Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa yang
sangat berhubungan. Gangguan tumbuh kembang terjadi apabila terdapat
faktor genetik atau lingkungan yang tidak dapat mencukupi kebutuhan
dasar tumbuh kembang, untuk mengoptimalkan perkebangan potensi
bawaan seorang anak dibutuhkan pengasuhan (asuh), kasih sayang (asah)
dan stimulasi (asih) secara optimal. Salah satu penghambat tercapainya
pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal adalah orang tua tidak
memahami pola tidur pada anak. Tidur merupakan salah satu rangsangan
bagi tumbuh kembang otak bayi selanjutnya agar cerdas, berakal, dan
berpikiran jernih (Rochmah, 2012).
Tidur nyenyak sangat penting bagi pertumbuhan bayi, karena saat
tidur pertumbuhan otak bayi mencapai puncaknya. Beberapa ilmuwan
percaya bahwa tidur itu terjadi ketika kita beralih dari memori-memori yang
pendek menuju memori-memori yang panjang. Tidur sepertinya juga bisa
meningkatkan sistem kekebalan, mungkin itulah mengapa kita merasa
seperti banyak tidur ketika kita sedang sakit dan mengapa kita lebih rentan
terserang flu, sakit tenggorokan dan beberapa infeksi yang biasa lainnya
ketika kita terlalu lelah. Pada bayi tidur mungkin bisa memberi kontribusi
pada perkembangan otak, menjaga dan mengatur semua kemampuan
yang luar biasa dan informasi yang mereka serap setiap hari. Penelitian
juga telah menunjukkan bahwa anak-anak mengalami pertumbuhan saat
tidur (Nurfajrina, 2015).
Kejadian di Dunia terdapat Tujuh puluh persen bayi mempunyai
kebiasaan untuk tidur ”sepanjang malam ” pada umur tiga bulan, 85% pada
umur 6 bulan dan 95% di akhir tahun pertama. Di Beijing Cina terdapat
prevalensi gangguan tidur pada anak usia 2-6 tahun sebesar 23,5%. Pola
tidur bayi biasanya muncul pada usia 3 atau 4 bulan. Pada saat tidur,
sekitar 75% hormon pertumbuhan (Somatotropin) dikeluarkan pada saat
bayi tidur, khususnya awal tahap ke-3 dan ke-4 tidur. Tingginya kadar
hormon pertumbuhan ini erat hubungannya dengan kondisi fisik bayi

1
2

karena hormon ini punya tugas merangsang pertumbuhan tulang dan


jaringan, serta mengatur metabolisme tubuh, termasuk juga otak bayi
(Khasanah, 2017).
Fenomena yang terjadi dalam kajian akhir-akhir ini menyatakan
bahwa kurang dari 20 % dari kelompok bayi yang dapat tidur tanpa
terbangun sedikitnya satu kali diantara tengah malam dan jam 5 pagi.
Masalah tidur pada bayi dan balita yang disebarkan di Jakarta, Bandung,
Medan, Palembang, Batam terungkap bahwa 72,2 % orang tua
menganggap masalah tidur pada bayi dan balita adalah 2 masalah kecil,
padahal apabila anak terganggu masalah tidurnya maka pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal akan sulit dicapai (Nurfajrina, 2015).
Sedangkan di Jawa Tengah data kualitas tidur yang dilangsir dari
hasil penelitian Kencono (2016) didapatkan bahwa dari 17 responden
kelompok perlakuan kualitas tidur bayi baik terdapat 5 responden dengan
presentase (29,4%), sedangkan bayi yang memiliki kualitas tidur buruk
terdapat 12 responden dengan presentase (70,6%). Dari hasil penelitian
didapatkan dari 6 responden dengan presentase (35,2%) dengan posisi
tidur miring posisi ini merupakan posisi yang tidak baik untuk posisi tidur
bayi.
RSU Sebening Kasih Pati merupakan rumah sakit yang berada di
jalan raya Tayu-Pati dimana rumah sakit ini melayani masyarakat di bidang
kesehatan khususnya disekitar Tayu. Data yang diperoleh di RSU
Sebening Kasih Tayu tahun 2017 ibu yang melahirkan sebanyak 472 ibu
dan tahun 2018 sebanyak 489 ibu. Sedangkan ibu yang melahirkan di RSU
Sebening Kasih pada tahun 2019 bulan Agustus sebanyak 38 ibu, Bulan
September sebanyak 34 ibu dan bulan Oktober sebanyak 46 ibu. Rata-rata
ibu yang melahirkan setiap bulannya sebanyak 39 ibu (Rekam medik RSU
Sebening Kasih, 2019).
Waktu tidur yang cukup sangat penting bagi bayi. Disebabkan saat
tidur, otak merangsang memori dan pengetahuan baru. Otot, kulit, sistem
jantung dan pembuluh darah, metabolisme tubuh dan tulang mengalami
pertumbuhan pesat saat tidur. Hal ini karena saat itu tubuh memproduksi
hormon pertumbuhan tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan ketika
terjaga. Faktor yang mempengaruhi tidur adalah penyakit,
aktivitas/kelelahan, obat, stress, nutrisi, budaya dan lingkungan. Aktivitas
3

berlebihan yang dilakukan oleh bayi saat siang hari sering membuat bayi
menjadi sering gelisah/rewel saat tidur malam. Inisiasi menyusui secara
dini merupakan salah satu cara untuk membantu agar tidur bayi menjadi
lelap (Nazwa, 2015).
Cara dalam meningkatkan kualitas tidur bayi salah satunya adalah
dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan dilanjutkan dengan pemberian ASI
secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Keberhasilan pemberian ASI
ekslusif berawal dari terlaksananya proses IMD secara optimal. Disamping
menjadi titik awal keberhasilan ASI Eksklusif, IMD diyakini memiliki banyak
manfaat bagi ibu yaitu saat sentuhan, hisapan dan jilatan bayi pada puting
ibu selama proses inisiasi menyusu dini akan merangsang keluarnya
hormon oksitosin yang menyebabkan rahim berkontraksi sehingga
membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan pada ibu.
Menurut Saleha (2012), manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selain
meningkatkan pengeluaran ASI juga dapat meningkatkan kualitas tidur bayi
sesaat dilahirkan. IMD dengan prinsip bersentuhan dengan ibu
memberikan kehangatan, ketenangan serta sebagai nutrisi bayi sehingga
napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur dan mendapatkan
ketenangan pada bayi berdampak pada lama dan kualitas tidur pada bayi
baru lahir.
Steatment diatas juga sesuai dengan program pemeritah dalam
pemberian ASI secara dini. Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia
pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Indonesia sebesar
55,7%, dari standar yang diharapkan yaitu 80%. Dengan presentasi
pemberian ASI tertinggi berada di wilayah Nusa Tenggara Barat sebesar
86,9% dan terendah di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 26,3%, sementara
provinsi Sulawesi Tenggara angka cakupan ASI Ekslusif sebesar 54,1%
(Kemenkes RI, 2015).
Hasil penelitian terkait dilaksanakan oleh Dewi (2014) dengan judul
“Pengaruh Pemijatan Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-4 Bulan Di
Posyandu Gelatik Dan Nuri Kelurahan Tanjungunggat Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Jang Kota Tanjungpinang Tahun 2014”. Lama terbangun
bayi dimalam hari sesudah pemijatan mengalami penurunan 2,64 menit
dibandingkan sebelum pemijatan, ada perbedaan yang bermakna antara
lama terbangun sebelum dan sesudah pemijatan (p = 0,046). Sesudah
4

pemijatan mengalami peningkatan 0,32 jam dibandingkan sebelum


pemijatan, tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama tidur bayi
sebelum dan sesudah pemijatan (p = 0,414), Frekuensi terbangun bayi
dimalam hari sesudah pemijatan mengalami penurunan 0,82 kali
dibandingkan sebelum pemijatan, ada perbedaan yang bermakna antara
frekuensi terbangun bayi sebelum dan sesudah pemijatan (p = 0,001).
Studi pendahuluan dengan wawancara pada 10 ibu bayi di RSU
Sebening Kasih, sebanyak 4 (40%) ibu menyatakan anaknya tiap malam
tidur nyenyak dan terlelap. Ibu juga menyatakan langsung menyusui anak
setelah 1 jam melahirkan. Sebanyak 2 (20%) ibu menyatakan bayinya juga
tertidur lelap. Bayi masih minum susu botol karena air susu ibu tidak bisa
keluar. Sebanyak 4 (40%) ibu lainnya menyatakan bayinya sering rewel
malam hari. Hal ini dikarenakan bayi lapar dan ibu tidak memberikan ASI
secara langsung dikarenakan ibu mengalami kelelhan pasca melahirkan.
Faktot usia yang sudah menginjak 38 tahun menjadikan tenaga ibu
berkurang pasca melahirkan.
Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian
dengan Judul “Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap Kualitas
Tidur Bayi Baru Lahir di RSU Sebening Kasih”.

B. Perumusan Masalah
Tidur nyenyak sangat penting bagi pertumbuhan bayi, karena saat
tidur pertumbuhan otak bayi mencapai puncaknya. Beberapa ilmuwan
percaya bahwa tidur itu terjadi ketika kita beralih dari memori-memori yang
pendek menuju memori-memori yang panjang. Tidur sepertinya juga bisa
meningkatkan sistem kekebalan, mungkin itulah mengapa kita merasa
seperti banyak tidur ketika kita sedang sakit. Pada bayi tidur mungkin bisa
memberi kontribusi pada perkembangan otak, menjaga dan mengatur
semua kemampuan yang luar biasa dan informasi yang mereka serap
setiap hari. Salah satu cara meningkatkan kualitas tidur bayi dengan cara
Inisiasi Menyusui Dini. Berdasarkan latar belakang di atas maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap kualitas tidur bayi baru lahir di RSU
Sebening Kasih ?.
5

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap
kualitas tidur bayi baru lahir di RSU Sebening Kasih.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kualitas tidur bayi baru lahir
sebelum diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di RSU Sebening
Kasih.
b. Mengetahui kualitas tidur bayi baru lahir
sesudah diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di RSU Sebening
Kasih.
c. Menganalisis pengaruh kualitas tidur bayi
baru lahir sebelum dan sesudah diberikan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) di RSU Sebening Kasih.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSU Sebening Kasih
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi RSU Sebening
Kasih dalam memberikan penyuluhan kepada ibu pasca melahirkan
untuk menyusu secara dini yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas tidur bayi baru lahir.
2. Bagi Pengembangan ilmu Keperawatan
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi dalam
mengembangkan perencanaan keperawatan kepada ibu pasca
melahirkan khususnya tentang cara meningkatkan kualitas tidur bayi
baru lahir.
3. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus
Menambah referensi pada mahasiswa tentang pembelajaran
keperawatan anak khususnya pentingnya inisiasi menyusu secara dini
dalam meningkatkan kualitas tidur bayi baru lahir.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai dasar untuk kepustakaan atau informasi awal bagi
peneliti selanjutnya dalam melaksanakan penelitian selanjunya yang
berhubungan dengan kualitas tidur bayi baru lahir.
6

E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini belum pernah dilakukkan oleh peneliti lain di RSU
Sebening Kasih, sedangkan penelitian terkait seperti di bawah ini :
Tabel 1.1
Originalitas Penelitian

Peneliti/ Judul Metode Hasil Perbedaan


Tahun
Laila Perbedaan Quasi Uji statistik 1.
(2017) Durasi Eksperimen menggunakan menggunakan
Tidur Bayi Mann Whitney perlakuan pijat bayi
Yang didapatkan durasi dan penelitian
Dilakukan tidur malam sekarang
Baby dengan hasil p- menggunakan
Swimming value 0,006 lebih perlakuan IMD
Dengan kecil dari 0,05 2.
Pijat Bayi yang artinya ada menggunakan uji
Di perbedaan antara mann whitney dan
Yogyakarta baby swimming penelitian sekarang
dan pijat bayi menggunakan Uji
terhadap durasi Wilcoxon
tidur bayi di
yogyakarta..

Khasanah Pengaruh Quasi Hasil penelitian 1. Penelitian terdahulu


(2017) Pijat Bayi Eksperimen menemukan menggunakan
Terhadap bahwa terdapat perlakuan pijat bayi
Pola Tidur perbedaan dan penelitian
Pada Bayi signifikan sekarang
Usia 3 – 6 (p=0,000) menggunakan
Bulan kuantitas dan perlakuan IMD
Di Dusun kualitas tidur bayi 2. Penelitian terdahulu
Gandekan sebelum dan menggunakan
Desa sesudah pijat bayi. sampel bayi 3-6
Trirenggo Hasil ini bulan dan penelitian
Bantul memberikan sekarang sampel
implikasi bahwa bayi baru lahir
ada pengaruh pijat
bayi terhadap pola
tidur pada bayi
usia 3 – 6 bulan di
Dusun Gandekan
Desa Trirenggo
Bantul

Mawaddah Hubungan Deskriptif Uji statistik 1. Penelitian terdahulu


(2018) Inisiasi Korelasi didapatkan nilai p menggunakan
Menyusu = 0,001. Hal ini variable dependent
Dini menunjukkan pemberian ASI
Dengan terdapat ekslusif dan
Pemberian hubungan antara penelitian sekarang
Asi variabel IMD variable dependent
Ekslusif (Inisisasi Menyusu kualitas tidur bayi
7

Pada Bayi Dini) dengan 2. Penelitian terdahulu


Pemberian Asi menggunakan
Eksklusif (p<0,05). metode deskriptif
Nilai OR 9,17 korelasi dan
(95%CT) penelitian sekarang
menunjukkan menggunakan quasi
bahwa responden eksperimen
yang tidak
diberikan inisiasi
menyusu dini
9,17 kali lebih
beresiko tidak
mendapatkan asi
eksklusif
dibandingkaan
dengan responden
yang dilakukan
inisiasi menyusu
dini.

F. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup waktu
Waktu penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan standart
pengumpulan data dan izin pelaksanaan penelitian dari institusi serta
Bappeda Pati yaitu satu bulan. Penelitian ini rencananya akan
dilaksanakan pada Bulan April-Mei 2020.
2. Ruang lingkup tempat
Lokasi penelitian ini dilakukan dalam satu tempat yaitu RSU
Sebening Kasih Pati dimana sampel yang dijadikan penelitian yaitu
bayi baru lahir.
3. Ruang lingkup materi
Ruang lingkup materi ini termasuk keperawatan anak yakni
tentang pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap kualitas tidur
bayi baru lahir di RSU Sebening Kasih.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Tidur
1. Pengertian
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan
periode yang lebih lama dari keterjagaan. Pada dasarnya, tidur dibagi
menjadi dua tahapan yaitu non REM (non Rapid Eye Movement) atau
biasa disebut tidur tenang dan REM (Rapid Eye Movement ) atau biasa
disebut tidur aktif (Potter, 2012).
Tidur adalah salah satu bentuk adaptasi bayi terhadap
lingkungannya. Sesaat setelah lahir, bayi biasanya tidur selama 16-
20 jam sehari. Memasuki usia 2 bulan bayi mulai lebih banyak tidur
malam dibanding siang. Sampai usia 3 bulan, bayi baru lahir akan
menghabiskan waktu tidurnya sekitar 15-17 jam, dengan pembagian
waktu 8 jam untuk tidur siang dan 9 jam untuk tidur malam.
Semakin usia bayi bertambah, jam tidurnya juga semakin
berkurang. Pada usia 3-6 bulan jumlah tidur siang semakin
berkurang, kira-kira 3 kali. Total jumlah waktu tidur bayi usia 0-6
bulan berkisar antara 13-15 jam/hari. Pada bayi usia 6 bulan pola
tidurnya mulai tampak mirip dengan orang dewasa (Pamungkas,
2016).
Kualitas tidur bayi adalah mutu atau keadaan fisiologis tertentu
yang didapatkan selama seseorang tertidur, yang memulihkan proses-
proses tubuh yang terjadi pada waktu orang itu bangun. Jika kualitas
tidurnya bagus artinya fisiologi/faal tubuh dalam hal ini sel otak misalnya
pulih kembali seperti semula saat bangun tidur (Dewi, 2014).
2. Tahapan Tidur
Menurut Potter (2012), tahapan tidur dapat dilihat seperti di
bawah ini :
a. Tidur NREM (Non Rapid Eye Movement)
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek
karena gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih
pendek dari pada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang
yang sadar. Tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi

8
9

tubuh. Semua proses metabolisme termasuk tanda-tanda vital,


metabolisme dan kerja otot melambat. Tidur NREM ini dibagi
menjadi 4 tahap :
1) Tahap 1 NREM
a) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
b) Tahap berakhir beberapa menit
c) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan
secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme
d) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori
seperti suara
e) Seseorang ketika terbangun merasa seperti telah melamun
2) Tahap 2 NREM
a) Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara
b) Kemajuan relaksasi
c) Terbangun masih relatif mudah
d) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
e) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
3) Tahap 3 NREM
a) Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam
b) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
c) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
d) Tanda-tanda vital menurun tapi tetap teratur
e) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
4) Tahap 4 NREM
a) Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam
b) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
c) Orang yang kurang tidur akan menghabiskan porsi malam
yang seimbang pada tahap ini
d) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna disbanding
selama jam terjaga
e) Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
f) Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi
b. Tidur REM (Rapid Eye Movement)
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung
selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM dan
10

sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Otak cenderung aktif
selama tidur REM dan metabolismnya meningkat hingga 20%.
Tahap ini individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat
bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung
meningkat, dan frekuensi jantung dan pernapasan sering kali tidak
terat.
3. Gangguan Istirahat Tidur
Gangguan istirahat tidur menurut Wahyudi (2012) dapat dilihat
seperti di bawah ini :
a. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini
umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena
gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah
atau gelisah.
Menurut Potter (2012) insomnia dapat dibagi menjadi 3
macam, yaitu :
1) Insomnia inisial : kesulitan untuk memulai tidur.
2) Insomnia intermiten : merupakan ketidakmampuan untuk tetap
mempertahankan tidur sebab sering terbangun.
3) Insomnia terminal : Bangun lebih awal tetapi sulit untuk tertidur
kembali.
b. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur
atau muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada
anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga
(misalnya: tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun
tidur (misalnya: mengigau) dan parasomnia yang terkait dengan
tidur REM (misalnya: mimpi buruk).
c. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan sistem saraf,
gangguan pada hati atau ginjal atau gangguan metabolisme
(misalnya: hipertiroidisme). Hipersomnia pada kondisi tertentu dapat
11

digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung


jawab pada siang hari.
d. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan
yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut
juga sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya
belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetik sistem saraf
pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur REM.
Alternatif pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti
amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida atau dengan
antidepresan seperti imipramin hidroklorida.
e. Apnea saat tidur
Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi
terhentinya nafas secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga
terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di
malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit
kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan
psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung
4. Kualitas Tidur Bayi
Kualitas tidur adalah mutu atau keadaan fisiologis tertentu yang
didapatkan selama seseorang tidur, yang memulihkan proses-proses
tubuh yang terjadi pada waktu orang itu bangun. Jika kualitas tidurnya
bagus artinya fisiologi/faal tubuh dalam hal ini sel otak misalnya pulih
kembali seperti semula saat bangun tidur (Candra, 2015).
Kualitas tidur bayi tidak hanya berpengaruh pada perkembangan
fisik, tapi juga sikapnya keesokan hari. Bayi yang kualitas tidur cukup
tanpa sering terbangun akan lebih bugar dan tidak gampang rewel.
Menurut Wahyudi (2012), bayi mengalami gangguan kualitas tidur yaitu :
a. Sulit sulit tidur kembali setelah terbangun
b. Bayi gampang rewel
c. Bayi tidur kurang 16,5 jam (normal pagi 3 jam, siang 5 jam dan
malam 8,5 jam)
d. Bayi saat tidur terbangun lebih dari 3 kali
e. Lama terbangunnya bayi lebih dari 1 jam
f. Bayi sering menangis
g. Bayi nampak pucat
12

h. Bayi terlihat mengigau saat tidur


i. Gerakan reflek bayi kurang
j. Bayi sering terbangun saat tidur
Pola tidur bayi pada usia enam bulan mulai tampak mirip dengan
orang dewasa. Setelah mengatur periode yang umumnya memakan
waktu 10 sampai 20 menit, tidur bayi berubah tahapnya yaitu dari tahap
1 non-REM menuju tahap 3 atau 4. Bayi mungkin kembali ke tahap 1
dan berputar kembali. Setelah satu atau dua putaran tidur NREM, REM
mulai timbul setelah 60 sampai 90 menit. Siklus tidur yang lebih sering
muncul pada bayi adalah tahap REM dan menghasilkan tidur yang lebih
pendek, sekitar 30% dari waktu tidur dihabiskan dalam siklus REM.
Pada usia 6-9 bulan memerlukan waktu tidur sekitar 14 jam perhari dan
mereka sudah bisa tidur selama tujuh jam sekali waktu. Bayi mungkin
melakukan satu atau dua kali tidur siang per hari, yaitu sekali di pagi hari
dan sekali di sore hari. Pada usia 9-12 bulan, bayi tidur dalam tempo
sekitar 12 jam di malam hari dan tidur siang dua kali sehari dalam tempo
satu jam atau dua jam sekali waktu (Potter, 2012).
5. Pengukuran Kulitas Tidur Bayi
Pengukuran kualitas tidur bayi dilaksanakan dengan
menggunakan kuesioner sebanyak 10 item pertanyaan yang dikutip dari
teori Pane (2019) tentang gangguan kualitas tidur pada bayi. Jawaban
yang digunakan yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S), Kadang-Kadang
(KK), Tidak Pernah (TP) dengan menggunakan kategori kualitas tidur
baik skor 26-40 dan kualitas tidur bayi kurang skor 20-25.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur Bayi
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk
tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya.
Menurut Potter (2012) kualitas tidur yaitu sebagai berikut :
a. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi
seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur. Lingkungan
fisik tempat bayi tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk
tertidur dan tetap tertidur. Atur suasana kamar sehingga nyaman
untuk tidur yang meliputi tata cahaya, ventilasi, tata warna, suhu
13

dan juga keadaan boksnya. Anda bisa meletakkan boks di dalam


kamar tidur, di samping ranjang orangtua atau di kamar tersendiri.
Hindarkan juga suara bising yang membuatnya mudah terjaga.
Jangan gunakan pewangi ruangan dan obat pengusir nyamuk yang
bisa membuatnya sesak. Nyamuk memang sering membuat bayi
tidak nyenyak tidur. Pakailah kelambu yang bisa melindungi bayi
dari serangan nyamuk. Keadaan lampu yang sangat terang akan
membuat bayi sulit membedakan siang dan malam. Keadaan yang
gelap akan merangsang otak untuk memproduksi melatonin,
hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pinela untuk memberitahu
otak bahwa diluar hari sudah gelap.
b. Latihan Fisik
Keletihan akibat aktivitas fisik yang tinggi dapat memerlukan
lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah
dikeluarkan. Hal tersebut dapat terlihat bila bayi melakukan aktivitas
sehari-hari atau setelah melakukan pemijatan dan mencapai
kelelahan. Latihan 2 jam atau lebih dalam hal ini pemijatan bayi
yang dilakukan sebelum waktu tidur membuat tubuh mendingin dan
mempertahankan suatu keadaan kelelahan yang dapat
meningkatkan relaksasi karena pemijatan dapat mempengaruhi
keluarnya hormon tidur melatonin.
c. Nutrisi
Faktor penting untuk memaksimalkan periode emas
pertumbuhan otak adalah terpenuhinya nutrisi dan kecukupan tidur
bayi. ASI terbukti mengandung alfa protein yang cukup tinggi, alfa
protein merupakan protein utama pada whey protein yang
merupakan protein halus dan mudah dicerna. Alfa protein kaya
akan asam amino essensial yang sangat berguna untuk tumbuh
kembang bayi, terutama triptofan. Triptofan adalah asam amino
yang berperan dalam proses neurotranmitter dan pengatur pola
hidup (neurobehavioral) dimana salah satu fungsinya adalah
mengatur pola tidur. Bayi yang sulit tidur atau sering terbangun dari
tidurnya karena merasa belum kenyang. Karena itu, penuhi
kebutuhan makan dan minum bayi sebelum tidur. Jika kebutuhan
fisiknya dipenuhi, si kecil tidak lagi sering terbangun di tengah
14

malam. Yang perlu diperhatikan, ditinjau dari kesehatan gigi,


kebiasaan memberikan susu di malam hari sebaiknya dihentikan
setelah gigi bayi muncul (sekitar usia 6 bulan setelah masa ASI
eksklusif). Sebagai gantinya, berikan air putih jika ia memang haus
atau tenangkan bayi agar tidur kembali. Selain itu, memberikan
makanan terlalu banyak pada bayi terutama susu akan membuat
kantong kemih kencang pada malam harinya dan kedaan ini akan
membuat bayi lebih sering terbangun.
d. Penyakit
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan
fisik dapat menyebabkan masalah tidur. Pada bayi adanya
gangguan atau rasa sakit pada gigi, telinga, kulit, saluran napas,
saluran cerna, saluran kemih, otot atau tulangnya dapat.

B. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


1. Pengertian
Inisiasi menyusu dini (early initiation breastfreeding) atau
permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera
setelah lahir atau kemampuan bayi mulai menyusu sendiri segera
setelah lahir. Setelah lahir bayi belum menujukkan kesiapannya untuk
menyusu Reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah
lahir. bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit setelah
lahir (Roesli, 2012).
Sesaat setelah ibu melahirkan maka biasanya bayi akan
dibiarkan atau diletakkan di atas dada si ibu agar sang anak mencari
sendiri puting ibunya, ini disebut dengan inisiasi menyusu dini / IMD
(Kodrat, 2010).
Pemberian ASI secara dini juga membiasakan bayi agar
terbiasa mengkonsumsi ASI untuk pertumbuhan dan perkembangannya,
sebab untuk ASI merupakan makanan yang memiliki nilai gizi yang
tinggi yang didalam ASI mengandung unsur-unsur gizi lengkap yang
diperlukan bayi dalam pertumbuhan dan perkembangannya kelak
(Saleha, 2012).
Keberhasilan Menyusu Secara Dini ditunjukkan dengan
kesiapan ibu dan bayi dalam proses menyusui. Keberhasilan ini
dibuktikan dengan bayi mendapatkan kolostrum pada ASI yang pertama
15

keluar dari ibu. Sentuhan ibu terhadap bayi yang dilapisi dengan kain
tipis mampu memberikan efek kehangatan serta kenyamanan pada
bayi. Selain kehangatan yang diperoleh bayi, reflek menyusu pada ibu
juga akan menjadikan kebiasaan bayi dalam meraih putting ibu.
Pelaksanaan Inisiasi Menyusu secara Dini dikatakan behasil apabila
dilaksanakan sesuai tahap Standart Operasional Prosedur Menyusu
Secara Dini hingga keberhasilan ibu mengeluarkan ASI sebagai nutrisi
bayinya (Roesli, 2012).
2. Tahap Pelaksanaan IMD
Ada beberapa praktek yang mendukung keberhasilan IMD.
Langkah-langkah IMD menurut Lestari (2014) adalah sebagai berikut :
a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan
b. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk mengurangi / tidak
banyak menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat
kimiawi terlalu banyak, dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi
yang nantinya akan menyusu dalam proses inisiasi menyusu dini.
c. Para petugas kesehatan yang membantu ibu menjalani proses
melahirkan akan melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti
biasanya. Begitu pula jika ibu harus menjalani operasi Caesar
d. Segera setelah lahir, seluruh tubuh bayi dan kepala di keringkan
secepatnya kecuali kedua tangan yang masih basah dengan air
ketuban. Vernix (zat lemak putih) yang menempel ditubuh bayi baru
lahir sebaiknya tidak di bersihkan untuk menambah kenyamanan
kulit bayi.
e. Selanjutnya tali pusat dipotong dan ikat.
f. Kemudian tanpa dibedong bayi segera ditengkurapkan di dada atau
perut ibu, dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimut
digunakan untuk menyelimuti bayi dan ibu bersama. Selama terjadi
kontak kulit antara ibu dan bayi, maka bayi tidak akan pernah
kedinginan atau kepanasan, karena kulit ibu menjadi pengatur suhu
tubuh bayi. Jika perlu bayi diberi topi untuk mencegah hipotermi
(pengeluaran panas) dari kepalanya.
g. Bayi yang di tengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk
mencari sendiri putting susu ibunya (bayi tidak di paksakan ke
16

puting susu). Pada dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk
mencari putting susu ibunya.
h. Saat bayi dibiarkan mencari putting susu ibunya, ibu perlu didukung
dan di bantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
Posisi ibu yang berbaring mungkin tidak dapat mengamati jelas apa
yang dilakukan oleh bayi.
i. Selama beberapa menit bayi akan diam dan tenang dari kondisi
siaga karena mendengar detak jantung ibunya yang biasa dia
dengar selama di Rahim.
j. Sekitar 10 menit kemudian bayi mulai menggerak gerakkan
tangannya yang mengandung air ketuban kedalam mulutnya dan
indra penciumannya membaui air ketuban ditangannya.
k. Secara naluriyah bayi akan merangkak mencari putting susu ibunya
yang baunya sama dengan air ketuban di tangannya. Proses ini
membutuhkan waktu 20 – 40 menit setelah bayi diletakkan diatas
perut tergantung cara persalinan, normal atau dengan tindakkan.
Pada saat merangkak ini bayi menjilat – jilat kulit ibu yang
mengandung bakteri baik dan menelannya sehingga bakteri baik
berkembang biak diususnya untuk menghadang bakteri jahat dari
lingkungan luar tubuhnya.
l. Setelah berhasil mencapai putting ibunya, bayi akan segera
menghisap air susu pertama (kolostrum). Asi akan terangsang
mengalir dengan lancar karena rangsangan lidah bayi pada putting,
hentakan kepala bayi pada dada ibu, yang merangsang
dikeluarkannya hormon oksitosin. Hormon oksitosin membantu
kontraksi rahim sehingga plasenta keluar dengan mudah.
m. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya
setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu
pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan putting
payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap
bersentuhan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
n. Setelah selesai menyusu pertama, bayi baru dipisahkan untuk
ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
o. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung. Rawat gabung
memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja sibayi
17

menginginkannya, karena kegiatan menyusui tidak boleh dijadwal.


Rawat gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu
dengan bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu merasa
dekat dengan ibu, dan selain itu dapat memudahkan ibu untuk
beristirahat dan menyusui.
3. Manfaat IMD
Inisiasi menyusu dini bermanfaat bagi ibu dan bayi baik secara
fisiologis maupun psikologis yaitu sebagai berikut :
a. Ibu
Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya
oksitoksin. Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga
membantu keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan.
Oksitoksin juga menstimulasi hormon-hormon lain yang
menyebabkan ibu merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar
dengan lancar.
b. Bayi
Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan,
ketenangan sehingga napas dan denyut jantung bayi menjadi
teratur. Kehangatan dan ketenangan pada bayi juga akan
berdampak pada tidur bayi yang semakin nyenyak. Bayi
memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan merupakan
imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga mengandung
faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi berfungsi secara
efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi lain lebih sulit
masuk ke dalam tubuh bayi (Roesli, 2012).
4. Kesalahan Pelaksanaan IMD
Menurut Lestari (2014) walaupun pelaksanaan IMD sudah
dilaksanakan, namun umumnya belum tepat. Berikut beberapa
kesalahan dalam melaksanakan IMD :
a. Begitu bayi lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain
kering. Seharusnya Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan
diletakkan diperut ibu dengan kontak kulit ke kulit.
b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong,
lalu diikat. Langkah IMD yang tepat adalah setelah bayi lahir hanya
mengeringkan bagian badan saja tanpa membersihkan bagian
18

ekstremitas atas, kemudian sesegera mungkin diletakkan di dada


ibu untuk kontak kulit jika tidak ditemui adanya kegawat daruratan
atau penyulit.
c. Karena takut kedinginan, bayi dibedong dengan selimut. Padahal
tubuh ibu secara fisiologis akan meningkat suhunya ketika bayi
menempel untuk menyesuaikan dengan kebutuhan kehangatan
bayi. Bayi hanya perlu di berikan penutup kepala dan kain kering
untuk menutup tubuh pada saat dilakukan IMD.
d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi
kontak dengan kulit ibu) bayi dibiarkan didada ibu (bonding) untuk
beberapa lama (10- 15 menit) atau sampai tenaga kesehatan
selesai menjahit perineum. Ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi
akan lebih baik pada 1-2 jam pertama, sangat disayangkan jika
langkah ini terhambat karena dilakukan penjahitan perineum.
Bonding dapat dilakukan dengan lebih baik jika melibatkan keluarga
untuk membantu.
e. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara
memasukkan putting susu ibu kemulut bayi. Bayi sudah mempunyai
reflek untuk mencari puting susu ibunya, untuk kemudian
merangkak mencari dan menemukan kemudian menyusu.
f. Setelah selesai menyusu, bayi di bawa ke kamar transisi untuk
ditimbang, diukur, di cap dan diberikan suntikkan vitamin K dan
diolesi salep mata. Apabila tidak ditemukan adanya kegawatan
sebaiknya setelah dilakukan asuhan, bayi segera dilakukan
rooming in.
5. Kebijakan The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) tentang
Inisiasi Menyusu Dini
The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA)
mengeluarkan beberapa kebijakan tentang Inisiasi Menyusu Dini dalam
Pekan ASI sedunia (World Breastfeeding Week) :
a. Menggerakan Dunia untuk menyelamatkan 1 juta bayi dimulai
dengan satu tindakan sederhana yaitu beri kesempatan pada bayi
untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama
kehidupannya.
19

b. Menganjurkan segera terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi dan
berlanjut dengan menyusui untuk 6 bulan secara eksklusif .
c. Mendorong Menteri Kesehatan atau orang yang mempunyai
kebijakan untuk menyatukan pendapat bahwa Inisiasi Menyusu Dini
dalam satu jam pertama adalah indikator penting untuk pencegahan
kesehatan.
d. Memastikan keluarga mengetahui pentingnya satu jam pertama
untuk bayi dan memastikan mereka melakukan pada bayi mereka
kesempatan yang baik ini.
e. Memberikan dukungan perubahan baru dan peningkatan kembali
Rumah Sakit Sayang Bayi dengan memberi perhatian dalam
penggabungan dan perluasan tentang Inisiasi Menyusu Dini.

C. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Kualitas Tidur Bayi


Baru Lahir
Tidur nyenyak sangat penting bagi pertumbuhan bayi, karena saat
tidur pertumbuhan otak bayi mencapai puncaknya. Beberapa ilmuwan
percaya bahwa tidur itu terjadi ketika kita beralih dari memori-memori yang
pendek menuju memori-memori yang panjang. Tidur sepertinya juga bisa
meningkatkan sistem kekebalan, mungkin itulah mengapa kita merasa
seperti banyak tidur ketika kita sedang sakit dan mengapa kita lebih rentan
terserang flu, sakit tenggorokan dan beberapa infeksi yang biasa lainnya
ketika kita terlalu lelah. Pada bayi tidur mungkin bisa memberi kontribusi
pada perkembangan otak, menjaga dan mengatur semua kemampuan yang
luar biasa dan informasi yang mereka serap setiap hari. Penelitian juga telah
menunjukkan bahwa anak-anak mengalami pertumbuhan saat tidur
(Nurfajrina, 2015).
Waktu tidur yang cukup sangat penting bagi bayi. Disebabkan saat
tidur, otak merangsang memori dan pengetahuan baru. Otot, kulit, sistem
jantung dan pembuluh darah, metabolisme tubuh dan tulang mengalami
pertumbuhan pesat saat tidur. Hal ini karena saat itu tubuh memproduksi
hormon pertumbuhan tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan ketika
terjaga. Faktor yang mempengaruhi tidur adalah penyakit,
aktivitas/kelelahan, obat, stress, nutrisi, budaya dan lingkungan. Aktivitas
berlebihan yang dilakukan oleh bayi saat siang hari sering membuat bayi
20

menjadi sering gelisah/rewel saat tidur malam. Inisiasi menyusui secara dini
merupakan salah satu cara untuk membantu agar tidur bayi menjadi lelap
(Nazwa, 2015).
Cara dalam meningkatkan kualitas tidur bayi salah satunya adalah
dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan dilanjutkan dengan pemberian ASI
secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Keberhasilan pemberian ASI
ekslusif berawal dari terlaksananya proses IMD secara optimal. Disamping
menjadi titik awal keberhasilan ASI Eksklusif, IMD diyakini memiliki banyak
manfaat bagi ibu yaitu saat sentuhan, hisapan, dan jilatan bayi pada puting
ibu selama proses inisiasi menyusu dini akan merangsang keluarnya hormon
oksitosin yang menyebabkan rahim berkontraksi sehingga membantu
pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan pada ibu
Steatment diatas juga sesuai dengan program pemeritah dalam
pemberian ASI secara dini. Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia
pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Indonesia sebesar
55,7%, dari standar yang diharapkan yaitu 80%. Dengan presentasi
pemberian ASI tertinggi berada di wilayah Nusa Tenggara Barat sebesar
86,9% dan terendah di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 26,3%, sementara
provinsi Sulawesi Tenggara angka cakupan ASI Ekslusif sebesar 54,1%
(Kemenkes RI, 2015).
Hasil penelitian terkait dilaksanakan oleh Dewi (2014) dengan judul
“Pengaruh Pemijatan Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-4 Bulan Di
Posyandu Gelatik Dan Nuri Kelurahan Tanjungunggat Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Jang Kota Tanjungpinang Tahun 2014”. Lama terbangun
bayi dimalam hari sesudah pemijatan mengalami penurunan 2,64 menit
dibandingkan sebelum pemijatan, ada perbedaan yang bermakna antara
lama terbangun sebelum dan sesudah pemijatan (p = 0,046). Sesudah
pemijatan mengalami peningkatan 0,32 jam dibandingkan sebelum
pemijatan, tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama tidur bayi
sebelum dan sesudah pemijatan (p = 0,414), Frekuensi terbangun bayi
dimalam hari sesudah pemijatan mengalami penurunan 0,82 kali
dibandingkan sebelum pemijatan, ada perbedaan yang bermakna antara
frekuensi terbangun bayi sebelum dan sesudah pemijatan (p = 0,001),
21

D. Kerangka Teori

Bayi Baru Kualitas Tidur Bayi


Lahir Sebelum Perlakuan

Inisiasi Menyusu Manfaat IMD :


Dini (IMD) 1. Bagi Ibu
Faktor yang Mempengaruhi
Membantu keluarnya
Tidur Bayi :
plasenta, mencegah
a. Lingkunga perdarahan dan ASI
n keluar dengan lancar
b. Latihan Kualitas Tidur Bayi
2. Bagi Bayi
Setelah Perlakuan kehangatan,
Fisik
ketenangan, tidur
c. Nutrisi
bayi yang semakin
nyenyak dan
memperoleh
kolostrom yang
Normal jumlah tidur bayi mengandung antibodi
baru lahir 16,5 jam
(normal pagi 3 jam,
siang 5 jam dan malam
8,5 jam) Keluarga

Sumber : Wahyudi (2012), Potter (2012) dan Roesli (2012)

Gambar 2.1
Kerangka Teori

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
22

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang memiliki oleh kelompok lain.
Definisi lain variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu
konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2015). Variabel penelitian ini
menggunakan variabel bebas (independent) yaitu Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) dan variabel terikat (dependent) Kualitas Tidur Bayi Baru Lahir.

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan tentang jawaban sementara
terhadap masalah penelitian yang disusun berdasarkan teori (Nursalam,
2016). Hipotesis dalam penelitian ini mempunyai 2 kemungkinan yaitu :
1. Ha : ada pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap kualitas tidur
bayi baru lahir di RSU Sebening Kasih.
2. H0 : tidak ada pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap kualitas
tidur bayi baru lahir di RSU Sebening Kasih.

C. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Kualitas Tidur Bayi Baru


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Lahir di RSU Sebening
Kasih Tahun 2020

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan yaitu untuk
mengetahui pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap kualitas
tidur bayi baru lahir di RSU Sebening Kasih, maka peneliti
menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah

22
23

penelitian yang datanya merupakan data kuantitatif sehingga analisis


datanya menggunakan analisis kuantitatif (inferensi). Metode yang
digunakan metode pre eksperimental merupakan salah satu jenis
metode penelitian yang memungkinkan peneliti untuk mengubah
variabel serta meniliti akibat yang terjadi (Nursalam, 2016).
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan pendekatan One-Group Pra Test – Post Test
Design. Ciri dari tipe penelitian ini adalah pengungkapan hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subyek. Kelompok
subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi
lagi setelah intervensi. Berikut adalah gambar rancangan penelitian
yang diadopsi dari Nursalam (2016) :

O1 X O2

Sumber : (Nursalam, 2010)


Gambar 3.2
Rancangan Penelitian
Keterangan :
O1 : Observasi I (Kualitas tidur bayi Sebelum IMD)
X : Intervensi (IMD)
O2 : Observasi II (Kualitas tidur bayi Sesudah IMD)
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan hasilnya berupa
data dalam bentuk kategorik. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini meliputi :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber
pertama atau dengan kata lain data yang pengumpulannya
dilakukan sendiri oleh peneliti secara langsung (Nursalam, 2016).
Metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut :
1) Mengurus perizinan penelitian kepada institusi pendidikan yaitu
Ketua Universitas Muhammadiyah Kudus.
2) Selanjutnya meminta izin kepada Kepala Bappeda Pati dan
permohonan izin penelitian di RSU Sebening Kasih.
24

3) Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden untuk


memberikan penjelasan tujuan penelitian, diharapkan bersedia
menjadi responden dan bersedia menandatangani lembar
persetujuan.
4) Responden dilaksanakan observasi oleh peneliti dengan
menggunakan pedoman observasi kualitas tidur bayi baru lahir
sebelum diberikan IMD.
5) Ibu memberikan IMD pada kelompok intervensi (perlakuan).
6) Peneliti mengobservasi kembali kualitas tidur bayi setelah
diberikan IMD.
7) Mengumpulkan dan menilai hasil observasi yang didapat dari
hasil penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Notoatmodjo,
2015). Data sekunder adalah data pengumpulannya bukan
diusahakan sendiri oleh peneliti. Data sekunder dalam penelitian ini
adalah diperoleh dari catatan rekam medis RSU Sebening Kasih,
buku dan literatur internet.
4. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu
yang melahirkan di RSU Sebening Kasih pada tahun 2019 bulan
Agustus sebanyak 38 ibu, Bulan September sebanyak 34 ibu dan bulan
Oktober sebanyak 46 ibu. Rata-rata ibu yang melahirkan setiap
bulannya sebanyak 39 ibu.
5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian
Sampel adalah subunit populasi survei atau populasi survei itu
sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target. Dengan
kata lain, sample adalah elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar
kemampuan mewakilinya (Sugiyono, 2014).
Sampel penelitian ini adalah populasi dengan kriteria sebagai
berikut:
25

a. Kriteria Inklusi
1) Bayi yang dilahirkan di RSU sebening Kasih.
2) Keadaan umum ibu dan bayi stabil pasca melahirkan.
3) Ibu mampu diajak komunikasi.
4) Bersedia menjadi responden dalam penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
1) Ibu bayi tidak mampu mengeluarkan ASI
2) Keadaan fisik lemah sehingga tidak mempu menyusui
3) Responden mengundurkan diri
Prosedur dan tehnik pengambilan sampel dilakukan secara
Purposive Sampling yaitu salah satu teknik sampling non random
sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian
sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian
(Sugiyono, 2014). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dikutip
dari Nursalam (2016) ditentukan dengan rumus Slovin yaitu :
N
n = ––––––––––
1 + N (d)2

Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : tingkat signifikansi / 0,05
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang
digunakan adalah :
N
n
1  N(d 2 )
39

1  39.(0,052 )
39

1,0975
= 35,5 sampel dibulatkan 36 sampel

Untuk antisipasi droup out maka sampel ditambahkan 10% dari


jumlah populasi atau sebanyak 4 responden.

6. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran


26

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik


yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan atau karakteristik yang
dapat diamati atau diukur (Nursalam, 2016).
Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi Alat Ukur dan


Variabel Hasil Ukur Skala
Operasional Cara Ukur
Penelitian
Variabel Pemberian ASI SOP IMD 1. Diberikan inisiasi Nominal
Independen oleh ibu kepada menyusu secara
Inisiasi bayi atau dini
Menyusu kemampuan 2. Tidak diberikan
Dini (IMD) bayi mulai inisiasi menyusu
menyusu secara dini
sendiri segera
setelah lahir.

Variabel Keadaan Menggunakan Skor yang diperoleh Ordinal


Dependen fisiologis bayi pedoman yaitu hasil :
Kualitas selama tidur, observasi dengan 1. Kualitas tidur
Tidur Bayi yang 10 pernyataan baik : 26-40
Baru Lahir memulihkan dengan penilaian: 2. Kualitas tidur
proses-proses 1. 1 : sangat kurang : 10-25
tubuh bayi yang sering
terjadi pada 2. 2 : sering
waktu bayi itu 3. 3 : kadang-
bangun. kadang
4. 4 : Tidak
Pernah

7. Instrumen Penelitian dan Cara Penilaian Data Penelitian


a. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu chek list
karakteristik responden (umur bayi, umur ibu, pendidikan ibu dan
pekerjaan ibu), SOP Inisiasi Menyusu Dini dan pedoman observasi
kualitas tidur bayi baru lahir.
b. Cara penilaian Data Penelitian
1) Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi
umur bayi, umur ibu, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu. Untuk
menentukan karakteristik responden menggunakan chek list
yang telah disediakan pada lampiran instrument penelitian.

2) Kualitas Tidur Bayi Baru Lahir sebelum dan sesudah IMD


27

Menggunakan pedoman observasi dengan 10 item


pernyataa yang dilaksanakan oleh peneliti.
3) Check list yang dititipkan kepada ibu berisi tentang lembar
check list kualitas tidur bayi sesudah IMD karena diharuskan
observasi jumlah tidur bayi.
8. Teknik Pengolahan Data dan Analisa
a. Tehnik Pengolahan Data
Untuk penelitian ini, tehnik penilaian data dilakukan dengan
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1) Editing
Peneliti segera mengecek kembali hasil observasi yang
telah dimasukan dalam tabel penolong sementara. Kekurangan
dari hasil observasi segera diisi kembali untuk melengkapi.
2) Coding
Peneliti memasukan kode-kode hasil penelitian yang
didapatkan dari observasi yang dilakukan. Kategori kualitas
tidur bayi baru lahir yaitu kualitas tidur baik diberi kode 1 dan
kualitas tidur kurang diberi kode 2.
3) Scoring
Scoring dalam penelitian ini adalah kualitas tidur bayi
baru lahir yaitu kualitas tidur baik diberi skor 26-40 dan kualitas
tidur kurang diberi skor 10-25.
4) Tabulating
Tabulasi ini dilakukan untuk menggolongkan sesuai
kode yang didapat. Peneliti dapat mengetahui apakah
penelitian ini ada hubungan atau pengaruh atau tidak dengan
melihat hasil tabulasi sementara.
b. Analisa Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian. Umumnya dalam analisis ini hanya
28

menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variabel


(Sugiyono, 2014).
Analisis data menggunakan program SPSS untuk
mengetahui bagaimana gambaran data yang telah selesai
dikumpulkan dengan bentuk distribusi frekuensi dan variabel
umur bayi, umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, kualitas
tidur bayi baru lahir sebelum dan sesudah diberikan Inisiasi
Menyusu Dini, kualitas tidur bayi baru lahir kelompok control
dengan perlakuan tidak Inisiasi Menyusu Dini.
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis data yang dilakukan pada
dua variabel yang diduga mempunyai hubungan atau korelasi
(Sugiyono, 2014).
Sebelum dilakukan penelitian telah dilakukan uji
normalitas data. Uji normalitas data digunakan untuk
menentukan rumus uji yang digunakan dalam sistem
komputerisasi (SPSS). Pengujian normalitas data dengan
sampel kurang dari 50 menggunakan rumus Shapiro-Wilk. Nilai
Shapiro-Wilk hitung dibandingkan dengan nilai Z tabel (1,96).
Apabila nilai Z hitung kurang dari Z tabel (1,96) maka data yang
digunakan dalam penelitian sebelum pemberian IMD dapat
dikatakan normal.
Analisis bivariat yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon merupakan salah
satu uji statistik yang digunakan pada data berdistribusi normal
(ordinal) serta untuk menguji ada tidaknya pengaruh yang
bermakna (Riwidikdo, 2012). Uji Wilcoxon dilaksanakan
menggunakan sistem komputerisasi (olah data SPSS).
Intepretasi hasil Uji Wilcoxon yaitu bila ρ value ≤ 0,05 Ho
ditolak, Ha diterima yang berarti ada pengaruh Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) terhadap kualitas tidur bayi baru lahir di RSU
Sebening Kasih.
29

E. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2
Jadwal penelitian tahun 2019-2020

Tahun 2019/2020
F.No KEGIATAN
Nov Des Jan Febr Mar Apr Mei Juni
1. Pengusulan Judul √
2. Bimbingan √ √ √ √
Proposal
3. Ujian Proposal √ √
4. Pengambilan Data √ √
Penelitian

5. Pengolahan Data √
6. Penyusunan Hasil √ √
dan Pembahasan

7. Ujian Skripsi √
8. Revisi dan √ √
Pengumpulan
Skripsi
30

DAFTAR PUSTAKA

Chandra. Keajaiban Tidur. Rineka Cipta, Jakarta, 2015.

Dewi, Utami. Pengaruh Pemijatan Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-4 Bulan
Di Posyandu Gelatik Dan Nuri Kelurahan Tanjungunggat Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Jang Kota Tanjungpinang Tahun 2014. Poltekkes
Kemenkes Tanjungpinang, 2014.

Kemenkes RI. Profil kesehatan Indonesia. Jakarta, 2015.

Kencono, Putri L. Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum Dan Sesudah Pelaksanaan


Baby Spa Pada Bayi Usia 3-6 Bulan Di Klinik A Ungaran Kabupaten
Semarang. Stikes Ngudi Waluyo Ungaran, 2016.

Kodrat, Laksono. Dahsyatnya ASI & Laktasi. Media Baca, Yogyakarta, 2010.

Khasanah, Uswatun. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Pola Tidur Pada Bayi Usia
3–6 Bulan di Dusun Gandekan Desa Trirenggo Bantul. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 2017.

Lestari, Budi. Penfaruh Pijat Bayi Terhadap Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Tidur
Bayi Usia 3-6 Bulan di Kecamatan Sentolo Kulon Progo. Skripsi. Studi Ilmu
Keperawatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Jakarta, 2014.

Nazwa, N.U. Rahasia Ibu Pintar, Panduan Merawat Bayi Pasca Persalinan
Sampai 12 Bulan. Katahati, Yogyakarta, 2015.

Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta,


2015.

Nurfajrina, A. Gambaran gangguan tidur dan hubungannya terhadap tinggi badan


anak usia 9-12 tahun: penelitian pendahuluan. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, 2015.

Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan


pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Salemba
Medika, Jakarta, 2016.

Pamungkas, Bintang Aji. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Umur
0-6 Bulan Di Puskesmas Kartasura. Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2016.

Potter, Perry. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. EGC,


Jakarta, 2012.

Riwidikdo, H. Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisa Data Dalam


Penelitian Kesehatan. (plus Aplikasi sofwer SPSS), Yogyakarta, 2012.

Rochmah, dkk. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. EGC, Jakarta, 2012.

30
31

Roesli U. Panduan inisiasi menyusu dini: plus asi eksklusif. Trubus Agriwidya,
Jakarta, 2012.

Saleha, Siti. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Salemba Medika, Surabaya,
2012.

Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung, 2014.

Wahyudi, Nugroho. Keperawatan Gerontik. edisi 2”. EGC, Jakarta, 2012.

31

Anda mungkin juga menyukai