Anda di halaman 1dari 8

MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)

Digna Meintari Nugroho (Poltekkes Kemenkes Semarang)

Abstrak

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah sebuah teknik pencitraan yang digunakan
terutama dalam dunia medis dan kedokteran untuk menghasilkan citra tubuh bagian dalam yang
berkualitas tinggi. Pemeriksaan MRI menghasilkan rekaman citra irisan koronal, sagital, aksial,
dan oblik dari penampang tubuh/ organ manusia tanpa perlu memanipulasi posisi tubuh pasien
terlalu banyak, sehingga sangat sesuai untuk diagnostik jaringan lunak. Dalam menghasilkan
citra, MRI memanfaatkan medan magnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 Tesla (1 Tesla = 1000
Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen. Untuk menghasilkan sinyal dalam
proses pencitraannya MRI melalui tiga fase fisika, yaitu fase presisi, fase resonansi, dan fase
relaksasi.

PENDAHULUAN Pemeriksaan MRI menghasilkan


rekaman citra irisan koronal, sagital, aksial,
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
dan oblik dari penampang tubuh/ organ
adalah sebuah teknik pencitraan yang
manusia tanpa perlu memanipulasi posisi
digunakan terutama dalam dunia medis dan
tubuh pasien terlalu banyak, sehingga sangat
kedokteran untuk menghasilkan citra tubuh
sesuai untuk diagnostik jaringan lunak.
bagian dalam yang berkualitas tinggi. MRI
Dalam menghasilkan citra, MRI
didasarkan pada prinsip-prinsip Nuclear
memanfaatkan medan magnet berkekuatan
Magnetic Resonance (NMR), teknik
antara 0,064 – 1,5 Tesla (1 Tesla = 1000
spektroskopi yang digunakan oleh para
Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti
ilmuwan untuk mendapatkan informasi kimia
atom hidrogen.
dan fisik mikroskopis tentang molekul.
Teknik pencitraan pada MRI dinilai
Teknik ini disebut Magnetic Resonance
kompleks, karena citra yang dihasilkan
Imaging daripada Nuclear Magnetic
tergantung pada banyak parameter. Jika
Resonance Imaging (NMRI) karena konotasi
pengaturan parameter tersebut tepat, kualitas
negatif yang terkait dengan kata nuklir pada
citra MRI mampu memberikan gambaran
akhir 1970-an.
detail tubuh manusi dengan perbedaan yang
signifikan, sehingga anatomi dan patologi
jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.
Untuk meghasilkan citra MRI dengan
kualitas yang optimal, maka perlu
memperhitungkan hal-hal yang berkaitan
dengan teknik pencitraan MRI, antara lain: 1.
Persiapan pasien dan teknik pemeriksaan
pasien yang baik; 2. Kontras yang sesuai
dengan tujuan pemeriksaannya; 3. Artefak
Gambar 1. Spin Motion
pada citra dan cara mengatasinya; 4.
Tindakan penyelamatan saat terjadi keadaan dengan prilaku sebuah magnet, karena proton

darurat. merupakan suatu partikel yang bermuatan


positif dan aktif melakukan gerakan

PRINSIP DASAR MRI mengintari sumbunya (spin) secara kontinyu.


Tubuh manusia sebagian besar terdiri Secara teori jika suatu muatan listrik
dari air (H2O) yang mengandung 2 atom melakukan pergerakan maka di sekitarnya
hidrogen dengan nomor atom ganjil (1) dan akan timbul gaya magnet dengan demikian
pada intinya terdapat satu buah proton. Inti proton dapat diibaratkan seperti magnet
hidrogen merupakan kandungan inti magnet yang kecil.
terbanyak dalam jaringan tubuh manusia Prinsip yang mendasari MRI adalah
3
yaitu 1019 inti/ mm , memiliki konsentrasi gerakan spin dari nukleus aktif MR, yaitu
tertinggi dalam jaringan 100 mmol/ Kg dan inti-inti atom spesifik dalam tubuh manusia
memiliki gaya maknetik/ faktor yang memiliki nomor massa ganjil (baik
gyromagnetic (kemampuan untuk menjadi jumlah proton maupun neutronnya yang
magnet) dibandingkan dengan elemen lain. ganjil). Beberapa nukleus aktif MR, seperti
Dalam aspek klinisnya, perbedaan hidrogen (1 proton dan tanpa neutron),
jaringan normal dan bukan normal Carbon-13, Phosfor-31, Sodium-23,
didasarkan pada deteksi dari kerelatifan Oksigen-17, dan Nitrogen-15. Hidrogen
kandungan air (proton hidrogen) dari adalah nukleus aktif MR yang banyak
jaringan tersebut. Proton mempunyai prilaku digunakan dalam MRI karena kandungannya
yang hampir sama
di dalam tubuh paling banyak dan protonnya
mempunyai moment magnetic yang besar.
Dalam kondisi normal, moment
magnetic inti hidrogen arahnya acak. Namun,
apabila ditempatkan dalam suatu medan
magnet yang kuat, moment magnetic inti-inti
atom akan menyesuaikan arah dengan medan
magnet statis (B0). Inti atom hidrogen yang
memiliki energi rendah akan paralel terhadap
medan magnet statis dan inti atom hidrogen
yang memiliki energi tinggi akan anti paralel
dengan medan magnet. Sebagian besar inti
hidrogen akan paralel dengan medan magnet Gambar 2. Fase Presisi Proton Hidrogen
statis. Proses terjadinya sinyal MRI yang tergantung pada kuat medan magnet yang
berasal dari pasien melalui 3 fase fisika, mengenai jaringan. Semakin kuat medan
yaitu: magnet semakin cepat presesi proton.
Fase Presisi Frekuensi presesi yang tergantung pada kuat
Tiap-tiap inti hidrogen membentuk medan magneti disebut dengan frekuensi
NMV (Net Magnetization Vector) spin pada Larmor. Frekuensi Larmor dapat dihitung
sumbu atau porosnya. Pengaruh dari B0 akan berdasarkan rumus Larmor sebagai berikut:
menghasilkan spin sekunder atau ”gerakan” ω0 = γ.B0
NMV mengelilingi B0. Spin sekunder ini Dimana ω0 merupakan frekuensi
disebut dengan precession, dan Larmor (MHz), γ adalah faktor gyromagnetic
menyebabkan moment magnetic bergerak (MHz/T), dan B0 adalah kekuatan medan
secara circular mengelilingi B0. Jalur magnet utama MRI dalam satuan Tesla (T).
sirkulasi pergerakan itu disebut Fase Resonansi
”precessional path” dan kecepatan gerakan Adalah fenomena yang terjadi apabila
NMV mengelilingi B0 disebut ”frekuensi sebuah objek diberikan pulsa yang
presesi” . Satuan frekuensinya MHz, dimana mempunyai frekuensi sesuai dengan
1 Hz = 1 putaran per detik. Kecepatan atau frekuensi Larmor. Apabila tubuh pasien
frekuensi presesi proton atom hidrogen diletakkan dalam medan magnet eksternal
yang sangat kuat, maka inti-inti atomnya
akan berada pada arah yang searah atau
berlawanan dengan medan magnet luar dan
inti-inti itu akan mengalami perpindahan dari
suatu energi ke tingkat energi yang lain.
Proses perpindahan energi ini seringkali
mengubah arah dari NMV, akibatnya vektor
Gambar 3. Perubahan arah NMV
dapat berubah arah dari arah longitudinal
atau dengan paralel medan magnet eksternal
frekuensi presisi Larmor atom hidrogen
ke arah yang lain. Peristiwa ini terjadi apabila
adalah 42,6 MHz, sedangkan untuk karbon
inti atom menyerap energi untuk berpindah
nilainya adalah 10,7 MHz. Sehingga dapat
ke tingkat energi yang lebih tinggi atau
disimpulkan bahwa sinyal yang diterima
melepaskan energi untuk berpindah ke
receiver coil dari RF yang dikenakan pasien
tingkat yang lebih rendah. Energi untuk
adalah 42,6 MHz. Hal ini menimbulkan
terjadinya proses ini didapat dari energi pulsa
fenomena resonansi yang kemudian
radiofrekuensi. Pulsa radiofrekuensi ini harus
menghasilkan sinyal MRI.
mempunyai frekuensi tertentu untuk dapat
Fase Relaksasi
berperan dalam proses transisi dan harus
T1 atau spin lattice relaxation adalah
disesuaikan dengan kekuatan medan magnet
waktu yang diperlukan untuk recovery 63%
eksternal.
magnetisasi longitudinal setelah pemberian
Besar nilai magnetisasi dari objek
pulsa RF 90. T2 atau proses spin – spin
atau jaringan yang berada dalam medan
relaxation adalah waktu yang diperlukan
magnet eksternal memiliki hubungan linier
oleh magnetisasi transversal untuk decay
yaitu semakin besar nilai medan magnet
hingga 37% dari nilai awalnya.
eksternalnya maka akan semakin besar nilai
Selama relaksasi, NMV membuang
magnetisasinya. Jika medan magnet eksternal
seluruh energi yang diserap dan kembali pada
dalam suatu jaringan sebesar 1 Tesla, presisi
B0. Pada saat yang bersamaan, tetapi tidak
atom dalam jaringan (sebagai contoh atom
tergantung moment magnetic, NMV
hidrogen dan karbon) mempunyai frekuensi
kehilangan magnetisasi transversal
presisi yang berbeda pula, yaitu besar
dikarenakan terjadi dephasing. Relaksasi
menghasilkan recovery magnetisasi
nucleus berinteraksi dengan sekitarnya.
Pertukaran energi antar nuclei ini dikenal
dengan Spin Relaxation dan akan
menghasilkan decay pada magnetisasi
transversal. Waktu yang diperlukan suatu
jaringan untuk kehilangan energinya hingga
37 % dikenal dengan waktu relaksasi T2.
Peristiwa transversal decay diiringi dengan
pelepasan energi oleh proton ke lingkungan

Gambar 4. Grafik Proses Terjadinya Relaksasi yang dikenal dengan peristiwa Free

longitudinal dan decay magnetisasi Induction Decay (FID). Energi yang

transversal. dilepaskan proton berupa sinyal, setelah

A. T1 Recovery sinyal terebut direphasing dengan aplikasi

T1 recovery disebabkan oleh karena RF 180o, maka selanjutnya sinyal RF yang

nuclei memberikan energinya ke lingkungan diberikan ke atom adalah sama dengan

sekitarnya atau lattice, sehingga sering frekuensi Larmor atom tersebut.

disebut dengan Spin-Lattice Relaxation.


Energi yang dibebaskan ke lingkungan INSTRUMEN MRI

sekitar akan menyebabkan magnetisasi Secara garis besar instrumen MRI terdiri
bidang longitudinal akan semakin lama dari:
semakin menguat (recovery) dengan waktu
Gantry (Magnet Utama, Gradient Coil,
recovery yang konstan dan berupa proses
Shim Coil)
ekponensial yang disebut waktu relaksasi T1.
Yakni waktu yang diperlukan suatu jaringan A. Magnet Utama
untuk mencapai pemulihan magnetisasi
Magnet utama adalah magnet dengan
longitudinal hingga 63%.
kekuatan 0,1 – 3 Tesla yang mampu
B. T2 Decay
menginduksi jaringan dan dapat
T2 decay dihasilkan oleh adanya menimbulkan magnetisasi, sehingga terjadi
pertukaran energi antar nuclei yang satu kesejajaran inti atom hidrogen yang
dengan yang lain. Pertukaran energi ini sebelumnya berada pada posisi acak di dalam
disebabkan oleh karena medan magnet tiap tubuh.
Gambar 6. MRI Scanner Gradient Magnets

untuk citra irisan aksial. Jika gradient coil X,


Y, dan Z bekerja secara bersamaan, maka
Gambar 5. MRI Scanner Cutaway akan terbentuk citra irisan oblik.
Magnet pada MRI berfungsi sebagai
C. Shim Coil
penentu kualitas citra yang dihasilkan,
Shim coil atau coil electromagnet
semakin besar kekuatan medan magnet
terletak di dalam gantry pada sisi lateral
semakin besar pula spektrum unsur yang
tubuh yang berfungsi untuk menjaga
dapat diolah, sehingga citra tampak semakin
kestabilan dan kehomogenan magnet utama,
tajam.
Receiver Coil
Terdapat tiga jenis magnet utama
yang digunakan dalam MRI: 1. Magnet Receiver coil atau coil antena
permanen; 2. Magnet resistif/ elektromagnet; memiliki fungsi sebagai penerima sinyal
3. Magnet superkonduktor. yang ditransmisikan ke dalam bentuk digital
untuk diteruskan ke sistem komputer dalam
B. Gradient Coil
bentuk citra. Receiver coil harus sedekat
Merupakan prinsip dasar dari
mungkin atau menempel pada objek yang
produksi citra MRI yang dikendalikan oleh
diperiksa, supaya diperoleh hasil pencitraan
sistem computer dalam menentukan irisan
yang optimal. Bentuk coil disesuaikan
citra. Gradient coil berfungsi membentuk
dengan bentuk objek yang akan diperiksa,
citra yang terdiri dari tiga buah kumparan
seperti: Head Coil, Spine Coil, Knee Coil,
coil, diantaranya: gradient coil X untuk
Body Coil, dll. Secara garis besar receiver
membuat citra irisan sagital; gradient coil Y
coil terbagi menjadi volume coil, phase array
untuk citra irisan koronal; dan gradient coil Z
coil, dan surface coil.
KELEBIHAN MRI DIBANDINGKAN
CT SCAN

MRI tentu memiliki beberapa


kelebihan jika dibandingkan dengan CT scan,
diantaranya: 1. Lebih unggul dalam
mendeteksi adanya patologi pada jaringan
lunak, seperti otak, sumsum tulang, dan
muskuloskeletal; 2. Mampu menghasilkan
Gambar 8. MRI Workstation gambaran detail anatomi dengan lebih jelas;
3. Dapat dilakukan pemeriksaan fungsional,
Sistem Komputer (Konsol MRI dan
seperti pemeriksaan difusi, perfusi, dan
Komputer Workstation)
spektroskopi yang tidak dapat dilakukan
Sistem komputer berfungsi untuk dengan modalitas CT; 4. Memungkinkan
membangkitkan sekuens pulsa, mengontrol pembuatan citra irisan melintang, tegak, dan
semua komponen MRI, dan sebagai miring tanpa perlu mengubah posisi pasien;
memorinpenyimpanan rekaman citra. Sistem 5. MRI tidak mengunakan radiasi pengion.
komputer terdiri dari:
RINGKASAN
A. Konsol MRI
1. MRI menghasilkan rekaman citra irisan
Berupa komputer induk yang secara koronal, sagital, aksial, dan oblik dari
langsung menerima data digital yang dikirim penampang tubuh/ organ manusia dengan
oleh receiver coil. memanfaatkan medan magnet

B. Workstation/ Rekonstruksi Data berkekuatan antara 0,064 – 1,5 Tesla (1


Tesla = 1000 Gauss) dan resonansi
Komputer rekonstruksi atau pengolah
getaran terhadap inti atom hidrogen.
data yang memiliki banyak software, seperti
2. Untuk menghasilkan sinyal dalam proses
functool, reformat, 3D dan lainnya, sehingga
pencitraannya MRI melalui tiga fase
mempermudah radiolog dalam menganalisa
fisika, yaitu fase presisi, fase resonansi,
hasil pencitraan untuk menentukan diagnosa.
dan fase relaksasi.
3. Secara garis besar instrumen MRI terdiri
dari: a. Gantry (Magnet Utama, Gradient
Coil, Shim Coil); b. Receiver Coil; dan c.
Sistem Komputer (Konsol MRI dan
Komputer Workstation).
4. MRI lebih unggul daripada CT scan jika
dinilai dari beberapa hal, seperti
mencitrakan patologi jaringan lunak,
detail citra yang dihasilkan, pemeriksaan
fungsional, dan tidak menggunakan
radiasi pengion yang berisiko.

REFERENCE

1. Westbrook, Catherine and Caroline Kaut;


2011; Handbook of MRI Technique,
Fourth Edition; London: Blackwell
Science.
2. Westbrook, Catherine and Caroline Kaut;
2011; MRI at Glance; London: Blackwell
Science.
3. Stark, David D. 1988. Magnetic
Resonance Imaging. Toronto: The CV
Mosby Company.

Anda mungkin juga menyukai