KEPUTUSAN : DIREKSI
NOMOR : KP/ 228 /DIR/R
TANGGAL : 29 Juni 2018
HAL : Penyempurnaan Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi
LAMPIRAN : 1 (satu) set
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
Pertama : Mengubah Pedoman dan Tata Tertib Kerja yang berlaku bagi
Direksi BNI sebagaimana lampiran Surat Keputusan ini yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Keputusan ini.
Kedua : Pedoman dan Tata Tertib Kerja bagi Direksi BNI sebagaimana
Surat Keputusan Direksi Nomor KP/150/DIR/R tanggal 11 April
2016 tentang Penyempurnaan Pedoman dan Tata Tertib Kerja
Direksi dinyatakan tidak berlaku.
Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Keempat : Apabila dikemudian hari Surat Keputusan ini terdapat kekeliruan,
dan/atau kekurangan akan dilakukan pembetulan dan/atau
penambahan sebagaimana mestinya.
A. Pendahuluan 6
C. Landasan Hukum 6
D. Direksi 9
1. Struktur Direksi 10
8. Rapat Direksi 23
E. Waktu Kerja 27
F. Nilai-Nilai Perseroan 27
H. Transparansi 28
J. Lain-lain 29
A. PENDAHULUAN
Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi merupakan acuan bagi Direksi dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya mengelola Perseroan sesuai dengan prinsip
– prinsip Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance) yaitu keterbukaan
(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility),
independensi (independency), dan keadilan dan kewajaran (fairness), serta memenuhi
ketentuan perundang- undangan yang berlaku.
C. LANDASAN HUKUM
1. Undang – Undang yang meliputi:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan
atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara.
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tanggal 25 Oktober 2005 tentang Pendirian,
Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN.
1. STRUKTUR DIREKSI
a. Perseroan diurus dan dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari sekurang-kurangnya
3 (tiga) orang, dimana salah satunya ditunjuk sebagai Direktur Utama dan apabila
diperlukan seorang diantara mereka dapat diangkat sebagai Wakil Direktur
Utama.
b. Perseroan wajib memiliki Direktur yang membawahi Fungsi Kepatuhan.
c. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi ditetapkan oleh RUPS.
Dalam hal RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang tersebut
maka pembagian tugas dan wewenang di antara Direksi ditetapkan berdasarkan
Keputusan Direksi.
c. Memiliki reputasi keuangan yang baik dengan tidak memiliki kredit macet;
d. Memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang Perbankan, Pasar Modal,
peraturan perundang-undangan lainnya dan Anggaran Dasar Perseroan;
e. Antara para anggota Direksi, dan antara anggota Direksi dengan anggota Dewan
Komisaris tidak boleh ada hubungan keluarga sedarah sampai dengan derajat
kedua, baik menurut garis lurus maupun garis ke samping atau hubungan
semenda (menantu atau ipar).
h) menyampaikan Neraca dan Laporan Laba Rugi yang telah disahkan oleh
RUPS kepada Menteri Hukum dan HAM sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan;
i. Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud di atas maka yang berhak
mewakili Perseroan adalah :
o. Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja
audit intern, auditor eksternal, hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan, Bank
Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lain.
s. Direksi wajib memastikan Tata Kelola serta Manajemen Risiko secara terintegrasi
pada Perseroan masing-masing Lembaga Jasa Keuangan dalam Konglomerasi
Keuangan.
.
4. PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA DIREKSI
Dengan mengacu kepada ketentuan perundang - undangan yang berlaku serta
Anggaran Dasar maka:
a. Pengangkatan dan Pemberhentian anggota Direksi dilakukan melalui RUPS.
b. Setiap usulan pengangkatan, pemberhentian, dan/atau penggantian anggota
Direksi kepada RUPS harus memperhatikan rekomendasi dari Dewan Komisaris
atau Komite yang menjalankan fungsi Nominasi.
a. Persyaratan
1) Calon Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan wajib memiliki integritas
dan pengetahuan yang memadai mengenai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan,
Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan wajib memenuhi persyaratan
independensi.
“Persyaratan independensi” adalah tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga sampai derajat
kedua dengan anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau pemegang saham
pengendali atau hubungan dengan Bank yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan mengenai Pelaksanaan Good Corporate Governace bagi Bank Umum.
b. Struktur
1) Direktur Utama dan/atau Wakil Direktur Utama tidak diperkenankan merangkap
jabatan sebagai Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan.
2) Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan dilarang membawahkan fungsi-
fungsi:
a) bisnis dan operasional;
Dalam rangka membantu tugas dan tanggung jawabnya, Direksi dapat membentuk
Komite mengacu pada ketentuan perundang – undangan yang berlaku, yang
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
8. RAPAT DIREKSI
1) Direksi wajib mengadakan Rapat Direksi secara berkala paling kurang 1 (satu)
kali dalam setiap bulan.
2) Penyelenggaraan Rapat Direksi dapat dilakukan setiap waktu apabila:
a) dipandang perlu oleh seorang atau lebih anggota Direksi; atau
b) atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota Dewan
Komisaris;
dengan menyebutkan hal-hal yang akan dibicarakan.
3) Seluruh materi Rapat Direksi, diterima oleh Direksi sebelum pembahasan
agenda dimaksud dalam Rapat Direksi.
4) Pelaksanaan Rapat Direksi lebih lanjut mengacu pada ketentuan peraturan
peundang-undangan dan Ketentuan Internal yang berlaku. Dimana
pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan Perseroan.
a. Pemanggilan Rapat
1) Pemanggilan Rapat Direksi dilakukan dengan sarana apapun oleh anggota
Direksi yang berhak mewakili Perseroan dan disampaikan dalam jangka waktu
paling lambat 5 (lima) hari kalender sebelum Rapat tersebut diadakan atau
dalam waktu yang lebih singkat jika dalam keadaan mendesak.
2) Pemanggilan Rapat di atas harus mencantumkan acara, tanggal, waktu dan
tempat Rapat.
3) Pemanggilan Rapat Direksi terlebih dahulu tidak disyaratkan apabila semua
Ketentuan mengenai Rapat Direksi bersama Dewan Komisaris yang belum diatur
dalam Pedoman ini mengacu pada Anggaran Dasar serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
F. NILAI-NILAI PERSEROAN
Nilai – Nilai Budaya kerja Perseroan tercermin dalam PRINSIP 46 yang terdiri dari 4 Nilai
Budaya Kerja BNI serta 6 Perilaku utama sebagai berikut :
H. TRANSPARANSI
Guna memenuhi azas Transparansi dalam penyelenggaraan Good Corporate
Governance, maka seluruh anggota Direksi wajib mengungkapkan:
1. Kepemilikan saham baik pada BNI maupun pada bank dan perusahaan lain, yang
berkedudukan di dalam dan di luar negeri;
2. Hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota Direksi , Dewan lainnya
dan/atau pemegang saham pengendali BNI;
3. Remunerasi dan fasilitas yang diterima dari BNI;
4. Rangkap Jabatan pada perusahaan lain.
J. LAIN-LAIN
Hal-hal lebih rinci yang mengatur tentang syarat dan ketentuan Pedoman dan Tata
Tertib Kerja Direksi merujuk pada Anggaran Dasar BNI serta ketentuan Perundang
undangan yang berlaku.
Pedoman dan Tata Tertib Kerja ini ditetapkan di Jakarta, dan akan berlaku efektif sejak tanggal
ditandatanganinya.