Anda di halaman 1dari 3

Nama : Risza Nuril Samsiyah

NIM : 190341621627

Offering : C6

Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pengampu : Irene Maya Simon, S. Pd, M. Pd.

Topik : Tugas Perkembangan Remaja

Pencapaian-Pencapaian Saya dalam Memenuhi Tugas Perkembangan Remaja

1. Menerima fisiknya sendiri berikut kualitas keragamannya

Saya adalah orang yang tidak terlalu tinggi. Ketika saya SMA, saya menyadari kekurangan
fisik saya tersebut. Segala upaya saya lakukan, mulai dari mengonsumsi suplemen peninggi
badan dengan harga yang tidak murah yang saya dapatkan dengan menabung uang saku saya,
lompat tali, melakukan latihan untuk meninggikan badan, hingga berenang hampir setiap
hari. Namun, tinggi badan saya juga tidak terlalu bertambah.

Kemudian saya menyadari bahwa memang semuanya memiliki ciri khas fisik masing-masing
yang bisa jadi berasal dari gen nenek moyangnya. Lalu saya membandingkan diri saya
dengan teman dekat saya yang saya anggap lumayan tinggi. Meskipun dia tidak bisa
berenang, dia lumayan tinggi. Sementara saya, yang sejak kecil suka berenang, bahkan
hingga sekarang, saya tetap adalah Risza yang “imut”.

Saya mencoba membandingkan lagi dengan teman-teman saya yang lainnya. Ternyata itu
semua memang dipengaruhi gen dari nenek moyang. Sejak saat itu, saya menyadari bahwa
saya tidak harus memiliki fisik yang tinggi untuk bersaing dengan teman-teman saya. Dengan
diri saya yang seperti ini pun, saya bisa bersaing dengan teman-teman saya, dan mereka juga
menerima. Bahkan saya merasa baik-baik saja saat ada teman yang sedikit bercanda dengan
tinggi badan saya.

2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas

Saat saya SMA, saya sudah bisa bertahan dan merasa baik-baik saja walau jauh dari orang tua
saya. Meskipun terkadang juga timbul rasa rindu dengan keluarga.

Saat SMA, saya tinggal di indekos. Saya sudah belajar kemandirian emosional saat saya jauh
dari keluarga saya. Saya belajar bagaimana mengatur keuangan, waktu, makanan, dan banyak
hal lainnya yang membuat saya lebih mandiri.

3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal


Saat berada di masa SMA, saya merasa lebih dekat dengan teman-teman saya daripada ketika
SMP. Saya merasa bahwa saya lebih intens melakukan kerjasama dengan teman-teman saya,
pergi atau main bersama, dan lebih akrab berkomunikasi dengan mereka.

4. Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar

Saat remaja, saya memang lebih suka berkomunikasi dengan orang. Saya lebih terbuka
dengan orang lain. Padahal, saat saya kecil, saya adalah orang yang tertutup. Saya tidak
terlalu suka berkomunikasi ataupun berinteraksi dengan orang lain. Namun, saat usia SMA,
saya lebih sering mengunjungi keluarga saya, tetangga, dan bahkan lebih sering membantu
tetangga saya saat ada hajatan.

5. Menemukan manusia model yang dijadikan pusat identifikasinya

Saat saya remaja, saya menemukan manusia model yang saya ingin mengetahui lebih banyak
tentang dirinya. Saya tertarik dengan penyanyi nasyid asal Mesir, yaitu Mustafa Atef. Dia
adalah orang yang humoris. Saya mengidentifikasinya lebih jauh karena saya suka dengan
pengucapan Bahasa Arab khasnya. Selain Mustafa Atef, saya juga memiliki model yang
lainnya, yaitu Jerome Polin, dia adalah mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di
Jepang dengan program studi Matematika Terapan. Selain berkuliah, dia juga menjadi tutor
zenius. Dia adalah orang yang humoris bahkan saat menjelaskan Matematika yang membuat
saya bertahan mempelajari Matematika.

6. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri

Saya telah menerima ciri khas fisik saya yang “imut”. Dan saya juga mengetahui apa yang
lebih saya sukai dan bisa saya lakukan dengan lebih baik daripada teman-teman saya.

Dulu saat saya kecil, saya ingin melakukan sesuatu yang sangat rapi seperti apa yang kakak
saya lakukan. Namun, saya selalu melakukannya dengan sedikit terpaksa dan tidak terus-
menerus. Saya juga merasa malu kalau buku catatan saya tidak rapi. Ketika saya SMA, saya
menyadari bahwa saya memang bukan orang yang sangat rapi dengan buku catatan yang
penuh hiasan. Saya adalah tipe orang yang praktis. Saya mulai menerimanya, dan tetap
percaya diri dengan buku catatan saya yang biasa-biasa saja. Saya justru lebih bersyukur
karena dengan diri saya yang bertipe praktis, saya jadi lebih punya banyak waktu untuk
melakukan apa yang saya sukai.

7. Memperoleh self-control (kemampuan mengendalikan sendiri) atas dasar skala nilai,


prinsip-prinsip, atau falsafah hidup

Saat remaja, Saya mulai bisa mengendalikan diri saya dari melakukan hal-hal yang tidak
pantas. Saat ada suatu acara, saya selalu berusaha menyesuaikan pakaian saya dengan acara
tersebut. Saya mengendalikan diri untuk menghindari pakaian yang tidak pantas saya
kenakan. Dalam hal bergaul pun, saya mengendalikan diri untuk tidak terlalu bebas bergaul
dengan teman laki-laki saya ketika SD, karena saya merasa bahwa kondisi saat ini sangatlah
berbeda dengan saat saya masih SD.
8. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri yang kekanak-kanakan

Ketika saya marah, saya tidak lagi menunjukkan kemarahan saya dengan perbuatan yang
tidak pantas, misalnya perkataan yang menyakiti. Saya lebih sering mengekspresikannya
dengan ekspresi yang sewajarnya.

9. Bertingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial

Saat saya remaja, saya mulai merasa bahwa saya bertanggung jawab terhadap lingkungan
sosial saya. Saya semakin aktif terhadap kegiatan-kegiatan di lingkungan saya. Di lingkungan
rumah, saya aktif dalam kegiatan keremajaan, keagaman, dan lainnya. Sementara di
lingkungan indekos, saya aktif menjadi volunter dalam pengajaran terhadap anak-anak,
lingkungan, keagamaan, dan lainnya.

10. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi


warga negara

Saat remaja, saya merasa membutuhkan lebih banyak pengetahuan. Saya juga merasa ingin
tahu lebih banyak tentang sistem-sistem yang berlaku di Indonesia, misalnya bagaimana
prosedur pengurusan KTP, SIM, dan lain sebagainya. Saya juga berusaha mencaritahu
prosedur yang tidak melewati jalur sebenarnya dalam kepengurusan dokumen-dokumen
resmi negara.

11. Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan)

Saat SMA, saya mulai memilih saya akan menjadi apa. Saya juga mulai memikirkan hal
apakah yang dapat saya maksimalkan untuk menunjang karir saya. Bahkan ketika saya tidak
diterima di perguruan tinggi dan program studi yang saya inginkan. Saya lebih memilih untuk
gap year dan menunda satu tahun untuk memantapkan pilihan saya. Pada saat satu tahun itu,
saya mencoba mengajar di sebuah MI dan melakukan hal-hal lain yang tidak bisa saya
lakukan dengan leluasa saat SMA. Dari pengalaman itulah, saya sudah mantap memilih
program studi Pendidikan Biologi sebagaimana yang saya jalani saat ini. Sehingga saya
menjalaninya dengan sepenuh hati dan menikmati proses perkuliahan saya.

12. Memiliki sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga

Saat saya SMA, saya sadari bahwa saya memang banyak mengobservasi lawan jenis. Namun,
hal yang saya observasi tidaklah sama seperti saat saya SMP ataupun SD. Saya melihat lawan
jenis dengan memikirkan siapakah yang cocok untuk saya dampingi, karakter manakah yang
menurut saya pantas untuk membangun keluarga bersama.

13. Mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Saat saya SMA, saya memang lebih menyukai kegiatan-kegiatan keagamaan dibandingkan
ketika saya kecil. Saya lebih aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan, dan
bahkan saya juga lebih aktif dalam mengikuti kepanitiaan dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan.

Anda mungkin juga menyukai