tetapi harus juga

menekankan pada segi keterampilan, kemasyarakatan, dan lain-lain.

Pendidikan merupakan satu-satunya jalan yang bisa mengembangkan

peradaban melalui ilmu dan pengetahuan secara terus menerus sejalan dengan visi

dan misi hidup umat manusia. Pendidikan juga memberi sahamnya bagi pemecahan

berbagai masaalah sosial kontemporer dengan melatih generasi muda untuk

berpikir sehat dengan metode ilmiah yang kuat. Oleh karenanya, seseorang akan

lebih bermanfaat apabila ilmu dan pengetahuan yang dia miliki ia salurkan kepada

semua orang hingga dapat mewujudkan kebahagiaan antar umat manusia. Dimana

akan ada sekelompok orang yang dapat mendobrak kebodohan hingga

mendatangkan cahaya terang yang dapat membawa kemaslahatan umat manusia.

3
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
3

Pendidikan adalah pembelajaran mengenai ilmu dan pengetahuan serta

keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari generasi ke

generasi berikutnya melalui pengajaran, penelitian, dan pelatihan. Pendidikan pada

umumnya terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga tidak menutup

kemungkinan bisa secara otodidak. Pendidikan biasanya berawal dari seorang bayi

yang dilahirkan dan akan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal

dari sebelum bayi itu terlahir seperti yang sering dilakukan oleh kebanyakan orang

yakni dengan cara memainkan musik dan membaca kepada bayi yang masih berada

di dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi tersebut sebelum

kelahirannya.4 Karena itu, pendidikan merupakan persoalan yang paling penting

bagi semua kalangan umat manusia, sebab dapat menjadikan tumpuan serta harapan

dalam perkembangan individu maupun masyarakat. Dengan kata lain, pendidikan

merupakan sarana, wahana, serta proses, dan alat untuk mentransfer warisan baik

berupa ilmu pengetahuan maupun kepribadian bagi umat manusia. Dari nenek

moyang kepada anak-cucu dan orang tua kepada anak-anaknya atau dari generasi

tua ke generasi muda atau ke generasi selanjutnya5

Dalam dunia pendidihan Islam, ada banyak orang/tokoh yang sangat

berpengaruh dalam membawa kemajuan bagi pendidikan Islam diantaranya KH.

Hasyim Asy’Ari pada tahun 1899, sepulangnya dari mekah, KH. Harsono Misaalah

mendirikan pesantren Tebu Ireng yang kemudian menjadi pesantren terbesar dan

4
Postingan dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan Di akses pada; Kamis 16 November 2017
5
Bambang Widyantomo, Idealisme kepemimpinan pendidikan (Ciputat : HAJA Mandiri, 1010) h.
6
4

terpenting di Jawa pada abad ke-20. Dan pada tahun 1926, KH. Hasyim Asy’Ari

menjadi salah satu pencetus berdirinya Nahdatul Ulama (NU) yang artinya awal

dari berdirinya Nahdatul Ulama tersebut.

Kemudian ada pula KH. Ahmad Dahlan atau Muhammad darwis (lahir di

Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 di umur

51 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. KH. Ahmad Dahlan

merupakan pelopor berdirinya organisasi Muhammadiyah pada masa penjajahan

Belanda, yang membawa kemajuan pendidikan pada masanya. Keinginan untuk

mengajarkan pendidikan agama Islam yang modern mulia dirintisnya pada tahun

1911 di Yogyakarta. Ia mendirikan sekolah agama bernama Muhammadiyah.6

Pelaku dakwah dituntut memiliki latar belakang pendidikan dan ilmu

pengetahuan agama yang luas agar dapat menampilkan ajaran Islam secara rasional

dan kontekstual. Hal ini membuat pelaku dakwah mampu melakukan interpretasi

dalam merespon nilai-nilai yang masuk melalui berbagai saluran informasi dari

seluruh penjuru dunia yang pengaruhnya semakin mengglobal.7

Pelaku dakwah haruslah mampu mengemas dakwahnya agar mampu

menjawab realitas sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dan bisa

mempengaruhi pandangan masyarakat bahwa nilai-nilai ajaran Islam lebih tinggi

nilainya ketimbang nilai-nilai yang lain. Jika seseorang memaksakan diri

melakukan dakwah tanpa menguasai atau memahami ilmu pengetahuan, bukan

6
Tim Narasi, 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia; Biografi singkat Seratus Tokoh Paling
Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20 (NARASI : Yogyakarta, 2009) Cet. Ke-3, h. 33
7
Abdurrahman, KH. Muhammad Abubakar; Pengabdi Sepanjang Hayat (Migrasi : Yogyakarta,
2017) h. 2
5

hanya proses dan hasil yang akan memburuk, tetapi juga akan berdampak buruk

pada Islam, dakwah, maupun kehidupan keberagamaan pada umumnya.8

Hingga tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses pembentukan peradaban

pendidikan Islam di dunia tidak terlepas dari peran oleh para tokok-tokoh

penggerak perubahan. Begitu pula pembentukan peradaban pendidikan pada

masyarakat (khususnya di kecamatan Bintauna), tidak terlepas dari yang namanya

peran dan kerja oleh tokoh yang berpengaruh penting, terlebih lagi di dunia

pendidikan Islam.

Seiring berjalannya waktu, pendidikan agama dianggap mampu untuk

mengerjakan, memperbaiki kerusakan dan membentengi moral. Dengan memegang

teguh ajaran agama, manusia memiliki sebuah nilai dan tuntunan yang tetap dan

bersifat universal dalam hidup. Walaupun kita tidak dapat memungkiri bahwa

pendidikan agama (Islam) itu tidak terlepas dari pergumulan ideologi dan politik

yang terjadi di Indonesia. Sebagaimana deskripsi diatas, pendidikan agama Islam

dapat membentengi moral, karena pendidikan agama dalam hal ini pesantren-

pesantren dan madrasah adalah sebuah sistem pendidikan murni yang berasal dari

kultur bangsa kita sendiri.

Pesantren yang pada mulanya merupakan pusat untuk melatih atau

mendidik umat manusia dari ajaran nilai-nilai agama islam, namun seiring

berjalannya waktu sudah semakin berkembang. Lembaga ini semakin memperlebar

ekspansinya dan tidak selalu stagnan atau hanya menjelaskan materi-materi

8
Hajir Tajiri, Etika dan Estetika Dakwah: Perspektif Teologis, Filosofis, dan Praktis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2015) h. 1
6

mengenai keislaman saja, tetapi juga kesadaran sosial-kemasyarakatan. Pesantren

sekarang sudah tidak lagi berfokus pada kurikulum yang berbasis keagamaan saja

(regional-based curriculum) yang cenderung mengudara, tetapi juga kurikulum

yang membahas mengenai masaalah kekinian yang beredar di masyarakat (society-

based curriculum). Dengan demikian, pesantren yang sekarang ini sudah tidak bisa

lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, akan tetapi juga

seharusnya menjadi lembaga sosial-kemasyarakatan yang terus hidup dan

merespon dari berbagai persoalan yang beredar di masyarakat sekitar.9 Oleh karena

itu, perlu ada seorang yang mampu membuat sesuatu untuk dapat mewujudkan

mimpi itu. Karena dalam suatu bangsa jika tidak seseorang yang bergerak untuk

memulai perubahan maka itu semua tidak akan tercapai, dan hanya akan menjadi

sebuah mimpi yang selamanya tergantung pada hayalan belaka.

Seorang tokoh pendidikan Islam harus menjadi pusat perhatian masyarakat

dalam pembentukan peradaban pendidikan Islam yang kelak akan membawa

perubahan besar yang bernilai plus untuk umat manusia. Begitu pula peradaban

pendidikan Islam di kecamatan Bintauna, haruslah ada seorang tokoh yang

perjalanan hidup dan perjuangannya dalam dunia pendidikan Islam bisa serta

mampu untuk dijadikan sebuah pelajaran dan pengalaman dalam mengembangkan

serta memajukan pendidikan Islam khususnya di daerah kecamatan Bintauna.

9
Postingan dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren Di akses pada; Jum’at 17 November 2017
7

Di daerah kecamatan Bintauna ada beberapa tokoh yang terkenal serta

memiliki pengaruh yang sangat besar pada perubahan dan kemajuan di Bintauna

yakni diantaranya Raja Patilima yang merupakan raja yang menjadi peletak dasar

masuknya agama Islam di wilayah kerajaan Bintauna karena ia adalah raja yang

pertama kali memeluk agama Islam. Raja Patilima mulai memeluk agama Islam

dan menggunakan marga Datunsolang setelah diangkat menjadi Ohongia

(Pembesar Negeri) dan dinobatkan menjadi raja di Ternate pada tahun 1783.10

Hamdan Datunsolang yang membawa perubahan besar dengan bukti

tercapainya sejumlah indikator kemajuan sebagai dampak dari pelaksanaan

pembangunan yang berorientasi pada pelayanan publik seperti jalan, jembatan,

drainase, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Hal itu dapat dilihat dari data

penurunan angka kemiskinan dari 25,53% pada tahun 2008 turun secara signifikan

menjadi 14% pada tahun 2011. Di bidang pertanian, terjadi peningkatan capaian

produksi padi diatas rata-rata nasional yakni 5% pada tahun 2011, hal ini lebih

dipengaruhi oleh konsistensi pemerintahan Hamdan Datunsolang yang

menetapkan visi daerah sebagai “Kabupaten Padi”.11 Akan tetapi, disini peneliti

lebih berfokus pada tokoh pendidikan agama Islam di wilayah kecamatan Bintauna

yakni bapak Kyai Haji. Harsono Misaalah. KH. Harsono Misaalah merupakan

sosok seorang tokoh pendidikan agama Islam yang mengabdikan dirinya di pondok

pesantren Al-Khairaat Bintauna. KH. Harsono Misaalah merupakan tokoh

10
Fathan Boulu, Hamdan Datunsolang: Sosok Pemimipin Yang Cerdas (Yayasan Dian Sejahtera,
Gorontalo, 2011) h. 2
11
Ibid., h.116
8

pendidikan agama Islam yang sangat terkenal dan di kagumi terutama oleh

masyarakat Bintauna, bahkan tidak menutup kemungkinan sampai se kabupaten

Bolaang Mongondow Utara yang mengagumi akan kegigihan KH. Harsono

Misaalah dalam mencerdaskan generasi Islam serta memiliki pemahaman agama

yang komprehensif sehingga mampu menumbuhkan karakter yang berakhlak

mulia. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya undangan masyarakat dari

berbagai daerah khususnya di kabupaten Bolaang Mongondow Utara untuk

memberikan siraman-siraman dakwah atau sirah Islamiyah pada masyarakat

tersebut.12

KH. Harsono Misaalah merupakan sebagian dari kalangan lulusan pesantren

yang mewakafkan dirinya sebagai seorang pendakwah sekaligus pendidik.

Mengaplikasikan penyatuan antara dakwah dan ilmu pengetahuan dalam menyikapi

realitas sosial masyarakat setempat. Sebagai orang yang terlahir dari rahim

pesantren Al-Khairaat KH. Harsono Misaalah dalam pemikiran dan pengetahuan

serta cara berdakwah dan pengaplikasian ilmu ditengah-tengah masyarakat tidak

lari dari manhaj Al-Khairaat yang telah dibangun oleh Guru Tua.

Bersandar pada misi Al-Khairaat untuk menebar kebaikan yang

menyebabkan KH. Harsono Misaalah selaku pendidik dan pendakwah

mendapatkan apresiasi khususnya dari masyarakat kecamatan Bintauna.

Diantaranya semasa hidupnya, KH. Harsono Misaalah menjadi rujukan masyarakat

dalam permasalahan agama dan juga banyaknya masyarakat yang menitipkan

anaknya untuk dididik di pondok pesantren Al-Khairaat Bintauna untuk diajarkan

12
H. Abdurrahman Bata, S.Pd.I. Wawancara, Pada Tanggal 18 November 2017
9

tentang pemahaman-pemahaman ke-Islaman yang holistik serta komprehensif agar

dapat membentengi moral, kepercayaan-kepercayaan, serta praktek-praktek yang

tidak dibenarkan oleh ajaran Islam.13

Karena pada saat itu hingga sekarang ditemukan beberapa kasus seperti

kejanggalan-kejanggalan dalam memahami ajaran Islam serta praktek-praktek yang

tidak sesuai atau bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Misalnya

dalam hal pengobatan, jika ada orang yang sakit diadakan pemberian makanan

kepada mahkluk halus yang dilakukan oleh seorang paranormal yang bisa

berkomunikasi dengan mahluk halus dengan tujuan dapat menyembuhkannya. Juga

kasus penyogokan, dimana seseorang memberikan sesuatu berupa uang atau benda

dengan tujuan memilih orang/calon yang ia kehendaki, namun si penerima juga

memiliki kehendaknya sendiri untuk memilih kandidat pilihannya.

Hal-hal semacam inilah yang dianggap tabu oleh agama Islam, dengan

adanya pondok pesantren Al-Khairaat Bintauna yang di dalamnya terdapat para

Guru yang memiliki kompetensi pedagogik serta Kyai yang memiliki pemahaman

agama Islam yang luas itu melalui siswa-siswanya ditanamkan aqidah serta

keyakinan yang kuat bahwa segala sesuatu yang menimpa manusia semuanya

datang dari Allah. Karena itu apabila ada orang yang sakit, maka mintalah

kesembuhan kepada Allah melalui seorang dokter bukan kepada dukun. Juga

carilah seorang pemimpin yang taat dalam beragama seta memiliki visi misi yang

jelas agar supaya dapat membangun masa depan yang lebih cerah.

13
H. Abdurrahman Bata, S.Pd.I. Wawancara, Pada Tanggal 18 November 2017
10

Berdasarkan pada persoalan-persoalan yang terjadi diatas serta pentingnya

peranan seorang tokoh penggerak dalam dunia pendidikan Islam maka kajian ini

akan membahas tentang pendidikan Islam dan dakwah yang difokuskan pada peran

KH. Harsono Misaalah dalam realitas sosial masyarakat pertanyaan pokok yang

dirumuskan penulis untuk penelitian ini adalah; Bagaimana Ulasan biografi KH.

Harsono Misaalah serta bagaimana peran KH. Harsono Misaalah di bidang dakwah

dan pendidikan Islam dalam menyikapi realitas sosial masyarakat.

B. Rumusan Masaalah

Berpijak dari latar belakang masaalah, penulis dapat merumuskan

permasalahan yang akan dikaji dalam skripsi ini, rumusan masaalah tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ulasan biografi dari KH. Harsono Misaalah?

2. Bagaimana peran dan tanggung jawab KH. Harsono Misaalah di bidang

pendidikan Islam dan dakwah dalam menyikapi realitas sosial

masyarakat?

3. Apa karya monumental dari KH. Harsono Misaalah dalam orientasi

pendidikan Islam?

C. Pengertian Judul dan Devinisi Konseptual

Untuk dapat memudahkan pemahaman mengenai judul EKSISTENSI KH.

HARSONO MISAALAH DALAM MENGEMBAN PERAN DAN

TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN ISLAM di Desa Padang Barat,

Kecamatan Bintauna, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.


11

Maka dapat dijelaskan beberapa uraian pengertiannya sebagai berikut:

1. Pengertian Judul

a. Eksistensi

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Eksistensi adalah keberadaan,

kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan menurut Abidin

Zaenal (2007:16) eksistensi adalah “suatu proses yang dinamis, menjadi

atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni

exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi

eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan

mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada

kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”. Eksistensi

dalam tulisan ini juga memiliki arti yang berbeda, eksistensi yang dimaksud

dalam penulisan skripsi ini adalah mengenai keberadaan KH. Harsono

Misaalah dalam menyikapi realitas sosial masyarakat khususnya di

kecamatan Bintauna dalam ranah pendidikan Islam yang mengakibatkan

suatu perubahan serta kebiasaan.

b. Tokoh Agama

Tokoh agama didefinisikan sebagai seseorang yang berilmu ter- utamanya

yang berkaitan dengan Islam, ia wajar dijadikan sebagai role-model dan

tempat rujukan ilmu bagi orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Tokoh diartikan sebagai orang yang terkemuka/terkenal, panutan. Dari

kedua teori tersebut dapat dijelaskan pengertian tokoh adalah orang yang
12

berhasil dibidangnya yang ditunjukkan dengan karya-karya monumental

dan mempunyai pengaruh pada masyarakat sekitarnya.

c. Mengemban

Arti dari mengemban dapat masuk ke dalam jenis kiasan sehingga

penggunaan mengemban dapat bukan dalam arti yang sebenarnya.

Mengemban memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga

mengemban dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman,

atau pengertian dinamis lainnya. Arti kata mengemban adalah

melaksanakan (tugas cita-cita kewajiban dan sebagainya).14

d. Peran

Peran menurut Soekanto (2009:212-213) adalah proses dinamis kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara

kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada

yang lain dan sebaliknya.

e. Tanggung Jawab

Tanggung jawab secara umum adalah kesadaran manusia akan tingkah laku

atau perbuatan baik yang disengaja maupun yang tidak di sengaja.

Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan

14
Postingan dari https://lektur.id/arti-mengemban/ Di akses pada; Kamis 17 November 2017
13

kewajiban. Menurut KBBI Pengertian tanggung jawab adalah keadaan

dimana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban

menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau

memberikan jawab dan menanggung akibatnya.

f. Pendidikan Islam

Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah proses transformasi dan

internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada peserta didik melalui

pertumbuhan dan pengembangan potensinya guna untuk mencapai

keselarasan dan kesempurnaan. Prosesnya berlangsung tanpa akhir sejalan

dengan konsensus universal yang ditetapkan oleh Alah dan Rasul-Nya

dengan Istilah “long live education” (Q.S. 15: 99).15

g. KH. Harsono Misaalah

merupakan tokoh pendidikan Islam Bintauna yang berkeinginan untuk

mewujudkan pendidikan Islam Bintauna yang berkarakter serta berakhlak

mulia.

2. Definisi Konseptual

Seperti yang dijelaskan diatas, maka secara Konseptual dapat diartikan

bahwa EKSISTENSI KH. HARSONO MISAALAH DALAM MENGEMBAN

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN ISLAM di Desa Padang

15
Zubaedi. Isu-Isu Baru Dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam dan Kapita Selekta
Pendidikan Islam (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2012) h. 2
14

Barat, Kecamatan Bintauna, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara,

merupakan seorang tokoh pendidikan Islam yang dapat diambil pelajaran serta

pengalamannya untuk dijadikan sebagai suri tauladan bagi generasi selanjutnya

dengan menelaah salah satu tokoh pendidikan Islam Bintauna yaitu KH.

Harsono Misaalah.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui ulasan singkat biografi KH. Harsono Misaalah.

b. Untuk mendapatkan informasi tentang KH. Harsono Misaalah

dibidang dakwah dan pendidikan.

c. Untuk mengetahui apa karya monumental dari KH. Harsono

Misaalah.

2. Manfaat Penelitian

a. Kegunaan Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan pengetahuan peneliti tentang tokoh pendidikan agama

Islam Bintauna dan biografi KH. Harsono Misaalah.

b. Kegunaan Praktis, harapannya semoga penelitian ini bisa

bermanfaat serta dapat menjadi sumber bacaan dan referensi untuk

kita semua.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Islam

Istilah pendidikan dalam konteks Islam, pada umumnya mengacu pada term

Tarbiyah, Ta’dib, dan Ta’lim. Dari ketiga term tersebut, penggunaan yang

paling populer adalah term Tarbiyah. Sedangkan kedua term lainnya jarang

digunakan.16 Berikut penjelasannya:

a. Tarbiyah

Kata Tarbiyah berasal dari bahasa Arab Rabba, Yarbu, Tarbiyah, artinya

tumbuh atau berkembang. Maksudnya adalah usaha untuk mengembangkan dan

mendewasakan peserta didik baik secara fisik, psikis, maupun spiritual. Seperti

yang dikatakan oleh Qurtubi yang dikutip oleh Sahrodi bahwa Rabb merupakan

suatu gambaran atau perbandingan antara Allah sebagai pendidik dan manusia

sebagai peserta didik.

Karena manusia diciptakan oleh Allah, maka dia yang lebih mengetahui

dengan baik tentang kebutuhan-kebutuhan mereka yang dididik, dan

pemeliharaan Allah tidaklah terbatas pada suatu kelompok tertentu. Ia selalu

memperhatikan segala ciptaan-Nya. Karena itu ia disebut Rabb Al-‘Alamin.17

16
Abdul Halim, “Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoris, dan Praktis. (Jakarta:
Ciputat Pers, 2009) h. 25
17
Jamali Sahroni, “Membedah Nalar Pendidikan Islam, Pengantar ke Arah Ilmu Pendidikan
Islam (Yokyakarta: Pustaka Rihla Group, 2010) h. 42

15
16

Tarbiyah juga dapat diartikan sebagai Proses transformasi ilmu pengetahuan

dari pendidik kepada peserta didik agar dia bisa memiliki sikap dan semangat

yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya. Sehingga

terbentuklah ketakwaan, pribadi yang luhur, dan budi pekerti.18 Sebagaimana

firman Allah:

ِ ‫ض لَ ُه َما َجنَا َح الذُّ ِل ِم َن ال َّر ْح َم ِة َوقُ ْل َر‬


‫ب‬ ْ ‫اخ ِف‬ ْ ‫َو‬
‫يرا‬ً ‫ص ِغ‬
َ ‫ار َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَا ِني‬
ْ
Terjemahnya:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap merekan berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil”.19
Jadi, lafadz Tarbiyah yang dimaksud dalam Al-qur’an adalah sebagai proses

pendidikan, namun itu tidaklah terbatas di ranah kognitif saja, akan tetapi juga

meliputi aspek afektif yang direalisasikan sebagai apresiasi atau sikap respek

terhadap keduanya dengan cara menghormati mereka.

18
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, “Ilmu Pendidikan Islam” (Jakarta: Kencana, 2009) h. 13
19
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S Al-Isra’ [17] 24
17

b. Ta’lim

Ta’lim merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal dari akar kata

‘Allama. Istilah Tarbiyah diterjemahkan dengan pendidikan, sedangkan Ta’lim

diterjemahkan dengan pengajaran.20 Dalam Al-qur’an dikatakan bahwa Allah

mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Sebagaimana firman Allah:

‫الَّذِي َعلَّ َم ِب ْالقَلَ ِم‬


Terjemahnya:

“Yang mengajar manusia dengan perantara kalam”.21

Jadi, kata Ta’lim/’Allama dalam Al-qur’an ditunjuk sebagai proses

pengajaran, pemberian informasi, dan pengetahuan kepada peserta didik.

c. Ta’dib

Istilah Ta’dib dari akar kata Addaba, yuaddibu, Ta’diiban. Yang memiliki

arti: membuat makanan, melatih ahlak yang baik, sopan santun, dan tatacara

pelaksanaan sesuatu yang baik. Kata Addaba yang merupakan asal kata dari

Ta’dib disebut juga Muallimi, yang merupakan sebutan orang yang mendidik

dan mengajar anak yang sedang tumbuh dan berkembang.22

20
Musthofa Rahman, “Pendidikan islam Dalam Perspektif Al-qur’an (Yokyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010) h. 60
21
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S Al-A’laq [96] 4
22
Munardji, “Ilmu Pendidikan Islam” (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2009) h. 4-5
18

Ta’dib lazimnya diartikan dengan pendidikan sopan santun. Ta’dib yang

seakar kata dengan adab memiliki arti pendidikan, peradaban, atau kebudayaan.

Artinya orang yang berpendidikan adalah orang yang ber peradaban, sebaliknya

peradaban yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan.23

‫صلَّى‬ َ ِ‫َّللا‬َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫ع ْن َر‬ َ ‫ِث‬ ُ ‫َس بْنَ َما ِل ٍك يُ َحد‬ َ ‫ت أَن‬ ُ ‫س ِم ْع‬ َ
‫سلَّ َم قَا َل أ َ ْك ِر ُموا أ َ ْو َاَلَدَ ُك ْم َوأ َ ْح ِِسنُوا أََدَبَ ُه ْم‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َّ
Terjemahnya:
“Aku mendengar Annas bin Malik berkata: rasulullah saw bersabda:
muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah ahlak mereka”. (HR. Ibnu Majah,
nomor 3661)24

Mengenai pengertian pendidikan Islam secara umum, para ahli pendidikan

Islam memberikan batasan yang bervariatif diantaranya:

A. Pendidikan Islam menurut Al-Ghazali adalah proses memanusiakan manusia

dari kecil sampai akhir hayatnya melalui berbagai macam ilmu pengetahuan

yang disampaikan dalam bentuk proses pembelajaran secara bertahap, dimana

proses tersebut bisa menjadi tanggung jawab orang tua maupun masyarakat

menuju pendekatan diri kepada Allah SWT sehingga menjadi manusia yang

benar-benar baik dan bertanggung jawab atau manusia yang sempurna.25

23
Ibid..,
24
Muhammad bin Yazid bi Majah Al-Qazwainy, “Sunan Ibnu Majah” (Beirut: Dar Al-Fikr, 1983)
25
M. Ladzi Safroni, Al-Ghazali Berbicara tentang Pendidikan Islam (Aditya Media Publishing:
Yogyakarta, 2013) h. 81
19

B. Pendidikan yang diinginkan Islam adalah pendidikan yang mampu membentuk

manusia yang unggul baik secara intelektual, kaya dalam beramal, serta bijak

dalam moral dan kebaikan. Untuk meraihnya dibutuhkan suatu landasan

filosofis yaitu prinsip-prinsip dasar sebagai hasil pemikiran, renungan, dan

pengkajian yang mendalam dan sistematis atas pesan-pesan wahyu Ilahi

tentang manusia.26

C. Pengertian pendidikan Islam yaitu proses yang dilakukan untuk menciptakan

manusia yang seutuhnya, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu

mewujudkan ekstensinya sebagai khalifah Allah dimuka bumi, yang

berdasarkan ajaran Al-qur’an dan sunnah, maka tujuan dalam konteks ini,

berarti terciptanya insan-insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.27

Pendidikan Islam pada hakikatnya berlandaskan pada Al-qur’an dan Hadits

sebagai sumber pendidikan Islam. Berpijak dari kedua sumber pokok itu, maka

melahirkan pemikiran-pemikiran para ulama mengenai masaalah-masaalah

keislaman sehingga melahirkan yang namanya ijtihad para ulama.

Konsep pendidikan yang dibawa oleh KH. Harsono Misaalah tidak lain

bersumber dari konsep pendidikan Islam secara umum dan konsep pendidikan Al-

Khairaat secara khusus yang didirikan oleh Habib Idrus bin Salim Al Jufri. Nilai-

nilai kebajikan dan kebijaksanaan sebagai dasar filosofi dari nama Al-Khairaat ini

yang sesungguhnya menjadi misi utama untuk terus dihidupkan, disebarkan, dan

26
Zubaedi. Loc. Cit.
27
Hery Noer Aly, “Ilmu Pendidikan Islam” (Jakarta: Logos wacana Ilmu, 2009) h. 5
20

ditebarkan kepada seluruh umat manusia khususnya kaum muslimin. Sebab

pendidikan adalah sebuah perjuangan dan pencerahan yang harus dilakukan dengan

gigih untuk mencapai dua tujuan pokok, Pertama, tujuan pokok jangka pendek,

yaitu diambil dari ayat:

ِ ‫َو ِل ُك ٍل ِو ْج َهةٌ ُه َو ُم َو ِلي َها فَا ْست َ ِبقُوا ْال َخي َْرا‬
‫ت أَيْنَ َما‬
َ ‫َّللاَ َعلَ ٰى ُك ِل‬
ٍ‫ش ْيء‬ َّ ‫َّللاُ َج ِميعًا ِإ َّن‬ ِ ْ ‫ت َ ُكونُوا يَأ‬
َّ ‫ت بِ ُك ُم‬
ٌ ‫قَد‬
‫ِير‬
Terjemahnya:
“Dan bagi tiap-tiap umat memiliki kiblat nya sendiri-sendiri yang dia
menghadap kepada-Nya. Maka berlomba-lombalah dalam berbuat
kebaikan. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu
sekalian di hari kiamat. Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala
sesuatu”.28

Konsep pendidikan dalam ayat ini adalah bersifat jangka pendek, maksudnya

agar bisa membina umat Islam dalam memahami ilmu-ilmu agama sehingga dapat

terbebas dari kebutaan dan keterbelakangan ilmu pengetahuan agama dan agar

supaya bisa lebih memahami dasar-dasar pengetahuan agama terutama Al-qur’an

dan Hadits dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang baik-

baik pula sehingga sasaran didik tidak merasa tertekan.

Kedua, tujuan pokok jangka panjang diambil dari surah:

28
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S Al-Baqarah [2] 148
21

َ ‫ِر َجا ٌل َاَل ت ُ ْل ِهي ِه ْم تِ َج‬


َّ ‫ارة ٌ َو َاَل بَ ْي ٌع َع ْن ِذ ْك ِر‬
‫َّللاِ َو ِإقَا ِم‬
‫ب ِفي ِه‬ ُ َّ‫الز َكا ِة ۙ يَخَافُونَ يَ ْو ًما تَتَقَل‬
َّ ‫اء‬ ِ َ ‫ص ََل ِة َو ِإيت‬َّ ‫ال‬
‫ار‬ُ ‫ص‬َ ‫وب َو ْاْل َ ْب‬ ُ ُ‫ْالقُل‬
Terjemahnya:
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli
dari mengingat Allah, dan mendirikan sholat, dan membayarkan zakat.
Mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu hati dan penglihatan menjadi
guncang.”29
Ayat ini dijadikan sebagai konsep membina umat agar selalu ingat dan dekat

kepada Allah Swt. Tujuan ini didasari pada kenyataannya, tidak semua orang harus

dididik dan disiapkan menjadi alim ulama. Ada sebagian golongan orang awam

minimal dapat menjadikan mereka la tulhihim tijaratun wala bai’un an dzikrillah,

mereka tidak terhalang untuk mengingat kepada Allah Swt, oleh kegiatan dagang

dan bisnis.

B. Pengertian Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi, dakwah berasal dari kata kerja Da’a, Yad’u, Da’watan,

yang berarti mengajak, menyeru, memanggil, mengundang. 30 Secara

terminologi, banyak ilmuwan yang mengartikan dakwah diantaranya:

1. Istilah dakwah dalam buku manajemen dakwah karya Wahyu Ilahi,

dakwah adalah sebuah aktifitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau

29
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S An-Nur [24] 37
30
Ahmad Warson Munawwir, “Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya:
Pustaka Progresif, 2007) h. 406
22

mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam. Dakwah

adalah suatu aktifitas yang pelaksanaannya bisa dilakukan dengan

berbagai cara atau metode.31

2. Sedangkan Mohamad Ali Aziz juga mendefinisikan dalam bukunya Ilmu

Dakwah adalah segala bentuk aktifitas penyampaian ajaran Islam kepada

orang lain dengan berbagai cara yang bijaksana untuk tercapainya

individu dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran

Islam dalam semua lapangan kehidupan.32

3. Kemudian definisi dakwah oleh Toha Yahya Oemar dalam bukunya Ilmu

Dakwah karya Moh Ali Aziz, ia mengatakan bahwa, dakwa adalah

mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai

dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di

dunia dan akhirat.33

Secara umum menurut hemat penulis, dari beberapa definisi dakwa yang

dikemukakan oleh para ahli diatas, dakwah adalah seruan atau ajakan yang

tentunya baik kepada seseorang dengan memanfaatkan berbagai macam media

berupa (orang, barang, tempat, dan kondisi) dengan menggunakan berbagai

macam metode yang variatif.

2. Tujuan Dakwah

31
Wahyu Ilahi, “Manajemen Dakwah” (Jakarta: Kencana, 2010) h. 21
32
Mohamad Ali Aziz, “Ilmu Dakwah” (Jakarta: Kencana, 2009) h.5
33
Ibid.., h. 11
23

Tujuan dakwah sesungguhnya adalah untuk membuat manusia memiliki

kualitas Ibadah, akhlak, serta aqidah yang tinggi. Secara umum tujuan dakwah

dalam Al-Qur‟an adalah sebagai berikut:34

i. Dakwah bertujuan menghidupkan hati yang mati.

ii. Agar manusia bisa mendapatkan ampunan dan menghindari azab dari

Allah SWT.

iii. Untuk menyembah Allah SWT serta tidak menduakan-Nya dengan

suatu apapun.

iv. Untuk menegakkan agama islam agar tidak terpecah belah.

v. Mengajak serta menuntun ke jalan yang di ridhoi oleh Allah.

vi. Agar dapat menghilangkan barrier atau pagar penghalang sehingga

sampai nya ayat-ayat Allah SWT ke dalam lubuk hati masyarakat.

Sementara itu M Natsir dalam kutipan karya dari Mohamad Ali Aziz,

dalam bukunya Ilmu Dakwah berpendapat bahwa tujuan dakwah itu adalah:

i. Menuntun kita pada syariat, untuk memecahkan masaalah hidup, baik

hidup dari perseorangan ataupun persoalan rumah tangga, masyarakat,

bersuku, berbangsa, maupun bernegara.

ii. Menuntun kita pada fungsi hidup sebagai hamba Allah SWT dunia

yang fana ini.

iii. Memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah

Allah SWT.

34
Wahyu Ilaihi, “Komunikasi Dakwah” (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010) h. 19
24

3. Fungsi Dakwah

Adapun fungsi dakwah itu sendiri adalah:35

i. Sebagai Pembina. Seperti yang diketahui bahwa suatu pembangunan

yang kita lakukan haruslah pula membangun manusia-manusia yang

mendirikan pembangunan itu sendiri. Dengan berdakwah, agama

bukan hanya mengajak kepada perlakuan yang berbudi luhur,

melainkan juga menanamkan kaidah-kaidah nya, memberikan

batasan-batasannya, serta menetapkan ukuran-ukurannya secara

umum. Agama juga harusnya memberi contoh dari segala perilaku

yang harus diperhatikan manusia, kemudian membuat manusia itu

gemar dalam bersikap lurus (yang baik dan benar).

ii. Sebagai Pengarah. Manusia semestinya mengenal yang namanya

kebenaran. Percaya terhadap keyakinan serta mempertahankannya.

Mereka harus mengenal kebaikan dan mencintainya sebagaimana

mereka mencintai diri mereka sendiri, serta memikul kewajibannya

dalam memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi. Demikian pula

manusia haruslah mengajak serta menyeru untuk berbuat kebajikan,

berbuat amar ma’ruf serta menjauhi nahi munkar, dan mengorbankan

jiwa dan kekayaan mereka punya ke jalan yang lebih benar.

iii. Pembentuk Manusia Seutuhnya. Secara mendasar dalam diri manusia

terdapat suatu kekuatan yang tidak dapat dilihat oleh kasat mata. Ia

35
Kustadi Suhandang, “Ilmu Dakwah Perspektif Komunikasi” (Bandung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA, 2013). h. 193-198.
25

merupakan kekuatan maknawi (abstrak), yang menuntun manusia

untuk melakukan kewajibannya dalam menangkis segala kejahatan

yang masuk. Islam juga mengajarkan akidah bahwa segala perbuatan

manusia dicatat oleh malaikat suruhan Allah, sebagai catatan rekaman

kehidupan manusia selama berada di dunia ini secara cermat dan rapi.

Semua menjadi jelas bahwa berdakwah merupakan kegiatan yang

memiliki sifat positif, informatif, instruktif, dan humanis.

Konsep dakwah yang diperankan oleh KH. Harsono Misaalah tidak lari jauh

dari apa yang sudah dijelaskan diatas yakni membina dan mengarahkan serta

memberikan pemahaman keislaman yang sesungguhnya kepada kaum

muslimin khususnya di kecamatan Bintauna agar supaya dapat meminimalisir

pemahaman-pemahaman yang menyimpang dan telah menyebar di berbagai

lapisan masyarakat.

C. Pengertian Biografi

Biografi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu bios yang artinya “hidup”,

dan graphien yaitu “tulis”. artinya biografi merupakan tulisan mengenai

kehidupan dari seseorang. Biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai

sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi bisa berbentuk beberapa barisan

kalimat saja, namun bisa juga dapat berupa lebih dari satu karya fisik maupun

nonfisik.36

36
Postingan dari http://www.biografiku.com/2009/12/pengertian-biografi-serta-cara-
menulis.html?m=0 Di akses pada; Sabtu 16 Desember 2017
26

Biografi yang sifatnya singkat itu hanya sebatas menjelaskan tentang

realita-realita yang ada padanya serta peran pentingnya, berbeda dengan

biografi yang sesungguhnya baik dibukukan maupun dalam karya monumental

yang tentunya bisa dipertanggung jawabkan serta berisikan informasi-informasi

penting namun lebih mendetail dengan gaya bahasa yang lebih formal.

Biografi adalah menerangkan serta menganalisa peristiwa-peristiwa dari

kehidupan seseorang. Melalui biografi, biasanya akan ditemukan hubungan

serta keterangan mengenai arti dari tindakan-tindakan tertentu atau misteri yang

terjadi dalam kehidupan seseorang serta penjelasan tentang tindakan dan

perilaku semasa hidupnya. Biografi biasanya menceritakan kehidupan dari

seorang tokoh yang terkenal maupun yang tidak terkenal. Akan tetapi biasanya

biografi bercerita mengenai suatu kejadian di satu tempat atau ditempat lain.

Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh yang sudah meninggal

dunia, akan tetapi tidak jarang juga bercerita mengenai seseorang yang masih

hidup. Dari beberapa periode waktu tersebut (dari yang masih hidup sampai

meninggal dunia) dapat dikelompokkan sebagai berikut (misalnya "masa-masa

awal yang terbilang susah" atau "ambisi-ambisinya, serta pencapaian-

pencapaiannya"). Meski demikian, beberapa dari lainnya akan berfokus pada

tema-tema atau pencapaian tertentu.37

37
Vera Sardila, “Strategi Pengembangan Linguistik Terapan Melalui Kemampuan Menulis
Biografi dan Autobiografi: Sebuah Upaya Membangun Keterampilan Menulis Kreatif
Mahasiswa” Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.2 Juli - Agustus 2015 h.115
27

Sebuah biografi yang sebenarnya lebih memiliki kejelasan yang mendalam

dan tidak hanya sekadar daftar tangga lahir atau kapan meninggal dunia, tetapi

juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat di dalamnya pada saat

mengalami kejadian-kejadian apa saja yang menonjol termasuk pengalaman

pribadi.38

Jadi biografi dapat diartikan sebagai sejarah seseorang baik yang sudah

meninggal dunia maupun masih hidup, yang terkenal maupun tidak terkenal,

ditulis secara singkat maupun yang dibukukan, yang ditulis oleh orang lain

dengan harapan dapat memetik hikmahnya untuk motivasi hidup.

Biografi yang dimaksud dalam penulisan skripsi ini adalah biografi tentang

KH. Harsono Misaalah yang dimulai dari kehidupan masa kecilnya hingga

dewasa, riwayat pendidikannya, pekerjaannya, dan organisasi-organisasi yang

pernah digelutinya yang nantinya akan dibahas di hasil penelitian nantinya di

Bab IV.

38
Ibid..,
28

D. Penelitian Yang Relevan

Untuk menghindari terjadinya kesamaan pembahasan dengan orang lain

baik itu buku maupun tulisan lainnya maka peneliti akan memberikan contoh

beberapa buku, skripsi, maupun jurnal, sebagai teori banding sehingga muncul

penemuan baru.

Pertama, buku yang ditulis oleh Abdurrahman, M.Hum dengan judul “KH.

Muhammad Abubakar; Pengabdi Sepanjang Hayat” yang berisi tentang

informasi-informasi penting namun lebih mendetail dan rinci mengenai KH.

Muhammad Abubakar mulai dari biografinya, Al-khairaat dan jejak

perjuangannya, serta masa depan Al-Khairaat se peninggalannya. Letak

perbedaannya yaitu terdapat pada variabel, metode, pola, dan gaya

kepemimpinan.

Kedua, buku yang ditulis oleh Fathan Boulu, dengan judul “Hamdan

Datunsolang; Sosok Pemimpin yang Cerdas” yang berisi tentang sosok

pemimpin yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual yang

digunakannya untuk membangun dan merekonstruksi peradaban di wilayah

Bolaang Mongondow Utara baik dibidang pendidikan, sosial, infrastruktur, dll.

Jika dilihat letak perbedaannya yaitu ia adalah seorang politikus yang berjuang

demi membangun daerahnya.

Ketiga, jurnal tentang pemikiran Islam yang ditulis oleh Vera Sardila,

dengan judul “Strategi Pengembangan Linguistik Terapan Melalui

Kemampuan Menulis Biografi dan Autobiografi: Sebuah Upaya Membangun


29

Keterampilan Menulis Kreatif Mahasiswa” ini berisi tentang tulisan yang

memberikan motivasi bagi para mahasiswa khususnya dalam membangun

semangat dalam penulisan, terutama dalam penulisan biografi atau autobiografi.

Jadi letak perbedaannya adalah variabelnya yang lebih menekankan pada

bagaimana cara menulis se-kreatif mungkin untuk menarik minat pembaca baik

menulis buku, artikel, jurnal yang sifatnya umum dan biografi khususnya.

Keempat, Buku yang ditulis oleh Zubaedi dengan judul “Isu-Isu Baru

Dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam dan Kapita Selekta Pendidikan

Islam” yang berisi tentang isu-isu penting dan kapita selekta seputar pendidikan

Islam dalam mata kuliah filsafat pendidikan Islam yang mencakup analisis

filosofis pendidikan Islam, pengembangan madrasah dengan manajemen

berbasis madrasah (MBM), ke arah madrasah berstandar internasional (MBI),

reformasi pendidikan Islam, problem dan solusi pengembangan PTAI,

pengembangan muti PTAI dengan manajemen mutu, pendidikan life skill dan

enterpreunership, serta implementasi desain pendidikan integralistik dalam

pendidikan Islam. Yang lebih mengutamakan variabelnya agar mampu

menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat pada era globalisasi sekarang

ini.

Kelima, skripsi yang ditulis oleh Abdurrahman Bata, dengan judul “Peran

Pondok Pesantren Al-Khairaat Terhadap Pembinaan Ahlak Umat Di

Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara” yang membahas

tentang faktor-faktor apakah yang menyebabkan pondok pesantren Al-Khairaat


30

dapat memberi warna keislaman terhadap masyarakat Bintauna, dan bagaimana

proses dalam menyampaikan misi dakwahnya sehingga mudah diterima oleh

masyarakat setempat. Perbedaannya yaitu terdapat pada variabelnya yang lebih

terfokus pada bagaimana misi dan proses dakwah Al-Khairaat Bintauna untuk

mampu membentuk kepribadian generasi muda dalam artian melalui metode

ceramah serta hal-hal yang bersifat mengajak kepada masyarakat.


BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan penerapan metode ilmiah

dalam kegiatan keilmuan. Demikian halnya penulisan skripsi pada dasarnya

merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat

bahasa tulisan. Untuk itu maka mutlak diperlukan penguasaan yang baik

mengenai hakikat keilmuan agar kalangan kampus dapat melakukan penelitian

dan sekaligus mengkomunikasikan penelitiannya secara tertulis dengan baik.39

Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses pengumpulan atau analisis

data yang dilakukan secara logis dan sistematis untuk mencapai tujuan yang

akan dicapai. Pengumpulan dan analisis data yang dimaksud adalah

menggunakan berbagai macam metode-metode ilmiah yang bersifat kualitatif

maupun bersifat kuantitatif, eksperimen atau non eksperimen, interaktif atau

non interaktif, tergantung dari maksud dan tujuan dari penelitian tersebut, serta

hasil lain yang ingin dicapai dan diketahui sehingga berpengaruh pada

perspektif penelitian tersebut. Metode-metode tersebut telah dikembangkan

39
Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo, Pedoman penulisan Karya
Tulis Ilmiah Skripsi: Program Studi Pendidikan Agama Islam (Gorontalo, Jurusan PAI, 2015) h.1

31
32

secara intensif, melalui berbagai macam uji coba sehingga memiliki prosedur

yang berdasarkan karakteristiknya.40

Namun pada penelitian kali ini saya menggunakan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

kejadian-kejadian atau fenomena-fenomena apa yang terjadi dan dialami oleh

penelitian tersebut misalnya persepsi, perilaku, tindakan, motivasi, dan lain-lain

secara holistik dan komprehensif dengan cara deskriptif dan dalam bentuk kata-

kata atau bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai macam metode alamiah pula.41

Penelitian kali ini menggunakan dua jenis penelitian kualitatif, yaitu:

a. Penelitian Biografi

Dalam menulis biografi seseorang, diperbolehkan menuliskan cerita hidup

seseorang yang masih hidup maupun orang yang sudah meninggal dunia

asalkan memiliki data yang relevan. Denzin & Lincoln menjelaskan, cerita

tentang kehidupan seseorang itu ditulis oleh orang lain dan bukan orang yang

bersangkutan menulisnya yang berdasarkan pada suatu kejadian, dokumen-

dokumen, dan lain-lain yang akan menjadi sumber data yang nantinya

dikumpulkan. Maksudnya seperti keluarga, dan kerabat seperjuangan karena

40
Ibid.., h.5
41
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2005) h.6
33

dikhawatirkan dapat manipulasi data-datanya. Studi kasusnya adalah kehidupan

dari subjeknya yang dianggap menarik dan unik oleh orang lain.42

Dalam pendekatan biografi ada beberapa tahapan melakukannya: Pertama,

peneliti dapat memulai studi biografi dimulai dari mencari serangkaian

pengalaman kehidupan yang bersifat objektif dari tokoh utama tersebut.

Misalnya, penggalan keberhasilan dalam meraih Trophy Ballon Diorr oleh

Cristiano Ronaldho, mulai dari pengalaman kehidupan saat kecil sampai saat

ini.

Tahap kedua, peneliti mulai mencari dan menggali data yang relevan

mengenai biografi lengkap dan konkrit serta kontekstual dari si tokoh tersebut.

Misalnya riwayat hidupnya, rekaman dokumentasi, serta informasi-informasi

yang didapat melalui metode wawancara.

Tahap ketiga, dari data-data yang sudah diperoleh, peneliti mulai

melakukan pemilihan dari data-data tersebut. Setelah itu bisa diambil mana data

untuk dimasukkan ke dalam penulisan biografi dari seorang tokoh tersebut.

Tahap keempat, peneliti melakukan eksplorasi makna dari data-data yang

telah didapat tadi untuk memperoleh keterangan yang lebih baik, kejelasan,

serta mencari makna lainnya sebagai bahan untuk diceritakan nanti.

42
Postingan dari https://www.kompasiana.com/rozy12410044/metode-biografis-merupakan-
pencarian-data-dalam-penelitian-kulalitatif_552e05e46ea8348c208b4596 Di akses pada tanggal 17
Desember 2017
34

Tahap kelima, mengaitkan arti data yang diperoleh dengan struktur yang

lebih besar untuk menjelaskan arti data tersebut untuk dijelaskan secara

berkesinambungan, menarik, dan jelas.43

Pendekatan biografi yang digunakan ini bermaksud untuk melakukan

pencarian berupa sumber informasi mengenai tokoh pendidikan Islam Bintauna

yaitu Alm. KH. Harsono Misaalah.

b. Penelitian Historis

Penelitian historis adalah penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi

atau melihat kembali masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara

mengumpulkan mengevaluasi, memverifikasi, serta menghubungkan berbagai

macam bukti-bukti untuk mengungkap kebenaran dan memperoleh kesimpulan

yang jelas dan akurat.44

Jadi penelitian historis adalah menelaah dari sumber-sumber lain yang

berisikan informasi mengenai masa lampau dan pelaksanaannya dilakukan

secara sistematis. Atau dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas

menggambarkan gejala-gejala tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian

dilakukan melainkan pada masa lampau tokoh tersebut.

43
Ibid..,
44
Postingan dari http://www.bilvapedia.com/2014/05/ciri-dan-langkah-penelitian-
historis.html#.WjYnHN-Wa00 Di akses pada tanggal 17 Desember 2017
35

Penggunaan jenis penelitian historis ini adalah agar supaya peneliti dapat

membongkar kejadian atau peristiwa-peristiwa yang pernah dialami oleh si

tokoh tersebut. Peneliti ingin mencoba mengungkapkan peristiwa yang terjadi

padanya dimasa lalu yang menyebabkan KH. Harsono Misaalah mengubah pola

pikirnya sehingga memilih terjun di dunia pendidikan Islam.

2. Fokus Penelitian

Yaitu penelitian yang akan peneliti lakukan ini berorientasi pada biografi

Alm. KH. Harsono Misaalah, serta perannya di bidang dakwah dan pendidikan

Islam dalam menyikapi realitas sosial masyarakat, dan mengungkapkan karya

monumental KH. Harsono Misaalah dalam pendidikan Islam.

3. Sumber data

a. Data Primer

Data primer adalah sebuah data yang langsung didapatkan dari sumber

pertama atau bisa disebut dengan data pokok. Dalam penelitian ini peneliti

mengambil data pokok dari sejarah singkat yang disusun oleh para ustadz-

ustadz, guru-guru, yang berada di lingkungan Al-Khairaat kecamatan

Bintauna.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber kedua atau

ketiga atau biasa disebut dengan data pendukung. Dalam memperoleh data

sekunder ini (setelah membaca sejarah singkatnya) peneliti melakukan


36

wawancara dengan orang-orang bisa dibilang dekat dengan KH. Harsono

Misaalah seperti, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, serta kerabat-

kerabat KH. Harsono Misaalah. Selain itu peneliti juga melakukan observasi

mengenai karya monumental KH. Harsono Misaalah.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Berasal dari kata observation yang berarti pengamatan. Metode

observasi dilakukan dengan cara mengamati perilaku atau kejadian dari

kegiatan seseorang atau sekelompok orang yang akan diteliti. Kemudian

mencatat hasil dari pengamatan tersebut agar dapat mengetahui apa yang

sesungguhnya terjadi. Dengan pengamatan tersebut peneliti dapat

mengetahui kejadian-kejadian sebagaimana yang dialami oleh subjek yang

diamati, serta menangkap, dan merasakan fenomena-fenomena tersebut

sesuai pengertian subyek dan obyek yang akan diteliti.45

Untuk dapat melakukan observasi dengan baik, peneliti harus

memahami bentuk atau jenis observasi, sehingga mendapatkan data yang

akurat sesuai apa yang sebenarnya terjadi di lapang.

Ada beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian

kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan

observasi kelompok yang tidak terstruktur. Dalam observasi partisipatif

peneliti akan mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa

45
Aunu Rofiq Djaelani, “Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif” Majalah Ilmiah
Pawiyatan; Vol: xx, No: 1, Maret 2013 h.84
37

yang mereka katakan, serta berpartisipasi dalam aktifitas mereka. Jadi

observasi partisipasi adalah cara mengumpulkan data dengan melalui

pengamatan dan memanfaatkan panca indera dimana peneliti benar-benar

berada dalam keseharian pelaku yang ditelitinya atau informan. Keberadaan

seorang peneliti dapat terlibat baik secara aktif maupun tidak aktif.46

Namun disini peneliti mengambil jenis penelitian observasi partisipasi

moderat. Dimana peneliti kadang ikut aktif terlibat dalam kegiatan informan

di sekolah maupun di rumah tapi juga kadang tidak aktif mengikutinya

kegiatannya.47

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (viewer) atau yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancara (viewee) atau yang memberikan jawaban atas pertanyaan

tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Lincoln dan Guba (1985:266):

memberikan pertanyaan kepada seseorang mengenai perasaannya, motivasi,

tuntunan, dan kepeduliannya, yang dialami olehnya dimasa lalu yang

kemudian memproyeksikannya dengan harapkan yang dialami pada masa

46
Ibid.., h.85
47
Spradley (1980) membagi partisipasi atau keterlibatan peneliti menjadi empat yaitu; (1) partisipasi
pasif, di mana peneliti datang mengamati tetapi tidak ikut terlibat kegiatan yang diamati; (2)
partisipasi moderat, di mana peneliti kadang ikut aktif terlibat kegiatan kadang tidak aktif; (3)
partisipasi aktif, di mana peneliti terlibat aktif dalam kegiatan yang diteliti; (4) partisipasi lengkap,
di mana peneliti sudah sepenuhnya terlibat sebagai orang dalam, sehingga tidak kelihatan sedang
melakukan penelitian. Yang ditulis oleh Aunu Rofiq Djaelani, “Teknik Pengumpulan Data Dalam
Penelitian Kualitatif” Majalah Ilmiah Pawiyatan; Vol: xx, No: 1, Maret 2013 h.84
38

yang akan datang. Serta memverifikasi, mengubah, dan memperluas

informasi yang diperoleh dari informan lain, dan mengubahnya untuk

memperluas konstruksi yang telah dikembangkan oleh si peneliti tersebut.48

Wawancara ada beberapa macam, namun disini peneliti hanya

mengambil satu yaitu: wawancara terstruktur adalah wawancara yang

pewawancaranya menetapkan sendiri masaalah dan pertanyaan-pertanyaan

yang akan diajukan. Peneliti menggunakan jenis wawancara ini bertujuan

untuk mencari jawaban terhadap hipotesis kerja. Untuk itu pertanyaan-

pertanyaan haruslah disusun dengan rapi dan ketat.49

Tujuan wawancara dilakukan adalah:

1. Untuk memperoleh informasi tentang keseharian dan peran KH.

Harsono Misaalah sebagai tokoh pendidikan Islam Bintauna.

2. Untuk memperoleh informasi bagaimana peran dan gagasan di bidang

dakwah dan pendidikan Islam di masyarakat Bintauna.

3. Untuk mengetahui apa karya KH. Harsono Misaalah.

48
Lexy J. Moleong, Op.Cit.., h.186
49
Ibid.., h.190
39

c. Dokumentasi

Dokumen diartikan sebagai suatu catatan tertulis atau gambar yang

tersimpan dan memuat tentang sesuatu yang sudah terjadi sebelumnya.

Dokumen merupakan fakta dan data tersimpan dari berbagai macam bahan

sehingga berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah

berbentuk laporan, surat-surat, catatan harian, peraturan-peraturan, simbol,

artefak, foto-foto, sketsa, dan data-data lainya yang berkaitan dengan KH.

Harsono Misaalah yang masih tersimpan. Dokumen tidak terbatas oleh

ruang dan waktu sehingga bisa memberikan peluang kepada peneliti untuk

mengetahui hal-hal yang pernah terjadi untuk penguat data observasi dan

wawancara dalam memeriksa keabsahan data.

5. Analisis Data

Analisis data kualitatif (Seiddel, 1998) dalam prosesnya sebagai berikut:

 Catatan lapangan, yang diberi kode agar sumber datanya tetap dapat

ditelusuri.

 Mengumpulkan, memilah-memilih, serta mengklasifikasikan, dan

mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan juga membuat indeksnya.

 Berpikir, maksudnya membuat agar kategori data itu mempunyai

makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, serta

membuat temuan-temuan umum.50

50
Ibid.., h.248
40

Selanjutnya menurut Janice Mc Drury (Collaborative Group Analysis of

data, 1999) tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

1) Membaca atau mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan

yang ada dalam data.

2) Kemudian mempelajari kata-kata kunci tersebut, dan berupaya untuk

menemukan tema-tema yang berasal dari data itu.

3) Menuliskan ‘model’ yang ditemukan.

4) Coding yang telah dilakukan.51

Dari kedua devinisi diatas kita dapat memahami bahwa ada yang

mengemukakan proses dan ada yang menjelaskan suatu komponen-komponen

yang perlu ada dalam menganalisis suatu data. Namun pada penelitian kali ini

peneliti lebih memilih menggunakan proses, bagaimana dan sampai sejauh mana

KH. Harsono Misaalah dalam merekonstruksi pemahaman ke-Islaman yang

sudah keluar dari jalurnya, khususnya di daerah Bintauna serta aktivitasnya

dibidang sosial, dan organisasi yang pernah digelutinya. Dan penelitian ini

menggunakan triangulasi sumber data atau mengumpulkan data dari beragam

sumber yang berbeda dengan menggunakan beberapa metode seperti

wawancara, observasi, serta mengumpulkan catatan-catatan, dokumen-

dokumen, arsip, gambar-gambar atau foto-foto yang tentunya bisa menghasilkan

bukti atau data yang valid.

51
Ibid.., h.248
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Biografi KH. Harsono Misaalah

Nama lengkapnya adalah KH. Harsono Tajudin Misaalah atau biasa disapa

dengan Aba Gaf. KH. Harsono Misaalah lahir di desa Bohabak pada tanggal 14

Mei tahun 1956, dan wafat pada tanggal 24 Oktober 2017 pukul 12.00 WIB di

kota Bandung saat menemani santri-santri nya ikut Pekan Olahraga Nasional.

KH. Harsono Misaalah menikah dengan seorang perempuan cantik yang

bernama Lulu Yarbo pada tahun 1979 dan dikaruniai empat orang anak yang

masing-masing diberi nama Saggaf Misaalah (Almarhum), Zaitun Akmal

Misaalah S.Pd.I, Fahima Misaalah, dan Sajidah Misaalah S.Pd.I.52

Sewaktu kecil, KH. Harsono Misaalah pernah sekolah di Madrasah Diniyah

Awaliyah Al-Khairaat (MDA) desa Bohabak dan tamat pada tahun 1971. Saat

menjelang remaja KH. Harsono Misaalah melanjutkan studinya di Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Mu’allimin Al-Khairaat Palu selama empat tahun dan

selesai pada tahun 1975. Memasuki remaja akhir, KH. Harsono Misaalah

melanjutkan sekolahnya ke Madrasah Aliyah Al-Khairaat Pusat Palu dan tamat

pada tahun 1977.53

KH. Harsono Misaalah memiliki semangat belajar dan motivasi yang tinggi

untuk melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi namun sekali lagi

52
Tim Penyusun “Riwayat Hidup Almarhum KH. Harsono Misaalah” 25 Oktober 2017
53
Ibid..,

41
42

faktor ekonomi selalu saja menghambat masa depan seseorang. Meskipun

keadaan ekonomi pada saat itu tidak memungkinkan, hal tersebut tidak

mematahkan semangat KH. Harsono Misaalah untuk belajar.

Sesuai dengan Firman-Nya: ‫س اع اها‬ ً ‫َّللاُ نا ْف‬


ْ ‫سا ِّإ هَل ُو‬ ‫ف ه‬ ُ ‫ اَل يُك ِّال‬bahwa
“Allah tidak akan menguji kecuali sesuai dengan kemampuannya”54 dan dari

potongan ayat diatas KH. Harsono Misaalah telah membuktikan bahwa

seseorang bisa melalui cobaan baik dari yang biasa maupun yang paling sulit

itu bisa dilewati apabila mencari jalan keluar dengan cara yang di Ridhoi oleh

Allah. Karena dalam firman-Nya juga dikatakan “Karena sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.55

KH. Harsono Misaalah adalah orang yang tekun dan disiplin dalam

keseharian nya maupun pekerjaannya. Itulah yang membuatnya dari dulu

sampai wafatnya KH. Harsono Misaalah menjadikannya orang yang patut

diteladani semasa hidupnya. Meskipun memiliki kecerendungan emosi, tetapi

emosinya disalurkan ke arah yang bersifat mendidik dan memotivasi sehingga

memungkinkan korbannya merasa lebih dewasa dan terdorong mentalnya saat

KH. Harsono Misaalah emosi.56

54
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S Al-Baqarah [2] 286
55
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S Al-Insyirah/Ash-Sharh [94] 5-6
56
H. Abdurrahman Bata, S.Pd.I. (Guru, Kerabat, dan Sahabat Dekat KH. Harsono Misaalah)
Wawancara, Pada Tanggal 18 November 2017
43

KH. Harsono Misaalah termasuk salah satu guru muda pada zamannya.

Karena ia mulai mengabdikan dirinya sebagai guru semenjak berusia 21 tahun.

Riwayat pekerjaanya antara lain:57

a. Guru Al-Khairaat Girian Tahun 1977-1978

b. Guru Al-Khairaat Bohabak Tahun 1978

c. Guru Al-Khairaat Bolang Itang Tahun 1979-1980

d. Guru Al-Khairaat Pulau Gangga-Likupang Tahun 1981-1983

e. Guru Al-Khairaat Kuala Batu-Likupang Tahun 1984 (Selama 5 Bulan)

f. Guru Al-Khairaat Babo Tahun 1984 (Selama 6 Bulan)

g. Guru Al-Khairaat Tompaso Baru tahun 1985-1994

h. Guru Al-Khairaat Wakat Tahun 1989-1994

i. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Khairaat Bintauna tahun 1994-2017

Selain sebagai seorang guru, KH. Harsono Misaalah di umurnya yang

memasuki kepala tiga, juga memiliki pengalaman dalam berorganisasi. Diantara

organisasi yang pernah digelutinya adalah:58

a. Ketua MUI Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2006-2014

b. Pengurus Komda Al-Khairaat Wilayah Utara Bolmong Tahun 2011-2016

c. Pengurus Komda Al-Khairaat Wilayah Bolmong Utara Tahun 2017-

Sekarang

d. Pengurus FKUB Bolmong Utara Tahun 2012-2017

57
Tim Penyusun “Riwayat Hidup Almarhum KH. Harsono Misaalah” 25 Oktober 2017
58
Ibid..,
44

e. Ketua BAZNAS Bolmong Utara Tahun 2016-Sekarang

f. Pengurus Badan Wakaf Indonesia Bolmong Utara Tahun 2014-Sekarang

g. Rois Surya NU Bolmong Utara Tahun 2009-2013

h. Surya NU Bolmong Utara Tahun 2013-Sekarang

i. Imam Masjid Besar Fastabiqul Khairaat Bintauna Tahun 2012-Sekarang

B. Peran dan Tanggung Jawab KH. Harsono Misaalah Di bidang Dakwah


dan Pendidikan Dalam Menyikap Realitas Sosial Masyrakat
Kecamatan Bintauna
a. Gambaran Umum Kondisi Masyarakat Kecamatan Bintauna

1. Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial masyarakat Bintauna banyak terkait oleh adat istiadat dan

kepercayaan yang dijadikan sebagai norma dan tatakrama yang semuanya juga

dibuat sendiri melalui musyawarah.59

Norma-norma sosial diatas merupakan adat kebiasaan yang berlaku secara

umum dan banyak ragamnya, diantaranya “setiakawan” yang tujuannya untuk

mempererat hubungan kekeluargaan. Hal seperti sudah berlaku semenjak masa

kerajaan dimana aturan-aturan yang buat merupakan hukum yang harus

dijalankan dan ditaati setiap warga, jika ditemukan ada yang tidak menaati

aturan-aturan tersebut maka akan mendapat sanksi dari raja atau pemangku

adat.60

59
R.C Mokodenseho, Arsip Kerajaan Bintauna, Tahun 1795
60
Ibid..,
45

Bentuk ke-setiakawanan yang berkaitan dengan hari-hari besar baik berupa

acara pesta perkawinan, khitanan, maupun yang berkaitan dengan kegiatan

keagamaan masih biasa dilakukan oleh penduduk hingga sekarang dan masih

dijunjung tinggi oleh masyarakat Bintauna. Sebab siapapun yang tidak

menunjukan peran serta alasan yang tidak jelas, maka pada saat yang

bersangkutan akan mengadakan kegiatan berupa hajatan ia juga akan

memperoleh perlakuan yang sama atau tidak mendapat bantuan.61

2. Agama dan Kepercayaan

Sejak awal kepercayaan masyarakat Bintauna menganut ajaran animisme dan

dinamisme. Di kalangan masyarakat Bintauna ada kepercayaan yang disebut “Mo

Barakato” artinya meyakini adanya kekuatan gaib dan gejala-gejala alam yang

luar biasa. Misalnya adanya fenomena hujan yang turun secara tiba-tiba (langit

yang masih cerah) itu diasumsikan oleh masyarakat ada orang yang berbuat tidak

benar atau melanggar aturan-aturan yang seharusnya tidak boleh langgar, dan

juga meyakini suatu benda seperti keris yang bisa menyembuhkan atau dapat

menolak suatu penyakit yang hinggap pada diri seseorang.62

63
Setelah Islam masuk ke Bintauna pada abad ke-17 , masyarakat mulai

mengenal ajaran agama Islam beriringan dengan dinobatkan nya raja ke-empat

61
Ibid..,
62
Abdurrahman Bata, Skripsi: “Peran Pondok Pesantren Al-Khairaat Terhadap Pembinaan Ahlak
Umat Di Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara” (Palu: IAIN Palu, 2001)
h. 45
63
Z.A Lantong, “Mengenal Bolaang Mongondow” (Totabuan: UD 1996) h. 10
46

yaitu Patilima Datunslang pada tahun 1783.64 Karena dulu masyarakat Bintauna

memeluk agama Kristen-Katolik yang disebarkan oleh pendeta Talahatn yang

berasal dari Ambon pada zaman kerajaan ke-tiga yang dipimpin oleh raja Data

yang menganut ajaran dinamisme dan animisme.65

Ajaran agama yang masuk di kerajaan Bintauna itu tergantung dari seorang

raja yang memimpin pada saat itu, dan masyarakat hanya bertugas menaati semua

peraturan rajanya. Sebelum raja Patilima Datunsolang memeluk agama Islam ada

syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu, masyarakat Bintauna menyebutnya

“Karuani Sumpah” adalah sebuah sumpah Al-qur’an 30 juz ditulis oleh

Sarubangsa pada tahun 1795 yang wajib dilakukan oleh seseorang pada saat akan

dinobatkan sebagai raja.66

Raja menjalankan ajaran Islam sebagai Khalifah, kemudian khalifah

mengangkat pegawai sesuai dengan jabatan di dalam ajaran agama Islam yaitu:

1. Kadi, adalah menjalankan syariat Islam dan bertanggung jawab langsung

kepada raja.

2. Hakim, menjalankan hukum Islam, mengadili persoalan yang muncul

diantara masyarakat seperti perkawinan, perceraian, harta warisan, kematian,

dan lain-lain.

64
R.C Mokodenseho, Loc. Cit.
65
Ibid..,
66
Ibid..,
47

3. Imam, yaitu memimpin uman Islam dalam pelaksanaan ibadah khususnya

imam sholat berjamaah dan bertanggung jawab langsung kepada Hakim dan

Kadi.

4. Khatib, membantu imam dalam menjalankan tugas khutbah setiap jumat.

5. Billal, membantu imam dan tugas utamanya adalah mengumandangkan

Adzan setiap waktu sholat.

6. Saraada, membantu imam dan tugas utamanya menjaga kebersihan masjid,

membunyikan beduk sebagai tanda masuknya waktu sholat.67

Peraturan-peraturan menyimpang dari ajaran Islam yang dibawa oleh raja

Data pada saat itu telah dihapuskan oleh raja Patilima Datunsolang dan

digantikan dengan peraturan baru yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam.

Untuk melestarikan ajaran agama Islam tersebut, pada tahun 1926 raja

selanjutnya yaitu Mohammad T datunsolang anak dari Patilima Datunsolang

membangun sebuah mesjid pertama di kerajaan Bintauna. Dengan demikian

penyebaran Islam di Bintauna semakin meluas dan berkembang siring

berjalannya waktu.68

67
Ibid..,
68
Ibid..,
48

b. Bidang Dakwah

Secara garis besar dakwah sudah terekam dalam firman Allah:

َ ‫س ِبي ِل َر ِب َك ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬


‫ظ ِة‬ َ ‫ع ِإلَ ٰى‬ ُ ‫ا َْد‬
‫ِس ُن ۚ ِإ َّن َرب ََّك‬ َ ‫ي أ َ ْح‬ َ ‫ِسنَ ِة ۖ َو َجاَد ِْل ُه ْم ِبالَّتِي ِه‬
َ ‫ْال َح‬
‫س ِبي ِل ِه ۖ َو ُه َو أ َ ْعلَ ُم‬
َ ‫ض َّل َع ْن‬ َ ‫ُه َو أ َ ْعلَ ُم ِب َم ْن‬
َ‫ِب ْال ُم ْهتَدِين‬
Terjemahnya:
“Serulah manusia kejalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik-baik pula.
Sesungguhnya Tuhanmulah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dan Dialah yang lebih mengetahui tentang orang-orang yang
telah mendapat petunjuk”.69
Senada dengan ayat diatas, KH. Harsono Misaalah dalam menghadapi realitas

sosial-masyarakat di wilayah yang masih kental dengan adat dan budaya dari

turun-temurun di kecamatan Bintauna, poin penting yang disampaikan oleh KH.

Harsono Misaalah bersifat untuk meluruskan dan merubah nya dari

penyimpangan aqidah-aqidah yang selama ini dianut oleh masyarakat Bintauna

yang dimana ketika kepercayaan mereka diguncangkan oleh pihak-pihak

tertentu baik dari golongan Jin dan Manusia itu sendiri.

69
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S An-Nahl [16] 125
49

Salah satunya dengan menggunakan cara Bil-Hikmah,70 yakni

menyampaikan dakwahnya dengan cara yang arif dan bijaksana serta berbagai

macam dalil-dalil yang dapat menjelaskan kebenaran dan menghilangkan

keraguan dari dalam diri, dan melakukan pendekatan yang dibalut dengan joke

dari bahasa yang khas atau bahasa daerah/tradisional sedemikian rupa sehingga

yang menjadi obyek dakwah mampu menyerap dengan mudah dan

melaksanakan amanah atau pesan-pesan yang disampaikan atas kemauannya

sendiri dan tidak merasa adanya paksaan, tekanan batin, maupun konflik antar

sesama.71

Sebagai Bukti, KH. Harsono Misaalah berhasil mencapai tiga bentuk dari

tujuan dakwah seperti:

1. Tujuan Praktis. Tujuan praktis dalam berdakwah merupakan tujuan tahap

awal untuk menyelamatkan umat manusia dari lembah kegelapan dan

membawanya ke tempat yang terang-benderang, dari jalan yang sesat

kepada jalan yang lurus, dari lembah kemusyrikan dengan segala bentuk

kesengsaraan menuju kepada tauhid yang menjanjikan kebahagiaan. Hal ini

tercermin dalam al-Qur’an:

70
Moh. Ali Aziz dalam bukunya Ilmu Dakwah secara garis besar tiga cakupan metode dakwah,
yaitu: a. Hikmah. Berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan
menitikberatkan pada kemampuan-kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-
ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan. b. Mauizhaah Hasanah.
Yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang
disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka. c. Mujadalah. Adalah berdakwah dengan cara
bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan
tekanan-tekanan kepada sasaran dakwah. Oleh MA Aziz “Ilmu Dakwah” (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2004) h. 136
71
Hamdan Pohontu, S.Ag. M.Pd. (Kepala Sekolah, Kerabat, dan Sahabat Dekat KH. Harsono
Misaalah) Wawancara, Pada Tanggal 19 November 2017
50

َ‫ت ِليُ ْخ ِر ََج الَّذِين‬ َّ ‫ت‬


ٍ ‫َّللاِ ُمبَيِنَا‬ ِ ‫واَل يَتْلُو َعلَ ْي ُك ْم آيَا‬ ً ‫س‬ ُ ‫َر‬
ِ ُّ‫ت إِلَى الن‬
ۚ ‫ور‬ ُّ َ‫ت ِمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬ َّ ‫آ َمنُوا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬
‫ت ت َ ْج ِري‬ ٍ ‫صا ِل ًحا يُ ْد ِخ ْلهُ َجنَّا‬ َّ ‫َو َم ْن يُؤْ ِم ْن ِب‬
َ ‫اَّللِ َويَ ْع َم ْل‬
ُ‫َّللاُ لَه‬
َّ َ‫ِسن‬ َ ‫ار خَا ِلدِينَ ِفي َها أَبَدًا ۖ قَ ْد أ َ ْح‬ ُ ‫ِم ْن ت َ ْحتِ َها ْاْل َ ْن َه‬
‫ِر ْزقًا‬
Terjemahnya:
“(Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah
yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan
orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya.
Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh
niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Sesungguhnya Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya”.72

Dengan demikian dapat dipahami bahwa secara praktis tujuan awal dakwah

adalah menyelamatkan manusia dari jurang yang gelap (kekafiran) yang

membuatnya tidak bisa melihat segala bentuk kebenaran dan membawanya

ke tempat yang terang benderang (cahaya iman) yang dipantulkan ajaran

Islam sehingga mereka dapat melihat kebenaran.

2. Tujuan Realistis. Tujuan realistis adalah tujuan antara, yakni berupa

terlaksananya ajaran Islam secara keseluruhan dengan cara yang benar dan

berdasarkan keimanan, sehingga terwujud masyarakat yang menjunjung

tinggi kehidupan beragama dengan merealisasikan ajaran Islam secara

penuh dan menyeluruh.

72
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S At-Talaq [65] 11
51

3. Tujuan Idealis. Tujuan idealistis adalah tujuan akhir pelaksanaan dakwah,

yaitu terwujudnya masyarakat muslim yang diidam-idamkan dalam suatu

tatanan hidup berbangsa dan bernegara, adil, makmur, damai dan sejahtera

di bawah limpahan rahmat, karunia dan ampunan Allah SWT.

Dari beberapa tujuan diatas, KH Harsono Misaalah dalam dakwahnya tidak

terlepas dari ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja baik di

lingkungan pondok pesantren Al-Khairaat Bintauna maupun undangan dari

masyarakat sekitar. KH Harsono Misaalah dalam berdakwah selalu

menyampaikan agar tidak selalu mengikuti ajaran-ajaran atau praktek-

praktek yang bertentangan dengan ajaran Islam yang merajalela khususnya

di Kecamatan Bintauna. Seperti dalam ceramahnya di bulan Ramadhan

yang dilaksanakan di masjid besar Fastabiqul Khairaat Bintauna, penulis

mendengar langsung ada seseorang laki-laki yang bertanya “apakah semua

ilmu ghaib itu sesat?” dengan menggunakan metode bil-hikmah serta dalil-

dalil yang relevan dan kaidah-kaidah Ushul Figh KH Harsono Misaalah

menjawab “ boleh saja untuk dipelajari dan tidak semua ilmu ghaib itu sesat,

oleh karena itu carilah guru yang sudah berpengalaman dan benar-benar

paham tentang ilmu tersebut agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan”.

Dari jawaban diatas dapat kita pahami bahwa meskipun KH Harsono

Misaalah tidaklah ahli dalam ilmu tersebut, tapi beliau menjawab

pertanyaan tersebut sesuai dengan kemampuannya tanpa adanya unsur

paksaan darinya justru malah membolehkannya asalkan ilmu tersebut

berbanding lurus dengan ajaran Islam.


52

c. Bidang Pendidikan Islam

Pendidikan dan dakwah memiliki hubungan yang dekat dan tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Karena keduanya memiliki sasaran yang sama, yaitu

humanisme. Pendidikan dapat menolong umat manusia dari berbagai

ketidaktahuan dan keterbelakangan. Sedangkan dakwah akan memberikan

pandangan tentang dasar-dasar hidup yang baik, nilai-nilai luhur serta tujuan

hidup manusia itu diciptakan yaitu untuk beribadah kepada Allah.

Pendidikan dan dakwah haruslah saling berkoordinasi antara satu sama lain

agar kehidupan manusia memiliki balance antara kehidupan dunia dan kehidupan

akhirat.

Dengan demikian, dakwah dan pendidikan memiliki tujuan yang sama, yakni

membentuk kepribadian manusia yang utuh dan berakhlak mulia serta

bertanggung jawab. Oleh karena itu dakwah melalui pendidikan sangatlah tepat

untuk menjawab tantangan yang ada dewasa ini. untuk itu, tidak sedikit lembaga-

lembaga Islam berdakwah melalui pendidikan dengan mendirikan lembaga-

lembaga pendidikan umum maupun pendidikan islam.

Selain berdakwah, KH. Harsono Misaalah juga adalah seorang guru sekaligus

pemimpin pondok pesantren Al-Khairaat Bintauna. Yang secara otomatis itu

lebih mempermudah KH. Harsono Misaalah dalam membentengi serta

meminimalisir pemahaman-pemahaman keliru yang beredar di berbagai daerah


53

di kecamatan Bintauna dengan cara bisa langsung dikoreksi dengan

menggunakan metode diskusi, tanya jawab, dan lain-lain.73

Dengan menggunakan metode-metode diatas, KH. Harsono Misaalah

berhasil mempengaruhi dan membangkitkan faktor internal (dari dalam diri

siswa) untuk belajar, diantaranya adalah faktor Psikologis atau kecerdasan siswa,

motivasi hidup, minat, sikap, dan bakat dari siswa itu sendiri.

1. Kecerdasan Atau Intelegensi Siswa. Pengetahuan dan pemahaman tentang

kecerdasan seseorang perlu dimiliki oleh seorang guru yang profesional agar

supaya guru bisa memahami sampai sejauh mana tingkat kecerdasan yang

dimiliki oleh siswa tersebut. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta

didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan

diberikan kepada siswa.

2. Motivasi. Yang diberikan berupa dorongan ke ingin tahuan untuk

menyelidiki misteri yang ada di dunia ini, sehingga memunculkan keinginan

untuk mencari atau menguasai ilmu pengetahuan yang berguna bagi dirinya

maupun orang lain.

3. Minat. Seorang guru perlu membangkitkan mina siswa agar tertarik dengan

materi pelajaran yang akan disampaikan dengan cara: membuat materi

semenarik mungkin melalui desain pembelajaran yang melibatkan tiga aspek

yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga siswa tidak bosan dan

pembelajaran nya menjadi aktif.

73
Hamdan Pohontu, S.Ag. M.Pd. (Kepala Sekolah, Kerabat, dan Sahabat Dekat KH. Harsono
Misaalah) Wawancara, Pada Tanggal 19 November 2017
54

4. Sikap. Sikap siswa dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan senang atau

tidaknya pada performa guru, pelajaran, atau lingkungan di sekitarnya.

Caranya berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang

empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya.

5. Bakat. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakatnya masing-masing

untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-

masing. Mengenai istilah bakat yang tersembunyi, seorang guru haruslah

cerdas dalam menggali bakat tersembunyi tersebut serta mengembangkannya

dan menempatkan pada posisinya.

Tidak hanya itu, KH. Harsono Misaalah juga berhasil menanamkan

pemahaman keislaman yang komprehensif dan holistik kepada para santri-santri

nya untuk senantiasa mengingat Allah dalam urusan apapun baik suka maupun

duka, susah ataupun senang dan berbagai macam hal berkaitan dengan dunia.74

Sehingga fungsi dari Pendidikan Islam sebagai media untuk meningkatkan

iman dan taqwa kepada Allah SWT serta sebagai wahana pengembangan sikap

keagamaan dengan mengamalkan apa yang telah didapat dari proses

pembelajaran itu sendiri akan tercapai. Seperti:

1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada

Allah SWT yang ditanamkan dalam lingkup pendidikan keluarga.

74
Drs. Aminulah Gam, (Guru, Kerabat, dan Sahabat Dekat KH. Harsono Misaalah) Wawancara,
Pada Tanggal 20 November 2017
55

2. Pengajaran, yaitu untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan yang

fungsional.

3. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat ber-sosialisasi dengan

lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

4. Pembiasaan, yaitu melatih siswa untuk selalu mengamalkan ajaran Islam,

menjalankan ibadah dan berbuat baik.

Konsep Pendidikan KH. Harsono Misaalah

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa konsep pendidikan Islam

yang ditawarkan oleh KH. Harsono Misaalah itu mengacu pada konsep

pendidikan Al-Khairaat yang dibawa oleh Habib Idrus bin Salim Al Jufri. Yang

secara khusus KH. Harsono Misaalah mendefinisikan Pendidikan “Sebagai

segala sesuatu yang mempengaruhi kebaikan kepada roh manusia semenjak kecil

sampai dewasa hingga menjadi orang tua sekalipun, oleh karena itu manusia

harus menerima didikan asal mempunyai roh kesucian (kemanusiaan) atau

pikiran yang sehat.75

Secara operasional kelembagaan maka devinisi pendidikan Al-Khairaat

sebagaimana dimuat dalam pedoman umum penyelenggaraan pendidikan Al-

Khairaat terutama pada Bab II pasal 2, 3, & 4 yaitu:

Pasal 2. Visi

75
Hamdan Pohontu, S.Ag. M.Pd. (Kepala Sekolah, Kerabat, dan Sahabat Dekat KH. Harsono
Misaalah) Wawancara, Pada Tanggal 19 November 2017
56

Pendidikan Al-Khairaat adalah mewujudkan pendidikan yang bermutu,


profesional, dan berakhlak mulia
Pasal 3. Misi

Pendidikan Al-Khairaat mempunyai misi adalah: (1) Menyelenggarakan


satuan-satuan pendidikan yang berprestasi serta dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat dengan kelengkapan perangkat pendidikan dan sumber
belajar yang maksimal diserati manajemen yang baik. (2) melaksanakan
kebijakan pendidikan Al-Khairaat yang memberikan pelayanan yang efektif dan
efisien dari tingkat pusat hingga tingkat ranting. (3) Membangun Madrasah,
Sekolah, Pondok Pesantren, dan Perguruan Tinggi sebagai wadah pembentukan
siswa, santri, dan mahasiswa yang berkepribadian, menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, memiliki keterampilan serta ahklakul karimah
dalam bingkai ahlus sunnah wal jama’ah.
Pasal 4.

Pendidikan Al-Khairaat bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia


agar dapat menguasai dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni, berahklakul karimah yang berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT.76
KH. Harsono Misaalah membagi lingkungan pendidikan itu seperti:

“Pendidikan dalam pergaulan rumah tangga, perguruan (sekolah) dan pergaulan

masyarakat umum, asas pendidikan dalam rumah tangga ialah kesayangan dan

kecintaan, asas hidup dalam dunia pergaulan umum (masyarakat) ialah keadilan

dan kebenaran, sedangkan asas pendidikan dalam ruang sekolah ialah kedua-

duanya yakni kesayangan kecintaan, keadilan dan kebenaran, dengan demikian

76
Keputusan Mukhtamar Al-Khairaat, “Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Al-
Khairaat” 25 Agustus 2008
57

pendidikan Islam dalam ruang sekolah adalah jembatan untuk menghubungkan

kedua ruangan tersebut (rumah tangga dan masyarakat).77

Setelah dipersandingkan dengan pokok isi UU No. 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas, ditemukan kesamaan-kesamaan makna dengan devinisi pendidikan

perguruan Al-Khairaat tersebut, yaitu:

a. Istilah “Mengembangkan Potensi Manusia” hal ini sejalan dengan Bab I pasal

I ayat (4) UU Sisidiknas yaitu “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang

tersedia pada jalur dan jenjang serta jenis pendidikan tertentu78…..” dan

dalam program pendidikan persekolahan diwujudkan dalam mata pelajaran

Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa (kelompok sarana mempertajam

kreatifitas atau meminjam istilah Ki Hajar Dewantara yaitu daya cipta, rasa,

dan karsa).

b. Istilah “ Menguasai dan Mengaplikasikan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Seni” Bab III pasal 4 ayat (4) UU Sisdiknas “pendidikan diselenggarakan

…… membangun kemajuan dan mengembangkan kreatifitas peserta didik

dalam proses pembelajaran” pasal ini seakan memberi inspirasi pada lembaga

pendidikan Al-Khairaat bahwa mendapat dan mengembangkan ilmu

pengetahuan membutuhkan kreatifitas, kesungguhan dan ketekunan yang

tinggi agar dalam pemaknaan pengetahuan dapat menghasilkan nilai

77
Hamdan Pohontu, S.Ag. M.Pd. (Kepala Sekolah, Kerabat, dan Sahabat Dekat KH. Harsono
Misaalah) Wawancara, Pada Tanggal 19 November 2017
78
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, “Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003” Tentang
Sisdiknas Tahun 2003. H. 3
58

teknologi yang dibarengi dengan seni sebagai pilar terpenting dalam ilmu

pengetahuan.79

c. Istilah “Berahlakul Karimah Keimanan dan Ketakwaan Kepada Allah SWT”.

Hal ini sesuai dengan Bab Ii pasal (3) UU Sisidiknas “pendidikan nasional

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, dan kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.80

Dengan merujuk pada kajian tentang UU Nomor 20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional diatas, para pengurus Al-Khairaat di lingkungan

pondok pesantren Bintauna yang dibina oleh KH. Harsono Misaalah sepakat

bahwa secara konseptual ditemukan adanya kesesuaian antara konsep pendidikan

yang tertuang dalam Sisidiknas dengan konsep pendidikan Al-Khairaat dalam

mengembangkan misi pendidikan dan dakwah hingga saat ini dan tentunya

disesuaikan dengan perkembangan zaman.

C. Karya KH. Harsono Misaalah

Karya adalah sebuah hasil pemikiran kreatif seseorang yang tidak dapat

dibatasi. Ketika seseorang berkarya secara bebas ia akan menuruti imajinasi nya

masing-masing. Karya dapat berupa produk intelektual dan material. Intelektual

bisa berupa buku, puisi, novel, esai, dan artikel. Karya yang berupa material dapat

79
Ibid.., h. 7
80
Ibid.., h. 6
59

diwujudkan berupa bangunan, kursi, meja dan patung. Karya yang baik adalah

karya yang muncul dari pemikiran diri sendiri.

Berkarya artinya mengerjakan suatu hingga menghasilkan sesuatu yang

berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Islam sangat menganjurkan agar supaya

umatnya bisa saling menghormati dan menghargai yang didasari dengan jiwa

yang benar-benar tulus dan ikhlas. Menghargai hasil karya orang lain berarti kita

menghargai orang yang berkarya tersebut. sebaliknya, mencelanya berarti kita

mencela orang tersebut.

Menurut KBBI karya adalah sebuah pekerjaan, hasil perbuatan, atau ciptaan.

Hasil ciptaan yang bukan saduran, salinan, atau terjemahan. Hasil ciptaan yang

bukan tiruan, segala sesuatu yang di cetakan, tuturan, cerita, dan sebagainya, baik

berupa puisi, prosa, maupun lakon. Berkarya artinya mempunyai pekerjaan yang

tetap.81

Karya dari KH. Harsono Misaalah adalah berupa karya monumental.

Monumental memiliki arti bersifat permanen atau suatu peringatan pada sesuatu

yang hal yang bersifat agung. Untuk itu karya monumental memiliki dua

pengertian:

Pertama, karya seni yang bersifat permanen atau menimbulkan kesan

peringatan pada sesuatu hal yang agung. Kedua, karya seni atau desain tertentu

yang bisa meningkatkan kewibawaan dari suatu lingkungan sesuai dengan nilai-

nilai yang dikaitkan pada peristiwa, tempat, atau individual yang didukung oleh

berbagai aspirasi. Diantara karya monumental KH. Harsono Misaalah adalah:

81
Postingan Dari https://kbbi.web.id/karya Di akses pada; Sabtu 27 Januari 2018
60

1. Pondok Pesantren Al-Khairaat Bintauna

Secara garis besar lembaga pendidikan Al-Khairaat Bintauna sudah ada

sejak tahun 1908 yang pada awalnya masih dalam bentuk sebuah bangunan

kosong yang terletak di desa Bintauna dan guru pertamanya adalah H.

Gerungan.82 Lembaga tersebut berdiri setelah Belanda berkuasa dan masih

belum dikenal oleh masyarakat Bintauna karena pelaksanaan pembelajaran nya

selalu berpindah-pindah kadang di bangunan tersebut, kadang di masjid, dan

kadang gurunya mengajar di rumah peserta didik.83

Sampai pada tahun 1942 untuk pertama kalinya pendiri Al-Khairaat Al

Habib Sayid Idrus bin Salim Al-Jufri berkunjung ke Bintauna dan menginap

beberapa malam di rumah salah satu keluarga arab Al-Jaeradi tepatnya di desa

Telaga.84 Guru Tua sempat berdo’a kepada Allah SWT agar supaya di daerah

tersebut bisa berdiri pondok pesantren Al-Khairaat, dan pada akhirnya do’a

tersebut menjadi kenyataan, sehingga pada tahun 1965/1966 didirikanlah

madrasah Al-Khairaat Ibtidaiyah dengan mendatangkan tenaga pendidik dari

Manado yaitu ustadz Basir dan ustadz Hasan Bajiad yang pada saat itu jumlah

muridnya mencapai 123 orang yang kemudian dibagi menjadi tiga kelas

berdasarkan kemampuan dari masing-masing santri.85

Keberadaan madrasah tersebut mendapat sambutan baik dari masyarakat

setempat karena mereka telah merasakan manfaatnya, hal ini dapat dibuktikan

82
Abdurrahman Bata, Skripsi: Op. Cit.., h. 47
83
Ibid..,
84
Ibid.., h. 48
85
Ibid..,
61

dengan makin meningkatnya pelayanan dari lembaga tersebut, atas dasar itulah

beberapa orang dari masyarakat berkeinginan untuk lebih mengembangkannya,

hingga pada tahun 1977 telah berubah statusnya dari madrasah menjadi pondok

pesantren yang pada saat itu masih menampung beberapa tingkatan pendidikan

seperti Raudathul Atfal, Diniyah Awaliyah, Ibtidaiyah, dan Tsanawiyah, dan

tahun 1994 atas inisiatif KH. Harsono Misaalah dan Abdul Muthalib Ruana

yang dibantu oleh pengurus Al-Khairaat (seperti ustadz Efendi Suratiniyo dan

Abdul Qafar Sahel) dan masyarakat setempat, di tambahkanlah satu jenjang

pendidikan yakni Madrasah Aliyah yang sampai saat ini keberadaannya masih

eksis di kecamatan Bintauna.86

Meskipun Islam telah menjadi agama bagi mayoritas masyarakat Bintauna,

namun kepercayaan animisme dan dinamisme saat itu masih kuat pengaruhnya

dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Drs. Dahiar Bata bahwa memang masih

ada sisa-sisa peninggalan kebudayaan lama yang bertentangan dengan ajaran

Islam dan masih dipraktekkan oleh penduduk yang dilakukan secara sembunyi-

sembunyi.87

Seperti misalnya setiap tanggal 15 di bulan Safar, dimana pada hari itu satu

keluarga mandi bersama-sama di tepi laut baik anak yang sudah dewasa maupun

yang masih kecil, karena bulan Safar diyakini oleh masyarakat sebagai bulan

86
Ibid.., h. 49
87
Dahira Bata, (Tokoh Masyarakat, Teman Sejawat KH. Harsono Misaalah) Wawancara, Pada
Tanggal 30 November 2017
62

yang panas dan akan mendatangkan berbagai jenis penyakit yang akan

menyerang warga.88

Tradisi seperti ini tentu saja dilarang oleh agama Islam karena akan

membuka peluang maksiat oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Namun

tradisi seperti ini sudah tidak dilakukan lagi oleh masyarakat karena para tokoh-

tokoh agama khususnya guru Al-Khairaat yang memiliki kepercayaan lebih

kuat dibandingkan dengan masyarakat lainnya, secara continue melakukan

pendekatan kepada masyarakat dan memberikan pemahaman tentang ajaran

Islam yang sebenarnya.

Karena tradisi dan adat dari masyarakat mengarah pada kesyirikan yang

sudah ada dari dulu sampai sekarang, maka Al-Khairaat memfokuskan

perhatiannya dalam memberantas masaalah tersebut dengan melalui pendidikan

dan dakwah.89 Keberadaan Al-Khairaat di Bintauna memang tidak secara

otomatis bisa memberantas tuntas segala sesuatu yang bertentangan dengan

ajaran Islam, akan tetapi sebagian besar bisa merubah pandangan masyarakat

dalam memahami ajaran Islam dan bisa membedakan mana yang halal dan

mana yang haram.

Masyarakat telah meninggalkan kebudayaan lama dan menggantinya

dengan kebudayaan baru yang lebih Islami, seperti dulunya masih percaya

dengan mahluk halus yang bisa menyembuhkan penyakit sekarang sudah lebih

88
Dahira Bata, (Tokoh Masyarakat, Teman Sejawat KH. Harsono Misaalah) Wawancara, Pada
Tanggal 30 November 2017
89
Drs. Aminulah Gam, (Guru, Kerabat, dan Sahabat Dekat KH. Harsono Misaalah) Wawancara,
Pada Tanggal 20 November 2017
63

percaya dengan pengobatan medis atau dengan perantara obat bahwa Allah

SWT lah yang maha menyembuhkan segala macam penyakit, juga mengenai

puasa dimana masyarakat percaya dengan berbuka puasa di jam 12 siang itu

dibolehkan bagi anak-anak maupun orang dewasa dan bisa dilanjutkan kembali

sampai maghrib nanti, itu melalui pendidikan Islam Al-Khairaat dibimbing

bahwa sebenarnya berbuka di jam 12 siang untuk org dewasa tidak boleh dan

kalau sudah terlanjur maka harus mengganti puasanya di bulan lainnya setelah

bulan Ramadhan berakhir.90

Sampai sekarang pondok pesantren Al-Khairaat menjadi satu-satunya pusat

pendidikan yang berbasis keislaman di kecamatan Bintauna dan menjadi pusat

pendidikan Islam di wilayah Bolaang Mongondow Utara yang telah mencetak

lulusan-lulusan berprestasi seperti Supriadi Goma yang sekarang menjabat

sebagai PCNU Bolaang Mongondow Utara, Reksosiswoyo Binolombangan

sebagai DPRD Bolaang Mongondow Utara, Hamdan Datunsolang sebagai

Mantan Bupati Bolaang Mongondow Utara, dan masih banyak lagi.

2. Masjid Besar Fastabiqul Khairaat

Selain pencetus ide berdirinya masjid besar Fastabiqul Khairaat yang

terletak di Jln. Trans Sulawesi, Desa Padang Barat, Kecamatan Bintauna,

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, KH. Harsono Misaalah adalah juga

seorang Imam besar di masjid tersebut yang dimana saat ada hari-hari besar

90
Ja’far Alamry, (Tokoh Masyarakat, Teman Sejawat KH. Harsono Misaalah) Wawancara, Pada
Tanggal 30 November 2017
64

Islam, KH. Harsono Misaalah lah yang selalu memimpin acara nya ketika

sedang berlangsung.91

KH. Harsono Misaalah juga memberikan sumbangsih pemikirannya untuk

memecahkan masaalah-masaalah kontemporer yang beredar di Kabupaten

Bolaang Mongondow Utara. Sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) di

Kabupaten Bolmut, KH. Harsono Misaalah sangat responsif dalam menerima

keluhan-keluhan serta isu-isu kontemporer yang beredar di masyarakat.92

Seperti keluhan berupa pertanyaan tentang orang yang berprofesi sebagai

tukang pemanjat kelapa (bisa dibilang pekerjaan ekstrim) yang terus bekerja

meskipun saat bulan suci Ramadhan, praktek-praktek pengobatan dengan

bantuan dari mahluk gaib, masaalah pembagian warisan, haji, zakat, dan lain-

lain. Keterlibatan KH. Harsono Misaalah dalam mengambil keputusan sangat

dibutuhkan karena KH. Harsono Misaalah merupakan sosok yang penting di

kalangan masyarakat Bintauna.93

Masjid tersebut selain dijadikan sebagai tempat ibadah, juga dijadikan

tempat kajian keislaman, tempat berdzikir saat hari-hari besar Al-Khairaat

seperti haul Guru tua, hari Santri Nasional, dan lain sebagainya.

91
Hamdan Pohontu, S.Ag. M.Pd. (Kepala Sekolah, Kerabat, dan Sahabat Dekat KH. Harsono
Misaalah) Wawancara, Pada Tanggal 19 November 2017
92
Hamdan Pohontu, S.Ag. M.Pd. (Kepala Sekolah, Kerabat, dan Sahabat Dekat KH. Harsono
Misaalah) Wawancara, Pada Tanggal 19 November 2017
93
Hamdan Pohontu, S.Ag. M.Pd. (Kepala Sekolah, Kerabat, dan Sahabat Dekat KH. Harsono
Misaalah) Wawancara, Pada Tanggal 19 November 2017
65

D. Harapan Yang Ingin Dicapai KH. Harsono Misaalah

Untuk mengembangkan masyarakat Islam yang kokoh khususnya di

kecamatan Bintauna, keyakinan dalam beragama harus dikuatkan sehingga dapat

memperkuat jiwa mereka dalam menghadapi problematika dan permasalahan

yang terjadi baik dengan keadaan sebelumnya maupun sesudahnya, sehingga

tujuan dakwah benar-benar dapat terwujud.94

Adapun keyakinan atau aqidah yang harus diperkuat oleh masyarakat islam

khususnya di daerah Bintauna adalah mempertebal keimanan nya kepada Allah

SWT, agar tidak mudah goyah dengan bujukan-bujukan atau rayuan-rayuan dari

pihak manapun.95

Pun masyarakat yang sering konflik itu kita harus mengajak nya dialog dan

dikasih pemahaman keislaman yang holistik agar menjadi tidak terpecah belah,

individu yang tidak pernah silaturahmi diajak pertemuan antar warga baik melalui

acara-acara selamatan, khitanan, sehingga bisa mempererat ikatan antara sesama

muslim.96

94
H. Abdurrahman Bata, S.Pd.I. (Guru, Kerabat, dan Sahabat Dekat KH. Harsono Misaalah)
Wawancara, Pada Tanggal 18 November 2017
95
H. Abdurrahman Bata, S.Pd.I. (Guru, Kerabat, dan Sahabat Dekat KH. Harsono Misaalah)
Wawancara, Pada Tanggal 18 November 2017
96
Drs. Aminulah Gam, Wawancara, Pada Tanggal 20 November 2017
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Nama lengkapnya adalah KH. Harsono Tajudin Misaalah atau biasa disapa

dengan Aba Gaf. KH. Harsono Misaalah lahir di desa Bohabak pada tanggal

14 Mei tahun 1956, dan wafat pada tanggal 24 Oktober 2017 pukul 12.00

WIB di kota Bandung saat menemani santri-santri nya ikut Pekan Olahraga

Nasional. KH. Harsono Misaalah menikah dengan seorang perempuan cantik

yang bernama Lulu Yarbo pada tahun 1979 dan dikaruniai empat orang anak

yang masing-masing diberi nama Saggaf Misaalah (Almarhum), Zaitun

Akmal Misaalah S.Pd.I, Fahima Misaalah, dan Sajidah Misaalah S.Pd.I.

2. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa konsep pendidikan Islam

yang ditawarkan oleh KH. Harsono Misaalah itu mengacu pada konsep

pendidikan Al-Khairaat yang dibawa oleh Habib Idrus bin Salim Al Jufri.

Yang secara khusus KH. Harsono Misaalah mendefinisikan Pendidikan

“Sebagai segala sesuatu yang mempengaruhi kebaikan kepada roh manusia

semenjak kecil sampai dewasa hingga menjadi orang tua sekalipun, oleh

karena itu manusia harus menerima didikan asal mempunyai roh kesucian

(kemanusiaan) atau pikiran yang sehat. KH. Harsono Misaalah membagi

lingkungan pendidikan itu seperti: “Pendidikan dalam pergaulan rumah

tangga, perguruan (sekolah) dan pergaulan masyarakat umum, asas

pendidikan dalam rumah tangga ialah kesayangan dan kecintaan, asas hidup

dalam dunia pergaulan umum (masyarakat) ialah keadilan dan kebenaran,

66
67

sedangkan asas pendidikan dalam ruang sekolah ialah kedua-duanya yakni

kesayangan kecintaan, keadilan dan kebenaran, dengan demikian pendidikan

Islam dalam ruang sekolah adalah jembatan untuk menghubungkan kedua

ruangan tersebut (rumah tangga dan masyarakat).

3. Karena tradisi dan adat dari masyarakat mengarah pada kesyirikan yang

sudah ada dari dulu sampai sekarang, maka Al-Khairaat memfokuskan

perhatiannya dalam memberantas masaalah tersebut dengan melalui

pendidikan dan dakwah. Keberadaan Al-Khairaat di Bintauna memang tidak

secara otomatis bisa memberantas tuntas segala sesuatu yang bertentangan

dengan ajaran Islam, akan tetapi sebagian besar bisa merubah pandangan

masyarakat dalam memahami ajaran Islam dan bisa membedakan mana yang

halal dan mana yang haram.

B. Saran

1. Untuk fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, lebih khususnya jurusan

Pendidikan Agama Islam, penulis berharap agar skripsi yang berjudul

“Eksistensi KH. Harsono Misaalah Sebagai Tokoh Agama Dalam

Mengemban Peran dan Tanggung Jawab Pendidikan Islam di Desa Padang

Barat, Kecamatan Bintauna, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara", ini

dapat ditingkatkan dan diteliti lebih mendalam lagi karena penulis sadar

bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Mengingat pentingnya bagi

perkembangan intelektual para pemikir Islam khususnya di lingkungan IAIN

Sultan Amai Gorontalo.


68

2. Mengenai karya KH. Harsono Misaalah itu tidak dituangkan dalam bentuk

intelektual (Buku), akan tetapi dalam bentuk material (Bangunan). Meski

demikian, sumbangsih pemikiran KH. Harsono Misaalah sebagai ketua MUI

Bolmut itu sangat berpengaruh di wilayahnya. Dan semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi nusa dan bangsa khususnya perkembangan intelektual para

pemikir islam di wilayah IAIN Sultan Amai Gorontalo.


69

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Dari Buku

Abd al-Aziz Jum’ah Amin, “Fiqh Dakwah” terjemahan Abdus Salam Masykur
(Solo: Citra Islam Press, 1997)
Aziz Mohamad Ali, “Ilmu Dakwah” (Jakarta: Kencana, 2009)
Abdurrahman, KH. Muhammad Abubakar; Pengabdi Sepanjang Hayat (Migrasi :
Yogyakarta, 2017)
Aly Hery Noer, “Ilmu Pendidikan Islam” (Jakarta: Logos wacana Ilmu, 2009)
Boulu Fathan, Hamdan Datunsolang: Sosok Pemimipin Yang Cerdas (Yayasan
Dian Sejahtera, Gorontalo, 2011)
Furchan H. Arief dan H. Agus Maimun, Study Tokoh: Metode Penelitian Mengenai
Tokoh (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)
Halim Abdul, “Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoris, dan
Praktis. (Jakarta: Ciputat Pers, 2009)
Harahap Syahrin, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam (Jakarta: Prenada
Media Group, 2011)
Idris Mardjoko, Kebangkitan Intelektualisme di Mesir (Yogyakarta : Teras, 2008)
Ilahi Wahyu, “Komunikasi Dakwah” (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010)
Ilahi Wahyu, “Manajemen Dakwah” (Jakarta: Kencana, 2010)
Keputusan Mukhtamar Al-Khairaat, “Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pendidikan Al-Khairaat” 25 Agustus 2008
Lantong Z.A, “Mengenal Bolaang Mongondow” (Totabuan: UD 1996)
Mokodenseho R.C, Arsip Kerajaan Bintauna, Tahun 1795
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung, PT
Remaja Rosdakarya, 2005)
Mujib Abdul dan Mudzakir Jusuf, “Ilmu Pendidikan Islam” (Jakarta: Kencana,
2009)
Munardji, “Ilmu Pendidikan Islam” (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2009)
Munawwir Ahmad Warson, “Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 2007)
Rahman Musthofa, “Pendidikan islam Dalam Perspektif Al-qur’an (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010)
70

Safroni Ladzi M, Al-Ghazali Berbicara tentang Pendidikan Islam (Aditya Media


Publishing: Yogyakarta, 2013)
Sahroni Jamali “Membedah Nalar Pendidikan Islam, Pengantar ke Arah Ilmu
Pendidikan Islam (Yokyakarta: Pustaka Rihla Group, 2010)
Suhandang Kustadi, “Ilmu Dakwah Perspektif Komunikasi” (Bandung: PT.
REMAJA ROSDAKARYA, 2013)
Tajiri hajir, Etika dan Estetika Dakwah: Perspektif Teologis, Filosofis, dan Praktis
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015)
Tarbiyah & Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo, Pedoman penulisan Karya
Tulis Ilmiah Skripsi: Program Studi Pendidikan Agama Islam (Gorontalo, Jurusan
PAI, 2015)
Tim Narasi, 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia; Biografi singkat Seratus Tokoh
Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20 (NARASI : Yogyakarta,
2009)
Tim Penyusun “Riwayat Hidup Almarhum KH. Harsono Misaalah” 25 Oktober
2017
Widhyatomo Bambang, Idealisme kepemimpinan pendidikan (Ciputat : HAJA
Mandiri, 1010)
Zubaedi. Isu-Isu Baru Dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam dan Kapita
Selekta Pendidikan Islam (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2012)
B. Sumber Dari Internet

Postingan dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan Di akses pada; Kamis 16


November 2017
Postingan dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren Di akses pada; Jum’at 17
November 2017
Postingan dari https://lektur.id/arti-mengemban/ Di akses pada; Kamis 17
November 2017
Postingan dari http://www.biografiku.com/2009/12/pengertian-biografi-serta-cara-
menulis.html?m=0 Di akses pada; Sabtu 16 Desember 2017
Postingan dari https://www.kompasiana.com/rozy12410044/metode-biografis-
merupakan-pencarian-data-dalam-penelitian-
kulalitatif_552e05e46ea8348c208b4596 Di akses pada tanggal 17 Desember 2017
Postingan dari http://www.bilvapedia.com/2014/05/ciri-dan-langkah-penelitian-
historis.html#.WjYnHN-Wa00 Di akses pada tanggal 17 Desember 2017
Postingan Dari https://kbbi.web.id/karya Di akses pada; Sabtu 27 Januari 2018
71

C. Undang-Undang

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, “Undang-Undang RI No 20 Tahun
2003” Tentang Sisdiknas Tahun 2003. H. 3
D. Al-Qur’an dan Hadits

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S Al-Mujadalah [58] 11


Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S Al-Isra’ [17] 24
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S Al-A’laq [96] 4
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S Al-Baqarah [2] 148
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S An-Nur [24] 37
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S Al-Baqarah [2] 286
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S Al-Insyirah/Ash-Sharh
[94] 5-6
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S An-Nahl [16] 125
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S At-Talaq [65] 11
Muhammad bin Yazid bi Majah Al-Qazwainy, “Sunan Ibnu Majah” (Beirut: Dar
Al-Fikr, 1983)

E. Sumber Skripsi, Jurnal, dan Majalah


Majalah Aunu Rofiq Djaelani, “Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian
Kualitatif” Majalah Ilmiah Pawiyatan; Vol: xx, No: 1, Maret 2013 h.84
Skripsi Bata Abdurrahman, “Peran Pondok Pesantren Al-Khairaat Terhadap
Pembinaan Ahlak Umat Di Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara” (Skripsi Sarjana, Fakultas Tarbiyah STAIN Palu, 2003)
Jurnal Vera Sardila, “Strategi Pengembangan Linguistik Terapan Melalui
Kemampuan Menulis Biografi dan Autobiografi: Sebuah Upaya Membangun
Keterampilan Menulis Kreatif Mahasiswa” Jurnal Pemikiran Islam, vol 40, no. 2
Juli - Agustus 2015 h.1
F. Informan

Abdurrahman Bata, S.Pd.I. Wawancara, Pada Tanggal 18 November 2017.


Dahira Bata, Wawancara, Pada Tanggal 30 November 2017
Drs. Aminulah Gam, Wawancara, Pada Tanggal 20 November 2017.
Hamdan Pohontu, S.Ag. M.Pd. Wawancara, Pada Tanggal 19 November 2017.
Ja’far Alamry, Wawancara, Pada Tanggal 30 November 2017
Tim Penyusun “Riwayat Hidup Almarhum KH. Harsono Misaalah” 25 Oktober
2017.

Anda mungkin juga menyukai