BAB I
PENDAHULUAN
1
2
berlebihan yang dilakukan oleh bayi saat siang hari sering membuat bayi
menjadi sering gelisah/rewel saat tidur malam. Inisiasi menyusui secara
dini merupakan salah satu cara untuk membantu agar tidur bayi menjadi
lelap (Nazwa, 2015).
Cara dalam meningkatkan kualitas tidur bayi salah satunya adalah
dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan dilanjutkan dengan pemberian ASI
secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Keberhasilan pemberian ASI
ekslusif berawal dari terlaksananya proses IMD secara optimal. Disamping
menjadi titik awal keberhasilan ASI Eksklusif, IMD diyakini memiliki banyak
manfaat bagi ibu yaitu saat sentuhan, hisapan dan jilatan bayi pada puting
ibu selama proses inisiasi menyusu dini akan merangsang keluarnya
hormon oksitosin yang menyebabkan rahim berkontraksi sehingga
membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan pada ibu.
Menurut Saleha (2012), manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selain
meningkatkan pengeluaran ASI juga dapat meningkatkan kualitas tidur bayi
sesaat dilahirkan. IMD dengan prinsip bersentuhan dengan ibu
memberikan kehangatan, ketenangan serta sebagai nutrisi bayi sehingga
napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur dan mendapatkan
ketenangan pada bayi berdampak pada lama dan kualitas tidur pada bayi
baru lahir.
Steatment diatas juga sesuai dengan program pemeritah dalam
pemberian ASI secara dini. Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia
pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Indonesia sebesar
55,7%, dari standar yang diharapkan yaitu 80%. Dengan presentasi
pemberian ASI tertinggi berada di wilayah Nusa Tenggara Barat sebesar
86,9% dan terendah di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 26,3%, sementara
provinsi Sulawesi Tenggara angka cakupan ASI Ekslusif sebesar 54,1%
(Kemenkes RI, 2015).
Hasil penelitian terkait dilaksanakan oleh Dewi (2014) dengan judul
“Pengaruh Pemijatan Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-4 Bulan Di
Posyandu Gelatik Dan Nuri Kelurahan Tanjungunggat Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Jang Kota Tanjungpinang Tahun 2014”. Lama terbangun
bayi dimalam hari sesudah pemijatan mengalami penurunan 2,64 menit
dibandingkan sebelum pemijatan, ada perbedaan yang bermakna antara
lama terbangun sebelum dan sesudah pemijatan (p = 0,046). Sesudah
4
B. Perumusan Masalah
Tidur nyenyak sangat penting bagi pertumbuhan bayi, karena saat
tidur pertumbuhan otak bayi mencapai puncaknya. Beberapa ilmuwan
percaya bahwa tidur itu terjadi ketika kita beralih dari memori-memori yang
pendek menuju memori-memori yang panjang. Tidur sepertinya juga bisa
meningkatkan sistem kekebalan, mungkin itulah mengapa kita merasa
seperti banyak tidur ketika kita sedang sakit. Pada bayi tidur mungkin bisa
memberi kontribusi pada perkembangan otak, menjaga dan mengatur
semua kemampuan yang luar biasa dan informasi yang mereka serap
setiap hari. Salah satu cara meningkatkan kualitas tidur bayi dengan cara
Inisiasi Menyusui Dini. Berdasarkan latar belakang di atas maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap kualitas tidur bayi baru lahir di RSU
Sebening Kasih ?.
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap
kualitas tidur bayi baru lahir di RSU Sebening Kasih.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kualitas tidur bayi baru lahir
sebelum diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di RSU Sebening
Kasih.
b. Mengetahui kualitas tidur bayi baru lahir
sesudah diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di RSU Sebening
Kasih.
c. Menganalisis pengaruh kualitas tidur bayi
baru lahir sebelum dan sesudah diberikan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) di RSU Sebening Kasih.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSU Sebening Kasih
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi RSU Sebening
Kasih dalam memberikan penyuluhan kepada ibu pasca melahirkan
untuk menyusu secara dini yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas tidur bayi baru lahir.
2. Bagi Pengembangan ilmu Keperawatan
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi dalam
mengembangkan perencanaan keperawatan kepada ibu pasca
melahirkan khususnya tentang cara meningkatkan kualitas tidur bayi
baru lahir.
3. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus
Menambah referensi pada mahasiswa tentang pembelajaran
keperawatan anak khususnya pentingnya inisiasi menyusu secara dini
dalam meningkatkan kualitas tidur bayi baru lahir.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai dasar untuk kepustakaan atau informasi awal bagi
peneliti selanjutnya dalam melaksanakan penelitian selanjunya yang
berhubungan dengan kualitas tidur bayi baru lahir.
6
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini belum pernah dilakukkan oleh peneliti lain di RSU
Sebening Kasih, sedangkan penelitian terkait seperti di bawah ini :
Tabel 1.1
Originalitas Penelitian
F. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup waktu
Waktu penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan standart
pengumpulan data dan izin pelaksanaan penelitian dari institusi serta
Bappeda Pati yaitu satu bulan. Penelitian ini rencananya akan
dilaksanakan pada Bulan April-Mei 2020.
2. Ruang lingkup tempat
Lokasi penelitian ini dilakukan dalam satu tempat yaitu RSU
Sebening Kasih Pati dimana sampel yang dijadikan penelitian yaitu
bayi baru lahir.
3. Ruang lingkup materi
Ruang lingkup materi ini termasuk keperawatan anak yakni
tentang pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap kualitas tidur
bayi baru lahir di RSU Sebening Kasih.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kualitas Tidur
1. Pengertian
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan
periode yang lebih lama dari keterjagaan. Pada dasarnya, tidur dibagi
menjadi dua tahapan yaitu non REM (non Rapid Eye Movement) atau
biasa disebut tidur tenang dan REM (Rapid Eye Movement ) atau biasa
disebut tidur aktif (Potter, 2012).
Tidur adalah salah satu bentuk adaptasi bayi terhadap
lingkungannya. Sesaat setelah lahir, bayi biasanya tidur selama 16-
20 jam sehari. Memasuki usia 2 bulan bayi mulai lebih banyak tidur
malam dibanding siang. Sampai usia 3 bulan, bayi baru lahir akan
menghabiskan waktu tidurnya sekitar 15-17 jam, dengan pembagian
waktu 8 jam untuk tidur siang dan 9 jam untuk tidur malam.
Semakin usia bayi bertambah, jam tidurnya juga semakin
berkurang. Pada usia 3-6 bulan jumlah tidur siang semakin
berkurang, kira-kira 3 kali. Total jumlah waktu tidur bayi usia 0-6
bulan berkisar antara 13-15 jam/hari. Pada bayi usia 6 bulan pola
tidurnya mulai tampak mirip dengan orang dewasa (Pamungkas,
2016).
Kualitas tidur bayi adalah mutu atau keadaan fisiologis tertentu
yang didapatkan selama seseorang tertidur, yang memulihkan proses-
proses tubuh yang terjadi pada waktu orang itu bangun. Jika kualitas
tidurnya bagus artinya fisiologi/faal tubuh dalam hal ini sel otak misalnya
pulih kembali seperti semula saat bangun tidur (Dewi, 2014).
2. Tahapan Tidur
Menurut Potter (2012), tahapan tidur dapat dilihat seperti di
bawah ini :
a. Tidur NREM (Non Rapid Eye Movement)
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek
karena gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih
pendek dari pada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang
yang sadar. Tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi
8
9
sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Otak cenderung aktif
selama tidur REM dan metabolismnya meningkat hingga 20%.
Tahap ini individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat
bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung
meningkat, dan frekuensi jantung dan pernapasan sering kali tidak
terat.
3. Gangguan Istirahat Tidur
Gangguan istirahat tidur menurut Wahyudi (2012) dapat dilihat
seperti di bawah ini :
a. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini
umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena
gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah
atau gelisah.
Menurut Potter (2012) insomnia dapat dibagi menjadi 3
macam, yaitu :
1) Insomnia inisial : kesulitan untuk memulai tidur.
2) Insomnia intermiten : merupakan ketidakmampuan untuk tetap
mempertahankan tidur sebab sering terbangun.
3) Insomnia terminal : Bangun lebih awal tetapi sulit untuk tertidur
kembali.
b. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur
atau muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada
anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga
(misalnya: tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun
tidur (misalnya: mengigau) dan parasomnia yang terkait dengan
tidur REM (misalnya: mimpi buruk).
c. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan sistem saraf,
gangguan pada hati atau ginjal atau gangguan metabolisme
(misalnya: hipertiroidisme). Hipersomnia pada kondisi tertentu dapat
11
keluar dari ibu. Sentuhan ibu terhadap bayi yang dilapisi dengan kain
tipis mampu memberikan efek kehangatan serta kenyamanan pada
bayi. Selain kehangatan yang diperoleh bayi, reflek menyusu pada ibu
juga akan menjadikan kebiasaan bayi dalam meraih putting ibu.
Pelaksanaan Inisiasi Menyusu secara Dini dikatakan behasil apabila
dilaksanakan sesuai tahap Standart Operasional Prosedur Menyusu
Secara Dini hingga keberhasilan ibu mengeluarkan ASI sebagai nutrisi
bayinya (Roesli, 2012).
2. Tahap Pelaksanaan IMD
Ada beberapa praktek yang mendukung keberhasilan IMD.
Langkah-langkah IMD menurut Lestari (2014) adalah sebagai berikut :
a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan
b. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk mengurangi / tidak
banyak menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat
kimiawi terlalu banyak, dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi
yang nantinya akan menyusu dalam proses inisiasi menyusu dini.
c. Para petugas kesehatan yang membantu ibu menjalani proses
melahirkan akan melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti
biasanya. Begitu pula jika ibu harus menjalani operasi Caesar
d. Segera setelah lahir, seluruh tubuh bayi dan kepala di keringkan
secepatnya kecuali kedua tangan yang masih basah dengan air
ketuban. Vernix (zat lemak putih) yang menempel ditubuh bayi baru
lahir sebaiknya tidak di bersihkan untuk menambah kenyamanan
kulit bayi.
e. Selanjutnya tali pusat dipotong dan ikat.
f. Kemudian tanpa dibedong bayi segera ditengkurapkan di dada atau
perut ibu, dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimut
digunakan untuk menyelimuti bayi dan ibu bersama. Selama terjadi
kontak kulit antara ibu dan bayi, maka bayi tidak akan pernah
kedinginan atau kepanasan, karena kulit ibu menjadi pengatur suhu
tubuh bayi. Jika perlu bayi diberi topi untuk mencegah hipotermi
(pengeluaran panas) dari kepalanya.
g. Bayi yang di tengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk
mencari sendiri putting susu ibunya (bayi tidak di paksakan ke
16
puting susu). Pada dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk
mencari putting susu ibunya.
h. Saat bayi dibiarkan mencari putting susu ibunya, ibu perlu didukung
dan di bantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
Posisi ibu yang berbaring mungkin tidak dapat mengamati jelas apa
yang dilakukan oleh bayi.
i. Selama beberapa menit bayi akan diam dan tenang dari kondisi
siaga karena mendengar detak jantung ibunya yang biasa dia
dengar selama di Rahim.
j. Sekitar 10 menit kemudian bayi mulai menggerak gerakkan
tangannya yang mengandung air ketuban kedalam mulutnya dan
indra penciumannya membaui air ketuban ditangannya.
k. Secara naluriyah bayi akan merangkak mencari putting susu ibunya
yang baunya sama dengan air ketuban di tangannya. Proses ini
membutuhkan waktu 20 – 40 menit setelah bayi diletakkan diatas
perut tergantung cara persalinan, normal atau dengan tindakkan.
Pada saat merangkak ini bayi menjilat – jilat kulit ibu yang
mengandung bakteri baik dan menelannya sehingga bakteri baik
berkembang biak diususnya untuk menghadang bakteri jahat dari
lingkungan luar tubuhnya.
l. Setelah berhasil mencapai putting ibunya, bayi akan segera
menghisap air susu pertama (kolostrum). Asi akan terangsang
mengalir dengan lancar karena rangsangan lidah bayi pada putting,
hentakan kepala bayi pada dada ibu, yang merangsang
dikeluarkannya hormon oksitosin. Hormon oksitosin membantu
kontraksi rahim sehingga plasenta keluar dengan mudah.
m. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya
setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu
pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan putting
payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap
bersentuhan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
n. Setelah selesai menyusu pertama, bayi baru dipisahkan untuk
ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
o. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung. Rawat gabung
memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja sibayi
17
b. Menganjurkan segera terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi dan
berlanjut dengan menyusui untuk 6 bulan secara eksklusif .
c. Mendorong Menteri Kesehatan atau orang yang mempunyai
kebijakan untuk menyatukan pendapat bahwa Inisiasi Menyusu Dini
dalam satu jam pertama adalah indikator penting untuk pencegahan
kesehatan.
d. Memastikan keluarga mengetahui pentingnya satu jam pertama
untuk bayi dan memastikan mereka melakukan pada bayi mereka
kesempatan yang baik ini.
e. Memberikan dukungan perubahan baru dan peningkatan kembali
Rumah Sakit Sayang Bayi dengan memberi perhatian dalam
penggabungan dan perluasan tentang Inisiasi Menyusu Dini.
menjadi sering gelisah/rewel saat tidur malam. Inisiasi menyusui secara dini
merupakan salah satu cara untuk membantu agar tidur bayi menjadi lelap
(Nazwa, 2015).
Cara dalam meningkatkan kualitas tidur bayi salah satunya adalah
dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan dilanjutkan dengan pemberian ASI
secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Keberhasilan pemberian ASI
ekslusif berawal dari terlaksananya proses IMD secara optimal. Disamping
menjadi titik awal keberhasilan ASI Eksklusif, IMD diyakini memiliki banyak
manfaat bagi ibu yaitu saat sentuhan, hisapan, dan jilatan bayi pada puting
ibu selama proses inisiasi menyusu dini akan merangsang keluarnya hormon
oksitosin yang menyebabkan rahim berkontraksi sehingga membantu
pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan pada ibu
Steatment diatas juga sesuai dengan program pemeritah dalam
pemberian ASI secara dini. Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia
pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Indonesia sebesar
55,7%, dari standar yang diharapkan yaitu 80%. Dengan presentasi
pemberian ASI tertinggi berada di wilayah Nusa Tenggara Barat sebesar
86,9% dan terendah di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 26,3%, sementara
provinsi Sulawesi Tenggara angka cakupan ASI Ekslusif sebesar 54,1%
(Kemenkes RI, 2015).
Hasil penelitian terkait dilaksanakan oleh Dewi (2014) dengan judul
“Pengaruh Pemijatan Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-4 Bulan Di
Posyandu Gelatik Dan Nuri Kelurahan Tanjungunggat Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Jang Kota Tanjungpinang Tahun 2014”. Lama terbangun
bayi dimalam hari sesudah pemijatan mengalami penurunan 2,64 menit
dibandingkan sebelum pemijatan, ada perbedaan yang bermakna antara
lama terbangun sebelum dan sesudah pemijatan (p = 0,046). Sesudah
pemijatan mengalami peningkatan 0,32 jam dibandingkan sebelum
pemijatan, tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama tidur bayi
sebelum dan sesudah pemijatan (p = 0,414), Frekuensi terbangun bayi
dimalam hari sesudah pemijatan mengalami penurunan 0,82 kali
dibandingkan sebelum pemijatan, ada perbedaan yang bermakna antara
frekuensi terbangun bayi sebelum dan sesudah pemijatan (p = 0,001),
21
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang memiliki oleh kelompok lain.
Definisi lain variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu
konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2015). Variabel penelitian ini
menggunakan variabel bebas (independent) yaitu Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) dan variabel terikat (dependent) Kualitas Tidur Bayi Baru Lahir.
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan tentang jawaban sementara
terhadap masalah penelitian yang disusun berdasarkan teori (Nursalam,
2016). Hipotesis dalam penelitian ini mempunyai 2 kemungkinan yaitu :
1. Ha : ada pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap kualitas tidur
bayi baru lahir di RSU Sebening Kasih.
2. H0 : tidak ada pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap kualitas
tidur bayi baru lahir di RSU Sebening Kasih.
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan yaitu untuk
mengetahui pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap kualitas
tidur bayi baru lahir di RSU Sebening Kasih, maka peneliti
menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah
22
23
O1 X O2
a. Kriteria Inklusi
1) Bayi yang dilahirkan di RSU sebening Kasih.
2) Keadaan umum ibu dan bayi stabil pasca melahirkan.
3) Ibu mampu diajak komunikasi.
4) Bersedia menjadi responden dalam penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
1) Ibu bayi tidak mampu mengeluarkan ASI
2) Keadaan fisik lemah sehingga tidak mempu menyusui
3) Responden mengundurkan diri
Prosedur dan tehnik pengambilan sampel dilakukan secara
Purposive Sampling yaitu salah satu teknik sampling non random
sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian
sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian
(Sugiyono, 2014). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dikutip
dari Nursalam (2016) ditentukan dengan rumus Slovin yaitu :
N
n = ––––––––––
1 + N (d)2
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : tingkat signifikansi / 0,05
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang
digunakan adalah :
N
n
1 N(d 2 )
39
1 39.(0,052 )
39
1,0975
= 35,5 sampel dibulatkan 36 sampel
E. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2
Jadwal penelitian tahun 2019-2020
Tahun 2019/2020
F.No KEGIATAN
Nov Des Jan Febr Mar Apr Mei Juni
1. Pengusulan Judul √
2. Bimbingan √ √ √ √
Proposal
3. Ujian Proposal √ √
4. Pengambilan Data √ √
Penelitian
5. Pengolahan Data √
6. Penyusunan Hasil √ √
dan Pembahasan
7. Ujian Skripsi √
8. Revisi dan √ √
Pengumpulan
Skripsi
30
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Utami. Pengaruh Pemijatan Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-4 Bulan
Di Posyandu Gelatik Dan Nuri Kelurahan Tanjungunggat Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Jang Kota Tanjungpinang Tahun 2014. Poltekkes
Kemenkes Tanjungpinang, 2014.
Kodrat, Laksono. Dahsyatnya ASI & Laktasi. Media Baca, Yogyakarta, 2010.
Khasanah, Uswatun. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Pola Tidur Pada Bayi Usia
3–6 Bulan di Dusun Gandekan Desa Trirenggo Bantul. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 2017.
Lestari, Budi. Penfaruh Pijat Bayi Terhadap Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Tidur
Bayi Usia 3-6 Bulan di Kecamatan Sentolo Kulon Progo. Skripsi. Studi Ilmu
Keperawatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Jakarta, 2014.
Nazwa, N.U. Rahasia Ibu Pintar, Panduan Merawat Bayi Pasca Persalinan
Sampai 12 Bulan. Katahati, Yogyakarta, 2015.
Pamungkas, Bintang Aji. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Umur
0-6 Bulan Di Puskesmas Kartasura. Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2016.
Rochmah, dkk. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. EGC, Jakarta, 2012.
30
31
Roesli U. Panduan inisiasi menyusu dini: plus asi eksklusif. Trubus Agriwidya,
Jakarta, 2012.
Saleha, Siti. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Salemba Medika, Surabaya,
2012.
31