REFERAT
PENYUSUN :
PEMBIMBING :
FAKULTAS KEDOKTERAN
DESEMBER 2019
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
REFERAT
Penyusun
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui
Abstrak
Latar Belakang : TB Laring merupakan bentuk infeksi tuberkulosis yang jarang. Insidensi
Laringitis TB yang teridentikasi secara tepat hanya kurang dari 1%. Hal ini dikarenakan
presentasi klinis yang kurang jelas dan kurangnya kecurigaan klinis. Laringitis TB sering
salah terdiagnosa dengan karsinoma laring ataupun laringitis kronis, karena memiliki gejala
yang hampir sama seperti odinofagi, batuk, dan suara serak. Sedangkan Laringitis TB bersifat
sangat menular sehingga memerlukan diagnosis awal yang tepat. Tuberkulosis Laring adalah
tuberkulosis ekstrapulmonal yang terjadi pada laring disebabkan oleh kuman Mikobakterium
Tuberkulosis. Seperti kita ketahui, Tuberkulosis dengan prevalensi yang cukup tinggi masih
menjadi masalah nasional di negara kita. Peranan ahli THT sangat diperlukan dalam
menegakkan diagnosis pasti Tuberkulosis Laring dan menyingkirkan beberapa diagnosis
banding yang ada.
Tujuan : Dapat menegakkan diagnosis dengan benar dan memberikan penatalaksanaan yang
tepat untuk mengatasi infeksi dan memutus rantai penularan dari kuman Mikobakterium
Tuberkulosis ini.
Tinjauan pustaka : Tuberkulosis Laring merupakan suatu infeksi pada laring disebabkan
oleh kuman Mikobakterium Tuberkulosis. Dalam menegakkan diagnosis diperlukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menyingkirkan
beberapa diagnosis banding yang ada. Pemeriksaan histopatologi dengan biopsi laring masih
menjadi standar baku emas dalam menegakkan diagnosis pasti. Pada penatalaksanaan tidak
terdapat perbedaan antara Tuberkulosis Laring dan Tuberkulosis Paru.
Kesimpulan : Diagnosis Tuberkulosis Laring ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa
gangguan suara seperti disfonia, gambaran tuberkel, granuloma pada laring dan ditemukan
kuman penyebab pada kultur sputum. Pemeriksaan histopatologi laring masih menjadi
standar baku emas dalam menegakkan diagnosis sebagai acuan penatalaksanaan selanjutnya.
Kata kunci : Tuberkulosis Paru, Tuberkulosis Laring, Disfonia, Tuberkel, Pemeriksaan
Histopatologi
Abstract
Background : Laryngeal tuberculosis is a rare form of extrapulmonary tuberculosis (TB).
Currently its incidence is estimated to be less than 1% of all TB cases. Due to its vague
clinical presentation and because of a lack of clinical suspicion, laryngeal TB is frequently
confused with entities like laryngeal carcinoma and chronic laryngitis. Its clinical features
include odynophagia, cough, and hoarseness of voice. It is highly contagious and hence its
early diagnosis is very important. Laryngeal Tuberculosis is an extrapulmonary tuberculosis,
occur on laryngeal that is caused by Mycobacterium Tuberculosis. As known that high
prevalence of Tuberculosis still be a national issue in our country. The role of
Otolaryngologyst is absolutely required on making a diagnose of Laryngeal Tuberculosis and
rule out any differential diagnosis.
Purpose : To make a right diagnosis of Tuberculosis and give an appropriate treatment to
overcome infection and break the transmission of Mycobacterium Tuberculosis.
Literatur review : Laryngeal Tuberculosis is an infection on laryngeal caused by
Mycobacterium Tuberculosis. On making the diagnosis needs anamnesis, physical
examination, and other supporting tests to rule out the differential diagnosis. Histopatologic
examination still be a gold standard on making the diagnosis. There is no difference on
management of both Laryngeal Tuberculosis and Pulmonary Tuberculosis.
Conclusion : The diagnosis of Laryngeal Tuberculosis is determined by symptoms such as
dysfonia, tubercles appearance, laryngeal granuloma and found a bacteria on culture of
sputum. Histopathologic examination of the larynx is still the gold standards in diagnosis as
a reference for further management.
Gejala Laring
1. Suara Serak 4. Nyeri alih otalgia
2. Disfagia 5. Batuk kadang disertai sesak
3. Odinofagia disertai gejala TB / tanpa gejala TB
.
Vocal cord paralysis Polip pita suara Laringitis kronik Papiloma laring Laringitis TB Epiglositis akut Karsinoma laring Laringitis luetika
Laringoskopi indirek
Hasil BTA
Hasil BTA Hasil BTA
+++
++- +-- ---
Antibiotik non-OAT
Hasil BTA
Hasil BTA
+++
---
++-
+--
Laringitis TB
dengan TB
paru BTA (+) BTA (-)
Laringitis TB
tanpa TB paru Non TB
b. Mengurangi ruang rugi (dead air
Respon pengobatan pada space) di saluran napas bagian atas
TB laring dapat terjadi dalam 2 seperti daerah rongga mulut, sekitar
minggu. Suara serak yang lidah, dan faring.
disebabkan karena hipertrofi dapat c. Mempermudah penghisapan secret
mengalami perbaikan, namun dari bronkus pada pasien yang tidak
pergerakan pita suara yang dapat mengeluarkan secret secara
terbatas akibat fibrosis dapat fisiologik.
menetap.7,22 Respon OAT terhadap d. Untuk memasang respirator (alat
laring cukup baik rata-rata 2 bulan bantu pernapasan).
dimana sebagian kasus lesi yang e. Untuk menambil benda asing dari
terjadi sebelumnya tidak terlihat subglotik, apabila tidak mempunyai
lagi.7 fasilitas bronkoskopi.
b. Terapi simtomatik Trakeostomi pada kasus laringitis
Analgetik, antipiretik tuberkulosis dilakukan atas indikasi
c. Kortikosteroid yaitu jika terjadi obstruksi laring dan
Kortikosteroid tidak mengurangi ruang rugi di saluran
memberikan peranan penting pada napas bagian atas seperti daerah
TB laring. Kortikosteroid dapat rongga mulut, sekitar lidah, dan faring.
diberikan untuk mencegah fibrosis
yang dapat menyebabkan H. Kesimpulan
sumbatan jalan nafas atas pada Laringitis tuberkulosis disebabkan
kasus-kasus dengan fiksasi pita oleh Mycobacterium tuberculosa adalah
suara.21,23 penyakit granulomatosa yang paling
3. Operatif umum dari laring dan seringkali
Tindakan operatif dilakukan dihubungkan dengan tuberkulosis paru
dengan tujuan untuk pengangkatan aktif. Laringitis tuberkulosis merupakan
sekuester. Trakeostomi diindikasikan salah satu komplikasi dari tuberkulosis
bila terjadi obstruksi laring. paru. Setelah diobati biasanya tuberkulosis
Trakeostomi paru sembuh namun laringitis
Trakeostomi adalah tindakan tuberkulosisnya menetap, karena struktur
membuat lubang pada dinding mukosa laring sangat lekat pada kartilago
depan/anterior trakea untuk bernafas. serta vaskularisasi tidak sebaik paru.10,11,12
Trakeostomi dilakukan atas indikasi, Penderita dengan laringitis
berikut: tuberkulosis biasanya datang dengan
a. Mengatasi obstruksi laring gejala, seperti disfonia, odynophagia,
dyspnea, odynophonia, dan batuk.
Obstruksi pernafasan bisa terjadi pada DAFTAR PUSTAKA
stadium lanjut penyakit. Proses inflamasi 1. Aditama TY. Situasi Epidemiologik.
akan berlangsung secara progresif dan Tuberkulosis, diagnosis, terapi dan
dapat menyebabkan kesulitan bernapas. masalahnya. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan
Kesulitan bernafas ini dapat disertai Dokter Indonesia;1997. h. 2-6.
stridor, baik pada periode inspirasi, 2. Pedoman nasional penanggulangan
ekspirasi atau keduanya. Jika tidak segera tuberkulosis. Department Kesehatan Republik
diobati, stenosis dapat berkembang, Indonesia. Cetakan ke 5. Jakarta 2000
sehingga diperlukan trakeostomi. 3. Kulkarni NS, Gopal GS, Ghaisas SG, Guptel
Pemeriksaan histopatologi atau AN. Epidemiological considerations and
biopsi laring yang merupakan standar baku clinical features of ENT tuberculosis. The J
emas untuk menegakkan diagnosis TB Laryngology & Otology. 2001;115:555-8.
laring. 9,15 Namun pada Fasilitas Kesehatan 4. Shin JE, Nam SY, Yoo SJ, Kim SY. Changing
Primer tindakan biopsi sulit untuk trends in clinical manifestations of laryngeal
dilakukan karena memerlukan tindakan tuberculosis. The Laryngoscope.
pembedahan. Sehingga diharapkan dengan 1984;94:1094-7.
anamnesis, pemeriksaan fisik dan 5. Ling L, Zhou AH, Wang. Changing Trends In
penunjang berupa pemeriksaan The Clinical Features of Laryngeal Disease.
laringoskopi indirek, sputum, dan Rontgen International Journal of Infectious Disease.
thorax tenaga medis pada faskes primer International Journal of Infectious Diseases.
dapat mendiagnosis dan memberikan 2010; 14: 230-5.
tatalaksana yang tepat guna mencegah 6. Lim JY,Kim KM, Choi EC, Kim YH, Kim
komplikasi Laringitis TB (Skema 1). HS, Choi HS. Current Clinical Propensity of
Terapinya dibagi menjadi Laryngeal Tuberculosis: Review of 60 Cases.
medikamentosa dan pembedahan. Terapi Eur Arch Otorhinolaryngol. 2006; 263: 838-
non medikamentosa yaitu 42.
mengistirahatkan pita suara dengan cara 7. Yelken K,. Guven M, Guven M, Gultekin E.
pasien tidak banyak berbicara, Efek of Antituberculosis Tratment On Safe
menghindari iritan yang memicu nyeri Assesment, Perceptual Analysis And Acoustik
tenggorokan atau batuk misalnya goreng- Analysis Of Voice Quality In Laryngeal
gorengan, makanan pedas, konsumsi Tuberculosis. 2008; 122: 378- 82.
cairan yang banyak, berhenti merokok dan 8. World Earth Organization. Improving the
konsumsi alkohol. Sedangkan terapi diagnosis and treatment of smear-negative
medikamentosa adalah OAT (Obat Anti pulmonary and extrapulmonary tuberculosis
Tuberkulosis). Terapi pembedahannya among adults andadolescents. 2012; 26-33.
pengangkatan sekuester dan trakeostomi 9. Yvette E Smulders, dkk. Laryngeal
bila terjadi obstruksi laring. tuberculosis presenting as a supraglottic
carcinoma: a case report and review of the Department Warsaw Medical University,
literature. Smulders et al; licensee BioMed Polandia. Pp 1160-1166.
Central Ltd. 2009 17. Akkara SA, Singhania A, Akkara AG, Shah A,
10. Gupta, Summer K, Gregory N. Postma, Jamie Adalja M, Chauhan N (2014). A study of
A. Koufman. Laryngitis. Dalam: Bailey, Manifestations of extrapulmonary tuberculosis
Byron, Johnson, Jonas T. editor. Head & Neck in the ENT region. Indian Journal
Surgery – Otolaryngology, edisi ke-4. Otolaryngology and Head Neck Surgery. p 66
Newlands: Lippincott William & Wilkins; (1)46-50.
2006. Hal 831-832. 18. Treatment of Tuberculosis Disease. In:
11. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Management of Tuberculosis. Federal Bureau
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan of Prisons Clinical Practice Guidelines. 2010;
Kepala Leher: Disfonia. Edisi Keenam. 15-8
Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran 19. World Earth Organization. Improving the
Universitas Indonesia; 2008. Hal 231-234 diagnosis and treatment of smear-negative
12. Ballenger, J.J. Anatomy of the larynx. In : pulmonary and extrapulmonary tuberculosis
Diseases of the nose, throat, ear, head and among adults andadolescents. 2012; 26-33.
neck. 13th ed. Philadelphia: Lea & Febiger; 20. Sharma SK, Mohan A. Extrapulmonary
1993. Tuberculosis. Indian J Med Res. 2004; 120:
13. Novialdi ST (2012). Tuberkulosis Laring. 316-353.
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah 21. Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan
Kepala Leher FK Universitas Andalas/RSUP E, Reviono, Soedarsono, Sugiri YJ, Iswanto,
Dr M Djamil. Padang et al. Pengobatan Tuberkulosis Pada Keadaan
14. Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A Khusus. In: Perhimpunan dokter Paru
(2012). Kelainan laring. Dalam Soepardi EA, Indonesia. Pedoman Diagnosis dan
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD :Buku Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia.
Ajar Ilmu Kesehaan THT-KL. Badan Penerbit 2011; 39.
FKUI; Jakarta. Hal 216-219 22. Fernandez GP. Tuberculosis Infections of the
15. Michael RC, Michael Js (2011). Tuberculosis Head and Neck. Acta Otorinolaringol Esp.
in otolaryngology: clinical presentation and 2009; 60 (1): 59-66.
diagnostic challenges. International Journal of 23. Park KH, Park SI. Concurrent Tuberculosis of
Otolaryngology. Hindawi Publishing The Larynx and The Tonsil. Yonsei Medical
Corporation. Pp 1-4 Journal. 1998; Vol.29:1
16. Bruzgielewicz A, Rzepakowska A, 24. Dinihari TN, Siagian V. Pedoman Nasional
Wojkcikewicz EO, Niemczyk K, Chmielewski Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:
R (2014).Tuberculosis of the head and neck- Kementrian Kesehatan RI. 2014
epidemiological and clinical presentation. 25. Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A.
Arch Medical Science Otolaryngology Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin
J, Restuti RD (eds). Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher
Edisi Ketujuh. Jakarta: FKUI. 2012. Hal: 216-
9
26. Agrawal, Anil. et all. Differential Diagnosis of
Hoarseness of voice in the Present Scenario: a
Clinicopathological Study. Indian Journal.
2016. 7(1) : 179-182
27. Uslu C, Oysu C, Uklumen B. Tuberculosis of
the epiglottis: A case report. Eur Arch
Otorhinolaryngol 2008;265:599-601.
28. Lin CJ, Kang BH, Wang HW. Laryngeal
tuberculosis masquerading as carcinoma. Eur
Arch Otorhinolaryngol 2002;259:521-3.
29. Richter B, Fradis M, Köhler G, Ridder GJ.
Epiglottic tuberculosis: differential diagnosis
and treatment. Case report and review of the
literature. Ann Otol Rhinol Laryngol
2001;110:197-201.