Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dismenore atau nyerimenstruasi merupakan nyeri menusukyang terasa di perut bagian


bawah danpaha,haliniterjadiakibat ketidakseimbangan hormon progesterondalam darah
sehingga mengakibatkan rasa nyeri timbul. Hampir seluruhperempuan pernah merasakan
gangguan pada saat menstruasi berupa nyerimenstruasi(dysmenorrhea)denganberbagai
tingkatan, mulai dari yangsekedar pegal-pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri
yang luar biasasakitnya.Umumnya nyeri yang biasaterasa dibawah perut itu terjadi pada
haripertama dan kedua menstruasi. Rasanyeri akan berkurang setelah keluardarah yang cukup
banyak (Proverawatidan Misaroh, 2009)

Angka kejadian dismenore sendiri di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50%
perempuan di setiap negara mengalami dismenore. Di Amerika angka presentasenya sekitar
60% dan di Swedia sekitar 72% ( Proverawati dan Misaroh dalam Fajaryati, 2010). Di
Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dismenore
primer dan 9,36 % dismenore sekunder

Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi ialah
28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada
wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya tidak terlalu
sama. Rata-rata panjang siklus menstruasi pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari. Lama
menstruasi biasanya antara 3-8 hari, pada setiap wanita biasanya lama mentruasi (Kathleen,
2005).

Perilaku kesehatan merupakan tema penting yang perlu ditelaah secara mendalam
karena berdasarkan kajian teoritis,salah satu upaya mengurangi gangguan pada saat menstruasi
yaitu membiasakan diri dengan perilaku sehat. Namun hal tersebut tidak terjadi begitu saja,
tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak positif
atau negatif suatu perilaku yang terkait deng an keadaan menstruasi.

Emotional Freedom Technique (EFT) adalah sebuah terapi psikologi praktis yang
dapat menangani banyak penyakit, baik itu penyakit fisik dan penyakit psikologis (masalah
pikiran dan perasaan).EFT tidak menggunakan jarum, melainkan dengan menyelaraskan
sistem energi tubuh pada titik-titik meridian di tubuh Anda, dengan cara mengetuk (tapping)
dengan ujung jari. Teknik ini sangat mudah dipelajari dan dapat diterapkan di mana saja,
untuk siapa saja.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik mengambil penelitian tentang pengaruh


hipnoterapy eft terhadappenurunannyeri disminore pada remaja, karena ingin mengetahui
apakah adanya pengaruh antara hipnoterapy emotional freedom technique terhadap
penanganan nyeri disminore pada remaja

1.2 Rumusan masalah


Adakah pengaruh hypnoterapy eft terhadap penurunan nyeri disminore pada remaja ?

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan umum :

Menganalisis pengaruh hypnoterapy eft terhadap penurunan nyeri disminore pada remaja

1.3.2 Tujuan khusus :

1. Mengidentifikasi sebelum dilakukan hypnoterapy eft terhadap penurunan nyeri disminore


pada remaja

2. Mengidentifikasi sesudah dilakukan hypnoterapy eft terhadap penurunan nyeri disminore


pada remaja

3. Menganalisis pengaruh hypnoterapy eft terhadap penurunan nyeri disminore pada remaja

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Untuk menambah wawasan tentatang pengaruh hypnoterapy eft terhadap penurunan


nyeri disminore pada remaja serta sebagai dasar penelitian ilmu keperawatan.

1.4.2 Manfaat praktis

Sebagai pengetahuan terhadap remaja dalam menangani permasalahan nyeri


disminore .
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep hypnotherapy


2.1.1 Pengertian hypnotherapy
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku. Hipnoterapi
dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran dan penyembuhan
yang menggunakan metode hipnotis untuk memberi sugesti atau perintah positif
kepada pikiran bawah sadar untuk penyembuhan suatu gangguan psikologis atau
untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku menjadi lebih baik. Orang yang ahli
dalam menggunakan hipnotis untuk terapi disebut "hypnotherapist". Hipnoterapi
menggunakan pengaruh kata - kata yang disampaikan dengan teknik - teknik tertentu.
Satu - satunya kekuatan dalam hipnoterapi adalah komunikasi. (Kahija YF., 2007)
Tujuan Hipnoterapi adalah menyelesaikan masalah atau meningkatkan
kemampuan diri, yang mana hasil dari hipnoterapi diharapkan bisa bertahan untuk
selamanya. Dalam hipnoterapi, klien dan hypnotherapist bekerja sama untuk meraih
tujuan. Pasien tidak akan dibuat tidak sadar atau tidak berdaya, melainkan akan
dibimbing supaya bisa menyadari kekuatan diri sendiri sehingga dengan
menggunakan kebijaksanaan dan kekuatan Pikiran Bawah Sadar masalah
yang dialami bisa diatasi sendiri. Metode hipnoterapi modern dengan orientasi
kepada pasien lebih banyak berperan untuk ‘membuka’ kesadaran pasien untuk
mengetahui masalah utamanya dan membantu pasien untuk menyembuhkan atau
menyelesaikan masalahnya oleh dia sendiri. Pasien menjadi lebih merasa nyaman
dengan kondisinya dan dapat menerima kondisinya, sehingga tidak mengganggu
aktivitasnya atau kegiatannya sehari-hari. Jadi hipnoterapi adalah aplikasi hipnotis
untuk terapi pengobatan. (Syaputra MD ., 2008)

2.1.2 Sejarah Hypnotherapy


Penggunaan hipnotis sudah ada sebelum sejarah itu sendiri tercatat, sejak awal
mula peradaban manusia. Tentu saja waktu itu hipnotis belum dikenal dengan nama
“hipnotis”. Hipnotis pada masa dulu dipraktekkan dalam ritual agama maupun ritual
penyembuhan. Catatan sejarah tertua tentang hipnotis yang diketahui saat ini berasal
dari Ebers Papyrus yang menjelaskan teori dan praktek pengobatan bangsa Mesir
Kuno pada tahun 1552 SM. Hipnosis telah dipraktekkan di tempat yang berbeda
dengan berbagai istilah sejak dahulu. Sejarah hipnosis modern dimulai pada abad ke
18. ( Kroger, 2007).
1. Franz Anton Mesmer (1734-1815)
Mesmer dinobatkan sebagai bapak hipnotisme modern. Dia seorang dokter
dari Wina yang pertama kali mengembangkan metoda penyembuhan dengan
hipnotis secara ilmiah. Mesmer mengembangkan teori yang disebut dengan ”teori
animal magnetism” yaitu adanya pengaruh medan magnet bumi terhadap tubuh
manusia. Di dalam tubuh setiap manusia terdapat cairan universal yang berfungsi
untuk menjaga keseimbangan tubuh. Jika cairan dalam tubuh ini kurang banyak,
tidak mengalir dengan lancar atau tersumbat, maka akan menyebabkan seseorang
menjadi tidak sehat secara mental dan fisik. Timbulnya suatu penyakit dapat
dikarenakan adanya ketidak seimbangan komposisi magnet pada tubuhnya.
Mesmer terus melakukan penyembuhan dan eksperimental-nya terhadap pasien-
pasiennya yaitu dengan merangsang tubuh pasien tersebut dengan cara
menempelkan lempengan-lempengan magnet ke beberapa bagian tubuh yang
dianggap membutuhkan kekuatan magnet, hingga seiring dengan perkembangan
waktu, Mesmer melakukan penyembuhannya tanpa menempelkan lempengan
magnetnya, melainkan melalui perantara tubuh Mesmer sendiri yang diyakini
memiliki daya magnetis/kekuatan magnet. Sejak penyembuhan ala Mesmer Inilah
metode Hypnosis mulai diteliti dan menjadi bahan perdebatan dari berbagai
ilmuwan barat. Inilah cikal bakal Metode Hypnosis dijadikan sebagai sebuah
keilmuan yang dapat dirasakan manfaatnya secara klinis hingga sekarang..
( Kroger, 2007)
2. Marquis de Puysegur (1751-1825)
Seorang dokter dari Paris dan salah seorang dari murid Mesmer.
Pertama kali memperlihatkan efek “Sugesti Post Hipnotik” dengan menggunakan
“Pohon Puysegur”nya yang terkenal, dimana orang yang memegang pohon
tersebut akan menjadi histeris, lupa ingatan atau tangannya akan menempel di
pohon dan tidak bisa dilepaskan, dia juga pertama kali menggunakan istilah
somnambulisme untuk kondisi trance yang dalam, dan istilah tersebut masih
dipakai hingga sekarang. ( Kroger, 2007)
3. John Elliotson (1791-1868)
John Elliotson adalah seorang dokter dari Inggeris, juga menggunakan
hipnotis dalam praktek nya untuk menyembuhkan sakit gila, epilepsi, gagap,
rematik, sakit kepala dan untuk operasi tanpa obat bius. ( Kroger, 2007).
4. James Braid (1795-1860)
Seorang dokter bedah dari Inggeris. Dalam bukunya “Neuro Hypnotism”
untuk pertama kalinya James Braid memakai kata Hypnosis yang diambil dari
bahasa Yunani “Hypnos = Dewa Tidur”, karena James Braid berpendapat bahwa
kondisi dalam hipnotis itu sama dengan tidur syaraf. James Braid juga adalah
orang yang pertama kali menggunakan teknik induksi dengan fiksasi mata dimana
pasien diminta untuk melihat dan konsentrasi pada sebuah bandul yang diayunkan
didepan pasien, pada waktu itu induksi dengan fiksasi mata masih membutuhkan
waktu ½ jam dan bahkan lebih. ( Kroger, 2007)
5. James Esdaile (1808-1859)
Seorang dokter bedah Irlandia yang bertugas di India dan merupakan dokter
yang paling banyak melakukan bedah tanpa obat bius dalam sejarah hipnotis,
dengan menggunakan hypnosis, Esdaile melakukan 1000 operasi tanpa obat bius,
300 diantaranya bedah mayor (membuka perut) dan 19 amputasi, sebelum izin
prakteknya dicabut oleh “Medical Association of England”. Pada saat itu
chloroform dan obat bius lain masih belum ditemukan, sehingga tingkat kematian
pasien dalam operasi sangat tinggi, yaitu hampir 50% dari pasien meninggal
dalam operasi karena shock dan rasa takut, dan dengan hypnosis dr. James
Esdaile mampu menekan tingkat kematian pasien operasi hingga 5 – 7 % dan
sebagai penghargaan atas jasanya, level trance yang paling dalam dimana bisa
dilakukan operasi tanpa obat bius di sebut juga Esdaile State. ( Kroger, 2007)
6. Pierre Janet (1859-1947)
Seorang Psikolog dan Psikoterapis dari Perancis. Menurut Janet, hipnotis
adalah sebuah proses disosiasi atau pemecahan/pemisahan kesadaran dari pikiran
dan perasaan. Sampai saat ini teknik pemecahan kesadaran dan pikiran tersebut
masih tetap digunakan dalam hipnoterapi, terutama untuk menangani kasus fobia
dan trauma. ( Kroger, 2007)
7. Jean Martin Charcot (1825-1893)
Seorang dokter saraf di Paris mengemukakan teori bahwa hipnotis adalah
akibat kerentanan secara psikis, dan menurutnya perempuan itu lebih rentan
terhadap hipnotis dari pada pria. ( Kroger, 2007)
8. Hippolyte Bernheim (1837-1919)
Seorang profesor ilmu penyakit dalam yang membantah teori Charcot bahwa
hipnosis itu terjadi karena kerentanan secara psikis dari seseorang. Menurutnya
hipnotis bisa terjadi karena tingkat sugestibilitas seseorang (suyet bisa terhipnotis
karena bereaksi terhadap sugesti dari juru hipnotisnya). ( Kroger, 2007)
9. Sigmund Freud (1856-1939)
Seorang dokter saraf dari Wina yang merupakan pelopor dari teori
psikoanalisa yang masih dipakai saat ini. Belajar dari Charcot dan Bernheim,
Freud mulai menggunakan hipnotis dalam prakteknya meskipun tidak mengerti
cara kerjanya secara mendalam. Tapi semenjak kejadian abreaksi dimana seorang
pasien terbangun dan mencekiknya, Freud meninggalkan hipnotis sebagai salah
satu metoda psikoterapi. Akibatnya perkembangan hipnotis mengalami
kemunduran sejak saat itu. ( Kroger, 2007)
10. Milton Erickson (1902-1984)
Seorang dokter dan psikiater dari Amerika dan merupakan pelopor hipnoterapi
klinis modern. Berbeda dengan pendapat pendahulunya, Milton Erickson
menyatakan bahwa kemampuan dihipnotis seseorang adalah sebuah keterampilan
yang bisa dilatih, oleh karena itu semua orang bisa dihipnotis. Faktor terpenting
yang menentukan bisa tidaknya seseorang dihipnotis bukanlah bakat
hipnotis/tingkat sugestibilitas, akan tetapi kualitas hubungan dan tingkat
kepercayaan yang timbul antara Juru Hipnotis dan sang pasien. Milton Erickson
adalah orang pertama yang mengembangkan teknik hipnoterapi yang lebih
permisif dengan menggunakan pola bahasa hipnotis, analogi dan metafora. Dan
teknik permisif ini disebut dengan “Ericksonian Hypnosis” dan terkadang disebut
juga “Conversational Hypnosis” ( Kroger, 2007).

11. Dave Elman (1900-1967)


Dia mengembangkan teknik menghipnotis cepat yang dikenal dengan “Dave
Elman Induction”. Dengan teknik Induksi Elman ini, seorang suyet bisa
dibimbing untuk mencapai trance yang sangat dalam (somnambulisme) hanya
dalam waktu kurang dari 4 menit, dan hal ini membuka pintu bagi aplikasi
hypnosis dalam dunia medis, terutama untuk mengatasi rasa nyeri pada pasien.
Coma State adalah kondisi trance yang sangat dalam, dimana sudah terjadi
anestesi secara alami sehingga Coma State banyak digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri yang tidak spesifik (Intractable Pain) pada pasien
kanker dan juga pada pembedahan tanpa obat bius. Sesudah Dave Elman, masih
banyak lagi tokoh tokoh yang berperan dalam perkembangan hipnotis aliran barat,
beberapa diantaranya adalah Ormond McGill yang diberi julukan “The Dean of
Modern Stage Hypnosis” , kemudian Richard Bandler dan John Grinder. ( Kroger,
2007)
12. Richard Bandler dan John Grinder (1970)
Pada tahun 1970an, muncul sebuah lonjakan besar di area pengembangan diri.
Richard Bandler, seorang ahli komputer, dan John Grinder, profesor bahasa,
bekerjasama mempelajari dan mengembangkan metode-metode yang terdapat
dibalik aksi hipnotisme dan terapi Erickson. Berkat kerja keras mereka, lahirkan
gerakan terapi baru bernama Neuro-Linguistic Programming. NLP memanfaatkan
prinsip waking hypnosis untuk menciptakan efek tranformasi dalam waktu yang
sangat cepat dibandingkan hipnosis modern, apalagi hipnosis klasik. Seperti
halnya dengan Hipnotis, sekarang NLP juga dipakai untuk motivasi,
pengembangan diri, bisnis, olah raga, pendidikan dll. ( Kroger, 2007). NLP diambil
dari kata “Neuro” yang mengacu pada otak, dan “Linguistic” yang mengacu pada
Bahasa. Programming artinya pemasangan sebuah Rencana atau Prosedur. NLP
adalah studi tentang bagaimana bahasa, baik lisan maupun nonlisan,
mempengaruhi sistem syaraf kita. Kemampuan kita untuk melakukan apapun
dalam kehidupan ini adalah didasarkan kepada kemampuan untuk mengarahkan
sistem syaraf kita sendiri. Mereka yang mampu menghasilkan hasil luar biasa
melakukannya dengan menghasilkan komunikasi yang spesifik kepada dan lewat
sistim syarafnya. NLP mempelajari bagaimana orang berkomunikasi dengan diri
sendiri dengan cara-cara yang menghasilkan kondisi-kondisi banyak akal yang
optimal dan oleh karenanya menciptakan jumlah pilihan perilaku
terbanyak.( Ellias., 2009)
Setelah mengalami berbagai pasang surut dan penolakkan selama berabad
abad lamanya oleh kalangan ilmuwan dan kedokteran, akhirnya hipnotis diakui
sebagai salah satu alat terapeutik yang sah oleh BMA (British Medical Association)
pada tahun 1955, oleh AMA (American Medical Association) pada tahun 1958,
oleh APA (American Psychological Association) pada tahun 1960 dan sampai
sekarang profesi sebagai seorang Hipnoterapis diluar negeri diakui sebagai sebuah
profesi sah menurut undang undang. (Elias.,2009)
2.2 Teori Hipnosis
2.2.1 Teori yang mendasari fenomena hypnosis
Telah banyak penulis yang mencoba memberi keterangan mengenai fenomena
hipnosis dan banyak sekali teori yang diungkapkan. Teori-teori yang diajukan antara
lain: : Teori immobilisasi, teori hipnosis sebagai suatu status hysteria, teori yang
didasari perubahan fisiologis serebral, teori hipnosis sebagai suatu proses menuju
tidur yang dikondisikan, teori aktifitas dan inhibisi ideomotor, teori disosial, teori
memainkan peran (Role-Playing), teori regresi, teori hipersugestibilitas
(hypersuggestibility), teori psikosomatik.
Secara umum teori-teori mengenai hipnosis tersebut dibagi dalam 2 kategori
besar, yaitu :
1. Teori berdasarkan neuropsiko-fisiologis yang menerangkan hipnosis sebagai suatu
keadaan dimana kondisi otak berubah dan oleh karena itu faal otakpun juga
berubah. Teori berdasarkan psikologis yang memandang sebagai hubungan antar
manusia yang khas (termasuk teori sugesti, disosiasi, psikoanalitik, psychic
relative exclusion dan lain-lain). (Kaplan & Sadock, 2004).
2. Teori psikofisiologis. Beberapa peneliti menerapkan formasi retikulare,
hipokampus, dan struktur subkortikal yang memerantarai komunikasi. Hingga
teori teori yang lain termasuk inhibisi sel ganglion otak, eksitasi dan inhibisi dari
neuron-neuron, fokus eksitasi sentral yang mengelilingi area non eksitasi, anemia
serebral, pergeseran energi saraf dari sistem saraf pusat menuju sistem vasomotor,
perlambatan vasomotor mengakibatkan anemia lobus frontal “synaptic ablation”
dimana impuls-impuls saraf langsung masuk ke dalam sejumlah canel-canel yang
lebih kecil (perhatian selektif) juga dipertimbangkan.

Data psichofisiologik menggagalkan substasi dari teori-teori ini. Terutama


pendapat bahwa anemia dari otak atau sebuah pergeseran dari jumlah impuls-impuls
saraf untuk hipnosis. Jika hipnotis adalah karena sebuah pergeseran dari satu
kelompok fungsi saraf, apa yang memproduksinya? Jika ini adalah karena anemia
maka orang-orang yang menderita anemia sebaiknya siap sedia untuk dihipnotis.
Akhirnya jika aliran darah serebral diturunkan selama hipnosis, tak sadarkan diri;
maka somnambulisme sebaiknya dihasilkan. Banyak formulasi yang bersifat
spekulasi menyatakan bahwa hipnosis adalah dikarenakan factor-faktor
psikofisiologis. Kekuatan area psikokinetik dan area sekitar elektromagnetik.

Pavlov percaya bahwa hipnosis adalah keadaan“ setengah tidur ” Dalam


klasifikasinya stimulus-stimulus itu berefek langsung “sense organs constitute” pada
sistem sinyal primer baik pada hewan maupun manusia. Simbol-simbol atau kata-kata
memiliki sistem sinyal sekunder dan karakteristik tersendiri untuk manusia. Mereka
mengupayakan efek kondisi mereka melalui sistem sinyal primer. Sehingga kata-kata
bertindak sebagai stimulus kondisi yang mungkin bisa menghasilkan reaksi fisiologis.
Sebuah kata (tanda atau isarat) menjadi stimulus untuk reflek-reflek kondisi yang
menjadi involunter untuk kehidupan. Pavlov mengobservasi bahwa bermacam-macam
variasi gradasi dari hipnosis membedakan secara kuat fisiologi dari status kondisi
bangun dan bahwa fluktuasi alami dari hipnosis tergantung variasi yang tidak
signifikan dari stimulus lingkungan. Dia mengisaratkan propeticaly bahwa
mekanisme lower brain stem dimasuki dalam kondisi hipnosis. Beberapa penelitian
modern melanjutkan untuk menerangkan teori Pavlov, namun demikian kebanyakan
ahli tidak percaya bahwa ada kesamaan antara tidur dan hipnosis, jikalaupun ada itu
akan menjadi lebih baik untuk memulai sebuah prosedur induksi dengan orang yang
sedang tidur. Namun demikian beberapa peneliti mampu untuk mengubah tidur
dangkal menjadi kondisi hipnosis. Ini tidak membuktikan bahwa keduanya adalah
identik. Hipnosis adalah bukan kondisi perubahan antara tidur dan bangun, data
eksperimental menunjukkan perubahan yang cepat pada reflek dan respon motor
selama tidur. Selama tidur dalam kondisi, reflek atau respon fisiologi diberikan
sebuah stimulus berulang-ulang. (Kroger, 2007)

1. Teori imobilisasi. Hypnosis suatu waktu mungkin diperlukan oleh manusia


sebagai mekanisme pertahanan perlindungan menghadapi ketakutan atau bahaya.
Teori ini berdasarkan pada pengamatan Pavlov bahwa satu-satunya kesempatan
seekor hewan bertahan hidup adalah untuk tetap imobile (tidak bergerak) agar
terlepas dari pengamatan. (Kroger, 2007). Walaupun diinduksi berbeda-beda pd
hewan, RI (Reaksi imobilisasi) ditimbulkan terutama oleh faktor fisik dan insting.
Pada manusia diakibatkan dari interaksi faktor-faktor ini dengan pengalaman arti
dari simbul dan kata-kata. Dan lagi hipnosis manusia dan hewan tidak mirip,
induksi berulang pada hewan dengan penurunan kerentanan hipnotik, sedangkan
pada manusia meningkatkannya. (Kroger, 2007).
Pada umumnya stimulus sekuat apapun seperti ketakutan, menyebabkan
hewan dan manusia tertentu ”membeku”. Konsep ini berlanjut pada teori hipnosis
“pingsan-mati”. Akan tetapi teori ini tidak menjelaskan bagaimana hipnosis terjadi
pd manusia. Bersamaan itu , hipnosis dijelaskan sebagai ” suatu keadaan kesiapan
tindakan emosi yang makin bertambah menghubungkan ke bawah pada pengaruh
kortek sbg satu filogeni keatas, namun demikian secara konsisten muncul pada
organisme hewan dlm berbagai bentuk. (Kroger, 2007)
2. Hipnosis sbg suatu status hysteria. Pada suatu waktu, hipnosis dianggap sebagai
suatu gejala histeria; hanya individu histeris yg diyakini dapat dihipnotis.
Kesimpulan ini diambil oleh Charcot dg dasar hanya beberapa kasus dalam
keadaan patologis. Hipotesis seperti ini untenable (tak dapat dipertahankan),
seberapa besar kerentanan terhadap hipnosis adalah tidak patognomonik pada
neurosis : individu normal, nyatanya, dengan mudah dihipnotis. Walaupun orang
histeri lebih mudah disugesti dari pada individu normal, tidak perlu untuk
mengikuti bahwa peningkatan sugestibilitas adalah tanda histeria. (Kroger, 2007)
3. Teori tidur yang dikondisikan. Teori Keadaan Alfa dan Theta. Melalui data yang
dikumpulkan dari Electroencephalography (EEG), diidentifikasikan dari impuls
elektrik yang dipancarkan oleh otak ada empat macam frekuensi pola gelombang
otak yang pokok. Keadaan Beta (waspada/bekerja) didefinisikan sebagai 14-32
putaran per detik / cycles per second (CPS), keadaan Alfa (santai/relax) sebagai 7-
14 CPS, keadaan Theta (mengantuk) sebagai 4-7 CPS, dan keadaan Delta
(tidur/bermimpi/tidur pulas) kira-kira 3-5 CPS. (Kroger, 2007).
Satu definisi fisiologis dari keadaan hipnotis adalah bahwa tingkat gelombang
otak yang diperlukan untuk mengatasi masalah seperti berhenti merokok,
penanganan masalah berat badan, pengurangan fobia, peningkatan kemampuan
olah raga, dll adalah keadaan alfa. Keadaan alfa pada umumnya diasosiasikan
dengan menutup mata, relaksasi, dan melamun. (Kroger.,2007)
Definisi fisiologis lain menyebutkan bahwa keadaan theta diperlukan untuk
perubahan therapeutic (berhubungan dengan pengobatan). Keadaan theta
dikaitkan dengan hipnosis untuk pembedahan, hipnoanestesia (penggunaan
hipnotis untuk mematirasakan rasa sakit), dan hipnoanalgesia (penggunaan
hipnotis untuk mengurangi kepekaan terhadap rasa sakit), di mana pembedahan
lebih siap dilakukan dalam keadaan theta dan delta. Obat bius (anestetik), zat
penenang (sedatif) dan hipnotis mengacaukan keselarasan syaraf, yang dianggap
mendasari terjadinya gelombang theta, baik pada manusia maupun binatang.
(Kroger.,2007)
4. Teori Inhibisi dan aktivitas ideomotor. Hal itu dianggap oleh beberapa penulis
bahwa efek sugestibilitas adalah hasil dari inhibisi dan tindakan ideomotor, dan
sugestibilitas hanya sebuah pengalaman dari imaginasi yang diaktualisasikan
hingga aktivitas ideomotor. Meskipun teori ini memperkirakan/menjelaskan,
kepada sebuah tingkat, untuk reaksi fisik dan sama tinggi untuk beberapa reaksi
fisiologis mencatat selama hipnosis, itu gagal untuk menjelaskan reaksi fisiologis
yang rumit yang timbul selama hipnosis. (Kroger.,2007)
5. Teori Neodisosiasi dan disosiasi. Selama beberapa tahun diduga bahwa seseorang
yang dihipnotis berada dalam kondisi disosiasi, area-area tertentu dari perilaku
terbelah dari aliran utama kesadaran, oleh karena itu hipnosis menghapus control
kehendak dan sebagai hasilnya seseorang merespon hanya dengan perilaku
otonomik pada tingkat reflek. Jika teori disosiasi adalah valid, maka amnesia
dapat dihilangkan oleh sugesti dari pelaksana. Selain itu amnesia akan selalu
terjadi secara spontan. Hipnosis telah dijelaskan sebagai disosiasi kesadaran dari
sebagian besar sensori meski dengan tegas peristiwa yang berhubungan dengan
saraf disimpan. Sementara ini sebagian besar, itu tidak membantu kita untuk
memahami jenis sesungguhnya dari hipnosis. Golongan disosiasi tidak hanya
hipnosis tetapi juga banyak kondisi siaga/waspada lain dari kesadaran seperti
mimpi-mimpi, kondisi hipnagogik, “highway hypnosis’, kondisi melamun,
pemisahan atau depersonalisasi dilihat pada beberapa tipe pemujaan agama/ ritual
agama dan banyak fenomena mental lainnya. (Kroger.,2007)
6. Teori Disosiasi. Teori lama ini tidak mempunyai nama baik lagi/ jatuh ke dalam
lembah kehinaan/ketika diperagakan lebih sering sebagai ganti dari amnesia atau
disosiasi, disana ada hyperacuity dan pengaturan yang lebih baik dari seluruh
makna selama hipnosis. Oleh karena itu, meskipun beberapa tingkat dari disosiasi
terjadi ketika amnesia muncul, itu bukan berarti indikasi bahwa disosiasi
menghasilkan hipnosis atau serupa untuknya. Hilgard menemukan teori disosiasi
Janet menarik, dan menerima sebagai dalil teori neodisosiasi. Meskipun teori ini
tidak diselesaikan, hilgard menunjukkan bahwa kontrol ego normal adalah
memperhatikan kebutuhan kami, .memperbolehkan perilaku yang dapat diterima
masyarakat dan pilihan yang masuk akal. Namun demikian dia mencatat bahwa
proses lain dibawa di sisi luar kontrol normal dimana pada saatnya dapat berfungsi
simultan dengan mereka. (Kroger.,2007)
7. Teori memainkan peran. Teori ini beranggapan bahwa individu yang dihipnotis
memainkan peran dan membiarkan penghipnotis menciptakan realitas untuk
mereka. Umumnya, selama proses hipnotis orang menjadi lebih reseptif (mudah
menerima) sugesti, menyebabkan mereka berubah dalam cara merasakan, berpikir,
dan berperilaku. Beberapa psikolog seperti Robert Baker mengklaim bahwa apa
yang kita sebut dengan hipnotis sebenarnya adalah bentuk dari perilaku sosial
yang dipelajari. Sementara psikolog seperti Sarbin dan Spanos beranggapan
bahwa subjek bermain peran dengan pengharapan sosial yang kuat, subjek
percaya bahwa mereka dalam keadaan terhipnotis, kemudian mereka berperilaku
dengan cara yang mereka bayangkan bagaimana seorang yang dihipnotis akan
berperilaku. (Kroger.,2007)
8. Teori regresi. Konsep psikoanalisis. Sebuah tiruan diantara psikoanalisis dan teori
fisiologi Pavlov dicoba oleh Kubic dan Margolin. Peneliti-peneliti ini merasa
bahwa subyek menuju sebuah regresi infantile dengan hipnosis penuh berisi
sebuah peran permainan dahulu oleh orangtua. Gill dan Brenman beranggapan
bahwa “hipnosis adalah sebuah regresi pelayanan dari ego, transferensi (sebuah
transfer/pemindahan oleh pasien kepada pelaksana dari perasaan emosi terhadap
orang lain) adalah sebuah elemen penting dari hipnosis. Untuk Kubic, ini hanya
sebuah fenomena sekunder yang boleh ada atau boleh tidak ada. Baginya tidak
ada seting psikofisiologis khusus yang merupakan penyimpanana proses hipnosis.
Kubic percaya motivasi lebih bermakna daripada konsep regresi dalam memahami
respon hipnosis. Hodge menekankan konsep kontraktual dari hipnosis. Sebagai
sebuah ilustrasi dari konsep ketidakpatuhan yang lebih besar, . (Kroger.,2007)
2.2.2 Aktivitas, sistim dan cara kerja pikiran manusia
1. Aktivitas pikiran manusia
Jaringan otak manusia hidup menghasilkan gelombang listrik yang
berfluktuasi yang disebut brainwave atau gelombang otak. Dalam satu waktu, otak
manusia menghasilkan berbagai gelombang otak secara bersamaan. Empat
gelombang otak yang diproduksi oleh umumnya otak manusia yaitu beta, alpha,
tetha, delta. Akan tetapi selalu ada jenis gelombang otak yang paling dominan,
yang menandakan aktivitas otak saat itu. Gelombang otak menandakan aktifitas
pikiran seseorang. (Rusli SI, Wijaya JA.,2009). Studi ini dikembangkan oleh Ned
Herrmann yang mempelajari aktifitas otak manusia sehari hari. Otak adalah organ
tubuh bersifat elektrokimia yang dispekulasi dapat menghasilkan energi listrik
sebesar 10 watt. Sejumlah peneliti terdahulu pernah mengkalkulasi jika seluruh 10
milyar sel syaraf manusia bisa disambung menjadi satu, maka elektroda pengukur
akan mencatat angka seperlimajuta hingga seperlimapuluhjuta volt. Atas dasar
penelitian-penelitian tersebutlah didapatkan informasi bahwa gelombang listrik
pada otak manusia juga memiliki pembagian kategori fungsi.(Gunawan
AW.,2008). Gelombang otak diukur dengan alat yang dinamakan Electro
Encephalograph (EEG) yang ditemukan pada tahun 1929 oleh psikiater Jerman,
Hans Berger.
Sampai saat ini EEG adalah alat yang sering diandalkan para peneliti yang
ingin mengetahui aktivitas pikiran seseorang.
a) Beta adalah kondisi pikiran pada saat seseorang sangat aktif dan waspada.
Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang tengah beraktivitas normal.
Beta digunakan untuk berpikir, proses kreatif, berinteraksi dan menjalani
kehidupan sehari-hari. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 14–24 Cps
(diukur dengan perangkat EEG) .(Gunawan AW.,2008)
b) Alpha adalah kondisi pikiran yang rileks dan santai, ketika seseorang tengah
fokus pada suatu hal (belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton
televisi), berdoa, meditasi, atau pada saat seseorang dalam kondisi relaksasi.
Manfaat utama alfa adalah sebagai jembatan penghubung pikiran sadar dan
pikiran bawah sadar. Memungkinkan seseorang mengingat mimpi saat
terbangun. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 7–14 Cps. .(Gunawan
AW.,2008)
c) Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga seakan-akan
yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini seperti halnya pada saat
seseorang melakukan meditasi yang sangat dalam. Theta muncul saat kita
bermimpi, atau kondisi REM (Rapid Eye Movement). Semua pengalaman
meditasi seperti keheningan, puncak kebahagiaan dapat dirasakan. Saat ingin
mengobati dan menyembuhkan tubuh atau pikiran, harus masuk ke theta.
Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 3.5 – 7 Cps. (Gunawan AW.,2008)
d) Delta adalah kondisi tidur normal (tanpa mimpi). Frekwensi pikiran pada
kondisi ini sekitar 0,5 – 3,5 Cps. .(Gunawan AW.,2008)
2. Cara kerja hipnosis.
Kondisi hipnosis sebenarnya identik dengan gelombang otak alfa dan
theta. Saat seseorang berada dalam kondisi trance maka kisaran gelombang
otaknya pasti berada di antara alfa dan theta. Yang sangat menarik, bahwa kondisi
Beta, Alpha, dan Theta, merupakan kondisi umum yang berlangsung secara
bergantian dalam diri kita. Suatu saat kita di kondisi Beta, kemudian sekian detik
kita berpindah ke Alpha, sekian detik berpindah ke Theta, dan kembali lagi ke
Beta, dan seterusnya. (Ellias.,2009). Pada saat setiap orang menuju proses tidur
alami, maka yang terjadi adalah gelombang pikiran ini secara perlahan-lahan akan
menurun mulai dari Beta, Alpha, Theta, kemudian Delta dimana kita benar-benar
mulai tertidur. Perpindahan wilayah ini tidak berlangsung dengan cepat, sehingga
sebetulnya walaupun seakan-akan seseorang sudah tampak tertidur, mungkin saja
ia masih berada di wilayah Theta. Pada wilayah Theta seseorang akan merasa
tertidur, suara-suara luar tidak dapat didengarkan dengan baik, tetapi justru suara-
suara ini didengar dengan sangat baik oleh pikiran bawah sadarnya, dan
cenderung menjadi nilai yang permanen, karena tidak disadari oleh “pikiran sadar”
yang bersangkuta (Ellias.,2009).
3. Sistim pikiran manusia
Sekalipun otak manusia adalah organ fisik yang sangat kompleks, para ilmuan
bisa menemukan setidaknya ada tiga jenis system yang bekerja dan saling bekerja
sama di dalamnya.
a. Conscious Mind (CM, alam sadar)
Adalah bagian yang bersifat logika dan analitis. Ia berfungsi untuk
mencari alasan-alasan mengapa ingin melakukan sesuatu, serta berurusan
dengan fungsi memori sementara. Secara singkat, CM adalah sistem yang
dipakai jika sedang berpikir apapun, misalnya ketika memilih menu makan
siang, mencari solusi ujian, mengatur jadwal penyelesaian tugas kantor, dsb.
Karena CM sifatnya terfokus dan memiliki kapasitas yang terbatas,
maka umumnya hanya bisa berpikir satu dua hal saja secara sekaligus, dan
maksimumnya adalah tujuh buah ide bersamaan. . (Kahija YF, 2007).
b. Subconscious Mind (SM, alam bawah sadar)
Bertanggung jawab terhadap penyimpanan memori jangka panjang dan
pengekspresian emosi. Sistem SM sama sekali tidak memiliki keterbatasan
kapasitas. Ia menyimpan segala sesuatu dengan baik, tanpa memilah-milah arti
maupun nilai moralnya. Bagian ini tidak akan berpikir atau menganalisa,
melainkan sekedar bereaksi sesuai apa yang sudah diprogramkan. Program-
program tersebut bisa berbentuk pengalaman, kepercayaan, dan ide-ide apapun
yang dipelajari di sepanjang hidup ini. Dalam hipnosis, bagian inilah yang
diakses dan diajak untuk berdialog. SM adalah pusat database dari seluruh
kehidupan. Jika pintu SM telah dibuka lewat proses hipnosis, maka orang
tersebut dapat memperbaiki bagian memori yang terluka, membuang memori
buruk, dan menanam sugesti baru yang lebih berguna bagi hidup. Misalnya,
ketika seseorang yang pernah dilukai secara emosional ketika usia kecil, ada
kemungkinan SM akan berusaha melindunginya agar tidak terluka lagi.
Caranya adalah dengan membuat orang itu sulit untuk merasakan sayang
kepada orang lain, atau bisa juga malah menjadi sangat paranoid. Untuk bisa
menyembuhkan hal tersebut, tidak bisa sekedar diberi nasihat saja (alias
menggunakan logika CM). Orang tersebut harus mengunjungi SM-nya dan
melakukan perawatan yang diperlukan di sana, barulah secara otomatis ia bisa
mulai menikmati rasa sayang ataupun kehilangan kebiasaan paranoidnya tanpa
perlu dinasihati. (Kahija YF, 2007).
c. Unconscious Mind (UM, alam tidak sadar)
Merupakan sistem yang mengontrol fungsi tubuh yang sama sekali
berada diluar kendali kita, seperti pernafasan, kekebalan tubuh, kedipan mata,
detak jantung, pencernaan lambung, dsb. (Kahija YF, 2007).
4. Cara Kerja pikiran manusia
Ada dua jenis pikiran yang merupakan satu kesatuan yaitu pikiran sadar dan
pikiran bawah sadar yang saling berkomunikasi dan bekerja sama dalam waktu
bersamaan secara paralel. (Gunawan AW., 2005).
Pikiran sadar mempunyai empat fungsi utama :
a. Identifikasi : Mengidentifikasi informasi yang diterima melalui panca indera
penglihatan, pendengaran, penciuman pengecap, dan sentuhan atau perasaan
b. Membandingkan : Informasi yang masuk dibandingkan dengan data base
(referensi, pengalaman, dll) yang tersimpan di dalam pikiran bawah sadar.
c. Analisa : Memeriksa informasi yang masuk dengan membagi informasi itu
menjadi komponen yang lebih kecil agar dapat diperiksa dengan seksama
d. Memutuskan : Memutuskan respon atau tindakan yang akan diambil terhadap
informasi yang telah masuk.
Pikiran sadar terletak dibagian kortek otak yang mulai aktif pada usia 3 tahun.
Fungsinya untuk berpikir atau logika sekitar 12% dari kemampuan otak manusia.
Ketika pikiran sadar terbentuk dan berkembang, terciptalah suatu pintu pembatas
antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pintu pembatas ini terbuka bila
pikiran sadar dibuat sibuk, fokus memperhatikan sesuatu, larut dalam suatu cerita,
atau menggunakan hipnosis. (Prihatanto, 2009)
Pikiran bawah sadar sekitar 88% terletak di medulla oblongata yang
terbentuk sejak dalam kandungan. Sejak lahir hingga usia 3 tahun, apapun yang
terjadi di sekitar kita positif, negatif, gambar, tindakan, kata-kata, nada, frekwensi
suara akan langsung diserap dan masuk ke pikiran bawah sadar. Pengalaman yang
paling berkesan yang mempunyai komponen emosi tinggi atau intens akan
menjadi informasi yang terekam sangat kuat dalam pikiran bawah sadar.
Kebanyakan orang terprogram dengan kombinasi emosi positif dan negatif.
Emosi negatif membawa akibat buruk saat dewasa karena emosi ini akan selalu
menghantui dan mempengaruhi perilakunya. Misalnya trauma masa kecil dengan
perceraian orang tua, perasaan sebagai orang yang gagal, merasa tidak berharga.
Emosi negatif dapat dihilangkan dengan bantuan hipnoterapi atau prosedur terapi
bawah sadar. Emosi positif, jika terprogram di pikiran bawah sadar akan
membuat orang lebih menikmati hidup, percaya diri, mudah mencapai sukses.
(Gunawan AW ., 2005)
Pikiran bawah sadar menyimpan hal-hal berikut :
a. Kebiasaan (baik, buruk, reflek)
b. Emosi. Bagaimana perasaan kita terhadap hal-hal tertentu, terhadap orang
lain.
c. Memori jangka panjang. Tempat menyimpan informasi yang bersifat
permanen. Ada memori yang tidak dapat diingat dalam kondisi sadar, namun
dapat dimunculkan dengan bantuan hipnosis.\
d. Kepribadian
e. Intuisi. Perasaan mengetahui sesuatu secara instingtif, berhubungan dengan
spiritual
f. Kreativitas. Kemampuan mengubah visi, pemikiran, impian menjadi
kenyataan.
g. Persepsi. Bagaimana kita melihat dunia menurut kaca mata kita
h. Belief dan value. Belief adalah segala sesuatu yang kita yakini sebagai hal
yang benar. Value atau nilai adalah segala sesuatu yang kita pandang sebagai
hal yang penting.

Pikiran sadar dan bawah sadar berkomunikasi satu dengan yang lain dengan
atau tanpa kita sadari. Pikiran sadar mengirimkan berita ke pikiran bawah sadar untuk
melakukan sesuatu, begitu pikiran sadar berpikir maka otot-otot yang sesuai segera
bergerak menjalankan perintah tersebut yang dikendalikan pikiran bawah sadar, hal
tersebut terjadi oleh karena hasil latihan sejak kecil. (IBH.,2002). Pikiran bawah
sadar tidak selalu sejalan dengan pikiran sadar. Kadang kadang pikiran bawah sadar
sudah memiliki program sendiri , emosi, kebiasaan, kepercayaan, yang sudah
tertanam sebelumnya. Ternyata pikiran bawah sadar mempengaruhi sikap dan
perilaku manusia dibandingkan pikiran sadar. (IBH.,2002)

Pikiran manusia terdiri dari program-program yang diinstall ke dalamnya,


dimana pemrograman ini dimulai sejak masa kanak-kanak khususnya lima tahun
pertama sehingga cukup berpengaruh dalam kehidupan seseorang di masa-masa
berikutnya. Oleh karena itu bisa ditebak bagaimana pengaruh program positif atau
negatif yang sudah terinstall dalam pikiran. Menariknya program-program tersebut
mirip komputer bisa diganti atau diubah dengan program baru. Salah satunya dengan
mengakses bawah sadar melalui hipnosis. Oleh sebab itu hipnosis bisa digunakan
untuk terapi yaitu memrogram ulang pikiran dengan cara mengganti program negatif
menjadi program positif. (Fachry HA., 2008)

5. Reticular activating System


Sejak lahir seseorang telah mulai mendapat program terutama dari orang tua,
apapun yang dialami selama proses pertumbuhan dan perkembangan kita merupakan
proses pemrograman yang tanpa disadari membentuk diri seseorang hingga saat ini.
Semua pengalaman hidup yang berasal dari lingkungan, keluarga, orangtua, sekolah,
guru, televisi, buku, majalah, dll merupakan stimulus eksternal (berasal dari luar)
Stimulus ini diterima oleh kelima panca indera dan masuk ke pikiran sadar yang
kemudian memberikan makna kepada stimulus tersebut. Dari pikiran sadar stimulus
akan masuk ke pikiran bawah sadar melalui filter RAS (Reticular Activating System).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi luasnya filter RAS ini terbuka antara lain
kondisi gelombang otak, pemikiran, dan emosi. Selain itu RAS berfungsi
menentukan apa yang menjadi fokus perhatian, menentukan seberapa besar tingkat
intensitas perhatian, dan berapa lama perhatian itu diberikan. (Gunawan AW.,2005).
Filter RAS berfungsi sebagai pengaman untuk menyaring pikiran dan perilaku baru.
Filter membandingkan informasi baru dengan kepercayaan yang ada dalam pikiran
bawah sadar. Hal itu bertujuan agar pikiran bawah sadar tidak selalu berubah dan
tidak mudah dipengaruhi sugesti dari luar. Ada lima cara untuk bisa melewati filter
RAS masuk ke pikiran bawah sadar yaitu : (Gunawan.,2005)
1. Repetisi : dilakukan secara berulang dan konsisten sehingga masuk di pikiran
bawah sadar.
2. Identifikasi kelompok : Mengikuti kebiasaan kelompok misalnya budaya, cara
makan, bicara,
3. Otoritas : disampaikan oleh seseorang yang memiliki otoritas, pakar, dihormati
dapat dengan mudah diterima pikiran bawah sadar
4. Emosi : kejadian yang diikuti dengan emosi tinggi akan sangat membekas.
5. Hipnosis : menjangkau pikiran bawah sadar dengan tehnik komunikasi yang
mampu melewati pikiran bawah sadar. Hipnosis ini merupakan cara yang paling
cepat dan efektif.
6. Belief Sistem
Belief sistem (kepercayaan) sebagai kunci perubahan hidup. Terutama
dipengaruhi oleh pikiran yang ada dalam diri setiap orang. Dalam melakukan
perubahan hidup belief menentukan cara berpikir, berkomunikasi dan bertindak
seseorang. Belief atau kepercayaan atau cara berpikir mempengaruhi perilaku dan
sikap seseorang yang akhirnya akan menentukan level keberhasilan hidupnya.
Ada dua makna belief atau kepercayaan menurut ensiklopedia Encarta:
1. Penerimaan akan kebenaran sesuatu: penerimaan oleh pikiran bahwa sesuatu
adalah benar ada atau nyata, sering kali didasari perasaan pasti yang bersifat
emosional atau spiritual,
2. Keyakinan bahwa seseorang atau sesuatu bersifat baik atau akan efektif.
Namun secara sederhana belief dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita
yakini benar. Begitu kita meyakini sesuatu sebagai hal yang benar maka akan
sulit mengubah keyakinan itu.
2.2.3 KONSEP DASAR HIPNOSIS
Pikiran bawah sadar manusia menyimpan misteri yang luar biasa. Banyak hal
yang menyangkut manusia bersumber dari berbagai data dan nilai yang tersimpan di
pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar tidak saja terkait dengan perilaku dan
mental, tetapi lebih jauh lagi pikiran bawah sadar dapat merubah metabolisme,
mempercepat penyembuhan, atau bahkan memperburuk suatu kondisi penyakit. (Rusli
SI, Wijaya SA.,2009).
1. Subconcious Programming.
Pada hipnosis dikenal istilah Subconcious Programming dimana rangsang
yang diterima seseorang melalui panca indera (visual, auditorik, kinesetik,
gustatorik dan olfaktorik) akan mempengaruhi belief system maupun self image
yang ditentukan oleh kira-kira 12 % produk concious dan 88 % subconscious.
Dengan dasar inilah konsep hipnosis bekerja untuk memberikan nilai-nilai baru
pada seseorang yang akhirnya akan berdampak pada perubahan pola pikir
maupun tindakan seseorang yang telah menjalani proses hipnosis (Rusli.,2009)
2. Proses hipnosis.
Adalah proses untuk merubah kondisi normal state ke kondisi hipnotic state.
Hipnotic State adalah suatu kondisi dimana seseorang cenderung lebih sugestif
sehingga dapat menerima saran-saran yang dapat berubah menjadi nilai-nilai baru.
Dengan mengistirahatkan pikiran sadar (conscious mind) melalui hipnosis,
seseorang dapat diberikan memori, saran, atau sugesti yang dapat memprogram
ulang pikiran bawah sadarnya untuk berbagai tujuan positif. Hipnotic State
bervariasi untuk setiap situasi dan kondisi dari mulai tingkatan sugestif ringan
sampai dengan sugestif ekstrim. Proses hipnosis dilakukan dengan cara merubah
konsentrasi dari fokus eksternal ke fokus internal yang dapat dilakukan sendiri
(Self Hipnosis) atau dengan bantuan orang lain. Mereka yang memiliki kondisi
kejiwaan yang relatif tenang atau terbiasa berkonsentrasi ke internal (meditasi,
doa, dsb) cenderung untuk lebih mudah memasuki Hipnotic State (IBH, 2002).
Termination adalah suatu tahapan untuk mengakhiri proses hipnosis dengan
konsep dasar memberikan sugesti agar subjek tidak mengalami kejutan psikologis
ketika terbangun dari tidur hypnosis, biasanya dengan membangun sugesti yang
positif yang akan membuat tubuh subjek lebih segar dan rileks kemudian diikuti
beberapa regresi selama beberapa detik untuk membawa subjek ke keadaan
normal kembali. (IBH, 2002). Saat proses hypnosis yang terjadi adalah
pengaktifkan sistem saraf parasimpatik sehingga subjek menjadi sangat rileks dan
nyaman. Hal ini sangat bermanfaat dalam melakukan terapi karena subjek akan
tetap rileks, meskipun fobia atau trauma sedang ditangani. (IBH, 2002).

Terdapat dua sistem saraf, yaitu sistem saraf otonom dan sistem saraf
pusat. Sistem saraf otonom mengatur sistem internal, yang biasanya merupakan
gerak yang di luar kendali pikiran sadar. Yang termasuk dalam kendali sistem
saraf otonom, antara lain adalah detak jantung, sistem pencernaan, dan aktivitas
kelenjar. Sistem saraf pusat mengatur respons motorik hingga impresi sensori
melalui otak dan saraf pada tulang belakang. (IBH, 2002). Sistem saraf otonom
terbagi menjadi dua bagian, yang cara kerjanya saling bertolak belakang.

1. Sistem saraf simpatik, yang bertanggung jawab terhadap mobilisasi energi tubuh
untuk kebutuhan yang bersifat darurat. misalnya, jantung berdetak lebih cepat dan
lebih kuat, tekanan darah meningkat, atau pernapasan menjadi lebih cepat. Saat
mengalami ketakutan secara fisik yang terjadi adalah: lutut dan tangan gemetar,
telapak tangan dan wajah berkeringat, jantung berdebar lebih kencang dan keras,
tarikan napas lebih cepat, dan perut terasa tidak enak atau mungkin mual. Semua
itu disebabkan karena sistem saraf simpatik sedang in-action sebagai respons dari
perasaan takut dan tegang.
2. Sistem saraf parasimpatik mengakibatkan detak jantung melambat, tekanan darah
turun, dan respons insting dari kondisi istirahat dan relaksasi. Respons
parasimpatik mengakibatkan seseorang menjadi lebih tenang dan nyaman. Semua
itu bertujuan untuk menghemat energi tubuh. Kedua sistem saraf, simpatik dan
parasimpatik, tidak bisa aktif bersamaan. (IBH, 2002).

2.3 Konsep Emotional Freedom Technic (EFT)


2.3.1 Definisi

Emotional Freedom Technique (EFT) adalah sebuah terapi psikologi praktis


yang dapat menangani banyak penyakit, baik itu penyakit fisik dan penyakit
psikologis (masalah pikiran dan perasaan). Dapat dikatakan EFT adalah versi
psikologi dari terapi akupunktur yang menggunakan jarum.

EFT tidak menggunakan jarum, melainkan dengan menyelaraskan sistem


energi tubuh pada titik-titik meridian di tubuh Anda, dengan cara mengetuk
(tapping) dengan ujung jari. Teknik ini sangat mudah dipelajari dan dapat diterapkan
di mana saja, untuk siapa saja.

Menurut teori ilmu EFT, penyebab segala macam emosi negatif adalah
terganggunya sistim energi tubuh. Dan emosi-emosi negatif yang tak terselesaikan,
menjadi penyebab utama pada hampir semua penyakit fisik kita. Sedangkan praktek-
praktek penyembuhan barat sekarang ini masih mengabaikan fakta bahwa emosi
negatif adalah penyebab dari 85% penyakit fisik. Dan itulah mengapa EFT sering
kali berhasil pada kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dengan terapi atau
pengobatan konvensional.

Gary Craig, sang penemu EFT tidak mengklaim bahwa EFT itu sempurna.
Tetapi pada banyak kasus, EFT bekerja sangat cepat dan dengan hasil spektakuler.
EFT sering kali berhasil menyembuhkan dimana teknik lainnya tidak sanggup.

2.3.1 Sejarah Singkat EFT

Bisa dikatakan, EFT adalah versi emosional dari akupuntur. Bedanya, EFT
tidak mengandalkan tusukan jarum, melainkan hanya ketukan ringan dengan ujung
jari. Teknik penyembuhan timur akupuktur sendiri sudah berumur lebih dari 5000
tahun. Dr. John Diamond menulis tentang hubungan “sistim energi tubuh” dengan
gangguan psikologis. Dari konsep ini dilahirkan cabang baru dari ilmu psychology,
yaitu Energy Psychology.

Dr. Roger Callahan, seseorang yang juga sudah lama mempelajari sistim
energi tubuh menciptakan teknik terapi yang kontroversial yaitu Tought field
Therapy (TFT) atau juga dikenal dengan Callahan Technique.

Pada waktu itu di tahun 1980 Dr. Callahan sedang menangani seorang
bernama Mary yang mengalami sakit kepala berkepanjangan dan mimpi buruk
yang menakutkan karena fobia terhadap air yang sangat parah. Hingga suatu hari,
Dr. Callahan mencoba cara terakhir diluar batas ilmu psikoterapi. Dengan
pengetahuan “sistim energi tubuh” yang didapat, Ia mecoba mengetuk (tapping)
dengan ujung jarinya ke bagian bawah mata. Setelah pulang Mary melaporkan
phobianya hilang dan Ia berani mendekati kolam air dan memercikan air ke
mukanya tanpa rasa takut. Sakit kepalanya hilang demikian juga dengan mimpi
buruknya. Dari situlah Dr. Callahan mengembangkan Tought field Therapy (TFT).

Murid pertama yang belajar teknik TFT pada Dr. Callahan adalah Gary Craig.
Karena tekniknya dirasakan rumit, Gary Craig menyederhanakan TFT menjadi
teknik yang lebih mudah dipelajari tapi tetap efektif. Teknik yang dikembangkan
oleh Gary Craig inilah yang dinamakan Emotional Freedom Technique (EFT).
Gary Craig memperkenalkan teknik ini ke seluruh dunia. Dan pada puncaknya Ia
menawarkan untuk melakukan terapi kepada para veteran perang Vietnam di VA
(Veteran Administration) yang sudah puluhan tahun menderita Post traumatic
Stress Disorder (PTSD). Dalam 6 hari Gary berhasil membebaskan 20 orang
veteran dari penderitaan puluhan tahun karena perang Vietnam.

2.3.3 Prinsip Kerja EFT

EFT merupakan teknik akupuntur versi emosional. Berbeda dengan teknik


akupuntur pada umumnya yang menggunakan jarum, EFT menggunakan tapping
(ketukan ringan) dengan jari di 18 titik meredian tubuh untuk mengatasi hampir
semua hambatan emosi dan fisik. Delapan belas saja? Ya, memang hanya ada 18
titik yang perlu pelajari dalam EFT. Anda tidak perlu mempelajari 300 titik
akupuntur yang menggunakan jarum.

Ketika seseorang mengalami hambatan emosional seperti marah, kecewa,


sedih, cemas, stress, trauma dsb., aliran energi di dalam tubuh yang melalui titik
meredian tubuh akan terganggu. Dan untuk menghilangkan hambatan-hambatan
emosi di atas, kita perlu memperbaiki gangguan aliran di titik meredian dengan cara
mengetukkan jari dengan cara tertentu sesuai teknik EFT.

Untuk melakukan ketukan pada 18 titik meredian tubuh hanya memerlukan 4


prosedur yang sederhana dan mudah diingat, yang dinamakan resep dasar (basic
recipe). Prosedur ini dapat digunakan untuk mengatasi hampir semua masalah emosi
negatif dan fisik. Sangat mudah untuk belajar EFT, anda hanya perlu waktu sekitar 3
jam saja

Berikut ini adalah titik-titik meridian tubuh pada EFT :

1. EB = Eye Brown, pada titik permulaan alis


2. SE = Side of the Eye, di atas tulang samping mata
3. UE = Under the Eye, 2cm dibawah kelopak mata
4. UN = Under the Nose, tepat dibawah hidung
5. Ch = Chin,diantara dagu dan bagian bawah bibir
6. CB = Collar Bone, di ujung tempat bertemunya tulang dada dan tulang rusuk
pertama
7. UA = Under the Arm, dibawah ketiak sejajar dengan putting susu
8. BN = Bellow Nippie, 2,5 cm dibawah putting susu atau di perbatasan antara
tulang dada dan bagian bawah payudara
9. Th = Thurub, ibu jari disamping luar bagian bawah kuku
10. IF = Index Finger, jari telunjuk disamping luar bagian bawah kuku
11. MF = Middle Finger, jari tengah samping luar bagian bawah kuku
12. BF = Baby Finger,di jari kelingking disamping luar bagian bawah kuku
13. KC = Karate Chop,disamping telapak tangan
14. GS = Gamut Spot, dibagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang
jari kelingking
2.4 Konsep Nyeri
2.4.1 Definisi nyeri
2.4.1.1 definisi secara medis
International Association for Study of Pain (1979) mendefinisikan nyeri
sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat aktual
maupun potensial yang dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakan,
sedangkan menurut Curton (1983), nyeri merupakan suatu produksi
mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan rusak yang menyebabkan
individu bereaksi untuk menghilangkan nyeri (Prasetyo, 2010).
2.4.1.2 definisi secara psikologis
Mahon menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri yaitu,
bersifat subjektif, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang
mendominasi, dan bersifat tidak berkesudahan (Prasetyo, 2010).
2.4.1.3 definisi secara keperawatan
Nyeri merupakan apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan oleh
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya
(Smeltzer & Bare, 2002). Definisi ini menempatkan seorang pasien sebagai
seorang yang ahli di bidang nyeri, karena hanya pasien yang tahu seperti apa
nyeri yang dirasakan (Prasetyo, 2010).
2.4.2 Fisiologis nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Stimulus
penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri
memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan
akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-abu di medula spinalis. Terdapat
pesan nyeri yang dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah
stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan
korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak
menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan
pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan
nyeri (Potter & Perry, 2005; McNair, 1990).
2.4.3 Klasifikasi nyeri
Menurut Hidayat 2009, nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
golonganberdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya
serangan.
1. Nyeri berdasarkan tempatnya:
a. Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya
pada kulit, mukosa.
b. Deep pain, yaitu nyeri yang tersa pada permukaan tubuh yang lebih dalam
atau pada organ-organ tubuh visceral.
c. Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah
yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
d. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena pemasangan pada sistem saraf
pusat, spinal cord, batang otak, talamus.
2. Nyeri berdasarkan sifatnya:
a. Incedental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
b. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul akan menetap serta dirasakan dalam
waktu yang lama.
c. Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ±10-15 menit, lalu menghilang,
kemudian timbul lagi.
3. Nyeri berdasarkan berat ringannya:
a. Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah
b. Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi
c. Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi
4. Nyeri berdasarkan waktu lamamnya serangan :
1 Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan
jelas.
Karakteristik : Nyeri akut.
Tujuan : Memperingatkan klien terhadap adanya cedera / masalah.
Awitan : Mendadak.
Durasi dan intensitas : Durasi singkat (dari beberapa detik sampai 6 bulan),
ringan sampai berat.
Respon otonom : Frekuensi jantung meningkat, volume sekuncup
meningkat, tekanan darah meningkat, dilatasi pupil meningkat, tegangan
otot meningkat, motilitas gastrointestinal meningkat, respon otonom, respon
psikologis
Respon psikologis : Anxietas
Contoh : Nyeri bedah, trauma
2 Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis
ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Karakteristik : Nyeri kronik
Tujuan : Memberikan alasan pada klien untuk mencari informasi berkaitan
dengan perawatan dirinya
Awitan : Terus menerus
Durasi dan intensitas : Durasi lama (6 bulan / lebih), ringan sampai berat
Respon otonom : Tidak terdapat respon otonom, vital sign dalam batas
normal
Respon psikologis : Depresi, keputusasaan, mudah tersinggung dan menarik
diri
Contoh : Nyeri kanker, arthritis, neuralgia terminal
2.2.4 Teori Nyeri
Barbara C. Long (1989) dalam Hidayat (2009), mengungkapkan terdapat
beberapa teori tentang terjadinya rangasangan nyeri, diantaranya, yaitu:
1. Teori Pemisahan (Specificity Theory)
Menurut teori ini, rangasangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal
cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian
naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan
berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2. Teori Pola (Pattern Theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar gangglion dorsal ke medulla
spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons
yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta
kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga
menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respon dari reaksi
sel T.
3. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja seart saraf besar dan kecil
yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangasangan pada serat
saraf besar akan meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa yang
mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T
terhambat dan menyebablan hantaran rangasangan ikut terhambat.
Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil
persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat
eferendan reaksinya memengaruhi aktivitas substansia gelatinosa dan
membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang
selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
4. Teori Transmisi dan Inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-implus
saraf, sehingga transmisi implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter
yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implus-
implus pada serabut-serabut besar yang memblok implus-implus pada serabut
lamban dan endogenopiate sistem supresif .
2.2.5 Faktor yang mempengaruhi nyeri
Menurut Prasetyo (2010), terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadapa nyeri, diantaranya:
1. Usia
Usia merupakan variabel yang paling penting dalam mempengaruhi nyeri
pada individu.
2. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam
berespon terhadapa nyeri. Hanya beberapa budaya yang mengganggap bahwa
seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis
dibandingkan anak perempuan dalam situasi yang sama ketika merasakan
nyeri.
3. Kebudayaan
Banyak yang berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu
dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mencoba mengira bagaimana
pasien berespon terhadap nyeri.
4. Makna nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhui pengalaman nyeri dan
cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
5. Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi
merupakan nyeri yang berat.
6. Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi
persepsi nyeri.
7. Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang
dirasakanseseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri
juga akan menimbulkan ansietas.
8. Keletihan
Keletihan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri
dan menurunkan kemampuan koping individu.
9. Pengalaman sebelumnya
Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah
mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman tentang
nyeri.

2.5 Konsep Dismenorea


2.5.1 Definisi

Dismenore atau nyeri haid merupakan gejala yang paling sering


dikeluhkan oleh wanita usia reproduktif. Nyeri atau rasa sakit yang siklik
bersamaan dengan menstruasi ini sering dirasakan seperti rasa kram pada perut dan
dapat disertai dengan rasa sakit yang menjalar kepunggung, dengan rasa mual dan
muntah, sakit kepala ataupun diare.Oleh karena itu, istilah dismenore hanya
dipakai jika nyeri haid tersebut demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita
untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari untuk
beberapajam atau beberapahari (Winknjosastro,2007).

Dismenore (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa Yunani,


dimana“dys”berarti gangguan/nyeri hebat / abnormalitas, “meno” berati bulan dan
“rrhea” berarti aliran, sehingga dismenore (dysmenorrhoea) dapat diartikan dengan
gangguan aliran darah haid. Kejadian dismenore cukup tinggi diseluruh dunia.
Menurut data WHO, rata-rata insidensi terjadinya dismenore pada wanita muda
antara 16,8 – 81%. Rata-rata di negara-negara Eropa dismenore terjadi pada 45 -97%
wanita. Dengan prevalensi terendah di Bulgaria (8,8%) dan tertinggi mencapai 94%
di negara Finlandia (Latthe, 2006).Dalam suatu data review Di Amerika Serikat,
terjadi kerugian ekonomi hingga mencapai 2 milliar dolar Amerika dan
berkurangnya produktifitas pekerjaan akibat hilangnya jam kerja sampai 600 juta
jam kerja hilang yang diakibat oleh dismenore (Zhu X, et al. 2009).
MenurutSingh (2008), di India ditemukan diantara wanita mahasiswa
31,67% mengalami dismenore dan 8,68% diantaranya tidak dapat mengikuti
perkuliahan akibat gangguan menstruasi ini.

Menurut Ernawati (2010), di Semarang yang dilakukan survey pada


mahasiswa ditemukan kejadian dismenore ringan sebanyak 18%, dismenore sedang
62% dan dismenore berat 20%. Dimana hal ini akan dapat mengganggu aktifitas
dan kegiatan belajar sehingga akan dapat mengganggu prestasi belajar mahasiswa.
Hal ini dibuktikan dalam suatu penelitian, dimana 71% dari 100 wanita usia 15 –
30 tahun yang mengalami dismenore, 5,6% diantaranya tidak dapat masuk sekolah
atau tidak dapat bekerja, serta ditemukan 59,2% mengalami kemunduran
produktifitas kerja yang diakibatkan oleh dismenore (Novia, 2006).

2.5.2 Klasifikasi

2.5.2.1 Dismenore Primer.

Merupakan nyeri haid yang tidak terdapat hubungan dengan kelaiann


ginekologi, atau kelainan secara anatomik. Kejadian dismenore primer ini tidak
berhubungan dengan umur, ras maupun status ekonomi. Namun derajat nyeri yang
dirasakan serta durasi mempunyai hubungan dengan usia saat menarche, lamanya
menstruasi, merokok dan adanya peningkatan Index Massa Tubuh.Sebaliknya
gejala dismenore primer ini semakin berkurang jika dikaitkan dengan jumlah
paritas.

2.5.2.1 Dismenore Sekunder.

Nyeri haid yang disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kelainan secara
anatomi. Gejala dismenore sekunder ini dapat ditemukan pada wanita dengan
endometriosis, adenomiosis,obstruksi pada saluran genitaia, dan lain-lain. Sehingga
pada wanita dengan dismenore sekunder ini juga dapat ditemukan dengan komplikasi
lain seperti dyspareunia,dysuria, perdarahan uterus abnormal,infertilitas dan lain-lain

2.5.3 Patofisiologi

Sebelumnya banyak faktor yang dikaitkan dengan kejadian dismenore, seperti


keadaan emosional/psikis, adanya obstruksi kanalis servikalis, ketidak seimbangan
endokrin,dan alergi.Namun sekarang timbulnya dismenore sering dikaitkan dengan
adanya peningkatan kadar prostaglandin.Dimana diketahui bahwa prostaglandin
mempunyai efek yang dapat meningkatkan kontraktilitas dari otot uterus. Dan juga
prostaglandin mempunyai efek vasokontriksi yang pada akhirnya dapat menyebabkan
iskemi pada otot uterus yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Konsentrasi
prostaglandin selama siklus haid terjadi peningkatan yang bermakna. Ditemukan
kadar PGE 2 dan PGF 2 α sangat tinggi dalam endometrium, myometrium dan darah
haid wanita yang menderita nyeri haid primer (Mayo,1997).Wanita dengan dismenore
berat mempunyai kadar prostaglandin yang tinggi selama masa siklus haid,
konsentrasi tinggi ini terjadi selama 2 hari dari fase menstruasi (cunningham, 2008).

2.6 Konsep Remaja

Menurut Hurlock (1999) pada masa remaja terdapat delapan kondisi yang
mempengaruhi konsep diri yang dimilikinya, yaitu :

a. Usia kematangan

Remaja yang matang lebih awal dan diperlakukan hampir seperti orang
dewasa akan mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan baik.Tetapi apabila remaja matang terlambat dan
diperlakukan seperti anak-anak akan merasa bernasib kurang baik sehingga kurang
bisa menyesuaikan diri.

b. Penampilan diri

Penampilan diri yang berbeda bisa membuat remaja merasa rendah diri. Daya
tarik fisik yang dimiliki sangat mempengaruhi dalam pembuatan penilaian tentang ciri
kepribadian seorang remaja.

c. Kepatutan seks

Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku membantu remaja
mencapai konsep diri yang baik. Ketidak patutan seks membuat remaja sadar dari hal
ini memberi akibat buruk pada perilakunya.

d. Nama dan julukan

Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai


namanya buruk atau bila mereka memberi nama dan julukan yang bernada cemoohan.

e. Hubungan keluarga

Seorang remaja yang memiliki hubungan yang dekat dengan salah satu
anggota keluarga akan mengidentifikasikan dirinya dengan orang tersebut dan juga
ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.
f. Teman-teman sebaya

Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara.


Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep
teman-teman tentang dirinya, dan yang kedua, seorang remaja berada dalam tekanan
untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok

g. Kreativitas

Remaja yang semasa kanak-kanak didorong untuk kreatif dalam bermain dan
dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualistis dan identitas
yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang
sejak awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan
kurang mempunyai perasaan identitas dan individualistis.

h. Cita-cita

Bila seorang remaja tidak memiliki cita-cita yang realistik, maka akan
mengalami kegagalan. hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi
reaksi bertahan dimana remaja tersebut akan menyalahkan orang lain atas
kegagalannya. Remaja yang realistis pada kemampuannya lebih banyak.mengalami
keberhasilan dari pada kegagalan.Hal ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan
kepuasan yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik.Berdasarkan
penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsep diri pada remaja
dipengaruhi oleh usia, kematangan, penampilan diri, kepatutan seks, nama dan
julukan, hubungan keluarga, teman sebaya, kreativitas, serta cita-cita.
BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan suatu mode konseptual yang berkaitan


dengan bagaiman seseorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara
logis beberapa faktor yang dianggap pentig untuk masalah ( Hidayat,2015 )

Berdasarkan latar belakang dan study pendahuluan maka kerangka konsep


penelitian ini sebagai berikut : Pengaruh Hypnoterapy EFT Terhadap Penurunan
Nyeri Disminore Pada Remaja.
Etiologi disminore

1. Disminore primer
 Faktor psikologis
 Faktor endokrin
2. Disminore sekunder
 Faktor konstitusi seperti anemia
 Anomali uterus konginental
 Endometriosis

Faktor – faktor
Nyeri
1. Usia
1. Ringan 2. Jenis kelamin
2. Sedang 3. Kebudayaan
3. Berat 4. Makna nyeri
5. Lokasi nyeri
6. Perhatian
7. Ansietas
8. Pengalaman
sebelumnya

Persiapan psikis Pre tindakan hypnoterapy


Emotional Freedom Techniq Persiapan lingkungan
1. Pemberian ( EFT )
informasi 1. Pencahayaan yang
optimal
2. Penjelasan
prosedur tindakan 2. Jauh dari keramaian
3. Berdoa sebelum 3. Suasana yang
tindakan tenang dan kondusif

Hypnoterapy Emotional Freedom Tecniq


Teknik sugerti pikiran ( EFT ) EFT

1. Gel betha 1. Set Up


2. Gel alpha 2. Tapping
3. Gel tetha 3. The 9 Gamut
Procedure
4. Tapping
3.2 Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian ( Dahlan,


2008 ). Hipotesis terhadap penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
gambaran hubungan antar dua variable yang diteliti, tidak untuk mengetahui kekuatan
dari hubungan tersebut . hipotesis pada penelitihan ini adalah ada hubungan yang
signifikan antara hypnotherapy EFT terhadap penurunan nyeri disminore pada remaja.

Anda mungkin juga menyukai