Anda di halaman 1dari 30

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI 2018

KEPUTUSAN : DIREKSI
NOMOR : KP/ 228 /DIR/R
TANGGAL : 29 Juni 2018
HAL : Penyempurnaan Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi
LAMPIRAN : 1 (satu) set

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI


PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk

MENIMBANG : 1. Bahwa dalam rangka implementasi prinsip Good Corporate


Governance (GCG) Direksi wajib memiliki Pedoman dan Tata
Kerja Direksi (Board Manual) yang mengikat bagi setiap anggota
Direksi.
2. Bahwa dengan berlakunya peraturan perundang-undangan baru
dibidang perbankan dan pasar modal yang diterbitkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan dan regulator lain serta perubahan
Anggaran Dasar BNI yang terbaru terkait dengan pembatasan
kewenangan Direksi, maka diperlukan penyempurnaan
Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi untuk menyesuaikan
perubahan dimaksud.

MENGINGAT : 1. Anggaran Dasar BNI beserta perubahan-perubahannya yang


terakhir.
2. Surat Keputusan Direksi Nomor KP/115/DIR/R tanggal 12 April
2017.

MEMPERHATIKAN : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995


tentang Pasar Modal.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003
tentang Badan Usaha Milik Negara.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tanggal 25 Oktober 2005
tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran

Board Manual Hal | 1 Hal | 1


BUMN.
7. Peraturan OJK No. 17/POJK.03/2014 tanggal 19 November
2014 tentang Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi Bagi
Konglomerasi Keuangan.
8. Peraturan OJK No. 18/POJK.03/2014 tanggal 19 November
2014 tentang Penerapan Tata Kelola Terintegrasi Bagi
Konglomerasi Keuangan.
9. Peraturan OJK No. 33/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014
tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan
Publik.
10. Peraturan OJK No. 26/POJK.03/2015 tanggal 11 Desember
2015 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Terintegrasi Bagi Konglomerasi Keuangan.
11. Peraturan OJK No. 45/POJK.03/2015 tanggal 23 Desember
2015 tentang Penerapan Tata Kelola dalam Pemberian
Remunerasi bagi Bank Umum.
12. Peraturan OJK No. 55/POJK.03/2016 tanggal 9 Desember 2016
tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum.
13. Peraturan OJK No. 10/POJK.04/2017 tanggal 14 Maret 2017
tentang Perubahan Peraturan OJK No. 32/POJK.04/2014
tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum
Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.
14. Peraturan OJK No. 11/POJK.04/2017 tanggal 14 Maret 2017
tentang Laporan Kepemilikan atau Setiap Perubahan
Kepemilikan Saham Perusahaan Terbuka.
15. Peraturan OJK No. 12/POJK.01/2017 tanggal 21 Maret 2017
tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan.
16. Peraturan OJK No. 38/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017
tentang Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi
Bank Yang Melakukan Pengendalian Terhadap Perusahaan
Anak.
17. Peraturan OJK No. 46/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017
tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum.
18. Peraturan OJK No. 51/POJK.03/2017 tanggal 18 Juli 2017
tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa
Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik.
19. Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia No. Kep-
00001/BEI/01-2014 tanggal 20 Januari 2014 tentang Perubahan
Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek
Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan
Tercatat.

Board Manual Hal | 2 Hal | 2


20. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-09/MBU/2012
tanggal 6 Juli 2012 Tentang Perubahan Peraturan Menteri
BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance)
Pada BUMN.
21. Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-03/MBU/02/2015 tanggal
17 Februari 2015 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Direksi BUMN.
22. Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-01/MBU/06/2017 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-
04/MBU/2014 tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi,
Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas BUMN.
23. Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia
yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance.
24. Prinsip 46.
25. Kode Etik BNI.
26. Pedoman Benturan Kepentingan BNI.
27. Pedoman Tata Kelola Terintegrasi Konglomerasi Keuangan BNI.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :
Pertama : Mengubah Pedoman dan Tata Tertib Kerja yang berlaku bagi
Direksi BNI sebagaimana lampiran Surat Keputusan ini yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Keputusan ini.
Kedua : Pedoman dan Tata Tertib Kerja bagi Direksi BNI sebagaimana
Surat Keputusan Direksi Nomor KP/150/DIR/R tanggal 11 April
2016 tentang Penyempurnaan Pedoman dan Tata Tertib Kerja
Direksi dinyatakan tidak berlaku.
Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Keempat : Apabila dikemudian hari Surat Keputusan ini terdapat kekeliruan,
dan/atau kekurangan akan dilakukan pembetulan dan/atau
penambahan sebagaimana mestinya.

Demikianlah, Surat Keputusan ini untuk dipedomani bersama.

Board Manual Hal | 3 Hal | 3


PEDOMAN DAN
TATA TERTIB KERJA DIREKSI

Board Manual Hal | 4 Hal | 4


DAFTAR ISI

A. Pendahuluan 6

B. Istilah dan Pengertian 6

C. Landasan Hukum 6

D. Direksi 9

1. Struktur Direksi 10

2. Persyaratan Anggota Direksi 10

3. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Direksi 11

4. Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Direksi 19

5. Direktur yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan 19

6. Masa Jabatan Direksi 22

7. Pembentukan Komite dibawah Direksi 23

8. Rapat Direksi 23

9. Rapat Direksi Bersama Dewan Komisaris 25

E. Waktu Kerja 27

F. Nilai-Nilai Perseroan 27

G. Etika Kerja Direksi 27

H. Transparansi 28

I. Pelaporan dan Tanggung Jawab 29

J. Lain-lain 29

Board Manual Hal | 5 Hal | 5


PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI
PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk.

A. PENDAHULUAN
Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi merupakan acuan bagi Direksi dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya mengelola Perseroan sesuai dengan prinsip
– prinsip Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance) yaitu keterbukaan
(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility),
independensi (independency), dan keadilan dan kewajaran (fairness), serta memenuhi
ketentuan perundang- undangan yang berlaku.

B. ISTILAH DAN PENGERTIAN


Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. GCG adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan
(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility),
independensi (independency), dan kewajaran (fairness).
2. Perseroan adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau disingkat BNI.
3. RUPS adalah Rapat Umum Pemegang Saham.

C. LANDASAN HUKUM
1. Undang – Undang yang meliputi:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan
atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara.
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tanggal 25 Oktober 2005 tentang Pendirian,
Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN.

Board Manual Hal | 6 Hal | 6


3. Peraturan / Regulasi di bidang Perbankan, Keuangan, dan Pasar Modal (Bank
Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Bursa Efek Indonesia) antara lain terdiri dari:
a. Peraturan OJK No. 17/POJK.03/2014 tanggal 19 November 2014 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi Bagi Konglomerasi Keuangan.
b. Peraturan OJK No. 18/POJK.03/2014 tanggal 19 November 2014 tentang
Penerapan Tata Kelola Terintegrasi Bagi Konglomerasi Keuangan.
c. Peraturan OJK No. 33/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014 tentang Direksi
dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik.
d. Peraturan OJK No. 26/POJK.03/2015 tanggal 11 Desember 2015 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Terintegrasi Bagi Konglomerasi
Keuangan.
e. Peraturan OJK No. 45/POJK.03/2015 tanggal 23 Desember 2015 tentang
Penerapan Tata Kelola dalam Pemberian Remunerasi bagi Bank Umum.
f. Peraturan OJK No. 55/POJK.03/2016 tanggal 9 Desember 2016 tentang
Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum.
g. Peraturan OJK No. 10/POJK.04/2017 tanggal 14 Maret 2017 tentang Perubahan
Peraturan OJK No. 32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan Penyelenggaraan
Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.
h. Peraturan OJK No. 11/POJK.04/2017 tanggal 14 Maret 2017 tentang Laporan
Kepemilikan atau Setiap Perubahan Kepemilikan Saham Perusahaan Terbuka.
i. Peraturan OJK No. 12/POJK.01/2017 tanggal 21 Maret 2017 tentang Penerapan
Program Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa
Keuangan.
j. Peraturan OJK No. 38/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017 tentang Penerapan
Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi Bank Yang Melakukan Pengendalian
Terhadap Perusahaan Anak.
k. Peraturan OJK No. 46/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017 tentang Pelaksanaan
Fungsi Kepatuhan Bank Umum.
l. Peraturan OJK No. 51/POJK.03/2017 tanggal 18 Juli 2017 tentang Penerapan
Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan
Publik.
m. Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia No. Kep-00001/BEI/01-2014
tanggal 20 Januari 2014 tentang Perubahan Peraturan Nomor I-A tentang
Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh
Perusahaan Tercatat.

Board Manual Hal | 7 Hal | 7


4. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdiri dari:
a. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-09/MBU/2012 tanggal 6 Juli 2012
Tentang Perubahan Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang
Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance)
Pada BUMN.
b. Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-03/MBU/02/2015 tanggal 17 Februari 2015
tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota
Direksi BUMN.
c. Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-01/MBU/06/2017 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-04/MBU/2014 tentang
Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan
Pengawas BUMN.
5. Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia yang diterbitkan oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance.
6. Anggaran Dasar BNI.
7. Prinsip 46.
8. Kode Etik BNI.
9. Pedoman Benturan Kepentingan BNI.
10. Pedoman Tata Kelola Terintegrasi Konglomerasi Keuangan BNI.

Board Manual Hal | 8 Hal | 8


DIREKSI

Board Manual Hal | 9 Hal | 9


D. DIREKSI

1. STRUKTUR DIREKSI
a. Perseroan diurus dan dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari sekurang-kurangnya
3 (tiga) orang, dimana salah satunya ditunjuk sebagai Direktur Utama dan apabila
diperlukan seorang diantara mereka dapat diangkat sebagai Wakil Direktur
Utama.
b. Perseroan wajib memiliki Direktur yang membawahi Fungsi Kepatuhan.
c. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi ditetapkan oleh RUPS.
Dalam hal RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang tersebut
maka pembagian tugas dan wewenang di antara Direksi ditetapkan berdasarkan
Keputusan Direksi.

2. PERSYARATAN ANGGOTA DIREKSI


Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang-perseorangan yang cakap
melakukan perbuatan hukum yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Integritas, yang paling kurang mencakup:
1) cakap dalam melakukan perbuatan hukum dan dalam 5 (lima) tahun sebelum
pengangkatan:
a) tidak pernah dinyatakan pailit atau;
b) tidak pernah menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit
berdasarkan ketetapan pengadilan.
2) memiliki akhlak dan moral yang baik.
3) memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4) memiliki komitmen terhadap pengembangan operasional Bank yang sehat.
5) tidak termasuk dalam daftar tidak lulus uji kemampuan dan kepatutan (fit and
proper test).
6) memiliki komitmen untuk tidak melakukan dan/atau mengulangi perbuatan
dan/atau tindakan tertentu, bagi calon anggota Direksi atau calon anggota
Dewan Komisaris yang pernah memiliki predikat tidak lulus dalam uji
kemampuan dan kepatutan dan telah menjalani sanksi.

Board Manual Hal | 10 Hal | 10


b. Kompetensi, yang paling kurang mencakup:
1) pengetahuan di bidang perbankan yang memadai dan relevan dengan
jabatannya;
2) pengalaman dan keahlian di bidang perbankan dan/atau bidang keuangan; dan
3) kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam rangka
pengembangan Perseroan dan Anak Usahanya;

c. Memiliki reputasi keuangan yang baik dengan tidak memiliki kredit macet;
d. Memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang Perbankan, Pasar Modal,
peraturan perundang-undangan lainnya dan Anggaran Dasar Perseroan;
e. Antara para anggota Direksi, dan antara anggota Direksi dengan anggota Dewan
Komisaris tidak boleh ada hubungan keluarga sedarah sampai dengan derajat
kedua, baik menurut garis lurus maupun garis ke samping atau hubungan
semenda (menantu atau ipar).

3. TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN DIREKSI


a. Direksi bertugas menjalankan segala tindakan yang berkaitan dengan pengurusan
dan bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan baik di
dalam maupun di luar Pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian dengan
pembatasan-pembatasan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan, Anggaran Dasar dan/atau Keputusan RUPS.

b. Dalam menjalankan tugas sebagaimana tersebut di atas, maka :

1) Direksi Berwenang untuk :


a) menetapkan kebijakan yang dipandang tepat dalam kepengurusan
Perseroan;
b) mengatur penyerahan kekuasaan Direksi untuk mewakili Perseroan di
dalam dan di luar Pengadilan kepada seseorang atau beberapa orang
anggota Direksi yang khusus ditunjuk untuk itu atau kepada seseorang
atau beberapa orang pegawai Perseroan baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama atau kepada orang atau badan lain;
c) mengatur ketentuan-ketentuan tentang kepegawaian Perseroan termasuk
penetapan gaji, pensiun, atau jaminan hari tua, jasa produksi dan
penghasilan lain bagi pegawai Perseroan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;

Board Manual Hal | 11 Hal | 11


d) mengangkat, memberi penghargaan atau sanksi dan memberhentikan
pegawai Perseroan berdasarkan peraturan kepegawaian Perseroan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e) membentuk fungsi Sekretaris Perseroan (Corporate Secretary);
f) menghapusbuku piutang macet yang selanjutnya dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan dalam Laporan Tahunan;
g) tidak menagih lagi sebagian atau seluruh piutang diluar pokok dalam
rangka restrukturisasi dan/atau penyelesaian kredit namun dengan
kewajiban melaporkan kepada Dewan Komisaris yang ketentuan tata cara
pelaporannya ditetapkan oleh Dewan Komisaris;
h) menerapkan manajemen risiko secara konsolidasi melalui penilaian tingkat
kesehatan bank dan penyusunan laporan profil risiko baik secara individu
maupun secara konsolidasi;
i) melakukan segala tindakan dan perbuatan lainnya mengenai pengurusan
maupun pemilikan kekayaan Perseroan, mengikat Perseroan dengan pihak
lain dan/atau pihak lain dengan Perseroan, dengan pembatasan-
pembatasan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan,
Anggaran Dasar dan/atau Keputusan RUPS.

2) Direksi berkewajiban untuk :

a) mengusahakan dan menjamin terlaksananya usaha dan kegiatan


Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan usahanya;

b) menyiapkan pada waktunya Rencana Jangka Panjang Perseroan, Rencana


Kerja dan Anggaran Tahunan Perseroan dan rencana kerja lainnyaserta
perubahannya untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris dan
mendapatkan persetujuan Dewan Komisaris;

c) membuat Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus, Risalah RUPS, dan


Risalah Rapat Direksi;

d) membuat Laporan Tahunan yang antara lain berisi Laporan Keuangan,


sebagai wujud pertanggungjawaban pengurusan Perseroan, serta dokumen
keuangan Perseroan, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
tentang Dokumen Perusahaan;

e) menyusun Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akutansi Keuangan


dan menyerahkan kepada Akuntan Publik untuk diaudit;

Board Manual Hal | 12 Hal | 12


f) menyampaikan Laporan Tahunan setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris
dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) bulan setelah tahun buku
Perseroan berakhir kepada RUPS untuk disetujui dan disahkan;

g) memberikan penjelasan kepada RUPS mengenai Laporan Tahunan;

h) menyampaikan Neraca dan Laporan Laba Rugi yang telah disahkan oleh
RUPS kepada Menteri Hukum dan HAM sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan;

i) menyusun laporan lainnya yang diwajibkan oleh ketentuan peraturan


perundang-undangan;

j) memelihara Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus, Risalah RUPS,


Risalah Rapat Dewan Komisaris dan Risalah Rapat Direksi, Laporan
Tahunan dan dokumen keuangan Perseroan serta dokumen Perseroannya
lainnya;

k) menyimpan di tempat kedudukan Perseroan: Daftar Pemegang Saham,


Daftar Khusus, Risalah RUPS, Risalah Rapat Dewan Komisaris dan Risalah
Rapat Direksi, Laporan Tahunan dan dokumen keuangan Perseroan serta
dokumen Perseroan lainnya;

l) mengadakan dan memelihara pembukuan dan administrasi Perseroan


sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suatu Perseroan;

m) menyusun sistem akuntansi sesuai dengan Standar Akutansi Keuangan


dan berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian intern, terutama pemisahan
fungsi pengurusan, pencatatan, penyimpanan, dan pengawasan;

n) memberikan laporan berkala menurut cara dan waktu sesuai dengan


ketentuan yang berlaku, serta laporan lainnya setiap kali diminta oleh
Dewan Komisaris dan/atau Pemegang Saham Seri A Dwiwarna, dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan khususnya peraturan yang
berlaku di bidang Pasar Modal;

o) menyiapkan susunan organisasi Perseroan lengkap dengan perincian dan


tugasnya;

p) memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan atau yang


diminta anggota Dewan Komisaris dan Pemegang Saham Seri A Dwiwarna
dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan khususnya
khususnya peraturan yang berlaku di bidang Pasar Modal;

Board Manual Hal | 13 Hal | 13


q) melaksanakan keterbukaan informasi, transparansi kondisi keuangan dan
non keuangan, transparansi informasi mengenai produk dan penggunaan
data nasabah Perseroan kepada Pemangku Kepentingan;

r) melaporkan kepada regulator atas kepemilikan dan setiap perubahan


kepemilikannya atas saham Perusahaan Terbuka baik langsung maupun
tidak langsung;

s) membuat dan menyampaikan Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan dan


Laporan Berkelanjutan sebagai dukungan Perseroan untuk menciptakan
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan;
3) Setiap anggota Direksi harus mematuhi Anggaran Dasar Perseroan dan
peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip
profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas,
pertanggungjawaban serta kewajaran.
4) Setiap anggota Direksi wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan
itikad baik, penuh tanggung jawab. dan kehati-hatian, untuk kepentingan dan
usaha Perseroan dengan mengindahkan perundang-undangan yang berlaku.
5) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng atas
kerugian Perseroan yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian anggota
Direksi dalam menjalankan tugasnya.
6) Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian Perseroan
sebagaimana dimaksud di atas, apabila dapat membuktikan:
a) kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya
b) telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, penuh tanggung jawab,
dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan;
c) tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian;dan
d) telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut.

c. Memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran


Dasar Perseroan, Direksi wajib terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Dewan
Komisaris dalam hal :
1) melepaskan/memindahtangankan dan/atau mengagunkan aset Perseroan
dengan kriteria dan nilai melebihi jumlah tertentu yang ditetapkan oleh Dewan
Komisaris, kecuali aset yang dicatat sebagai persediaan, dengan
memperhatikan ketentuan di bidang pasar modal dan sektor perbankan;

Board Manual Hal | 14 Hal | 14


2) mengadakan kerjasama dengan badan usaha atau pihak lain, dalam bentuk
kerjasama operasi (KSO), kerjasama usaha (KSU), kerjasama lisensi, Bangun
Guna Serah (Build, Operate and Transfer/BOT), Bangun Serah Guna (Build,
Transfer and Operate/BTO), Bangun Guna Milik (Build, Operate and
Own/BOO) dan perjanjian perjanjian lain yang mempunyai sifat yang sama
yang jangka waktunya ataupun nilainya melebihi dari yang ditetapkan oleh
Dewan Komisaris;
3) menetapkan dan mengubah logo Perseroan;
4) menetapkan struktur organisasi 1 (satu) tingkat di bawah Direksi;
5) melakukan penyertaan modal, melepaskan penyertaan modal termasuk
perubahan struktur permodalan dengan nilai tertentu yang ditetapkan Dewan
Komisaris pada perseroan lain, anak perusahaan dan perusahaan patungan
yang tidak dalam rangka penyelamatan piutang dengan memperhatikan
ketentuan di bidang Pasar Modal;
6) mendirikan anak perusahaan dan/atau perusahaan patungan dengan nilai
tertentu yang ditetapkan Dewan Komisaris dengan memperhatikan ketentuan
di bidang Pasar Modal;
7) mengusulkan wakil perseroan untuk menjadi calon Anggota Direksi dan Dewan
Komisaris pada anak perusahaan yang memberikan kontribusi signifikan
kepada perseroan dan/atau bernilai strategis yang ditetapkan oleh Dewan
Komisaris;
8) melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, dan
pembubaran anak perusahaan dan perusahaan patungan dengan nilai tertentu
yang ditetapkan Dewan Komisaris dengan memperhatikan ketentuan di bidang
Pasar Modal;
9) melakukan tindakan-tindakan yang termasuk dalam transaksi material
sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal dengan nilai tertentu yang ditetapkan Dewan Komisaris, kecuali
tindakan tersebut termasuk dalam transaksi material yang dikecualikan oleh
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal;
10) tindakan-tindakan yang belum ditetapkan dalam RKAP;
11) perbuatan untuk mengalihkan termasuk menjual, melepaskan hak untuk
menagih dan/atau tidak menagih lagi atas:
a. piutang pokok macet yang telah dihapusbuku dalam rangka penyelesaian
kredit, baik untuk sebagian maupun keseluruhan;
b. selisih antara nilai piutang pokok macet yang telah dihapusbuku dengan
nilai pengalihan termasuk penjualan atau dengan nilai pelepasan hak.

Board Manual Hal | 15 Hal | 15


dilaksanakan berdasarkan kebijakan Direksi yang telah disetujui Dewan
Komisaris dan dalam jumlah plafon (limit) hapus tagih yang telah ditetapkan
RUPS yang akan tetap berlaku sampai dengan adanya penetapan plafon
(limit) baru oleh RUPS.
12) Persetujuan Dewan Komisaris berkenaan dengan huruf c.1), c.2), c.5). c.6),
c.7), dan c.8) dengan batasan dan/atau kriteria tertentu, ditetapkan setelah
mendapatkan persetujuan Pemegang Saham Seri A Dwiwarna.
13) Penetapan batasan dan/atau kriteria oleh Dewan Komisaris untuk hal-hal
sebagaimana dimaksud huruf c.1), c.2), c.5). c.6), c.7), dan c.8) dilakukan oleh
Dewan Komisaris setelah mendapatkan persetujuan Pemegang Saham seri A
Dwiwarna.
14) Tindakan Direksi sebagaimana dimaksud pada huruf c.2) sepanjang diperlukan
dalam rangka pelaksanaaan kegiatan usaha utama yang lazim dilakukan
dalam bidang usaha yang bersangkutan dengan memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan, tidak memerlukan persetujuan Dewan
Komisaris dan/atau RUPS.

d. Perbuatan-perbuatan di bawah ini hanya dapat dilakukan Direksi setelah


mendapatkan tanggapan tertulis dari Dewan Komisaris dan mendapat persetujuan
dari RUPS untuk :
1) Melakukan tindakan-tindakan yang termasuk dalam transaksi material
sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang undangan di bidang pasar
modal dengan nilai di atas 50% (lima puluh persen) dari ekuitas Perseroan,
kecuali tindakan tersebut termasuk dalam transaksi material yang dikecualikan
oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal;
2) Melakukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan sebagaimana
ditentukan dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Pasar
Modal;
3) Melakukan transaksi lain guna memenuhi Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku di Pasar Modal.

e. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk ;


1) Mengalihkan kekayaan Perseroan; atau
2) Menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan;
yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih
Perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain
maupun tidak, kecuali sebagai pelaksana kegiatan usaha Perseroan.

Board Manual Hal | 16 Hal | 16


f. Perbuatan-perbuatan di bawah ini hanya dapat dilakukan Direksi setelah
mendapatkan persetujuan RUPS dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan di Pasar Modal untuk ;
1) Melakukan transaksi material sebagaimana ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Pasar Modal;
2) Melakukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan sebagaimana
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Pasar
Modal.

g. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk ;

1) Mengalihkan kekayaan Perseroan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun buku;


atau
2) Menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan yang merupakan lebih dari
50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam 1 (satu)
transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak, kecuali
sebagai pelaksana kegiatan usaha Perseroan.

h. Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan apabila :


1) Terjadi perkara di depan Pengadilan antara Perseroan dengan anggota Direksi
yang bersangkutan; atau
2) Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan
Perseroan.

i. Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud di atas maka yang berhak
mewakili Perseroan adalah :

1) Anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan


Perseroan;
2) Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan
kepentingan dengan Perseroan; atau
3) Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau
Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.
j. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab atas pengurusan tersebut Direksi
wajib menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS lainnya sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar.

k. Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada


Pemegang Saham melalui RUPS.

Board Manual Hal | 17 Hal | 17


l. Setiap anggota Direksi wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan
itikad baik, penuh tanggung jawab dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian.

m. Direksi wajib melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usaha di


seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

n. Dalam rangka melaksanakan prinsip-prinsip GCG pada Perseroan beserta


Perusahaan Anak yang berada dibawah kelolaannya (Tata Kelola dan Manajemen
Risiko secara Terintegrasi), Direksi paling kurang membentuk:
1) Satuan Kerja Audit Intern dan Satuan Kerja Audit Intern Terintegrasi;
2) Satuan Kerja Manajemen Risiko Komite Manajemen Risiko, dan Satuan Kerja
Manajemen Risiko Terintegrasi;dan
3) Satuan Kerja Kepatuhan dan dan Satuan Kerja Kepatuhan Terintegrasi.

o. Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja
audit intern, auditor eksternal, hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan, Bank
Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lain.

p. Direksi berwenang menjalankan pengurusan sesuai dengan kebijakan yang


dipandang tepat, sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan dalam
Anggaran Dasar. Direksi berwenang dan bertanggung jawab untuk memastikan
penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi sesuai dengan karakteristik dan
kompleksitas usaha Konglomerasi Keuangan.

q. Direksi berwenang menjalankan kepengurusan sesuai dengan kebijakan yang


dipandang tepat, sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan dalam
Anggaran Dasar.

r. Direksi berwenang dan bertanggung jawab untuk memastikan penerapan


Manajemen Risiko Terintegrasi sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas
usaha Konglomerasi Keuangan.

s. Direksi wajib memastikan Tata Kelola serta Manajemen Risiko secara terintegrasi
pada Perseroan masing-masing Lembaga Jasa Keuangan dalam Konglomerasi
Keuangan.

t. Direksi wajib menyesuaikan kebijakan Remunerasi sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan yang berlaku.

u. Direksi wajib mengungkapkan kepada pegawai, kebijakan BNI yang bersifat


strategis di bidang kepegawaian.

Board Manual Hal | 18 Hal | 18


v. Melaksanakan tugas, wewenang serta kewajiban lainnya dalam menjalankan
Perseroan sesuai dengan Anggaran Dasar, Keputusan RUPS serta ketentuan
Perundang-undangan yang berlaku.

.
4. PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA DIREKSI
Dengan mengacu kepada ketentuan perundang - undangan yang berlaku serta
Anggaran Dasar maka:
a. Pengangkatan dan Pemberhentian anggota Direksi dilakukan melalui RUPS.
b. Setiap usulan pengangkatan, pemberhentian, dan/atau penggantian anggota
Direksi kepada RUPS harus memperhatikan rekomendasi dari Dewan Komisaris
atau Komite yang menjalankan fungsi Nominasi.

5. DIREKTUR YANG MEMBAWAHI FUNGSI KEPATUHAN


Guna penegakan fungsi kepatuhan (compliance), maka Perseroan wajib menugaskan
salah satu anggota Direksi sebagai Direktur Kepatuhan.

a. Persyaratan
1) Calon Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan wajib memiliki integritas
dan pengetahuan yang memadai mengenai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan,
Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan wajib memenuhi persyaratan
independensi.
“Persyaratan independensi” adalah tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga sampai derajat
kedua dengan anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau pemegang saham
pengendali atau hubungan dengan Bank yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan mengenai Pelaksanaan Good Corporate Governace bagi Bank Umum.

b. Struktur
1) Direktur Utama dan/atau Wakil Direktur Utama tidak diperkenankan merangkap
jabatan sebagai Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan.
2) Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan dilarang membawahkan fungsi-
fungsi:
a) bisnis dan operasional;

Board Manual Hal | 19 Hal | 19


b) manajemen risiko yang melakukan pengambilan keputusan pada kegiatan
usaha Bank;
c) tresuri;
d) keuangan dan akuntansi;
e) logistik dan pengadaan barang/jasa;
f) teknologi informasi; dan
g) audit intern.

3) Penggantian Direktur yang membawahi fungsi Kepatuhan:


a) Dalam hal Direktur yang membawahkan fungsi Kepatuhan tidak dapat
menjalankan tugas jabatannya selama lebih dari 7 (tujuh) hari kerja berturut-
turut maka pelaksanaan tugas yang bersangkutan wajib digantikan
sementara oleh Direktur lain sampai dengan Direktur yang membawahkan
fungsi Kepatuhan dapat menjalankan tugas jabatannya kembali.
b) Dalam hal Direktur yang membawahkan fungsi Kepatuhan berhalangan
tetap, mengundurkan diri, atau habis masa jabatannya, maka Bank wajib
segera mengangkat pengganti Direktur yang membawahkan fungsi
Kepatuhan, paling lama 6 (enam) bulan setelah Direktur yang membawahkan
fungsi Kepatuhan berhalangan tetap, mengundurkan diri, atau habis masa
jabatannya.
c) Selama dalam proses penggantian Direktur yang membawahkan fungsi
Kepatuhan, Bank wajib menunjuk atau menugaskan salah satu Direktur
lainnya untuk sementara melaksanakan tugas Direktur yang membawahkan
fungsi Kepatuhan.
d) Direktur yang melaksanakan tugas sementara sebagai Direktur yang
membawahkan fungsi Kepatuhan, wajib memenuhi persyaratan diatas, hal
tersebut dikecualikan apabila di dalam perseroan tidak terdapat Direktur yang
memenuhi syarat dimaksud.
e) Penggantian sementara jabatan Direktur yang membawahkan fungsi
Kepatuhan sebagaimana dimaksud pada wajib dilaporkan kepada Otoritas
Jasa Keuangan.

c. Tugas dan Tanggung Jawab


Tugas dan tanggung jawab Direktur yang membawahkan fungsi Kepatuhan,
paling kurang mencakup:
1) merumuskan strategi guna mendorong terciptanya Budaya Kepatuhan Bank;

Board Manual Hal | 20 Hal | 20


2) mengusulkan kebijakan kepatuhan atau prinsip-prinsip kepatuhan yang akan
ditetapkan oleh Direksi;
3) menetapkan sistem dan prosedur kepatuhan yang akan digunakan untuk
menyusun ketentuan dan pedoman internal Bank;
4) memastikan bahwa seluruh kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta
kegiatan usaha yang dilakukan Bank telah sesuai dengan ketentuan Otoritas
Jasa Keuangan, Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
5) meminimalkan Risiko Kepatuhan Bank;
6) melakukan tindakan pencegahan agar kebijakan dan/atau keputusan yang
diambil Direksi Bank tidak menyimpang dari ketentuan Otoritas Jasa
Keuangan, Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
7) dalam rangka penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU) dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT), Direktur Kepatuhan memiliki tugas
dan tanggung jawab sekurang – kurangnya untuk:
a) mengusulkan kebijakan dan prosedur tertulis bersifat strategis mengenai
penerapan program APU dan PPT kepada Dewan Komisaris;
b) memastikan adanya pembahasan terkait pencucian uang dan/atau
pendanaan terorisme dalam rapat Direksi dan Dewan Komisaris;
c) menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan Bank
telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia tentang APU dan PPT dan
peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait;
d) memastikan cakupan pengawasan aktif Direksi telah terpenuhi secara
memadai;
e) memantau dan menjaga kepatuhan Bank terhadap seluruh komitmen
yang dibuat oleh Bank kepada Bank Indonesia antara lain komitmen
dalam Action Plan, Laporan Rencana Kegiatan Pengkinian Data, dan hasil
pengawasan Bank Indonesia yang terkait dengan penerapan Program
APU dan PPT;
f) memantau pelaksanaan tugas Unit Kerja Khusus dan/atau pejabat Bank
yang bertanggung jawab atas penerapan APU dan PPT;
g) memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama mengenai pejabat yang
akan memimpin Unit Kerja Khusus atau pejabat yang bertanggung jawab
atas penerapan Program APU dan PPT;
h) memberikan persetujuan terhadap Laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan (LTKM);

Board Manual Hal | 21 Hal | 21


i) mengusulkan Laporan Action Plan dan Laporan Rencana Pengkinian Data
sebelum disampaikan kepada Bank Indonesia.
8) Direktur yang membawahkan fungsi Kepatuhan wajib menyampaikan laporan
kepada Bank Indonesia tentang pelaksanaan tugasnya, meliputi:
a) Rencana Kerja Kepatuhan yang dimuat dalam Rencana Bisnis Bank;
b) Laporan Kepatuhan; dan
c) Laporan khusus mengenai kebijakan dan/atau keputusan Direksi yang
menurut Direktur yang membawahkan fungsi Kepatuhan telah
menyimpang dari ketentuan Bank Indonesia dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagai bagian dari tugas Direktur
yang membawahkan fungsi Kepatuhan.
9) melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya kepada Direktur
Utama dengan tembusan kepada Dewan Komisaris paling kurang secara
triwulanan.
10) melakukan tugas-tugas lainnya yang terkait dengan Fungsi Kepatuhan.

6. MASA JABATAN DIREKSI


a. Masa jabatan Direksi paling banyak 2 (dua) periode berturut-turut, dengan
ketentuan sebagai berikut :
1) Para anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu terhitung sejak tanggal yang
ditetapkan oleh RUPS yang mengangkatnya dan berakhir pada penutupan
RUPS Tahunan yang ke 5 (kelima) setelah tanggal pengangkatannya, dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal, namun
dengan tidak mengurangi hak dari RUPS untuk sewaktu-waktu dapat
memberhentikan para anggota Direksi sebelum masa jabatannya berakhir;
2) Pemberhentian diatas berlaku sejak penutupan RUPS tersebut, kecuali apabila
ditentukan lain oleh RUPS;
3) Setelah masa jabatannya berakhir, para anggota Direksi dapat diangkat
kembali oleh RUPS untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
b. Apabila oleh suatu sebab jabatan anggota Direksi lowong yang mengakibatkan
jumlah anggota Direksi kurang dari 3 (tiga) orang atau tidak adanya Direktur
Utama, maka dalam waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah terjadi
lowongan, harus diselenggarakan RUPS untuk mengisi jabatan anggota Direksi
yang lowong tersebut.
c. Apabila pada suatu waktu oleh sebab apapun seluruh jabatan anggota Direksi
Perseroan lowong, maka dalam waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari

Board Manual Hal | 22 Hal | 22


setelah terjadi lowongan, harus diselenggarakan RUPS untuk mengisi lowongan
jabatan Direksi tersebut.
d. Selama jabatan seluruh anggota Direksi tersebut lowong dan RUPS belum mengisi
jabatan Direksi yang lowong, maka untuk sementara Perseroan diurus oleh Dewan
Komisaris, dengan kekuasaan dan wewenang yang sama.

7. PEMBENTUKAN KOMITE DIBAWAH DIREKSI

Dalam rangka membantu tugas dan tanggung jawabnya, Direksi dapat membentuk
Komite mengacu pada ketentuan perundang – undangan yang berlaku, yang
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

8. RAPAT DIREKSI

Pelaksanaan Rapat Direksi

1) Direksi wajib mengadakan Rapat Direksi secara berkala paling kurang 1 (satu)
kali dalam setiap bulan.
2) Penyelenggaraan Rapat Direksi dapat dilakukan setiap waktu apabila:
a) dipandang perlu oleh seorang atau lebih anggota Direksi; atau
b) atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota Dewan
Komisaris;
dengan menyebutkan hal-hal yang akan dibicarakan.
3) Seluruh materi Rapat Direksi, diterima oleh Direksi sebelum pembahasan
agenda dimaksud dalam Rapat Direksi.
4) Pelaksanaan Rapat Direksi lebih lanjut mengacu pada ketentuan peraturan
peundang-undangan dan Ketentuan Internal yang berlaku. Dimana
pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan Perseroan.

a. Pemanggilan Rapat
1) Pemanggilan Rapat Direksi dilakukan dengan sarana apapun oleh anggota
Direksi yang berhak mewakili Perseroan dan disampaikan dalam jangka waktu
paling lambat 5 (lima) hari kalender sebelum Rapat tersebut diadakan atau
dalam waktu yang lebih singkat jika dalam keadaan mendesak.
2) Pemanggilan Rapat di atas harus mencantumkan acara, tanggal, waktu dan
tempat Rapat.
3) Pemanggilan Rapat Direksi terlebih dahulu tidak disyaratkan apabila semua

Board Manual Hal | 23 Hal | 23


anggota Direksi hadir dalam Rapat atau untuk Rapat-rapat yang telah
dijadwalkan berdasarkan keputusan Rapat Direksi.

b. Kehadiran dan Pengambilan Keputusan Rapat Direksi


1) Rapat Direksi dapat dilaksanakan apabila dihadiri lebih dari 50% dari anggota
Direksi.
2) Dalam hal anggota Direksi tidak dapat menghadiri rapat secara fisik, maka
anggota Direksi dapat menghadiri rapat dengan melalui media telekonferensi,
video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya.
3) Seorang anggota Direksi hanya dapat mewakili seorang anggota Direksi
lainnya yang didasarkan pada surat kuasa khusus yang diberikan untuk itu.
4) Setiap anggota Direksi berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1
(satu) suara untuk anggota Direksi yang diwakilinya.
5) Rapat Direksi adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat
apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota Direksi atau
wakilnya yang sah.
6) Semua keputusan dalam Rapat Direksi dan Rapat Direksi bersama Dewan
Komisaris diambil dengan musyawarah untuk mufakat.
7) Dalam hal keputusan tidak dapat diambil dengan musyawarah mufakat, maka
keputusan diambil dengan pemungutan suara setuju lebih dari 1/2 (satu per
dua) bagian dari jumlah suara yang sah yang dikeluarkan dalam rapat
tersebut.
8) Setiap anggota Direksi yang secara pribadi dengan cara apapun baik secara
langsung maupun secara tidak langsung mempunyai kepentingan dalam
suatu transaksi, kontrak atau kontrak yang diusulkan, dalam mana Perseroan
menjadi salah satu pihaknya harus menyatakan sifat kepentingan dalam suatu
Rapat Direksi dan tidak berhak untuk ikut dalam pengambilan suara mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan transaksi atau kontrak tersebut, kecuali jika
Rapat Direksi menentukan lain.
9) Setiap anggota Direksi tidak diperbolehkan mengeluarkan suara blanko dalam
Rapat Direksi.
10) Suara yang tidak sah dianggap tidak ada dan tidak dihitung dalam
menentukan jumlah suara yang dikeluarkan dalam Rapat Direksi.

c. Mekanisme Pelaksanaan Rapat Direksi


Direktur Utama memimpin Rapat Direksi, apabila Direktur Utama berhalangan,
Rapat Direksi dipimpin oleh Wakil Direktur Utama, dalam hal Wakil Direktur Utama

Board Manual Hal | 24 Hal | 24


juga berhalangan maka Pemimpin Rapat Direksi Dipimpin oleh salah satu Direktur
yang dipilih dan disepakati dalam Rapat Direksi.

d. Dokumentasi Pelaksanaan Rapat Direksi


1) Dalam setiap Rapat Direksi harus dibuat Risalah Rapat yang berisi hal-hal
yang dibicarakan (termasuk pernyataan ketidaksetujuan/dissenting opinion
anggota Direksi, jika ada) dan hal-hal yang diputuskan.
2) Hasil Rapat sebagaimana dimaksud di atas wajib dituangkan dalam Risalah
Rapat, ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi yang hadir, dan
disampaikan kepada seluruh anggota Direksi dan Direksi menyampaikan
kepada Dewan Komisaris untuk diketahui.
3) Direksi dapat juga mengambil keputusan-keputusan yang sah dan mengikat
tanpa mengadakan Rapat Direksi, dengan ketentuan bahwa semua anggota
Direksi telah diberitahukan secara tertulis tentang usul-usul yang bersangkutan
dan semua anggota Direksi memberikan persetujuan mengenai usul yang
diajukan secara tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
Keputusan yang diambil dengan cara demikian mempunyai kekuatan yang
sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Direksi.
4) Ketentuan mengenai Rapat Direksi yang belum diatur dalam Pedoman ini
mengacu pada Anggaran Dasar serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

9. RAPAT DIREKSI BERSAMA DEWAN KOMISARIS


a. Direksi wajib mengadakan Rapat Direksi bersama Dewan Komisaris secara
berkala paling kurang 1 (satu) kali dalam 4 (empat) bulan.
b. Rapat Direksi bersama Dewan Komisaris adalah sah dan berhak mengambil
keputusan yang mengikat apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah
anggota Direksi atau wakilnya yang sah dan juga dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu
per dua) jumlah anggota Dewan Komisaris atau wakilnya yang sah.
c. Hasil Rapat Direksi dengan Dewan Komisaris wajib dituangkan dalam Risalah
Rapat, ditandatangani oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris yang
hadir, dan disampaikan kepada seluruh anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris.

Ketentuan mengenai Rapat Direksi bersama Dewan Komisaris yang belum diatur
dalam Pedoman ini mengacu pada Anggaran Dasar serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Board Manual Hal | 25 Hal | 25


WAKTU KERJA
NILAI-NILAI PERSEROAN
ETIKA KERJA DIREKSI

Board Manual Hal | 26 Hal | 26


E. WAKTU KERJA
1. Anggota Direksi wajib hadir di tempat kerja Perseroan selama 5 (lima) hari kerja dalam
1 (satu) minggu atau sesuai dengan waktu kerja Perseroan.
2. Anggota Direksi dapat berada di luar tempat kerja Perseroan dalam rangka kedinasan.
3. Bila diperlukan Direksi dapat hadir di luar waktu kerja Perseroan dikarenakan adanya
hal-hal yang penting dan mendesak.

F. NILAI-NILAI PERSEROAN
Nilai – Nilai Budaya kerja Perseroan tercermin dalam PRINSIP 46 yang terdiri dari 4 Nilai
Budaya Kerja BNI serta 6 Perilaku utama sebagai berikut :

4 Nilai Budaya Kerja BNI 6 Nilai Perilaku Utama Insan BNI


Profesionalisme (Professionalism) • Meningkatkan Kompetensi dan Memberikan
Hasil Terbaik
Integritas • Jujur, Tulus dan Ikhlas
(Integrity) • Disiplin, Konsisten dan Bertanggungjawab
Orientasi Pelanggan • Memberikan Layanan Terbaik Melalui
(Customer Orientation ) Kemitraan yang Sinergis
Perbaikan Tiada Henti • Senantiasa Melakukan Penyempurnaan
(Continuous Improvement) • Kreatif dan Inovatif

G. ETIKA KERJA DIREKSI


Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya Direksi wajib untuk tunduk pada
pedoman serta ketentuan yang berlaku antara lain:
1. Wajib tunduk pada Prinsip 46, Kode Etik BNI, peraturan perundang-undangan yang
berlaku, serta kebijakan internal BNI.
2. Dilarang memanfaatkan BNI untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain
yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan serta reputasi BNI maupun anak
perusahaannya.
3. Dilarang mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BNI selain
remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.
4. Memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku Direksi tidak diperkenankan
untuk rangkap jabatan sebagai :

Board Manual Hal | 27 Hal | 27


a. anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pejabat eksekutif bank, perusahaan
dan/atau lembaga lain; dan/atau
b. anggota Direksi pada Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
Badan Usaha Milik Swasta; dan/atau
c. anggota Dewan Komisaris pada Badan Usaha Milik Negara; dan/atau
d. jabatan struktural dan fungsional lainnya pada instansi/lembaga pemerintah pusat
dan atau daerah; dan/atau
e. pengurus partai politik dan/atau calon/anggota legislatif; dan/atau calon kepala
daerah/wakil kepala daerah; dan/atau
f. jabatan yang dapat menimbulkan benturan kepentingan dan/atau jabatan lainnya
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
5. Tidak termasuk rangkap jabatan sebagaimana dimaksud diatas apabila Direksi yang
bertanggung jawab terhadap pengawasan atas penyertaan pada Perusahaan Anak
BNI, menjalankan tugas fungsional menjadi anggota Dewan Komisaris pada
Perusahaan Anak bukan bank yang dikendalikan oleh BNI, sepanjang perangkapan
jabatan tersebut tidak mengakibatkan yang bersangkutan mengabaikan pelaksanan
tugas dan tanggung jawab sebagai anggota Direksi BNI.
6. Anggota Direksi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dilarang memiliki
saham melebihi 25% (dua puluh lima perseratus) dari modal disetor pada BNI
dan/atau pada suatu perusahaan lain.
7. Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang
mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi.

H. TRANSPARANSI
Guna memenuhi azas Transparansi dalam penyelenggaraan Good Corporate
Governance, maka seluruh anggota Direksi wajib mengungkapkan:
1. Kepemilikan saham baik pada BNI maupun pada bank dan perusahaan lain, yang
berkedudukan di dalam dan di luar negeri;
2. Hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota Direksi , Dewan lainnya
dan/atau pemegang saham pengendali BNI;
3. Remunerasi dan fasilitas yang diterima dari BNI;
4. Rangkap Jabatan pada perusahaan lain.

Board Manual Hal | 28 Hal | 28


I. PELAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB
Direksi Perseroan wajib menyusun laporan terkait dengan tugas wewenang dan
kewajiban dalam menjalankan Perseroan untuk dipertanggungjawabkan pada RUPS
dengan berpedoman pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

J. LAIN-LAIN
Hal-hal lebih rinci yang mengatur tentang syarat dan ketentuan Pedoman dan Tata
Tertib Kerja Direksi merujuk pada Anggaran Dasar BNI serta ketentuan Perundang
undangan yang berlaku.

Pedoman dan Tata Tertib Kerja ini ditetapkan di Jakarta, dan akan berlaku efektif sejak tanggal
ditandatanganinya.

Board Manual Hal | 29 Hal | 29

Anda mungkin juga menyukai