Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

Disusun untuk memenuhi UTS Mata Kuliah Fisika Imaging

Dosen Pengampu : Sri Mulyati, S.Si., MT.

Disusun oleh:
AURA ALIFIAH MIDYA
NIM. P1337430220002
4D

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN PROGRAM SARJANA


TERAPAN
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2023
1. Jelaskan tentang prinsip fisika pemeriksaan MRI.
Jawaban
Dalam prinsip fisika MRI, terbagi atas 3 fase yaitu:
a. Fase presisi
Fase presisi yakni berputarnya medan magnet dari inti atom terhadap medan magnet
eksternal memutari sumbu B0
b. Fase resonansi
Fase resonansi merupakan fenomena yang terjadi apabila suatu objek yang bergerak
dengan frekuensi tertentu dipengaruhi oleh sesuatu yang bergerak pada frekuensi
yang sama.
c. Fase relaksasi
Fase relaksasi yakni recovery T1 dan decay T2. Recovery adalah bangkitnya medan
magnet longitudinal, sedangkan decay adalah lenyapnya medan magnet transversal.
T1 dan T2 terjadi pada saat RF off.

2. Buat gambar dan jelaskan bagian-bagian pesawat MRI.


Jawaban
Scanner MRI terdiri dari beberapa komponen yang membantu dalam proses scan dan
imaging, yaknni:
- Patient table : tempat tidur pasien yang akan membantu memposisikan dan
memasukkan pasien ke dalam tabung scanner.
- Radio frequency coil : sumber frekuensi radio yang berfungsi sebagai energi
tambahan yang berperan dalam pembentukan gambar.
- Gradient coil : mengubah kuat medan magnet secara elektronik bersama
dengan frekuensi radio membentuk sinyal yang menghasilkan gambar.
- Magnet : merupakan elemen paling penting yang berperan untuk
menghasilkan medan magnet yang memberikan efek gerakan proton dalam tubuh
yang nantinya akan membentuk gambar.

3. Jelaskan tentang prinsip kerja MRI.


Jawaban
Struktur atom hydrogen di dalam tubuh manusia saat di luar medan magnet mempunyai
arah acak dan tidak membentuk keseimbangan. Saat atom dalam MRI, atom H akan
sejajar dengan arah medan magnet, demikian juga arah spinning dan presesi akan sejajar
dengan arah medan magnet.
Saat diberikan RF maka atom H akan mengabsorpsi energi dari frekuensi radio,
akibatnya dengan bertambah energi atom H akan mengalami pembelokkan. Besarnya
pembelokkan arah dipengaruhi oleh besarnya dan lamanya energi RF yang diberikan.
Ketika RF diberhentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet.
Pada saat kembali, atom H akan memancarkan energi yang berupa sinyal, dideteksi
dengan detector khusus dan diperkuat. Selanjutnya computer akan mengolah dan
merekonstruksi citra berdasarkan sinyal yang diperoleh daru berbagai irisan.
4. Jelaskan tentang parameter MRI.
Jawaban:
Adapun parameter-parameter pada MRI adalah sebagai berikut:
a. Time repetition (TR)
Time repetition (TR) merupakan waktu antara penerapan suatu pulsa radiofrekuensi
dengan aplikasi pulsa radiofrekuensi berikutnya, dan berperan dalam mengendalikan
panjangnya waktu relaksasi T1. TR yang panjang yaitu lebih dari (>) 3000 ms
(Westbrook, 2019)
b. Time echo (TE)
Time echo merupakan waktu antara pulsa RF eksitasi dengan puncakk gelombang
atau echo yang dihasilkan dan berperan dalam mengendalikan panjangnya T2 decay
dan puncak sinyal yang diterima oleh receiver coil. TE yang pendek yaitu 10-20 ms
dan TE panjang yaitu lebih dari (>) 70 ms (Westbrook, 2019)
c. Field of View (FOV)
Field of View (FOV) menunjukkan area yang tercakup dalam citra. FOV yang besar
menghasilkan pixel yang besar. FOV yang ditingkatkan akan menurunkan spatial
resolusi (Westbrook, 2019)
d. Slice thickness
Slice thickness adalah ketebalan irisan dari objek yang dilakukan pemeriksaan. Slice
thickness yang tipis menghasilkan resolusi yang baik, namun jika menggunakan FOV
yang sama maka akan membutuhkan waktu akuisisi yang lebih lama. Meningkatkan
slice thickness dapat meningkatkan SNR (Westbrook, 2019)
e. Number of Signal Averages (NSA) / Number of Excitation (NEX)
Number of signal avarages (NSA) atau number of excitation (NEX) mengontrol
jumlah data yang disimpan di setiap baris k-space. NSA menunjukkan banyaknya
pengulangan dalam pengisian k-space. NSA menunjukkan banyaknya pengulangan
data dalam pengisian k-space. Penggunaan NSA yang tinggi akan meningkatkan SNR
dan scan time (Westbrook, 2019).
f. Flip Angle (FA)
Sudut yang dibentuk oleh pergerakan NMV akibat pulsa eksitasi radiofrekuensi. Saat
sudut yang digunakan kecil pada fase eksitasi sekuen, maka tidak perlu waktu lama
untuk NMV mencapai relaksasi pada saat eksitasi RF dimatikan. Sehingga, T1
recovery dapat dicapai dengan TR yang pendek pada pulsa sekuen spin echo. Flip
angle yang kecil yaitu kurang dari (<) 900 (Westbrook, 2019)

5. Sebutkan kelebihan dan kelemahan MRI.


Jawaban
a. Kelebihan MRI
- Mri lebih unggul dalam mendeteksi beberapa kelainan pada soft tissue atau jaringan
lunak seperti otak, sumsum tulang belakang serta musculoskeletal
- Memberikan gambaran dengan detail anatomi yang lebih jelas
- Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti spektroskopi, difusi dan perfusi
- MRI tidak menggunakan radiasi sinar-x
- Mampu menampilkan gambaran dengan potongan sagittal, axial dan coronal tanpa
merubah posisi pasien
b. Kelemahan MRI
- Biaya lebih mahal
- Waktu akuisis lebih lama, dan suara modalitas MRI cukup bising
- Citra kurang baik dalam menampakkan organ paru
- Kontraindikasi dengan bahan metal

6. Jelaskan acquisition image (image formation) pada MRI.


Jawaban:
Menentukan lokasi spasial sumber yang berkontribusi terhadap sinyal terdeteksi. Image
formation berakitan dengan gradient, slice selection, frequency and phase encoding,
SNR dan generalized encoding.

7. Apa yang kamu ketahui tentang


a. Magnetization vector
NMV atau Nett magnetization vector adalah jumlah atom yang parallel akan lebih
besar daripada inti atom yang anti parallel dan selisihnya.
b. Magnetization gradients
Gradient adalah lilitan kawat atau lembaran konduktif tipis dalam lubang pemindai
MR. Ketika arus dialirkan pada kumparanini, medan magnet sekuder tercipta yang
dinamakan magnetisasi medan magnet gradien
c. Pulse sequence
Pulsa sekuen adalah serangkaian dari pulsa RF, pengaktifan gradien dan
pengumpulan sinyal yang dilakukan untuk menghasilkan citra MRI. Pulsa sekuen
juga digunakan untuk pembobotan citra dan dapat mengontrol cara sistem pulsa RF
dan gradien.
d. K-space
K-space ialah data yang dikumpulkan dari sinyal tersimpan dalam ruang matematika.
K-space terdiri dari dua sumbu, yaitu sumbu horizontal (Kx) yang meyatakan
frekuensi encoding dan sumbu vertical (ky) yang menyatakan fase encoding. Setiap
baris k-space menyatakan setiap langkah fase encoding.
e. T1
Citra T1 W merupakan citra dimana kontras bergantung pada perbedaan waktu
pemulihan T1 antara lemak dan air. Untuk mencapai T1 W, TR harus cukup pendek
sehingga vector fat atau water memiliki waktu yang cukup untuk kembali sepenuhnya
ke B0. Jika TR terlalu panjang, vector lemak maupun air akan kembali ke B0 dan
sepenuhnya memulihkan magnetisasi longitudinalnya, sehingga perbedaan waktu
pemulihan T1 antara fat dan water tidak dapat ditunjukkan. Citra T1 W digunakan
untuk menunjukkan anatomi dan patologi setelah pemberian agen kontras.
Pembobotan ini dilakukan untuk mengatur time repetition (TR), jika ingin
menekan efek T1 relaksasi maka TR harus diatur pendek sehingga jaringan tidak
mampu berelaksasi penuh ke B0. Jika TR panjang maka jaringan mampu berelaksasi
penuh ke B0, dan mengakibatkan setiap jaringan tidak dapat dibedakan densitasnya.
Pada pembobotan T1, jaringan yang mengandung fat pada otak yang memiliki waktu
relaksasi T1 pendek akan tampak hyperintense. Hal ini disebabkan karena jaringan
lemak (fat) melakukan recovery kearah longitudinal dalam periode TR yang pendek.
Sedangkan jaringan yang mengandung water (air) seperti CSF yang ada di dalam otak
memiliki waktu relakasi T1 panjang akan hypointense. Hal ini disebabkan water (air)
mengalami sedikit recovery kearah longitudinal yang akan menyebabkan lebih sedikit
magnetisasi yang didapat Ketika pulsa RF berikutnya diaplikasikan.
Pembobotan T1 digunakan untuk melihat anatomi dan patologi pada postcontrast.
Hemangioma, fatty deposition, slowflowing blood, kista, paramagnetic kontras akan
memiliki intensitas sinyal yang tinggi. Sedangkan air (udara), fast flowing blood,
tendon, kalsifikasi tidak memiliki intensitas sinyal. T1 merupakan waktu yang
diperlukan untuk memulihkan magnetisasi longitudinal sebesar 63 % setelah pulsa RF
900.
f. T2
Citra T2 W adalah citra dimana kontras sangat bergantung pada perbedaan dalam
waktu peluruhan T2 antara lemak dan air. TE mengontrol jumlah peluruhan T2 yang
terjadi sebelum sinyal diterima. Untuk mencapai T2 W , TE harus cukup panjang
untuk memberikan waktu dephase bagi vektor lemak dan air. Jika TE terlalu pendek,
vektor lemak maupun air tidak memiliki waktu untuk dephase sehingga perbedaan
waktu peluruhan T2 tidak dapat ditunjukkan. Citra T2 W digunakan untuk patologi
karena Sebagian besar patologi memiliki kadar air tinggi sehingga relative
hyperintense pada citra T2 weighted
Pembobotan T2 merupakan suatu pembobotan dengan menekan perbedaan T2
lemak (fat) dan air (water) untuk mendapatkan kontras gambar karena TE mengontrol
decay, TE harus dibuat panjang agar lemak (fat) dan air (water) mempunyai waktu
yang cukup untuk decay. Pembobotan T2 ditandai dengan gambaran lemak (fat) yang
gelap (hypointense) dan cairan yang terang (hyperintense). Pembobotan T2 disebut
dengan squencepatologis karena mampu menampilkan kelainan yang pada umumnya
ditandai dengan peningkatan vaskularisasi sehingga memiliki kandungan air yang
lebih tinggi. Pembobotan ini digunakan untuk melihat patologi dan mampu
mendiagnosis tumor, kista edema, infeksi, lesi pada otak. T2 merupakan waktu yang
dibutuhkan magnetisasi transversal untuk meluruh 37% dari nilai semula.
g. Phase encoding
Prinsip dari fase encoding di dasarkan pada kenyataan bahwa presesi proton periodik
di alam. Sebelum penerapan GPE, proton dalam presisi slice pada frekuensi dasar.
Dengan GPE, frekuensi presesi akan bertambah dan berkurang. Setalah GPE,
dimatikan, presesi proton kembali ke frekuensi aslinya tetapi di depan atau
dibelakang relative inphase terhadap keadaan sebelumnya. Informasi gambar MRI
diperoleh dengan mengulangi eksitasi slice dan deteksi sinyal beberapa kali, masing-
masing dengan amplitude yang berbeda dari GPE. Lebih banyak langkah fase
encoding akan meningkatkan resolusi dan kualitas gambar namun akan
memperpanjang waktu akuisisi.
h. Frequency encoding
Frequency encoding adalah gradient yang mendeteksi sinyal MRI atau readout
gradient GRO. Besarnya gradient readout ditentukan oleh dua parameter, yakni FOV
pada arah frekuensi ecoding dan frekuensi Nyquist atau receive bandwidth
i. Time Repetition (TR)
TR merupakan interval waktu antara pengulangan dua pulsa 900. Time repetition
(TR) adalah waktu antara penerapan suatu pulsa radiofrekuensi dengan aplikasi pulsa
radiofrekuensi berikutnya, dan berperan dalam mengendalikan panjangnya waktu
relaksasi T1. TR yang panjang yaitu lebih dari (>) 3000 ms
j. Time Echo (TE)
Time echo merupakan waktu antara pulsa RF eksitasi dengan puncakk gelombang
atau echo yang dihasilkan dan berperan dalam mengendalikan panjangnya T2 decay
dan puncak sinyal yang diterima oleh receiver coil. TE yang pendek yaitu 10-20 ms
dan TE panjang yaitu lebih dari (>) 70 ms
k. Transformasi fourier
Transformasi fourier merupakan hubungan antara data k-space dan data citra.
Akuisisi data matriks berisi data mentah sebelum pengolahan citra. Dalam pencitraan
2D transformasi fourier, baris data merupakan sinyal MR digital pada level fase
encoding tertentu. Transformasi fourier sangat penting untuk memahami beberapa
artefak pada MRI dan sejumlah metode akuisisi sinyal.

Anda mungkin juga menyukai