Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN KORBAN

PEMERKOSAAN

DISUSUN OLEH :

SUNARLIN,AMK
KHOLIFATUN MUSYAROFAH,MK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PRODI SARJANA KEPERAWATAN
2019

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan
penuh perjuangan.

Adapun judul makalah ini adalah “ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


KASUS KORBAN PEMERKOSAAN”. Dalam penulisan makalah ini kami
menyadari masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun
pembahasannya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan arahan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswa dan orang lain yang membacanya.

Batusangkar, November 2008

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

2
1. Latar Belakang
Pemerkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang
dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai
melanggar menurut moral dan hukum. (Wigjosubroto dalam prasetyo, 1997)

2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum serta memahami tentang korban perkosaan.
b. Tujuan Khusus
- Mampu melakukan pengkajian terhadap klien korban perkosaan kemudian
dianalisa serta ditentukan diagnosa keperawatan
- Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan
- Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan

BAB II
ISI

3
A. TINJAUAN TEORITIS
1. Defenisi
Pemerkosaan (rape) berasal dari bahasa latin rapare yang berarti mencari,
mamaksa, merampas atau membawa pergi (Haryanto, 1997).
Pemerkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang
dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai
melanggar menurut moral dan hukum. (Wigjosubroto dalam prasetyo, 1997)

2. Penyebab Terjadinya Pemerkosaan


1. Kemarahan
2. Mencari kepuasan seksual
3. Prilaku wanita-wanita yang menggoda
4. Gambar atau film porno

3. Resiko Psikis dan Kesehatan Reproduksi


- Korban perkosaan biasanya mengalami trauma
- Rasa takut yang berkepanjangan
- Tidak mampu kembali berinteraksi secara sosial dengan masyarakat secara
normal
- Tak jarang dikucilkan dan buang oleh lingkungannya karena dianggap
membawa aib
- Resiko tinggi menjadi tidak mampu melakukan aktivitas seksual secara normal
pada kehidupannya dimasa datang

4. Bentuk-bentuk Perkosaan yang Diakui dan Dikenal


- Perkosaan oleh orang yang tak dikenal
- Perkosaan oleh orang teman atau pacar
- Perkosaan oleh orang yang dikenal
- Perkosaan oleh pasangan perkawinan
- Pelecehan seksual
- Perkosaan oleh atasan ditempat kerja
5. Fase Reaksi Psikolog Terhadap Perkosaan
1. Fase disorganisasi akut
Fase yang di manifestasikan dalam 2 cara :

4
- Keadaan terekspresi yaitu syok, tidak percaya, takut, rasa memalukan,
marah dan bentuk emosi yang lainnya.
- Keadaan terkontrol, dimana perasaan tertutup atau tersembunyi dan korban
tampak tenang
2. Fase menyangkal dan tanpa keinginan untuk bicara tentang kejadian, diikuti
tahap cemas yang meningkat, takut mengingat kembali, gangguan tidur, terlalu
waspada dan reaksi psikosomatik.
3. Fase Reorganisasi
Dimana kejadian ditempatkan pada perspektif, beberapa korban tidak benar-
benar pulih dan mengembangkan gangguan stress kronik.

6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah memberikan dukungan simpatis, untuk
menurunkan trauma, emosional pasien dan mengumpulkan bukti yang ada untuk
kemungkinan tindakan legal.
1. Hormati privacy dan sensitifitas pasien, bersikap baik dan memberikan
dukungan.
2. Yakinkan pasien bahwa cemas adalah sesuatu yang dialami.
3. Terima reaksi emosi pasien, misalnya terlalu perasa.
4. Jangan tinggalkan pasien sendiri

B. ASKEP TEORITIS
1. Identitas Klien

5
Terdiri dari nama, alamat, umur, pekerjaan, status perkawinan, agama, tanggal
masuk, diagnosa, tanggal didata, dll

2. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat kesehatan dahulu

3. Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Bagaimana kepala dan rambut
- Mata : Bagaimana keadaan palpebra, conjungtiva, sklera, pupil,
- Mulut : Tonsil, keadaan lidah dan gigi geligi
- Leher : Apakah mengalami pembesaran kelenjer tyroid
- Dada : Jenis pernafasan
- Abdomen : Apakah simetris, oedema, lesi, dan bunyi bising usus
- Genitalia : Bagaimana alat genitalianya
- Ekstremitas : Kegiatan dan aktivitas

4. Kemungkinan diagnosa yang muncul


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan perkosaan (luka bekas
perkosaan).
2. Cemas berhubungan dengan status sosial, krisis situasi.
3. Harga diri rendah berubungan dengan krisis situasional, isolasi sosial.

5. Perencanaan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan perkosaan (luka bekas
perkosaan).
Tujuan  Rasa nyaman terpenuhi
KH  Nyeri hilang, klien tampak rilek
Intervensi :
- Kaji tipe atau lokasi nyeri.
R/ Berguna dalam memberi pengobatan ketidaknyamanan
- Dorong dengan menggunakan teknik manajemen stress, contoh nafas
dalam
R/ Meningkatkan relaksasi, menfokuskan kembali perhatian klien
- Atur posisi klien kearah yang nyaman

6
R/ Mengurangi rasa sakit an meningkatkan relaksasi klien
- Memberikan obat sesuai indikasi, contoh analgesik
R/ Mungkin dibutuhkan untuk menghilangkan rasa nyeri
2. Cemas berhubungan dengan status sosial, krisis situasi.
Tujuan  Cemas teratasi
KH  Klien tidak cemas lagi
Intervensi :
- Berikan pasien atau orang terdekat
R/ Memberikan informasi yang dapat membantu perkembangan kerahasiaan
pasien dimana hak-hak pasien terus dijaga selama perawatan
- Kaji tingkat cemas dan diskusikan penyebabnya bila mungkin
R/ Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu
untuk menghadapinya dengan lebih realistis
- Kembangkan hubungan pasien-perawat
R/ Hubungan yang saling mempercayai diantara pasien atau orang terdekat
akan meningkatkan perawatan
- Rujuk pada pelayanan sosial atau lembaga lain yang sesuai untuk bantuan
R/ Sering kali pasien tidak menyadari sumber-sumber yang tersedia
3. Harga diri rendah berubungan dengan krisis situasional, isolasi sosial.
Tujuan  Harga diri klien teratasi
KH  Harga diri klien tidak rendah lagi
Intervensi :
- Dengarkan keluhan pasien dan tanggapannya mengenai keadaan yang
dialami
R/ Memberikan petunjuk bagi pasien dalam memandang dirinya
- Anjurkan keluarga untuk memperlakukan pasien senormal mungkin
R/ Melibatkan pasien dalam keluarga mengurangi terisolasi dari lingkungan
sosial.
- Rujuk untuk berkonsultasi atau psikoterapi sesuai indikasi
R/ Mungkin diperlukan sebagai bantuan tambahan untuk menyesuaikan pada
perubahan gambaran diri atau kehidupan.

6. Implementasi

7
Tindakan yang langsung yang dilakukan pada klien baik yang sesuai
dengan yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Implementasi ini
dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

7. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang terdiri dari
SOAP (Subjective, Objective, Analisa dan Planning).

BAB III

8
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemerkosaan (rape) berasal dari bahasa latin rapare yang berarti mencari,
mamaksa, merampas atau membawa pergi (Haryanto, 1997).
Pemerkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang
dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai
melanggar menurut moral dan hukum. (Wigjosubroto dalam prasetyo, 1997)

DAFTAR PUSTAKA

9
Yusuf Aha.Et all(2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Penerbit salemba
medika jakarta
Yatin ,F (2003). Suatu gangguan jiwa pada anak .Jakarta:Pustaka populer aboar
Stuard & Sunden (2002) .Buku saku keperawatan jiwa.Edisi 3.jakarta:EGC

10

Anda mungkin juga menyukai