PROGRAM STUDI TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN PROGRAM SARJANA
TERAPAN JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2023 1. Jelaskan tentang prinsip fisika pemeriksaan MRI. Jawaban Dalam prinsip fisika MRI, terbagi atas 3 fase yaitu: a. Fase presisi Fase presisi yakni berputarnya medan magnet dari inti atom terhadap medan magnet eksternal memutari sumbu B0 b. Fase resonansi Fase resonansi merupakan fenomena yang terjadi apabila suatu objek yang bergerak dengan frekuensi tertentu dipengaruhi oleh sesuatu yang bergerak pada frekuensi yang sama. c. Fase relaksasi Fase relaksasi yakni recovery T1 dan decay T2. Recovery adalah bangkitnya medan magnet longitudinal, sedangkan decay adalah lenyapnya medan magnet transversal. T1 dan T2 terjadi pada saat RF off.
2. Buat gambar dan jelaskan bagian-bagian pesawat MRI.
Jawaban Scanner MRI terdiri dari beberapa komponen yang membantu dalam proses scan dan imaging, yaknni: - Patient table : tempat tidur pasien yang akan membantu memposisikan dan memasukkan pasien ke dalam tabung scanner. - Radio frequency coil : sumber frekuensi radio yang berfungsi sebagai energi tambahan yang berperan dalam pembentukan gambar. - Gradient coil : mengubah kuat medan magnet secara elektronik bersama dengan frekuensi radio membentuk sinyal yang menghasilkan gambar. - Magnet : merupakan elemen paling penting yang berperan untuk menghasilkan medan magnet yang memberikan efek gerakan proton dalam tubuh yang nantinya akan membentuk gambar.
3. Jelaskan tentang prinsip kerja MRI.
Jawaban Struktur atom hydrogen di dalam tubuh manusia saat di luar medan magnet mempunyai arah acak dan tidak membentuk keseimbangan. Saat atom dalam MRI, atom H akan sejajar dengan arah medan magnet, demikian juga arah spinning dan presesi akan sejajar dengan arah medan magnet. Saat diberikan RF maka atom H akan mengabsorpsi energi dari frekuensi radio, akibatnya dengan bertambah energi atom H akan mengalami pembelokkan. Besarnya pembelokkan arah dipengaruhi oleh besarnya dan lamanya energi RF yang diberikan. Ketika RF diberhentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet. Pada saat kembali, atom H akan memancarkan energi yang berupa sinyal, dideteksi dengan detector khusus dan diperkuat. Selanjutnya computer akan mengolah dan merekonstruksi citra berdasarkan sinyal yang diperoleh daru berbagai irisan. 4. Jelaskan tentang parameter MRI. Jawaban: Adapun parameter-parameter pada MRI adalah sebagai berikut: a. Time repetition (TR) Time repetition (TR) merupakan waktu antara penerapan suatu pulsa radiofrekuensi dengan aplikasi pulsa radiofrekuensi berikutnya, dan berperan dalam mengendalikan panjangnya waktu relaksasi T1. TR yang panjang yaitu lebih dari (>) 3000 ms (Westbrook, 2019) b. Time echo (TE) Time echo merupakan waktu antara pulsa RF eksitasi dengan puncakk gelombang atau echo yang dihasilkan dan berperan dalam mengendalikan panjangnya T2 decay dan puncak sinyal yang diterima oleh receiver coil. TE yang pendek yaitu 10-20 ms dan TE panjang yaitu lebih dari (>) 70 ms (Westbrook, 2019) c. Field of View (FOV) Field of View (FOV) menunjukkan area yang tercakup dalam citra. FOV yang besar menghasilkan pixel yang besar. FOV yang ditingkatkan akan menurunkan spatial resolusi (Westbrook, 2019) d. Slice thickness Slice thickness adalah ketebalan irisan dari objek yang dilakukan pemeriksaan. Slice thickness yang tipis menghasilkan resolusi yang baik, namun jika menggunakan FOV yang sama maka akan membutuhkan waktu akuisisi yang lebih lama. Meningkatkan slice thickness dapat meningkatkan SNR (Westbrook, 2019) e. Number of Signal Averages (NSA) / Number of Excitation (NEX) Number of signal avarages (NSA) atau number of excitation (NEX) mengontrol jumlah data yang disimpan di setiap baris k-space. NSA menunjukkan banyaknya pengulangan dalam pengisian k-space. NSA menunjukkan banyaknya pengulangan data dalam pengisian k-space. Penggunaan NSA yang tinggi akan meningkatkan SNR dan scan time (Westbrook, 2019). f. Flip Angle (FA) Sudut yang dibentuk oleh pergerakan NMV akibat pulsa eksitasi radiofrekuensi. Saat sudut yang digunakan kecil pada fase eksitasi sekuen, maka tidak perlu waktu lama untuk NMV mencapai relaksasi pada saat eksitasi RF dimatikan. Sehingga, T1 recovery dapat dicapai dengan TR yang pendek pada pulsa sekuen spin echo. Flip angle yang kecil yaitu kurang dari (<) 900 (Westbrook, 2019)
5. Sebutkan kelebihan dan kelemahan MRI.
Jawaban a. Kelebihan MRI - Mri lebih unggul dalam mendeteksi beberapa kelainan pada soft tissue atau jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang belakang serta musculoskeletal - Memberikan gambaran dengan detail anatomi yang lebih jelas - Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti spektroskopi, difusi dan perfusi - MRI tidak menggunakan radiasi sinar-x - Mampu menampilkan gambaran dengan potongan sagittal, axial dan coronal tanpa merubah posisi pasien b. Kelemahan MRI - Biaya lebih mahal - Waktu akuisis lebih lama, dan suara modalitas MRI cukup bising - Citra kurang baik dalam menampakkan organ paru - Kontraindikasi dengan bahan metal
6. Jelaskan acquisition image (image formation) pada MRI.
Jawaban: Menentukan lokasi spasial sumber yang berkontribusi terhadap sinyal terdeteksi. Image formation berakitan dengan gradient, slice selection, frequency and phase encoding, SNR dan generalized encoding.
7. Apa yang kamu ketahui tentang
a. Magnetization vector NMV atau Nett magnetization vector adalah jumlah atom yang parallel akan lebih besar daripada inti atom yang anti parallel dan selisihnya. b. Magnetization gradients Gradient adalah lilitan kawat atau lembaran konduktif tipis dalam lubang pemindai MR. Ketika arus dialirkan pada kumparanini, medan magnet sekuder tercipta yang dinamakan magnetisasi medan magnet gradien c. Pulse sequence Pulsa sekuen adalah serangkaian dari pulsa RF, pengaktifan gradien dan pengumpulan sinyal yang dilakukan untuk menghasilkan citra MRI. Pulsa sekuen juga digunakan untuk pembobotan citra dan dapat mengontrol cara sistem pulsa RF dan gradien. d. K-space K-space ialah data yang dikumpulkan dari sinyal tersimpan dalam ruang matematika. K-space terdiri dari dua sumbu, yaitu sumbu horizontal (Kx) yang meyatakan frekuensi encoding dan sumbu vertical (ky) yang menyatakan fase encoding. Setiap baris k-space menyatakan setiap langkah fase encoding. e. T1 Citra T1 W merupakan citra dimana kontras bergantung pada perbedaan waktu pemulihan T1 antara lemak dan air. Untuk mencapai T1 W, TR harus cukup pendek sehingga vector fat atau water memiliki waktu yang cukup untuk kembali sepenuhnya ke B0. Jika TR terlalu panjang, vector lemak maupun air akan kembali ke B0 dan sepenuhnya memulihkan magnetisasi longitudinalnya, sehingga perbedaan waktu pemulihan T1 antara fat dan water tidak dapat ditunjukkan. Citra T1 W digunakan untuk menunjukkan anatomi dan patologi setelah pemberian agen kontras. Pembobotan ini dilakukan untuk mengatur time repetition (TR), jika ingin menekan efek T1 relaksasi maka TR harus diatur pendek sehingga jaringan tidak mampu berelaksasi penuh ke B0. Jika TR panjang maka jaringan mampu berelaksasi penuh ke B0, dan mengakibatkan setiap jaringan tidak dapat dibedakan densitasnya. Pada pembobotan T1, jaringan yang mengandung fat pada otak yang memiliki waktu relaksasi T1 pendek akan tampak hyperintense. Hal ini disebabkan karena jaringan lemak (fat) melakukan recovery kearah longitudinal dalam periode TR yang pendek. Sedangkan jaringan yang mengandung water (air) seperti CSF yang ada di dalam otak memiliki waktu relakasi T1 panjang akan hypointense. Hal ini disebabkan water (air) mengalami sedikit recovery kearah longitudinal yang akan menyebabkan lebih sedikit magnetisasi yang didapat Ketika pulsa RF berikutnya diaplikasikan. Pembobotan T1 digunakan untuk melihat anatomi dan patologi pada postcontrast. Hemangioma, fatty deposition, slowflowing blood, kista, paramagnetic kontras akan memiliki intensitas sinyal yang tinggi. Sedangkan air (udara), fast flowing blood, tendon, kalsifikasi tidak memiliki intensitas sinyal. T1 merupakan waktu yang diperlukan untuk memulihkan magnetisasi longitudinal sebesar 63 % setelah pulsa RF 900. f. T2 Citra T2 W adalah citra dimana kontras sangat bergantung pada perbedaan dalam waktu peluruhan T2 antara lemak dan air. TE mengontrol jumlah peluruhan T2 yang terjadi sebelum sinyal diterima. Untuk mencapai T2 W , TE harus cukup panjang untuk memberikan waktu dephase bagi vektor lemak dan air. Jika TE terlalu pendek, vektor lemak maupun air tidak memiliki waktu untuk dephase sehingga perbedaan waktu peluruhan T2 tidak dapat ditunjukkan. Citra T2 W digunakan untuk patologi karena Sebagian besar patologi memiliki kadar air tinggi sehingga relative hyperintense pada citra T2 weighted Pembobotan T2 merupakan suatu pembobotan dengan menekan perbedaan T2 lemak (fat) dan air (water) untuk mendapatkan kontras gambar karena TE mengontrol decay, TE harus dibuat panjang agar lemak (fat) dan air (water) mempunyai waktu yang cukup untuk decay. Pembobotan T2 ditandai dengan gambaran lemak (fat) yang gelap (hypointense) dan cairan yang terang (hyperintense). Pembobotan T2 disebut dengan squencepatologis karena mampu menampilkan kelainan yang pada umumnya ditandai dengan peningkatan vaskularisasi sehingga memiliki kandungan air yang lebih tinggi. Pembobotan ini digunakan untuk melihat patologi dan mampu mendiagnosis tumor, kista edema, infeksi, lesi pada otak. T2 merupakan waktu yang dibutuhkan magnetisasi transversal untuk meluruh 37% dari nilai semula. g. Phase encoding Prinsip dari fase encoding di dasarkan pada kenyataan bahwa presesi proton periodik di alam. Sebelum penerapan GPE, proton dalam presisi slice pada frekuensi dasar. Dengan GPE, frekuensi presesi akan bertambah dan berkurang. Setalah GPE, dimatikan, presesi proton kembali ke frekuensi aslinya tetapi di depan atau dibelakang relative inphase terhadap keadaan sebelumnya. Informasi gambar MRI diperoleh dengan mengulangi eksitasi slice dan deteksi sinyal beberapa kali, masing- masing dengan amplitude yang berbeda dari GPE. Lebih banyak langkah fase encoding akan meningkatkan resolusi dan kualitas gambar namun akan memperpanjang waktu akuisisi. h. Frequency encoding Frequency encoding adalah gradient yang mendeteksi sinyal MRI atau readout gradient GRO. Besarnya gradient readout ditentukan oleh dua parameter, yakni FOV pada arah frekuensi ecoding dan frekuensi Nyquist atau receive bandwidth i. Time Repetition (TR) TR merupakan interval waktu antara pengulangan dua pulsa 900. Time repetition (TR) adalah waktu antara penerapan suatu pulsa radiofrekuensi dengan aplikasi pulsa radiofrekuensi berikutnya, dan berperan dalam mengendalikan panjangnya waktu relaksasi T1. TR yang panjang yaitu lebih dari (>) 3000 ms j. Time Echo (TE) Time echo merupakan waktu antara pulsa RF eksitasi dengan puncakk gelombang atau echo yang dihasilkan dan berperan dalam mengendalikan panjangnya T2 decay dan puncak sinyal yang diterima oleh receiver coil. TE yang pendek yaitu 10-20 ms dan TE panjang yaitu lebih dari (>) 70 ms k. Transformasi fourier Transformasi fourier merupakan hubungan antara data k-space dan data citra. Akuisisi data matriks berisi data mentah sebelum pengolahan citra. Dalam pencitraan 2D transformasi fourier, baris data merupakan sinyal MR digital pada level fase encoding tertentu. Transformasi fourier sangat penting untuk memahami beberapa artefak pada MRI dan sejumlah metode akuisisi sinyal.