Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LEUKOPLAKIA

Disusun Oleh:
Iqbal Rafsanzani. G991902031
Periode: 24 Juni 2019 – 7 Juli 2019

Pembimbing:
Vita Nirmala Ardanari, drg., Sp.Pros., Sp.KG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2019
LEUKOPLAKIA

A. Definisi
Leukoplakia adalah gangguan yang berpotensi paling umum terjadi
pada mukosa mulut, dapat diartikan sebagai salah satu kelainan yang terjadi di
mukosa rongga mulut berupa penebalan putih yang tidak dapat digosok sampai
hilang dan sering berpotensi menjadi suatu keganasan (Kayalvizhi, 2016).
Definisi leukoplakia menurut WHO diartikan sebagai sebuah plak putih dengan
risiko peningkatan kanker mulut dipertanyakan setelah menyingkirkan
penyakit atau kelainan yang tidak meningkatkan risiko (Brouns et al, 2013).
Menurut histopatologis, leukoplakia didefinisikan sebagai bercak putih pada
mukosa dengan epitel mengalami hiperkeratosis dengan dasar yang terdiri dari
sel spinosum (Cho et all, 2010).

B. Epidemiologi
Prakiraan prevalensi global leukoplakia berada di kisaran 0,4% hingga
0,7%. Pada penelitian yang dilakukan di India terdapat 3,28% mengalami
leukoplakia, di Amerika leukoplakia ditemukan sebanyak 2,9% dari 23.616
orang dewasa kulit putih, Di negara berkembang, leukoplakia didiagnosis pada
individu usia 30-50 tahun dan meningkat seiring bertambahnya usia. Rasio laki-
laki - perempuan sendiri tergantung pada distribusi geografis penyakit.

C. Etiopatogenesis
Etiologi Leukoplakia sendiri lebih banyak belum diketahui
penyebabnya (idiopatik) Peran etiologis Candida dalam leukoplakia telah
menjadi bahan perdebatan dalam beberapa tahun terakhir, Namun predisposisi
leukoplakia terdiri dari beberapa faktor yaitu faktor lokal, faktor sistemik dan
malnutrisi vitamin. Faktor lokal yang diperkirakan menjadi penyebab
leukoplakia meliputi trauma yang menyebabkan iritasi kronis, misalnya akibat

1
gigitan tepi atau akar gigi yang tajam, iritasi dari gigi yang malposisi, kebiasaan
menggigit-gigit jaringan mulut, pipi maupun lidah. Faktor lain yang menjadi
penyebab terjadinya leukoplakia adalah tembakau, alkohol dan bakteri.
Menurut Schepman et al., perokok mempunyai risiko 6 kali lebih tinggi terkena
leukoplakia, meski lesi pada non-perokok mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk berubah menjadi kanker. Pada waktu merokok, terjadi iritasi pada
jaringan mukosa mulut yang disebabkan oleh asap rokok, panas ketika merokok
dan zat-zat yang terkandung dalam tembakau yang ikut terkunyah. Hal ini
dibuktikan dengan insidensi leukoplakia tertinggi ditemukan pada perokok
(Brzak, 2012). Penelitian Morse et al., konsumsi alkohol sering berkaitan
dengan kanker mulut daripada displasia epitelial. Caldeira et al., menemukan
faktor risiko leukoplakia yang berisiko tinggi untuk berubah menjadi suatu
keganasan adalah infeksi dengan Human Papilloma Virus (HPV), dimana
protein onkogenik seperti HPV-16L1 dapat meningkatkan karsinogenesis.
Pada penderita kandidiasis kronis dapat ditemukan gambaran yang
menyerupai leukoplakia. Infeksi Candida juga berperan dalam perubahan
menjadi keganasan dan faktor risiko tertinggi perubahan menjadi kanker (Roed-
Petersen, 1972; Banoczy, 1977; Krogh, 1987). Untuk mengetahui diagnosis
pasti perlu dilakukan pemeriksaan klinis, histopatologi dan latar belakang
etiologi terjadinya lesi.
Banoczy menemukan adanya penurunan signifikan pada vitamin A,
B12, C, beta carotene dan asam folat pada pasien dengan leukoplakia. Soames
dan Southam melaporkan adanya perubahan pada perkembangan leukoplakia
lebih pada area atrofi epitelial dan kondisi yang berkaitan dengan hal tersebut
meliputi defisiensi besi, vitamin dan fibrosis submukus mulut. Mutasi p53 dari
sel juga didapatkan pada penderita leukoplakia yang merokok dan minum
alkohol.

2
D. Patofisiologi
Pasien dengan leukoplakia idiopatik memiliki risiko tinggi berkembang
menjadi kanker. Menurut Downer, pada sejumlah pasien leukoplakia, 4%-17%
lesi berubah menjadi tumor maligna dalam waktu 20 tahun.
Perubahan patologis primer yang terdapat pada leukoplakia adalah
diferensiasi abnormal dari epitel mukosa dengan ditandai peningkatan aktivitas
keratinisasi pada permukaan selnya yang memproduksi penampakan klinis
yang mukosa yang berwarna putih. Proses ini juga dibersamai dengan
perubahan ketebalan dari jaringan epitelial (Reibel J, 2003).
Dasar molekuler pada perubahan tersebut belum diketahui secara pasti.
Namun, beberapa data penelitian menyebutkan adanya perubahan ekspresi
onkogen/TSG, ekspresi gen keratin, perubahan siklus sel, akumulasi stres
oksidatif dan displasia epitel berperan dalam perubahan yang terjadi pada
leukoplakia (Kawanishi S & Murata M, 2006).

E. Klasifikasi
Terdapat dua tipe klinis leukoplakia yaitu homogen dan non homogen.
Pada tipe homogen berupa lesi putih yang datar dan tipis. Lesi ini dapat terlihat
sebagai retakan yang dangkal dengan permukaan yang halus atau berkerut.
Teksturnya konsisten dan biasanya asimptomatik.

3
Gambar 1. Homogenous Leukoplakia (Parlatescu et al., 2014)
Sementara leukoplakia non-homogen umumnya simptomatis dan
memiliki beberapa variasi sebagai berikut:
1. Proliferative verrucous leukoplakia (PVL): Hansen et al., menjelaskan
PVL memiliki tingkat transformasi ganas yang tinggi, dimana menurut
WHO, PVL adalah lesi progresif multifokal yang sering ditemukan
pada wanita. Daerah yang sering terkena adalah gingival bawah, lidah
dan mukosa bukal (Warnakulasuriya, 2007).

4
Gambar 2. Proliferative verrucous leukoplakia (Parlatescu et al., 2014)
2. Oral erythroleukoplakia (OEL): lesi non-homogen dengan warna
campuran putih dan merah. Ini didefinisikan sebagai tambalan merah
yang berapi-api yang tidak bisa dicirikan seara klinis atau patologis
sebagai penyakit definitif lainnya. OEL menunjukkan potensi
transformasi ganas yang lebih tinggi daripada leukoplakia homogen
(Warnakulasuriya, 2007)

Gambar 3. Oral erythroleukoplakia (Guilgen et al., 2014)


3. Sublingual keratosis: plak putih lembut di daerah sublingual dengan
permukaan keriput, tidak beraturan namun terdefinisi dengan baik garis
besar dan kadang berbentuk kupu-kupu (Scully et al., 1999)

Gambar 4. Sublingual keratosis (Scully dan Felix, 2005)

5
4. Candidal leukoplakia (CL): leukoplakia dengan gambaran lesi yang
luas, putih pekat, keras dan kasar pada permukannya (Scully et al.,
1994)

Gambar 5. Candidal leukoplakia (Parlatescu et al., 2014)


5. Oral hairy leukoplakia (OHL) atau dikenal sebagai lesi Greenspan :
ditandai dengan bercak putih bergelombang dimana terdapat rambut-
rambut yang tumbuh pada permukaan lesi dan sering terdapat pada
lidah. Sering disebabkan oleh reaktivasi dari Epstein Barr-Virus (van
der Waal et al., 1997)

Gambar 6. Oral hairy leukoplakia (Cade, 2017)

6
F. Diagnosis
Penegakkan diagnosis leukoplakia masih menjadi kendala karena
etiologi yang belum jelas dan perkembangan agresif dari leukoplakia menjadi
suatu keganasan. Diagnosis definitif leukoplakia dari penemuan lesi putih di
area mukosa oral pada saat pemeriksaan fisik tanpa ditemukannya etiologi
seperti riwayat merokok, infeksi, riwayat keganasan pada anamnesis atau
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang seperti biopsi sangat
direkomendasikan untuk melihat perubahan histologis yang terjadi. Biopsi
dilakukan pada area yang paling tampak perubahannya. Pada pasien dengan
leukoplakia multifokal, biopsi dapat dilakukan pada beberapa tempat (field
mapping). Pemeriksaan histopatologis ini masih merupakan baku emas dalam
penegakan diagnosis leukoplakia (Thomson PJ & Hamadah O, 2007; Torres-
Rendon A et al., 2009).

G. Terapi
Leukoplakia berpotensi untuk menjadi keganasan, ketika menghadapi
dua atau tiga lesi, pilihan terapi adalah pembedahan. Pada leukoplakia multipel
atau berukuran besar, pembedahan menjadi tidak praktis karena akan
mengakibatkan deformitas yang tidak dapat diterima atau disabilitas
fungsional. Terapi dapat berupa pembedahan cryo (cryosurgery), pembedahan
laser (laser surgery) atau menggunakan bloemycin topikal. Akan tetapi, pada
30% kasus yang ditangani, leukoplakia dapat terjadi kembali dan terapi tidak
dapat menghentikan beberapa leukoplakia berubah menjadi squamous cell
carcinoma (Holmstrup et al., 2006; Bagan et al., 2003).
Leukoplakia idiopatik, leukoplakia non-homogen, leukoplakia pada
daerah risiko tinggi mulut dan leukoplakia yang menunjukkan displasia
epitelial tingkat moderat atau berat, serta leukoplakia yang mempunyai faktor
risiko berubah menjadi keganasan harus diterapi secara agresif. Perubahan

7
warna, tekstur atau ukuran dan penampakan leukoplakia harus diperhatikan
sebagai kemungkinan perubahan keganasan (Lodi dan Porter, 2008).

Menurut Longshore dan Camisa, berikut tatalaksana leukoplakia:


 Hilangkan semua faktor penyebabnya
 Tidak ada displasia atau ada displasia ringan  bedah eksisi / operasi
laser pada lesi pada ventral / lateral lidah, lantai mulut, langit-langit
lunak dan orofaring.
 Adanya displasia sedang atau berat  bedah eksisi atau terapi laser
adalah perawatan pilihan
 Lesi merah (erythroplakia atau leukoerythroplakia)  bedah adalah
yang terbaik
 Proliferative verrucous leukoplakia  bedah lengkap eksisi / operasi
laser jika memungkinkan
 Evaluasi tindak lanjut untuk semua lesi (Longshore dan Camisa, 2002)

8
DAFTAR PUSTAKA

Bagan JV, Jimenez Y, Sanchis M (2003). Proliferative verrucous leukoplakia: high


incidence of gingival squamous cell carcinoma. Journal of Oral Pathology and
Medicine 32(7):379-382
Banoczy J. (1983). Oral leukoplakia and other white lesions of the oral mucosa related
to dermatological disorders. Journal of Cutaneous Pathology, 10: 238-256
Brouns ER, Baart JA, Bloemena E, Karagozoglu H, van der Waal I (2013). The
relevance of uniform reporting in oral leukoplakia: definition, certainty factor
and staging based on experience with 275 patients. Med Oral Patol Oral Cir
Bucal 18(1):e19-26
Brzak BL, Mravak-Stipetic M, Canjuga I, Baricevic M, Balicevic D, Sikora M, et al
(2012). The frequency and malignant transformation rate of oral lichen planus
and leukoplakia – A retrospective study. Coll Antropol 36: 773-7
Cade JE (2017). Hairy Leukoplakia. Diakses tanggal 25 Juli 2017 pada
http://emedicine.medscape.com/article/279269-overview
Caldeira K, Davis SJ, Peters GP. (2011). The supply chain of CO2 emission.
Proceedings of National Academy of Sciences, 108(45): 1-5
Cho, H.H., Kim, S.H., Seo, S.H., Jung, D.S., Ko, H.C., Kim, M.B. and Kwon, K.S.,
2010. Oral hairy leukoplakia which occurred as a presenting sign of acute
myeloid leukemia in a child. Annals of dermatology, 22(1), pp.73-76.
Downer MC, Petti S. (2005). Leukoplakia prevalence estimate lower than expected.
Evidence-Based Dental Practice, 6:12
Feller L, Lemmer J. (2012). Oral leukoplakia as it relates to HPV infection: A review.
International Journal of Dental Hygiene, 2: 540-561.
Guilgen NGBV, Kang S, Tommasi MHM, Vieira I, Machado MAN, Lima AAS
(2014). Oral erythroleukoplakia – a potentially malignant disorder. Polski
Przeglad Otorynolaryngologiczny 4: 20-24

9
Hasibuan S. (2004) Deteksi Dini dan Diagnosis Kanker Rongga Mulut. Universitas
Sumatera Utara Digital Library.
Holmstrup P, Vedtofte P, Reibel J, Stoltze K (2006). Longterm treatment outcome of
oral premalignant lesions. Oral Oncology 42(5): 461-474
Kawanishi S, Murata M. (2006). Mechanism of DNA damage induced by bromate
differs from general types of oxidative stress. Toxicology, 221(2): 172-178.
Kayalvizhi EB, Lakshman VL, Sitra G, Yoga S, Kanmani R, Megalai N (2016). Oral
leukoplakia: A review and its update. Journal of Medicine, Radiology,
Pathology & Surgery 2(2):18-22
Krogh P, Hald B, Holmstrup P (1987) Possible mycological etiology of oral mucosal
cancer: Catalytic potential of infecting Candida albicans and other yeasts in
production of N-nitrosobenzylmethylamine. Carcinogenesis 8:1543-8
Lodi G, Porter S (2008). Management of potentially malignant disorders: evidence and
critique. Journal of Oral Pathology and Medicine 37(2): 63-69
Longshore SJ, Camisa C (2002). Detection and management of premalignant oral
leukoplakia. Dermatol Ther 15: 229-235
Morse DE, Psoter WJ, Cleveland D, Cohen D, MohitTabatai M, Kosis DL et al (2007)
Smoking and drinking in relation to oral cancer and oral epithelial dysplasia.
Cancer Causes Control 18: 919-29.
Napier SS, Speight PM (2008). Natural history of potentially malignant oral lesions
and conditions: an overview of the literature. J Oral Pathol Med 37: 1-10
Neville, B.W. and Day, T.A., (2002) Oral cancer and precancerous lesions. CA: a
cancer journal for clinicians, 52(4), pp.195-215.
Parlatescu I, Gheorghe C, Coculescu E, Tovaru S (2014). Oral Leukoplakia – an
Update. Maedica Buchar 9(1): 88-93
Petti S (2003). Pooled estimate of world leukoplakia prevalence: a systematic review.
Oral Oncology 39(8): 770-780.

10
Reibel J. (2003). Prognosis of oral premalignant lesions: significance of clinical,
histopathological, and molecular biological characteristics. Critical Reviews in
Oral Biology & Medicine, 14(1): 47-62
Roed-Petersen B, Gupta PC, Pindborg JJ, Singh B (1972). Association between oral
leukoplakia and sex, age, and tobacco habits. Bull World Health Organ 47:13-
9
Schepman KP, Bezemer PD, van der Meij EH, Smeele LE, van der Waal I (2001)
Tobacco usage in relation to the anatomical site of oral leukoplakia. Oral Dis 7
: 25-7
Scully C, el-Kabir M, Samaranayake LP (1994). Candida and oral candidosis: A
review. Crit Rev Oral Biol Med 5:125-157
Scully C, Felix DH (2005). Oral medicine – Update for the dental practitioner: Oral
white patches. British Dental Journal 199: 565-572
Scully C, Porter S (1999) Orofacial disease: Update for the dental clinical team: 3.
White lesions. Dent update 26: 123-129
Soames JV, Southam JC (1999) Oral Pathology. Oxford: Oxford University of Press.
p: 139-140
Thomson PJ, Hamadah O.(2007). Cancerisation within the oral cavity: The use of 'field
mapping biopsies' in clinical management. Oral Oncology, 43: 20-26
Torres-Rendon A, Stewart R, Craig GT, Wells M, Speight PM. (2009). DNA ploidy
analysis by image cytometry helps to identify oral epithelial dysplasias with a
high riskof malignant progression. Oral Oncology, 45: 468-473
Van der Waal I, Schepman KP, van der Meij EH, Smeele LE (1997) Oral leukoplakia:
A clinicopathological review. Oral Oncol 33: 291-301
Van der Waal, I (2009) Potentially malignant disorders of the oral and oropharyngeal
mucosa; terminology, classification and present concepts of management. Oral
Oncol 45: 317-323

11
Warnakulasuriya S, Johnson NW, can der Waal I. (2007) Nomenclature and
classification of potentially malignant disorders of oral mucosa. Journal of Oral
& Pathology Medicine, 36: 575-580

12

Anda mungkin juga menyukai