Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

NON-HODGKIN LIMFOMA (KANKER KELENJAR GETAH BENING)

Pokok Bahasan : Non Hodkin Limfoma


Hari / Tanggal : Rabu, 23 Desember 2019
Tempat : Poli Onkologi RSU Saiful Anwar Malang
Sasaran : Keluarga Pasien
Waktu : 09.00-selesei

I. Latar Belakang
Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kesehatan tubuh yang memainkan peran kunci
dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker. Cairan limfatik adalah cairan putih
mirip susu yang mengandung protein, lemak, dan limfosit (sel darah putih) yang semuanya
mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfatik. Ada dua macm sel limfosit yitu Sel B dan
Sel T. Sel B membantu melindungi tubuh melawan bakteri dengn jalan membuat antibody yang
menyerang dan memusnahkan bakteri.
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan
imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan klainan umum yaitu pembesaran
kelenjar limfe diikuti splenomegali, hematomegali, dan kelainan sumsum tulang. Dalam garis
besr limfoma dibagi dalm 4 bagian, diantaranya limfoma hodgkin (LH), limfoma non-hodgkin
(LNH), histositosis X, Mycosis Fungoides. Limfoma non-hodgkin adalah kanker dari kelenjar
getah bening karena itu mudah menjalar ke tempat-tempat lin disebabkan kelenjar getah being
dihubungkan satu dengan yang lain oleh salurn-saluran getah bening.
Saat ini sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama LNH, dan
dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Sekedar gambsran, angka
kejadian LNH telah meningkat 80% dibandingkan angka tahun 1970-an. Data juga menunjukan
penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia
antar 45 sampai 60 tahun. Makin tua umur, maka makin tinggi risiko terkena penyakit ini. Tapi
secra umum LNH bisa menyerang semua usia mulai dari anak-anak ampai dengan orang tua.
Sementara dari sisi jenis kelamin, kasus LNH lebih sering di temukan pada pria ketimbang
wanita. Di Indonesia, limfoma merupakan jenis kanker nomor enam yang paling erring
ditemukan.
II. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan penyuluhan pasien-pasien mampu mengetahui tentang Non-Hodgkin
Limfoma.
III. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penjelasan ten Non-Hodgkin Limfoma mka pasien-pasien mampu :
a. Menjelaskan tentang pengertian Non-Hodgkin Limfoma
b. Menjelaskan tentang penyebab Non-Hodgkin Limfoma
c. Menjelaskan tentang tanda dan gejala Non-Hodgkin Limfoma
d. Menjelaskan tentang tahapan penyakit Non-Hodgkin Limfoma
e. Menjelaskan tentang penatalaksanaan Non-Hodgkin Limfoma
f. Menjelaskan tentang cara perawatan Non-Hodgkin Limfoma
IV. MATERI PENYULUHAN
a. Pengertian Non-Hodgkin Limfoma
b. Penyebab Non-Hodgkin Limfoma
c. Tanda dan gejala Non-Hodgkin Limfoma
d. Tahapan penyakit Non-Hodgkin Limfoma
e. Penatalaksanaan Non-Hodgkin Limfoma
f. Cara perawatan Non-Hodgkin Limfoma
V. METODE
Ceramah dan Tanya jawab
Penyuluhan dilakukan dengan media dikusi secara terbuka, yitu dengan memberikan
pendidikan kesehtan kepada keluarga. Keluarga dapat mengajukan pertanyaan setelah
penyampaian materi selesei.
VI. MEDIA
Presentasi power point
VII. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Sasaran
1 2 menit -Pembukan Menjawab salam
-Perkenalan
2 15 menit -Penyuluhan materi: Memperhatikan dan
a. Pengertian Non-Hodgkin Limfoma mendengarkan
b. Penyebab Non-Hodgkin Limfoma
c. Tanda dan gejala Non-Hodgkin Limfoma
d. Tahapan penyakit Non-Hodgkin Limfoma
e. Penatalaksanaan Non-Hodgkin Limfoma
f. Perawatan Non-Hodgkin Limfoma
3 5 menit 1. Menanyakan kepada klien tentang kejelasan 1.Menanggapi dengan
materi yang disampaikan melakukan
2. Mempersilahkan pasien atau keluarga pasien pertanyaan
mengajukan pertanyaan 2.Menjawab
pertanyaan dari
pasien atau keluarga
4 3 menit -Penutup Menjawab salam
-Mengucapkan salam

VIII. EVALUASI
a. Evaluasi struktur
- Sebelum melakukan penyuluhan kepada keluarga, perawat terlebih dahulu memastikan
kelengkapan untuk penyuluhan sudah siap untuk digunakan, antara lain SAP dan media
yang akan digunakan.
- Selain dari kelengkapan media untuk penyuluhan, perawat juga memastikan lingkungan
untuk penyuluhan sudah siap dan sesuai untuk melakukan penyuluhan, seperti
lingkungan yang kondusif dan nyaman. Karena keadaan lingkungan keluarga juga akan
mempengaruhi keefektifan dalam penyuluhan.
b. Evaluasi proses
- Proses penyuluhan berjalan sesaui dengan kontrak waktu.
- Keluarga mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan yang diberikan dengan baik.
- Keaktifan keluarga pasien dalam penyuluhan. Jika anggota keluarga cenderung pasif
maka perawat akan memberikan motivasi atau dorongan agar anggota keluarga menjadi
lebih terbuka dan tidak ragu untuk bertanya.
c. Evaluasi hasil
Keberhasilan penyuluhan ini dinilai dari evaluasi lisan, dimana keluarga mampu
mengulang poin-poin penting yang disampaikan
MATERI
1. Definisi
Menurut American Cancer Society (2013) NHL merupakan kanker yang prosesnya dimulai
pada sel yang disebut limfosit, yang merupakan bagian dari imun sistem. Limfosit terletak di
limfa nodul dan limfoid tissue lainnya seperti limfa ataupun sumsum tulang. Tetapi beberapa tipe
kanker seperti kanker paru ataupun kanker kolon yang dapat menyebar ke jaringan limfa nodul,
bukanlah merupakan Non Hodgkin limfoma tetapi hanya merupakan metastase.
Limfoma non Hodgkin (LMNH) adalah neoplasma yang ganas pada sistem limfatik dan
jaringan limfoid.Seperti halnya kebanyakan neoplasma anak, penyebab LMNH juga tidak
diketahui.Sejumlah faktor, seperti infeksi virus, imunodefisiensi, aberasi kromosom,
imunostimulasi kronis, dan pemajanan terhadap lingkungan memicu terjadinya limfoma
maligna.(Betz, 2009).
Penentuan stadium merupakan salah satu pola penting dalam manajemen LNH yang
bertujuan untuk mengetahui status penyakit dan memilih pengobatan yang relevan serta
memudahkan evaluasi hasil terapi.

2. Etiologi
Penyebab LNH belum jelas di ketahui para pakar cenderung berpendapat bahwa
terjadinya LNH disebabkan oleh pengaruh rangsangan imunologi persistem yang
menimbulkan poliferasi jaringan limfoid tidak terkendali. Di duga ada hubungan dengan
virus Epstein Barr terutama pada lomfoma Burkitt. LNH kemingkinan ada kaitannya
dengan faktor keturunan karena ditemukan fakta bila salah satu anggota menderita LNH
maka resiko anggotakeluarga lainnya terjangkit tumor ini lebih besar disbanding dengan
orang lain yang tidak termasuk keluarga itu. Pada penderita AIDS semakin lama hidup
semakin besar resiko menderita limfoma.
Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya LNH yaitu :
a. Immunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan
terjadinya LNH antara lain severe combined immunodeficiency,
hypogammaglobulinemia, common variable immunodificieny, wiskot Aldrich
syndrome dan ataxia telangiectasia
b. Agen infeksius adalah infeksi virus yang menyerang DNA maupun limfosit dapat
mengubah DNA dan limfosit menjsdi sel-sel kanker. Virus tersebut diantaranya
Eptein Barr Virus (EBV) dan HTLV-1 virus.
c. Paparan lingkungan dan pekerjaan beberapa pekerjaan yang sering dihubungkan
dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini
disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organic.
d. Diet dan paparan isinya resiko LNH meningkat pada orang yang menkomsumsi
makanan tinggi lemak hewani merokok dan terkena paparan UV 4,5.

3. Tanda dan Gejala


Gejala umum penderita limfoma Non-Hodgkin yaitu
1. Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit
2. Demam
3. Keringat malam
4. Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
5. Gangguan pencernaan dan nyeri perut
6. Hilangnya nafsu makan
7. Nyeri tulang
8. Bengkk pada wajah dan leher dan daerah nodus limfe yang terkena
9. Limphadenopaty
Gejala Penyebab Kemungkinan timbul
gejala
Gangguan pernafasan Pembesaran kelenjar getah bening 20-30%
pembengkakan wajah di dada
Hilangnya nafsu makan Pembesaran kelenjar getah bening 30-40%
Sembelit berat di perut
Nyeri perut atau perut
kembung
Pembekakan tungkai Penyumbatan pembuluh getah 10%
bening di selangkangan atau perut
Penurunan berat badan Penyebaran limfoma ke usus 10%
Diare halus
Malabsorbsi
Pengumpulan cairan di Pembesaran kelenjar getah bening 20-30%
sekitar paru (efusi pleura) di dada
Derah kehitaman dan Penyebaran limfoma ke kulit 10-20%
menebal di kulit yang
terasa gatal
Penurunan BB, Demam, Penyebaran limfoma ke seluruh 50-60%
Keringat malam hari tubuh
Anemia Perdarahan ke dalam saluran 30% pada akhirnya
(Berkurangnya jumlah sel pencernaan bisa mencapai 100%
darah merah) Penghancuran sel darah merah
oleh oleh limpa yang membesar
dan terlalu aktif
Penghancuran sel darah merah
oleh antibody abnormal
Penghancuran sumsum tulang
karena penyebaran limfoma
Ketidakmampuan sumsum tulang
untuk menghasilkan sejumlah sel
darah merah karena obat atau
terapi penyinaran
Mudah terinfeksi oleh Penyebaran ke sumsum tulang 20-30%
bakteri dan kelenjar getah bening,
menyebabkan berkurangnya
pembentukan antibody

4. Tahapan penyakit
Penyebaran lomfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II
sering di kelompokan bersama sebagai stadium awal penykit, sementara stadium III dan
IV di kelompokan bersama stadium lanjut.
a. Stadium I adalah penyebaran limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu
kelenjar getah bening
b. Stadium II adalah penyebaran limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar
getah bening tetapi hanya pad satu sisi diafragma serta pada seluruh dada atau perut
c. Stadium III adalah penyebaran limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar
getah bening serta dada dan perut
d. Stadium IV adalah penyebaran limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya
pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru dan otak.

5. Penatalaksanaan
Sebagian besar limfoma ditemukan pada stadium lanjut yang merupakan penyakit
dalam terapi kuratif. Penemuan penyakit pada stadium awal masih merupakan faktor
penting dalam terapi kuratif walaupun tersedia berbagai jenis kemoterapi dan radioterapi.
Akhir-akhir ini angka harapan hidup 5 tahun meningkat bahkan sembuh berkat
manajemen tumor yang tepat dan tersedianya kemoterapi dan radioterapi. Peranan
pembedahan pada penatalaksanaan limfoma maligna terutama hanya untuk diagnosis
biopsy dan laparotomi bila ada indikasi
1. Radiasi
a. Untuk stadium I dan II secara mantel radikal
b. Untuk stadium III dan IV secara total nodal eadioterapi
c. Untuk stadium III Bsecara subtotal body irradiation
d. Untuk stadium IV aecara total body irradiation
2. Kemoterapi untuk stadium III dan IV
Untuk stadium I dan II dapat pula di beri kemoterapi pre radiasi atau pasca radiasi.
Kemoterapi yang sering dipakai adalah kombinasi
MOPP (untuk Limfoma Hodgkin)
M : Nitrogen Mustard 6mg/m2 hari 1 dan 8
O : Oncovin 1,4 mg/m2 hari I dan VIII
P : Prednison 60 mg/m2 hari s/d XIV
P : Procarbazin 100 mg/m2 hari I s/d XIV
Beberapa metode pengobatan, antara lain:
 Kemoterapi. Jenis pengobatan yang paling sering digunakan untuk menangani limfoma
non-Hodgkin. Obat-obatan yang diberikan dapat membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi
terkadang dikombinasikan dengan pemberian obat kortikosteroid guna meningkatkan
efektivitasnya. Namun, penggunaan kortikosteroid hanya diperbolehkan untuk jangka
pendek.
 Terapi antibodi monoklonal. Dikenal dengan nama obatnya rituximab, berguna untuk
meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam melawan dan menghancurkan sel-
sel kanker. Namun, langkah ini hanya efektif untuk beberapa jenis limfoma non-Hodgkin,
tergantung dari hasil imunofenotipe. Terapi antibodi monoklonal akan dikombinasikan
dengan kemoterapi dalam terapi limfoma non-Hodgkin.
 Radioterapi. Radioterapi biasanya digunakan untuk mengobati stadium awal limfoma non-
Hodgkin, saat kanker baru menyerang satu bagian tubuh. Radioterapi dilakukan dengan
menggunakan sinar radiasi dosis tinggi, seperti sinar-X dan proton, untuk membunuh sel
kanker. Sinar tersebut diarahkan ke bagian kelenjar getah bening yang mengalami kanker
dan area sekitarnya. Umumnya, terapi radiasi berlangsung selama 30 menit pada setiap
kunjungan.
 Transplantasi sumsum tulang. Metode pengobatan ini melibatkan prosedur kemoterapi
dan radioterapi untuk menekan sumsum tulang. Kemudian, sel induk sumsum tulang yang
sehat dari tubuh pasien atau dari donor dicangkokkan ke dalam tubuh pasien, agar
membentuk kembali sumsum tulang yang sehat.

KOMPLIKASI
1. Autoimun trombositopenia
2. Kerusakan ginjal
3. Kerusakan pada hepar
4. Anemia henolitik
5. Syok sepsis
6. Penyakit ini tergantung dari lokasi dan penyebaran dini tumor maligna tetapi dapat termasuk
splenomegali, hepatomegali, komplikasi tromboembolik, dan kompresi sumsum tulang
belakang
6. Perawatan
1. Mendukung pasien aktif menjalani terapi, menguatkan optimis pasien untuk melawan
penyakit
2. Memperkuat pasokan nutrisi, banyak makan makananan yang tinggi protein, kaya
vitamin, gampang dicerna, meningkatkan daya tahan tubuh
3. Olahraga secukupnya, memperkuat pertahanan badan ketika demam atau terasa gejala
tumor menginvasi seharusnya beristirahat dan mengurangi aktivitas serta menjaga
badan
4. Mempertahankan kulit selalu bersih, setiap hari di basuh air hangat terutama bagian
kulit yang terkena sinar radioterapi, hindari berjemur matahari, desinfektan, sabun
dan benda lain yang bisa merangsang kulit.
DAFTAR PUSTAKA

1. American Joint Cancer Comitee. 2012. Comparison Guide Cancer Staging Manual. AJCC:
Chicago. www.cancerstaging.com
2. Betz Cecily Lynn, 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
3. Boediwarsono., Soebandiri., sugianto., Armi. A., Sedana. M.P., Ugroseno.,. 2007. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FK UNAIR: Surabaya
4. Gibson John, 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC
5. Gloria M.Bulechek, H. K. 2013. Nursing Interventions Classification, Edisi 6. Elsevier
Singapore Pte Ltd.
6. Handayani Wiwik, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
7. Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
8. Mansjoer, A. 2001.Kapita Selecta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1. Jakarta: Aesculapius
9. Nurarif, A.H. dan Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
10. Otto, Shirley E, 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC
11. Pearce Evelyn C, 2009. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
12. Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, Ed. 6, Volume 1 & 2, Jakarta: EGC.
13. Sacher, Ronald A, 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC
14. Schwartz M William, 2010. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC
15. Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 1,2,3, edisi keempat. Internal
Publishing, jakarta.
16. Sue Moorhead, M. J. 2013. Nursing Outcomes Classification, Edisi 5. Elsevier Singapore
Pte Ltd.

Anda mungkin juga menyukai