Artefak Magic Angle
Artefak Magic Angle
Disusun oleh :
1. Aulia Mantivani (P1337430219098)
2. Emi Listiyani (P113374302190430)
3. Nur Ainiyah (P1337430219074)
Pencitraan tubuh manusia dengan MRI terbentuk dari hasil pemanfaatan medan
magnet dan gelombang radiofrekuensi terhadap tubuh manusia (pasien), walaupun
pemeriksaan MRI relatif aman namun pemeriksaan dengan menggunakan modalitas MRI
rentan atau sensitif terhadap timbulnya suatu artefakpada hasil gambaran. Artefak sendiri
merupakan suatu gambaran asing yang muncul pada hasil citra MRI yang sebetulnya tidak
diinginkan kemunculannya.
Artefak muncul disebabkan oleh beberapa sebab yaitu, disebabkan oleh pasien, mesin
atau teknik yang dipakai saat pemeriksaan. Artefak dapat ditimbulkan oleh :
1. Sistem/ peralatan MRI.
2. Sequences/ protocol yang dipakai.
3. Radiografer yang mengoperasikan alat MRI.
4. Pasien.
5. Gerakan fisiologi organ tubuh (aliran darah, gerakan peristaltic, nafas dan denyut
jantung).
6. Lingkungan.
Hasil citra MRI tidak sepenuhnya akan terhindar atau bersih dari artefak, akan selalu
ada artefak yang muncul pada hasil citra MRI. Hal itu dianggap wajar, namun berikut
merupakan patokan atau dasar penilaian artefak manakah yang perlu untuk menjadi
perhatian, sebagai berikut:
1. Dapat langsung terlihat/ nyata.
2. Merupakan hasil teknik yang salah.
3. Sangat mempengaruhi hasil citra secara luas (menimbulkan miss inteprtasi).
Ada beberapa jenis artefak pada pencitraan MRI yaitu antara lain :
1. Aliasing / Wrap Around
2. Chemical Shift Artefact
3. Black Boundary Artefact
4. Zipper Artefact
5. Phase Encoded Motion
6. Crosstalk Artefact
7. Magic Angle Artefact
8. Moire Fringes Artefact
9. Susceptibility Artefacts
10. Truncation Artefact
11. Blurring Effect
12. Uncontrolled Patient Motion
13. Physiology Artefact
14. Metal Artefact
15. Signal Loss
Namun pada ulasan kali ini kami hanya akan membahas tentang artefak magic angle
pada pencitraan MRI untuk mengetahui sebab terjadinya gambaran artefak magic angle,
contoh pencitraan artefak magic angle dan cara mengatasinya.
C. Artefak Magic Angle
Fenomena artefak magic angle adalah manifestasi dari perilaku anisotropik kolagen
pada pencitraan MRI. Dalam keadaan normal, struktur kolagen yang sangat terorganisir
cenderung membatasi mobilitas proton cairan lokal dan karenanya mendorong interaksi
dipole-dipole di antara mereka. Biasanya, interaksi dipolar antara proton hidrogen air
terbatas dalam tendon menyebabkan relaksasi T2 yang sangat cepat, pada perintah 250 µs.
Peluruhan yang cepat ini adalah tanggung jawab untuk intensitas sinyal rendah yang
ditunjukkan oleh tendon normal pada sequences TE MR yang pendek.
Pada 55° antara serat kolagen dan sumbu panjang medan magnet, minimalisasi gaya
dipolar menyebabkan waktu relaksasi T2 memanjang hingga ~ 22 ms, peningkatan ~ 100
kali lipat. Meskipun waktu ini masih singkat dibandingkan dengan jaringan lunak lain, ini
dapat menghasilkan perbandingan yang terlihat, dengan menggunakan sequences TEs
panjang, fenomena magic angle ini di abaikan intensitas sinyal tendon, karena TE jauh lebih
lama daripada waktu relaksasi T2. Efek magic angle melibatkan tendon pergelangan kaki,
bahu dan pergelangan tangan dan juga struktur non-tendon seperti tulang rawan berserat
hialin sekunder karena adanya serat kolagen.
Magic angle adalah artefak MRI yang terjadi pada urutan dengan TE pendek (kurang
dari 32ms; urutan T1W, urutan PD dan sequence gradien echo). Ini terbatas pada daerah
kolagen yang terikat erat pada 54,74 ° dari medan magnet utama (B0), dan tampak
hiperintens, sehingga berpotensi disalah artikan sebagai tendinopati.
Ketika molekul terletak pada 54,74 °, ada pemanjangan waktu T2 dengan
peningkatan sinyal yang sesuai. Jadi dalam urutan TE pendek, sinyal T2 tidak meluruh
secara signifikan sebelum pemindai menangkap sinyal. Di sisi lain, dalam urutan TE yang
panjang (seperti T2WI), pada saat pemindai menangkap sinyal, sinyal T2 telah meluruh.
Meliputi bagian pada tendon antara lain :
1. Bagian proksimal dari ligamentum cruciate posterior (PCL)
2. Tendon infrapatellar pada insersi tibialis
3. Tendon infrapatellar pada insersi tibialis
4. Tulang rawan dapat dipengaruhi, mis. kondilus femoralis
5. Tendon supraspinatus
6. Kompleks fibrocartilage triangular (jika pasien dicitrakan dengan lengan terangkat)
Meskipun sebagian besar dilaporkan berkenaan dengan tendon, fenomena magic
angle juga dapat dilihat pada saraf tepi yang mengandung serat kolagen tipe I yang
berorientasi longitudinal di epineurium. Saraf, bagaimanapun memiliki beberapa
perbedaan pencitraan dibandingkan dengan tendon.
Pertama, efek magic angle dari perpanjangan T2 di saraf perifer dapat dinilai pada
sequence SE STIR atau T2-weighted (bahkan dengan TE lebih dari 60 ms). Kedua,
perubahan sinyal dapat terjadi lebih bertahap dan lebih banyak rentang orientasi pada saraf
perifer dibandingkan dengan tendon. Perilaku pencitraan yang berbeda ini kemungkinan
berkaitan dengan fakta bahwa saraf perifer mengandung bahan substansial selain kolagen
dan dengan nilai T2 awal rata-rata lebih tinggi dari tendon.
Pada akhirnya, perlu dicatat bahwa efek magic angle akan terjadi di lokasi dan bidang
pencitraan yang berbeda jika MRI dilakukan dalam pemindai bor vertikal (memiliki
orientasi Bo yang berbeda sehubungan dengan anatomi regional)
Gambar 2. Citra MRI pada wrist joint dan penjelasan tentang Artefact Magic Angle.
Gambar 3. Citra MRI pada knee joint dan penjelasan tentang Artefact Magic Angle.
Dari pembahasan di atas tentang artefak magic angle pada pencitraan MRI dapat di
ambil kesimpulan tentang faktor penyebab terjadinya artefak magic angle dan cara
mengatasi artefak magic angle pada pencitraan MRI.
http://www.mrishark.com/magic-angle.html
https://radiopaedia.org/articles/magic-angle-effect-mri-artifact-1
https://limpeter-mriblog.blogspot.com/2009/12/magic-angle-phenomenon.html
http://mriquestions.com/magic-angle.html