PENGANTAR PENDIDIKAN
“ DIMENSI-DIMENSI HAKIKAT MANUSIA”
MULIANI
(1180)
SEMESTER 1
Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat
hakikat tersebut akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain. Ada
1. Dimensi keindividualan
2. Dimensi kesosialan
3. Dimensi kesusilaan
4. Dimensi keberagamaan
a. Dimensi Keindividualan
Dikatakan oleh Lyson bahwa individu adalah orang seorang, sesuatu yang
merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya
individu diartikan juga sebagai sebagai pribadi. Setiap anak manusia yang
dilahirkan ke dunia ini sebenarnya telah memiliki potensi. Potensi yang dimaksud
menurut penulis seperti yang dikemukakan oleh Gardner. Ia menyatakan bahwa
manusia memiliki tujuh kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika
matematika, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestik tubuh, kecerdasan musik,
kecerdasan interpersonal, kecerdasan intra personal. Kecerdasan-kecerdasan ini
yang selanjutnya kita sebut sebagai potensi tentu saja tidak sama dimiliki oleh
setiap individu. Ada individu yang memiliki kelebihan dalam hal kebahasaan,
tetapi kurang pintar dalam hal musik, ada individu yang lebih pintar matematika,
tetapi tidak pintar tentang kebahasaan. Oleh karena itu, setiap individu tidak boleh
diperlakukan sama. Mereka ingin terlihat berbeda dengan yang lain atau menjadi
seperti dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka bumi ini..
b. Dimensi Kesosialan
Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi sosialitas. Artinya, mereka
dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk
1
bergaul ini, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Betapa kuatnya
dorongan tersebut sehingga penjara merupakan hukuman yang paling berat
dirasakan oleh setiap manusia karena dengan diasingkan di dalam penjara berarti
diputuskannya dorongan bergaul itu secara mutlak.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan
untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu
dengan sesamanya. Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya,
cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk
belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain
untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam
berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang
menyadari dan menghayati kemanusiaanya.
c. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi.
Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang tidak cukup hanya dengan
berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu terkandung kejahatan
terselubung. Oleh karena itu, pengertian susila berkembang sehingga memiliki
perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan
sering digunakan istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan
kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa orang yang berbuat jahat berarti melanggar hak orang lain dan dikatakan
tidak beretika dan tidak bermoral, sedangkan tidak sopan diartikan sebagai tidak
beretiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang merasa dirugikan, sedangkan
pelanggaran etiket hanya mengakibatkan ketidaksenangan orang lain.
d. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama. Beragama merupakan
kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga
memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama untuk keselamatan
hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertikal manusia.
Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan manusia. Pemerintah
2
dengan berlandaskan pada GBHN memasukkan pendidikan agama ke dalam
kurikulum di sekolah mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi
B. Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat
atropologi. Hal ini menjadi keharusan karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek
melainka praktek yang berlandasan dan tujuan. Sedangkan landasan dan tujuan
pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normative. Sifat hakikat manusia diartikan
sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipiil (jadi bukan hanya gradual )
membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak
kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologinya. Kenyataan dan pernyataan tersebut
dapat menimbulkan kesan dan keliru, mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya
berbeda secara GRADUAL. Wujud sifat hakikat manusia, pada bagian ini akan di
paparan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang
dikemukakan oleh paham eksistensi dengan maksud menjadi masukan membenahi
konsep pendidikan, yaitu :
a. Kemampuan memyadari diri;
b. Kemampuan bereksistensi;
c. Pemilikan kata hati;
d. Moral;
e. Kemampuan bertanggung jawab;
f. Rasa kebebasan (kemerdekaan);
g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak, dan
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan.
C. Pengembangan Dimensi -Dimensi Hakikat Manusia
Seperti yang telah kita ketahui bahwa sasaran pendidikan adalah manusia,
terlahir ke dunia manusia telah dikaruniai oleh Tuhan dimensi manusia dalam wujud
potensi, namun belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau aktualisasi.Dan dari
3
kondisi “potensi” menjadi wujud aktualisasi terdapat rentang-rentang proses yang
mengundang pendidikan untuk berperan. Meskipun pada dasarnya pendidikasn itu baik
lazimnya disebut salah didik. Hal itu bisa terjadi karena pendidik itu adalah manusia
biasa, yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Sehubungan dengan itu ada dua
dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan
berbagai segi yaitu : wujud dimensi dan arahnya. Keutuhan terjadi antara aspek
4
dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan dimaksud mencakup
akan terjadi di dalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakikat manusia
5
Menurut Rogers manusia adalah mahluk yang terus berubah dan di ibaratkan
dengan air.
b. Jeans Jacues Rousseau
Pada dasarnya manusia itu adalah baik tapi di rusak oleh masyarakat.
b. Pandangan Behavioristik
Tingkah laku manusia di tentukan oleh lingkungan di mana individu itu berada, di
pelopori oleh skinner,kohler,wetson,thorndike.
a. Tingkah laku manusia di tentukan oleh lingkungan di mana individu itu
berada, dan
b. Tingkah laku manusia dapat di kendalikan dengan mengatur lingkungan
tempat individu itu berada.
6
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, Herman. 2017. http://www.blogbarabai.com/2017/11/dimensi-dimensi-
hakikat-manusia-serta.html.
Rahma, Nurfitri. 2016. https://www.academia.edu/16675054/HAKIKAT_DIME
NSI_MANUSIA-_landasan_pendidikan.
7
8