1.
2.
3.
4.
2. Dasar-dasar MRI
a. Cara Kerja MRI
Magnetic Resonance Imejing (MRI) adalah gambaran potongan penampang tubuh
yang diambil dengan menggunakan daya medan magnet kuat yang mengelilingi tubuh.
Cara kerja MRI struktur atom hidrogen (H) dalam tubuh manusia saat di luar medan
magnet mempunyai arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian
saat diletakkan dalam alat MRI, maka atom H sejajar dengan arah medan magnet .
yang
merekonstruksi
khusus
dan
diperkuat.
(www.wikipedia.com)
b. Instrument dasar MRI
Selanjutnya
yang
komputer
diperoleh
mengolah
dari berbagai
dan
irisan.
Magnet Utama
Magnet utama pada MRI digunakan untuk membangkitkan medan magnet
berkekuatan besar yang dapat menginduksi jaringan tubuh sehingga menimbulkan
magnetisasi. Magnet utama terdiri dari magnet permanen, magnet resistif dan magnet
super conducting.
2)
Gradien Koil
Gradien koil merupakan magnet resistif yang memiliki fungsi berbeda. Gradient
koil digunakan untuk membangkitkan medan magnet gardien yang berfungsi untuk
menentukkan irisan, pengkodean frekuensi, dan pengkodean fase. Terdapat tiga
medan yang saling tegak lurus, yaitu bidang X,Y, dan Z. Peranannya akan saling
bergantian berkaitan dengan potongan yang dipilih, aksial,sagital, koronal. Secara
sumbu koordinat ruang (x,y,z) kumparan gradien dibagi tiga, yaitu : kumparan gradien
pemilihan irisan (slice) disebut Gz, kumparan gradien pemilihan fase disebut Gy, dan
kumparan gradien pemilihan frekuensi (pembacaan) disebut Gx. Gradien ini biasanya
digunakan untuk pemilihan slice / irisan dan prosesing citra.
3)
Koil Radiofrekuensi
Koil radiofrekuensi terdiri dari koil pemancar (transceiver) dan koil penerima
(receiver). Koil pemancar berfungsi untuk memancarkan gelombang radio pada inti
yang terlokalisir sehingga terjadi eksitasi, sedangkan koil penerima berfungsi untuk
menerima signal output dari sistem setelah proses eksitasi terjadi Sedangkan koil
penerima digunakan untuk meningkatkan sensifisitas citra (Woordward, 1997).
4)
Sistem Komputer
Sistem komputer pada MRI digunakan sebagai pengendali dari sebagian besar
peralatan MRI. Dengan kemampuan piranti lunaknya yang besar komputer dapat
melakukan banyak tugas-tugas, diantaranya adalah operator input, pemilihan
potongan, kontrol sistem gradien, kontrol signal RF dan lain-lain. Komputer berfungsi
untuk merekontruksi signal radio menjadi citra MRI.
hidrogen digunakan sebagai sumber signal dalam pencitraan MRI (Westbrook dan
Kaut 1999).
Magnetic field
Proton
Resonansi
Spin ditembak oleh sejumlah pulsa yang mempunyai frekuensi sama dengan
frekuensi Larmor, maka resonansi akan terjadi. Resonansi atom Hidrogen (H) terjadi
bila atom H tersebut dikenai pulsa Radiofrekuensi (RF) yg memiliki frekuensi yang
sama dengan frekuensi Larmor atom hidrogen tersebut. Apabila tubuh pasien
diletakkan dalam medan magnet eksternal yang sangat kuat maka Net Magnetitaion
Vektor (NMV) inti-inti atom H akan berlawanan arah dengan medan magnet luar.
Kemudian blia dikenai pulsa RF 900 dengan frekuensi sama dengan frekuensi Larmor
atom H, maka inti-inti atom itu akan mengalami perpindahan dari suatu tingkatan
energi ke tingkat energi lain. Proses perpindahan energi ini seringkali merupakan
arah dari NMV sesuai dengan besar sudut pulsa 90 derajat. Hasil dari resonansi
adalah adanya perubahan arah NMV pada magnetisasi longitudinal ke arah
magnetisasi transversal dalam keadaan in phase (Westbrook dan Kaut, 1999).
3)
Radiofrekuensi (RF)
Pulsa RF merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki frekuensi
antara 1 80 MHz (Bushong, 1996). Pulsa RF akan meresonansi gerakan presesi
proton. Resonansi dapat terjadi apabila besarnya frekuensi RF yang ditembakkan
sama
dengan
besarnya
frekuensi
Larmor
dari
atom.
Peristiwa
resonansi
Secara umum dapat dikatakan semakin besar densitas proton akan semakin
besar intensitas image yang dihasilkan. Kembalinya NMV ke posisi semula sebelum
diberikan pulsa RF yang berikutnya dapat menunjukan komposisi dari jaringan. Ini
dapat dikarakteristikkan sebagai dua waktu konstan yang berhubungan atau disebut
dengan proses spin lattice relaksasi (T1) dan proses spin relaksasi (T2).
5)
d. Parameter-parameter MRI
1)
2)
Slice Thickness
Slice thickness adalah tingkat ketebalan irisan/potongan. Besarnya slice
thickness akan mempengaruhi resolusi spasial gambar yang dihasilkan. Slice
thickness yang tipis akan menghasilkan resolusi yang baik, namun pada besar FOV
yang sama akan membutuhkan waktu akuisisi data yang lebih lama (Westbrook dan
Kaut, 1999).
4)
Slice Interval
Slice interval adalah besarnya jarak antar slice. Slice interval dibutuhkan untuk
menghindari cross contamination. Adanya overlapping RF antar slice dapat
mempengaruhi proses spasial resolusi sehingga dapat menurunkan SNR.
5)
2)
imaging, lemak tampak terang pada pembobotan T2, Image blurring dapat terjadi
karena koleksi data dilakukan dengan TE yang berbeda-beda dan mengurangi efek
suspectibility, tapi tidak sensitive untuk hemorage (Westbrook dan Kaut, 1999).
3)
4)
5)
1)
Cara meningkatkan kualitas gambar SNR dengan cara (Westbrook dan Kaut,
1999) :
a) Menggunakan pulsa sekuens spin echo bila memungkinkan
b) Tidak menggunakan TR yang sangat pendek dan TE yang sangat panjang
c) Menggunakan koil yang tepat
d) Menggunakan matrik kasar
e) Menggunakan FOV yang besar
f) Memilih ketebalan slice
g) Menggunakan NSA tinggi jika memungkinkan
2)
3)
4)
TR sependek mungkin
b)
c)
Gambar Axial T 2
2)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Gambar Axial T 1
3)
d)
e)
f)
g)
Slice thickness :6 mm
Slice gap : 2 mm
FOV : 180-200 mm
Matrix : 256 x 192
5)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Sekuens Coronal T2
TR : 3000
TE : 100
Slice thickness : 7 mm
Slice gap : 2 mm
FOV : 250 x 200
Matriks : 256 x 216
Gambar coronal T 2
6)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Sekuens Sagital T 1
TR : 380
TE : 13
Slice thickness : 6 mm
Slice gap : 2 mm
FOV : 250 x 213
Matriks : 256
Gambar Sagital T 1
Setelah sekuens precontras selesai maka dilakukan penyuntikan kontras media Gadovist
dengan dosis 0,2 ml/kg Berat Badan. Penyuntikan dilakukan secara Intra Vena.
Selesai penyuntikan kontras media kemudian dilakukan pengambilan sekuens post contras
yaitu :
1) Sekuens Axial T1- SE Contrast
a) TR : 380
b) TE : 13
c) Slice thickness : 6 mm
d) Slice gap : 2 mm
e) Phase encoding gradient : AP / FH
f) FOV : 240 mm
g) Matriks : 256 x 192
Setelah semua sekuens selesai dibuat dan gambar yang dihasilkan baik maka pemeriksaan
dapat diakhiri, pasien diturunkan dari meja pemeriksaan dan diperbolehkan keluar dari ruang
pemeriksaan untuk kemudian menunggu sekitar 15 menit di ruang tunggu untuk memastikan
tidak ada reaksi dari kontras media. Jika semua aman maka pasien diperbolehkan pulang atau
kembali ke ruangan perawatan untuk pasien rawat inap.
INSTALASI RADIOLOGI
HASIL PEMERIKSAAN MRI
Nomor /MR
:
DESEMBER 2015
Nama
:NY L / 35 TH
KUMARA
Pontianak , 09
Pengirim : dr.
Ruangan : RUANG O
TS.YTH .
Telah dilakukan pemeriksaan MRI kepala tanpa kontras potongan axial
T1, T2 , FLAIR, DWI dan sagital T1,coronal T2 dan dengan kontras T 1
axial , coronal dan sagital dengan hasil sbb :
DWI tampak mencurigakan SOL di CPA kanan. Tampak lesi hipointens T 1 di
CPA kanan yang pada T2 dan FLAIR menjadi hiperintens inhomogen dan
menyangat inhomogen pada pemberian kontras . Lesi tampak berbatas tegas
dengan uk. kurang lebih 2,36 x 2.81 x 2,9 cm dan tampak berhubungan /
tampak tail ke os petrosum kanan dan mendesak pons dan ventrikel IV
Differensiasi white and gray matters baik, tidak tampak shift dari midline
struktur. Susunan ventrikel ditengah,simetris, Ventrikel III dan lateral tampak
melebar. Perifer sulci, sulcus Sylvii dan basal cisterna tidak melebar.
Terima kasih
( dr. Nurprasetyo.Sp. Rad)