terasa lebih enteng? Seperti yang Anda ketahui sebelumnya bahwa untuk dapat meraih gelar
sarjana, Anda harus melakukan sebuah penelitian terlebih dahulu terkait bidang ilmu
konsentrasi yang Anda pilih. Sebelum masuk ke sebuah tahap penelitian, tentu Anda
diharuskan untuk membuat sebuah contoh proposal skripsi atau contoh skripsi yang
menggambarkan maksud dan tujuan penelitian Anda nantinya.
Mencari ide penelitian skripsi di bidang Ilmu Komunikasi sendiri sebenarnya tidak terlalu
sulit, karena bidang ilmu yang satu ini mencakup hampir seluruh kegiatan manusia. Bingung
dan belum memiliki gambaran untuk mengerjakan proposal skripsi atau contoh skripsi?
Berikut Mamikos berikan pengertian, struktur, serta contoh proposal skripsi pendidikan.
Skripsi sendiri merupakan istilah yang digunakan di negara kita untuk mengilustrasikan
sebuah karya tulis ilmiah yang berupa paparan tulisan hasil penelitian yang membahas suatu
permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah
yang berlaku. Sebelum proses penyusunan skripsi dimulai, biasanya dilakukan terlebih
dahulu proses pembuatan proposal skripsi, hal ini bertujuan untuk mengajukan penelitian
yang akan dilakukan. Proposal skripsi atau contoh skripsi sendiri dimaksudkan sebagai
laporan usulan penelitian tugas akhir mahasiswa atau skripsi. Biasanya sistematika penulisan
proposal skripsi akan berbeda di setiap kampus, hal ini dilakukan agar setiap kampus
memiliki ciri khas tersendiri dan juga untuk mencegah mencegah terjadinya plagiarisme.
Menurut bentuk-bentuknya, proposal skripsi ini terbagi lagi menjadi dua bagian yakni
proposal skripsi mini dan proposal skripsi penuh, Untuk lebih lengkap definisinya bisa
disimak dibawah ini:
Selanjutnya, sebelum Anda membuat proposal skripsi mungkin Anda juga harus mengetahui
terlenih dahulu terkait sistematika penulisan proposal skripsi ini. Umumnya, setiap kampus
memiliki sistematika penulisannya masing-masing. Namun, kali ini Mamikos akan
memberikan sistematika yang paling umum digunakan oleh kampus-kampus besar di
Indonesia. Berikut merupakan sistematika penulisan proposal skripsi mini.
COVER
Cover proposal merupakan halaman paling depan yang pertama kali dilihat oleh dosen
pembimbing. Cover proposal skripsi biasanya berisi judul skripsi, logo universitas, nama
penyusun, nomor induk mahasiswa, nama program studi, jurusan, nama universitas, dan
paling bawah tahun pembuatan.
LEMBAR JUDUL
Dikarenakan setiap kampus memiliki sistematika yang berbeda-beda, lembar judul ini kadang
dipakai dan kadang ada juga kampus yang tidak memakainya. Lembar judul ini merupakan
lembaran yang hanya berisi judul skripsi yang diajukan.
LEMBAR PENGESAHAN
Lembar ini befungsi untuk mengesahkan skripsi yang dibuat, biasanya pada uji proposal
lembar pengesahan dibuat hanya saja tidak dibubuhi tanda tangan dosen pembimbing.
Namun, pengesahan proposal skripsi biasanya hanya berupa acc dari dosen pembimbing
utama di halaman cover.
KATA PENGANTAR
Kata pengantar berisi sebuah pernyataan pengantar dari penulis yang menjelaskan tentang
maksud dan tujuan dari penulisan skripsi beserta ucapan terima kasih dari penulis kepada
pihak-pihak kampus dan pihak-pihak yang membantu penulis.
DAFTAR ISI
Daftar isi adalah daftar halaman dari isi proposal skripsi yang dibuat, daftar isi dibuat agar
pembaca atau penguji dengan mudah menemukan bagian-bagian dari proposal skripsi.
DAFTAR TABEL
Daftar tabel berisikan daftar judul-judul tabel yang berada pada proposal skripsi, daftar tabel
berfungsi untuk mempermudahkan pembaca dalam mencari tabel yang berkaitan dengan
pembahasan.
DAFTAR GAMBAR
Daftar gambar berisi daftar-daftar gambar yang berada pada selusuh isi dari proposal, daftar
gambar dipakai jika proposal skripsi terdapat gambar jika tidak terdapat gambar sebaiknya
jangan sisipkan lembaran daftar gambar.
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar lampiran merupakan halaman yang berisi daftar-daftar lampiran seperti lampiran surat
penelitian, lampiran berkas, dan lampiran-lampiran yang dibutuhkan dalam penyelesaian
skripsi.
BAB I. PENDAHULUAN
Bab 1 merupakan bab pendahuluan dari proposal skripsi yang didalamyan berisi latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori
atau kerangka berpikir, kerangka konsep, metode penelitian, serta teknik pengumpulan data.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisi daftar bahan-bahan referensi atau literature yang telah digunakan untuk
penelitian. Referensi tersebut baik diambil dari buku, jurnal, maupun sumber elektronik maka
harus disertakan dalam halaman daftar pustaka.
LAMPIRAN
Lampiran merupakan halaman yang berisi scanan atau potokopi lampiran berkas-berkas yang
dibutuhkan untuk melengkapi data-data penelitian dalam tugas akhir. Baik berupa surat
penelitian ataupun berkas-berkas dari tempat penelitian.
Setelah mengetahui sistematika proposal skripsi seperti apa, berikut Mamikos berikan
beberapa langkah dalam menyusun sebuah proposal skripsi, diantaranya:
1. Hal Pertama yang harus dilakukan sebelum membuat proposal penelitian adalah mencari
ide penelitian, apa yang akan di teliti dan menjadi pembahasan dalam skripsi. Usahakan
dalam pencarian ide penelitian dilakukan jauh-jauh dipikirkan sejak semester-semester awal.
3. Tentukan terlebih dahulu rumusan masalah berupa latar belakang masalah beserta masalah,
ini nantinya akan menjadi latar belakang masalah dan rumusan masalah pada BAB 1
pendahuluan.
6. Jika rumusan masalan dan metode penelitian berhasil dibuat, maka buat pula judul skripsi
yang akan diajukan. Judul skripsi harus sesuai dengan permasalahan diteliti, disarankan
dalam membuat judul jangan terlalu luas dan juga jangan terlalu sempit. hal tersebut agar
nantinya judul tidak menjadi penghambat penyusunan skripsi Anda.
7. Setelah memecahkan rumusan masalah dan menghasilkan judul, susunlah BAB 1 dengan
benar mulai dari latar belakang sampai tujuan penelitian. Selanjutnya, pembuatan tinjauan
pustaka. Dalam tinjauan pustaka masukan teori-teori yang mendukung penelitian, dan
nantinya sumber-sumber teori tersebut dimasukan kedalam daftar pustaka.
8. Selajutnya lengkapi draft-draft bab yang telah dibuat. Agar proses pembuatan proposal
skripsi sesuai yang diharapkan usahakan untuk selalu berdiskusi dengan dosen pembimbing,
guna kelancaran skripsi Anda.
Sebagai pelangkap artikel ini tentu tidak lupa Mamikos akan berikan contoh poposal skripsi
yang sudah dibuat oleh mahasiswa dari jurusan tertentu. Sebenarnya contoh skripsi juga bisa
Anda dapatkan dengan mudah di berbagai perpustakaan kampus. Biasanya berbagai jenis
skripsi akan tersimpan rapi di tempat tersebut, namun Anda tidak bisa meminjam untuk
dibawa pulang seperti buku biasa. Berikut adalah salah satu contoh proposal skripsi Ilmu
Komunikasi yang masuk dalam kategori proposal skripsi mini.
Proposal Skripsi
Praktek Penyiaran TV Berjaringan antara Kompas TV dan TV Borobudur
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelas media besar menguasai sistem penyiaran Indonesia. Sebelas media besar tersebut
beberapa diantaranya adalah Global Mediacom (MNC), Jawa Pos Grup, Kompas Gramedia
Grup, Femina Grup, Tempo, dan sebagainya. Media-media besar tersebut bukan hanya
memiliki frekuensi televisi, radio, media cetak, online, tetapi juga menguasai bisnis lain
seperti bisnis properti, event organizer, universitas, dan lain-lain. Bisnis grup media besar
tersebut dikendalikan oleh pemilik yang sama.
Perluasan konsentrasi dan konglomerasi merupakan kondisi media dewasa ini. Konglomerasi
telah masuk dalam ranah penyiaran Indonesia, dimana media cenderung dikendalikan oleh
satu kepemilikan. Efek pemusatan kepemilikan media adalah pemilik media lebih mencari
keuntungan daripada mementingkan kualitas (Rianto, 2012:13).
Tahun 2012, Yanuar Nugroho dalam jurnalnya menekankan bahwa oligopoli dan hegemoni
mewarnai pertumbuhan media di Indonesia saat ini. Selain itu industri media berkembang
dengan idealisme pasar yang menitikberatkan pada motif mencari keuntungan. Media di
Indonesia dipengaruhi oleh akumulasi modal yang membuat media memiliki kecenderungan
untuk melakukan ekspansi dengan cara akuisisi besar-besaran. Disinilah poin yang harus
menjadi perhatian pemerintah. Khususnya hal yang terkait dengan kepemilikan media yang
belum diperhitungkan secara serius. Jika pemerintah tidak segera memberikan batasan
terhadap kepemilikan sebuah media, dikhawatirkan praktek penyiaran di Indonesia akan
semakin carut marut karena konglomerat hanya memperhitungkan keuntungan privat
daripada kepentingan publik yang seharusnya menjadi hal pertama yang harus diperhatikan.
Hal yang menjadi pemicu tindakan konglomerasi secara massif pada penyiaran media di
Indonesia ini bukan tanpa alasan. Sejak munculnya UU 32/2002 tentang Penyiaran yang
mengamanatkan agar penyiaran tidak terpusat pada Jakarta atau adanya desentralisasi
penyiaran dengan semangat diversity of ownership (keberagaman kepemilikan) dan diversity
of content (keberagaman isi). Namun nampaknya, hal ini justru membuat kondisi penyiaran
di Indonesia dikontrol oleh pihak-pihak tertentu saja. Konglomerat media akan rentan
terhadap konflik kepentingan, dimana kepentingan yang terkait dengan pemilik atau
perusahaan media akan menjadi hal nomor satu yang diperjuangkan, daripada kepentingan
publik.
Media yang berada dalam satu kepemilikan memiliki kecenderungan untuk memunculkan
berita yang terkait dengan pemilik media dengan citra yang bagus. Namun, ketika pemilik
diterpa isu atau berita yang tidak baik, media ini akan kesulitan untuk memunculkan fakta
tersebut. Sebagai contoh, TV One yang pada setiap pemberitaannya tidak pernah
menggunakan kata “lumpur lapindo” melainkan “lumpur sidoarjo”. Mengapa demikian?
Karena PT. Lapindo dan TV One merupakan perusahaan yang berada dalam satu
kepemilikan Bakrie Grup. Oleh sebab itu, untuk meminimalkan pandangan negatif
masyarakat terhadap kasus tersebut yang dikhawatirkan akan mengancam eksistensi TV One,
maka TV One memilih tidak menggunakan kata “lumpur lapindo”. Padahal dalam kasus ini,
ada kepentingan publik yang harus dilindungi.
Tahun 2015 Jaduk Gilang Pembayun seorang mahasiswa magister Ilmu Komunikasi
Universitas Diponegoro mengutip pernyataan Kekla Magoon dalam jurnalnya bahwa
manajemen media haruslah memisahkan antara redaksi pemberitaan dan unsur bisnis,
sehingga menghindari adanya intervensi pemberitaan karena faktor bisnis. Selain itu, media
juga harus memperhatikan kesejahteraan wartawan, sehingga idealisme mereka tidak dikotori
oleh kepentingan tertentu. Jika semua ini dilakukan maka masyarakat akan menaruh
kepercayaan pada pemberitaan yang disajikan media tersebut.
Bukan hal yang asing lagi, bagi pandangan kita sebagai masyarakat umum dimana stasiun-
stasiun televisi swasta yang mendominasi, berpusat di Jakarta. Tidak jarang sudut pandang,
gagasan, dan konten yang ada didalamnya pun hanya berasal dari pihak-pihak tertentu. Ini
mengindikasikan bahwa televisi swasta pada umumnya tidak lagi berorientasi pada publik.
Dilihat dari sudut pandang model pasar, saat ini pandangan industri media berkaitan dengan
Market Model yang dikemukakan oleh Croteau dan Hoynes (2001), yang melihat bahwa
media disini merupakan alat pemenuhan kebutuhan masyarakat yang didasarkan pada
dinamika permintaan dan penawaran. Ciri khas dari market model adalah pasar mendorong
efisiensi, respon, fleksibilitas, inovasi, dan pasar dapat membuat media layaknya produk lain
(Croteau, 2001: 15-17).
Market model approach atau model pendekatan pasar muncul karena adanya pertumbuhan
tren di struktur industri media. Tren yang berlaku pada industri media akhir-akhir ini adalah
pertumbuhan (growth), integrasi (integration), globalisasi, dan pemusatan kepemilikan
(concentration of ownership), dimana tren tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi
satu dengan yang lain (Croteau, 2001: 73-74). Fenomena pendekatan pasar pada media
swasta nasional terjadi antara Kompas TV dan TV Borobudur. Tepatnya pada tahun 2010,
Kompas TV resmi mengakuisisi TV Borobudur. Kasus Kompas TV dan TV Borobudur inilah
yang disebut tren media sekarang yaitu melakukan akuisisi. Hal ini lazim dilakukan oleh
media-media besar. Korporasi media besar cenderung untuk menggunakan strategi ini untuk
mencapai tiga tujuan utamanya, yaitu memaksimalkan profit, mengurangi biaya, dan
mengurangi risiko (Croteau, 2001: 109-110).
Industri media memanfaatkan strategi akuisisi ini salah satunya adalah untuk bisa
memaksimalkan keuntungannya, karena kepemilikan perusahaan mereka yang semakin luas.
Dengan adanya akuisisi, sebuah media akan semakin berkembang dan mengalami
pertumbuhan. Media tersebut dapat juga terintegrasi, karena adanya globalisasi yang ditandai
dengan perkembangan teknologi. Namun dampak negatifnya pun juga muncul, media yang
berbeda tersebut dapat berada dalam kepemilikan yang tunggal yang mengakibatkan tidak
adanya keberagaman konten.
Bila kita menengok ke belakang, pada era reformasi, masyarakat menuntut adanya
desentralisasi dan otonomi daerah. Desentralisasi dan otonomi daerah adalah salah satu hal
yang diperjuangkan dalam UU Penyiaran. Prinsip yang dikedepankan ada dua. Pertama, perlu
diciptakan kondusivitas bagi pengembangan bisnis penyiaran di tingkat lokal. Kedua, daerah
diberi otoritas untuk mengatur alokasi frekuensi dan izin penyiaran di tingkat lokal
(Mardiana, 2011: 54).
Untuk itu masyarakat lokal mendesak adanya kajian regulasi yaitu adanya RUU Penyiaran
atau Revisi Undang-Undang Penyiaran. Harapan terciptanya Undang-undang Penyiaran yang
baru adalah untuk bisa menjawab tantangan jaman agar tidak ada monopoli kepemilikan oleh
pihak tertentu saja sehingga industri penyiaran berkembang kearah persaingan yang lebih
sehat. Sejak munculnya otonomi daerah dan dikeluarkannya Undang-undang No 32 Tahun
2002 tentang penyiaran, televisi lokal banyak bermunculan. Indikasinya adalah meningkatnya
jumlah anggota Asosiasi TV Lokal Indonesia (ATVLI). Dari 7 anggota pada 2002, ATVLI
memiliki 41 anggota pada 2011 (Nugroho, 2012: 102-103). Motivasi secara umum dari
berdirinya televisi lokal adalah agar skema penyiaran tidak tersentralisasi dan warga lokal
mempunyai otoritas untuk dapat menjalankan program dan stasiun mereka sendiri.
Berdasarkan beberapa sumber yang peneliti temukan, masyarakat seolah tidak ingin
bergantung pada informasi yang datangnya dari pusat saja, karena informasi pusat banyak
yang tidak memiliki relevansi dengan kondisi dan kepentingan masyarakat lokal. Bukan
hanya sistem penyiaran yang tersentralisasi tetapi juga bidang-bidang lain yang hanya
berpusat di Jakarta saja, padahal lokal pun juga memiliki potensi yang bisa dikembangkan.
Sumber :
www.agbnielsen.net
Data di atas menunjukkan bahwa tingkat kepemirsaan tv lokal sangat jauh dibandingkan
dengan kepemirsaan tv nasional. Kepemirsaan tersebut mencakup 10 kota besar di Indonesia
dimana pola kepemirsaan tv nasional cenderung stabil sedangkan tv lokal masih menjadi
alternatif. Bisnis televisi sangat dipengaruhi oleh tingkat kepemirsaan. Tingkat kepemirsaan
itu dipengaruhi oleh bagaimana sebuah media kreatif dalam membuat program siar. Semakin
kreatif program siarnya, maka semakin mudah untuk menarik banyak penonton, rating
semakin tinggi, pengiklan semakin banyak, yang kemudian mempengaruhi pendapatan.
Namun, bagaimanapun juga, media tidak berhenti pada kegiatan bisnis saja, melainkan ada
unsur kepentingan publik yang tidak bisa diabaikan. Televisi sebagai bagian dari agen
komunikasi dan informasi masuk dalam public sphere karena menggunakan frekuensi publik
dalam penyebaran informasi. Konsep public sphere dinyatakan oleh Habermas bahwa pada
dasarnya media harus bisa melihat khalayak sebagai masyarakat aktif bukan sekedar
konsumen. Oleh sebab itu, media seharusnya dapat mengedepankan kepentingan masyarakat
tersebut, bukan justru menjadikan target potensial konsumen (Croteau, 2001: 20).
Semangat televisi lokal untuk muncul dilatarbelakangi dengan keinginan untuk meninggalkan
ketergantungan informasi terhadap sentralisasi informasi dari pusat, serta daerah diberikan
otoritas untuk melakukan praktek penyiaran. Tetapi dengan adanya konglomerasi, tujuan
televisi lokal dikhawatirkan akan hanya menjadi wacana saja dan yang terlihat adalah kontrol
informasi dari pusat. Padahal, tv lokal dimungkinkan bisa menjadi alat untuk menjaga
identitas budaya lokal. Selain itu, keberadaan tv lokal sangat diperlukan agar masyarakat
daerah mendapat informasi sesuai dengan “iklim” lingkungannya.
Hal ini dialami oleh salah satu stasiun tv lokal di Semarang yaitu TV Borobudur.
Berdasarkan riset awal yang penulis lakukan pada 11 Oktober 2016 dengan Agus Sutiyono
selaku pimpinan unit kerja Kompas TV Jateng, ini menunjukkan bahwa tv lokal mengalami
kondisi yang tidak menentu. Kondisi tidak menentu ini dijelaskan oleh Agus adalah kondisi
dimana TV Borobudur sulit untuk berkembang ketika tidak berjaringan dengan tv swasta
nasional. Sulit berkembang yang dimaksud salah satunya terkait dengan biaya produksi
program. Karena alasan tersebut kemudian TV Borobudur memutuskan untuk bergabung
dengan Kompas TV. TV Borobudur resmi bergabung dengan Kompas TV sejak 2010.
Setelah TV Borobudur ini bergabung dengan Kompas TV, muncul banyak perubahan.
Perubahan tersebut diantaranya terletak pada konten, porsi siaran, manajemen kerja, dll.
Dengan melihat kondisi TV Borobudur dengan Kompas TV ini, menjadi kajian yang menarik
untuk diteliti lebih jauh. Hal menarik tersebut antara lain mengenai bagaimana praktek
penyiaran tv berjaringan pada saat ini, apakah sebelum berjaringan kondisinya berpihak pada
kepentingan publik, apakah aturan-aturan KPI, Kominfo, dan Peraturan Pemerintah
dijalankan terkait dengan batas dan larangan penyiaran, dan sebagainya. Kementerian
Komunikasi dan Informatika menekankan bahwa peran stasiun tv berjaringan dalam
memberdayakan lembaga penyiaran lokal adalah tersebarnya kepemilikan dan konten
penyiaran secara merata disetiap daerah, pemberdayaan sumber daya lokal (budaya, SDM,
modal, dll), berkembangnya industri lokal yang terkait dengan bidang penyiaran (artis lokal,
iklan lokal, dll), dan adanya keseimbangan informasi antara daerah dan daerah, serta daerah
dengan pusat (www.kadin-indonesia.or.id/id).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahan
dalam penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimana praktek penyiaran tv berjaringan antara
Kompas TV dan TV Borobudur?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh uraian yang lebih mendalam
mengenai bagaimana praktek penyiaran tv berjaringan antara Kompas TV dan TV
Borobudur.
D. Manfaat Penelitian
E. Kerangka Teori
Mengutip hasil riset kerjasama antara CIPG (Centre for Innovation Policy and Government),
Hivos dan Manchester Business School, bahwa saat ini, dua belas kelompok media besar
mengendalikan hampir semua kanal media di Indonesia, termasuk didalamnya penyiaran,
media cetak dan media online (Nugroho, 2012: 53-54). Lorimer dan Scannell menyatakan
bahwa konglomerasi merupakan salah satu bentuk kepemilikan terkait yang menggabungkan
beberapa jenis bisnis, biasanya meliputi integrasi perusahaan secara horizontal dan vertikal,
atau bahkan kepemilikan silang dari beberapa perusahaan yang beroperasi di pasar yang
berbeda.
Ada dua tipe konglomerasi, yaitu konglomerasi media dan konglomerasi umum atau non-
media. Konglomerasi media adalah bisnis konglomerasi yang memfokuskan mayoritas
penguasaan bisnisnya pada industri media. Sedangkan konglomerasi umum atau non-media
memiliki fondasi bisnis pada industri non-media. Lorimer dan Scannell juga menunjukkan
tren yang berlangsung dengan kuat saat ini pada kepemilikan perusahaan media adalah
terjadinya pembelian perusahaan kecil yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar
(Lorimer, 1994: 86).
Selain itu David Croteau juga menjabarkan manfaat pasar yang dalam hal ini erat kaitannya
dengan perusahaan media. Berikut adalah manfaat pasar :
a) Pasar mendorong efisiensi
Dalam hal ini pasar akan meningkatkan efisiensi namun juga tetap pada motif utamanya,
yaitu mencari keuntungan. Sehingga perusahaan akan cenderung mengembangkan cara-cara
untuk dapat memberikan barang dan jasa pada biaya terendah, namun dapat diterima oleh
masyarakat. Barang dan jasa dalam hal ini adalah program atau konten. Karena program atau
konten inilah yang menjadi satu-satunya hal yang bisa di jual oleh perusahaan untuk bisa
menarik pengiklan.
b) Pasar mendorong respon
Pasar beroperasi pada prinsip permintaan dan penawaran. Akibatnya, mereka peka terhadap
kebutuhan masyarakat. Di pasaran, harga berfungsi sebagai indikator kunci dari penawaran
dan permintaan. Ketika permintaan naik, harga naik sampai persediaan meningkat
mengembalikan keseimbangan. Ketika permintaan turun maka harga turun. Dalam kedua
kasus, produsen menanggapi permintaan konsumen sebagai akibat dari dinamika pasar.
Serupa dengan yang diungkapkan David Croteau, Anita Septiani Rosana seorang dosen
Universitas Sultan Fatah Demak pada tahun 2011 dalam jurnalnya mengutip pendapat dari
Sudibyo yang menekankan bahwa ruang publik adalah wilayah dimana seluruh anggota
masyarakat dapat berinteraksi, bertukar pikiran, dan berdebat tentang masalah-masalah
publik, tanpa perlu merisaukan intervensi penguasa ekonomi atau penguasa politik. Ruang
publik merupakan ruang aspirasi dan aktualisasi masyarakat yang secara bebas, dan di ruang
ini juga publik secara bebas melakukan transformasi sosial melalui berkelompok dan
berserikat.
Ruang publik sebagai potensi demokrasi yang bisa saling menguntungkan, apalagi ruang
publik bisa diaktualisasikan dalam bentuk aksi yang positif dan membangun. Realita sosial
ruang publik adalah ruang mayoritas. Dalam logika media, ruang publik adalah ruang
komunikan, di mana ruang ini menjadi aspek terpenting dalam pesan dan kepentingan media.
Media menjadi struktur terpenting dalam ruang publik, karena mampu bersama-sama dengan
publik menjadi kontrol sosial. (Rosana, 2011: 136)
Habermas menyoroti kemampuan pers atau media massa untuk menjadi sebuah ruang publik
yang dapat menjalankan fungsinya. Media massa, dengan jangkauannya yang luas dan
kandungan informatif yang dimilikinya, bersentuhan langsung dengan wilayah publik. Hanya
saja, Habermas mewaspadai bahwa keberadaan media massa tidak terlepas dari kepentingan
privat yang menyelenggarakannya. Kepentingan privat ini harus ditampilkan secara terbuka
dan dikesampingkan di bawah kepentingan publik. (Rosana, 2011: 138)
F. Kerangka Konsep
1. Konglomerasi
Konglomerasi merupakan suatu cara untuk mengurangi risiko bisnis melalui diversifikasi.
Konglomerasi dengan kepemilikan di berbagai aspek bisnis media merupakan suatu cara agar
perusahaan mampu bertahan dengan baik apabila terjadi penurunan pada salah satu segmen
pasar tertentu. Sebagai contoh, jika suatu saat penghasilan dari bisnis perfilman tengah
mengalami penurunan, mungkin pada saat yang bersamaan pendapatan dari bisnis music
recording dapat menutupi penurunan tersebut, maka perusahaan konglomerat yang memiliki
beberapa jenis bisnis media akan lebih mampu bertahan dalam menghadapi berbagai risiko
bisnis. Pendekatan bisnis tanpa batas merupakan karakteristik umum dalam “raksasa” media
baru saat ini (Croteau, 2006:138).
Perluasan konsentrasi dan konglomerasi merupakan kondisi media dewasa ini. Konglomerasi
telah masuk dalam ranah penyiaran Indonesia, dimana media cenderung dikendalikan oleh
satu kepemilikan. Efek pemusatan kepemilikan media adalah pemilik media lebih mencari
keuntungan daripada mementingkan kualitas (Rianto, 2012:13). Media kemudian dipandang
sebagai sebuah industri yang bertujuan untuk memenuhi selera pasar demi memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya. Oleh karena itu, terdapat beberapa akibat atau dampak dari
adanya konglomerasi media (Krisnawati, 2015) :
Dampak Positif Konglomerasi Bisnis Media
a. Konglomerasi mengurangi derajat kompetisi media.
Maksud dari mengurangi derajat kompetisi media adalah pada awalnya Indonesia terdapat
beberapa stasiun televisi swasta yaitu SCTV, RCTI, Global TV, Metro TV, TV7, Indosiar,
TPI, Lativi. Media televisi tersebut bersaing untuk memperebutkan audiens dan pengiklan.
Namun, setelah terjadi merger dan akuisisi, media industri berubah wajah. Ada lebih dari satu
stasiun yang berada dalam satu perusahaan besar yang menaunginya. Seperti, MNC Grup
dengan RCTI, Global TV, dan MNC TV (dulu bernama TPI), CT Corp dengan Trans TV dan
TV 7, Bakrie Grup dengan ANTV dan TV One, kemudian ada pula Media Grup dengan
Metro TV, dan Elang Mahkota Teknologi dengan SCTV dan Indosiar.
Tidak menutup kemungkinan, perubahan jaman dan perkembangan informasi dan teknologi
akan mengerucutkan lagi media-media yang sudah ada ini dalam satu perusahaan yang sama,
sehingga setiap media tidak perlu memperebutkan audiens dan pengiklan.
b. Kinerja ekonomi media yang diakuisisi atau dimerger diharapkan lebih baik dibanding
sebelumnya.
Hal ini dapat terlihat dari pengalaman MNC TV (dulu TPI) yang kinerjanya menjadi semakin
baik setelah berada dalam satu perusahaan induk yaitu MNC Grup. Berdasarkan hasil survei
Forbes, menempatkan Hary Tanoesoedibjo sebagai pemilik MNC Grup menjadi orang nomor
empat terkaya di Indonesia. Hal ini karena kesuksesan dari konglomerasi medianya.
Kondisi industri media saat ini sudah mengikuti Market Model. Dimana semuanya
didasarkan pada motif mencari keuntungan sebesar-besarnya. Sehingga kadang kala, media
lupa untuk menjalankan fungsinya sebagai agen perubahan, penyalur informasi, mendidik,
dan sebagai kontruksi sosial. Kemudian yang terjadi selanjutnya adalah kegiatan
komersialisasi program tanpa memikirkan bahwa ada kepentingan publik yang tidak boleh
dilupakan, yaitu adanya public sphere, dimana masyarakat bisa turut berpartisipasi secara
aktif dalam memberikan informasi.
Media sering kali lupa bahwa dalam kegiatan bermedia pun tetap ada etika dan norma yang
harus selalu dipatuhi, agar masyarakat tidak menjadi korban dari setiap “keegoisan” pemilik
media yang mengutamakan keuntungan yang sebesar-besarnya.
c. Melemahnya fungsi kontrol jurnalistik, terutama yang terkait dengan kepentingan pemilik.
Kepemilikan bisnis media di Indonesia yang dikuasai oleh golongan tertentu memunculkan
dampak lain yaitu media tidak dapat menghindari konflik kepentingan. Pemberitaan yang
dimunculkan sering kali bertujuan sebagai kampanye politik atau menjatuhkan pihak lawan.
Jika diperhatikan, sesungguhnya nilai beritanya tidak terlalu tinggi, tetapi karena adanya
maksud untuk membuat citra baik, maka hal itu dilakukan.
Sebagai contoh, pada setiap pemberitaan, TV One tidak pernah menggunakan kata “lumpur
lapindo” melainkan “lumpur sidoarjo. Mengapa demikian? Karena PT. Lapindo dan TV One
merupakan perusahaan yang berada dibawah naungan Bakrie Grup. Maka dari itu, dalam
rangka untuk mengurangi pemberitaan yang buruk dan menjaga citra baik Bakrie Grup, TV
One memilih menggunakan kata yang tidak memuat kata Lapindo di dalamnya.
Hal ini penting untuk dilihat, karena ini merupakan tahap pra produksi dan tahap yang sangat
penting dari sebuah kegiatan produksi. Melalui kebijakan redaksi, kita bisa melihat
bagaimana respon, perspektif, dan konstruksi pesan yang ingin disampaikan kepada audiens
melalui program atau berita yang disiarkan.
Selanjutnya berkaitan dengan aturan. Aturan disini perlu dicermati untuk melihat apakah
sebuah media taat pada aturan yang telah dibuat oleh pemerintah, KPI, maupun Kominfo.
Apakah sebuah media, dalam hal ini adalah TV Borobudur dan Kompas TV mengetahui
secara persis mengenai aturan-aturan yang ada yang mengatur tentang media penyiaran.
Kemudian, bila media tersebut melanggar aturan yang ada, bagaimana sanksi yang diberikan
oleh pemerintah, KPI, maupun Kominfo ini. Aturan ada untuk membatasi maupun mengatur
agar konglomerat media bisa membuat medianya pada koridor penyiaran yang benar dan
berpihak pada kepentingan publik.
Sumber daya juga turut menentukan kelangsungan hidup sebuah media. Misalnya modal,
sumber daya manusia, budaya, dan lain-lain. Peneliti ingin melihat bagaimana sumber daya
yang ada akan mempengaruhi perspektif dan konten media. Apakah TV Borobudur dengan
semangat kedaerahannya turut menjaga budaya lokal yang ada. TV berjaringan pada
umumnya muncul untuk menghindari ketergantungan informasi terhadap pusat.
Dalam kegiatan produksi tentunya perlengkapan operasional merupakan hal yang mendukung
dan mempengaruhi kesuksesan produksi. Maka dari itu, peneliti ingin melihat bagaimana
teknik operasional tv berjaringan dalam hal ini TV Borobudur mempengaruhi program
siarnya. Teknik operasional tersebut meliputi studio siaran dengan segala kelengkapannya,
master control, peralatan produksi program seperti kamera, transmisi, pengirim gambar lewat
satelit, dan sebagainya.
Terakhir berkaitan dengan administratif. Hal-hal administratif misalnya praktek penyiarannya
apakah sesuai dengan regulasi yang ada. Kemudian berkaitan dengan ketentuan-ketentuan
lain penyelenggaraan sistem televisi berjaringan.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif
bertujuan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.
Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data
yang tampak. (Sugiyono, 2013: 3)
Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi kasus.
Studi kasus merupakan metode riset yang menggunakan berbagai macam sumber data yang
bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai
aspek individu, kelompok suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis
(Kriyantono, 2006: 65). Menurut Lincoln dan Guba (Mulyana, 2010: 201) penggunaan studi
kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.
2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami
pembaca kehidupan sehari-hari.
3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan
responden.
4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atau
transferabilitas.
Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk mengetahui tentang
sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode
studi kasus untuk mengungkap tentang keberadaan tv lokal yaitu TV Borobudur di tengah
konvergensi media.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organism yang dijadikan sumber informasi
yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Istilah lain yang digunakan untuk
menyebut subjek penelitian adalah responden, yaitu orang yang member respons atas suatu
perlakuan yang diberikan kepadanya (Idrus, 2009: 91). Penulis memilih subjek penelitian ini
yaitu Senior Producer dari TV Borobudur (sekarang Kompas TV Jawa Tengah), dan News
Network Manager dari Kompas TV.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Stasiun Kompas TV Jateng (dahulu bernama TV Borobudur)
yang terletak di Jl. Menteri Supeno No. 28-30, Semarang.
Metode wawancara mendalam atau in-depth interview adalah sama seperti metode
wawancara lainnya, hanya peran wawancara, tujuan, peran informan, dan cara melakukan
wawancara berbeda dengan wawancara pada umumnya. Dalam metode wawancara
mendalam penggalian informasi dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama
bersama informan di lokasi penelitian (Bungin, 2007: 111)
Informan yang peneliti wawancarai pada penelitian ini adalah Senior Producer dari TV
Borobudur (sekarang Kompas TV Jawa Tengah), News Network Manager dari Kompas TV,
serta pihak terkait lainnya.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode mencari data mengenai variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, dan sebagainya
(Arikunto, 2002: 206). Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber
data karena dalam banyak hal, dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk
menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2008: 217).
Pada penelitian ini dokumen yang digunakan oleh penulis adalah data pola siaran TV
Borobudur sebelum dan sesudah bermitra dengan Kompas TV, dan hasil pengamatan
tayangan program-program lokal TV Borobudur di Kompas TV Jateng.
Verifikasi atau penarikan kesimpulan dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah
ditampilkan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi yang
dibuatnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah dengan melakukan
pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan, dan pencarian kasus-kasus
negatif. Penarikan kesimpulan dapat saja berlangsung saat proses pengumpulan data, baru
kemudian reduksi data dan penyajian data. Namun, kesimpulan ini belum merupakan
kesimpulan final, perlu adanya verifikasi hasil temuan di lapangan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang peneltian yang dilakukan ini adalah berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang sudah dikeluarkan pemerintah dan telah menunjukkan bahwasanya reformasi
terhadap pengelolaan keuangan negara. Beberapa peraturan perundang-undangan yang
menyatakan hal tersebut antara lain yakni Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 yang
berkaitan dengan Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 yang berkaitan
dengan Perbendaharaan Negara, serta Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 yang berkaitan
dengan Pemriksaan Pengelolaan Dana Serta Tangugng Jawab Keuangan Negara.
Dan penelitian ini untuk melakukan pengujian terhadap Faktor Keperlakukan Organisasi
Pada Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah yang nantinya akan melakukan
pengujian terhadap Sistem Akuntansi Keuangan Daearah yang ada di Kecamatan Suka Maju,
Kabupaten Suka Jaya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari skripsi yang penulis tulis adalah sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk melakukan pengujian terhadap faktor
organisasi seperti misalnya dukungan dari atasan, kejelasan tujuan, serta pelatihan, di dalam
membantu meningkatkan kegunaan dari Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan juga
melakukan pengujian secara tidak langsung terhadap faktor-faktor organisasi tersebut dengan
melalui variabel intervening sehingga dapat membantu di dalam meningkatkan konflik
kongesif dan juga menurunkan konflik afektif yang pada waktunya dapat meningkatkan
kegunaan dari Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik memberikan
manfaat di bidang akademisi maupun juga di bidang praktisi.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Akuntansi merupakan sebuah sistem, sementara untuk pengertian sistem adalah kesatuan
yang di dalamnya terdiri atas subsistem. Sistem juga bisa diartikan sebagai kesatuan yang di
dalamnya terdiri dari bagian-bagian kecil yang kesemuanya saling berhubungan satu dengan
yang lainnya serta memiliki tujuan tertentu. Tahapan yang dilakukan di dalam siklus
akuntansi dimulai dari jurnal, pembuatan transaksi, membuat laporan keuangan, jurnal
penutupan, dan juga neraca setelah dilakukannya penutupan.
B. Faktor Keperlakukan Organisasi
Pada dasarnya organisasi berdasarkan implementasi sistem dibagi menjadi tiga aspek, yakni
dukungan atasan, kejelasan tujuan, dan juga penelitian. Dan faktor tersebut berdasarkan
Chenhall, 2004 didefinisikan sebagai keterlibatan manajemen di dalam mengatur untuk
kemajuan proyek dan juga menyediakan sumber daya yang memang diperlukan.
Sementara kejelaasan tujuan didefinisikan sebagai kejelasan yang ada pada sasaran serta
tujuan dari digunakannya Sistem Akuntansi Keuangan Daerah yang ada pada semua level
organisasi. Sementara untuk pelatihan merupakan sebuah usaha yang digunakan untuk
mengarahkan serta pelatihan untuk membantu dalam meningkatkan pemahaman yang
berkaitan dengan sistem.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa
negara Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut maka salah satu
prinsip penting negara hukum adalah adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di
hadapan hukum (equality before the law). Oleh karena itu setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang
sama di hadapan hukum.
Dalam usaha memperkuat prinsip di atas, maka salah satu substansi penting perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah membawa perubahan
yang mendasar dalam kehidupan ketatanegaraan, khususnya dalam pelaksanaan kekuasaan
kehakiman. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain
yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang.
Ketentuan badan-badan lain tersebut selanjutnya dipertegas lagi oleh Undang-Undang Nomor
4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang dalam Pasal 41 menyatakan bahwa
badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman meliputi Kepolisian
Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Republik Indonesia dan badan-badan lain diatur
dalam Undang-undang.
Sejalan dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan beberapa
peraturan perundang-undangan lainnya, serta berdasarkan perkembangan kebutuhan hukum
masyarakat dan kehidupan ketatanegaraan, maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991
tentang Kejaksaan Republik Indonesia sudah tidak sesuai lagi sehingga perlu dilakukan
perubahan secara komprehensif dengan membentuk Undang-undang yang baru. Untuk itu
pada tanggal 26 Juli 2004 telah diundangkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan di atas, maka permasalahan
yang muncul dan perlu mendapatkan jawaban dalam penelitian ini adalah :
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian Penelitian
F. Tinjauan Pustaka
Loebby Loqman membedakan pengertian sistem peradilan pidana dengan proses peradilan
pidana. Sistem adalah suatu rangkaian antara unsur/faktor yang saling terkait satu dengan
lainnya sehingga menciptakan suatu mekanisme sedemikian rupa sehingga sampai tujuan dari
sistem tersebut. Proses peradilan pidana adalah dalam arti jalannya suatu peradilan pidana,
yakni suatu proses sejak seorang diduga telah melakukan tindak pidana sampai orang tersebut
dibebaskan kembali setelah melaksanakan pidana yang telah dijatuhkan kepadanya.
G. Batasan Konsep
1. Barang sitaan adalah penyitaan sesuatu benda diartikan pengambilalihan atau
penguasaan benda itu guna kepentingan acara pidana
2. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat meneyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangi rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
H. Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
mendasarkan pada data sekunder. Jadi dalam penelitian ini data diperoleh dari penelitian
kepustakaan dengan menggunakan metode pendekatan yuridis, yaitu menganalisis
permasalahan dari sudut pandang/menurut ketentuan hukum/perundang-undangan yang
berlaku.
Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh
dari penelitian kepustakaan yang berupa bahan-bahan hukum. Bahan-bahan hukum tersebut
terdiri dari :
Guna memudahkan dalam memahami isi dari skripsi ini, berikut penulis sajikan tentang
sistematika penulisan yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka, batasan konsep,
metode penelitian, dan selanjutnya pada akhir dari bab ini disajikan tentang sistematika
penulisan skripsi.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menguraikan tentang, Jenis-jenis Barang Sitaan Narkotika Yang
Umumnya di Sita di Kejaksaan Negeri Sleman, Pelaksanaan Pemusnahan Barang Sitaan
Narkotika di Kejaksaan Negeri Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Bentuk
Pengawasan terhadap Pemusnahan Barang Sitaan Narkotika
BAB IV PENUTUP
Dalam bab penutup ini penulis menarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas
permasalahan dalam penelitian ini sebagaimana telah diuraikan dan dibahas dalam Bab I dan
Bab II dan memberikan sarannya.
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dewasa ini sangat terasa manfaatnya dalam membantu
permasalahan dalam suatu proses kegiatan. Kegiatan yang umumnya menggunakan peranan
teknologi informasi seperti pengolahan data keuangan, pengolahan data penjualan dan
pembelian, pengolahan data kepegawaian, pengolahan data inventarisasi barang dan lain-lain.
Beberapa dari kegiatan tersebut selalu terkait dengan proses bisnis yang ada dalam
perusahaan kegiatan tersebut tidak boleh lepas dari pengawasan dan harus dimonitoring
setiap harinya, karena kegiatan tersebut adalah roda inti dalam berjalannya roda bisnis pada
suatu perusaan atau di dalam suatu lembaga.
B. Rumusan Masalah
Agar dalam penelitian ini tidak keluar dari pokok pembahasan maka Pembatasan masalah
ditekankan pada pencatatan barang, penelusuran barang, pemutasian barang dan laporan yang
dibutuhkan oleh pimpinan untuk setiap periode
C. Tujuan
Dengan melihat latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah merancang dan membuat suatu aplikasi inventaris barang berbasis komputer yang
sistematis, terstruktur dan terarah, sehingga dapat mendukung kinerja Universitas Boyolali.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan Tugas Akhir adalah:
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sistem Informasi
Suatu sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Beroperasi bersama-sama
untuk mencapai beberapa sasaran atau tujuan. Sistem mengacu pada kelompok elemen yang
dipadukan untuk tujuan bersama dalam mencapai beberapa tujuan. Sebuah sistem harus
mempunyai lebih dari satu elemen dan semua elemen dari suatu sistem harus mempunyai
hubungan yang terpadu.
C. Barang
Barang adalah benda-benda yang berwujud, yang digunakan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya atau untuk menghasilkan benda lain yang akan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Jasa adalah suatu barang yang tidak berwujud, tetapi dapat memberikan
kepuasan dan memenuhi kebutuhan masyarakat
D. Inventaris
Inventarisasi merupakan proses mengelola pengadaan atau persediaan barang yang dimiliki
oleh suatu kantor atau Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasionalnya. tanpa adanya
inventori suatu kegiatan usaha tidak akan terlaksana, untuk itu keberadaan inventori sangat
penting. Inventaris kantor sangatlah penting bagi kelangsungan sebuah Instansi. Apabila
salah satu atau beberapa perlengkapan mengalami gangguan, maka pasti akan menghambat
jalannya roda perekonomian Perusahaan yang biasanya berupa tidak teraturnya
keorganisasian sebuah inventaris kantor atau kurangnya sebuah sistem dalam menginventaris
perlengkapan kantor.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat guna kesempurnaan aplikasi sistem yang akan
dibuat maka diperlukan suatu metode penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah
Universitas Boyolali, berlokasikan di jalan pandanarang No. 405 Boyolali. Untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut:
a) Studi Lapangan
Pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam menunjang kelengkapan data melalui
metode wawancara atau interview. Penulis melakukan tanya jawab dengan pihak yang
bertanggung jawab dalam inventaris barang yang ada di Universitas Boyolali mengenai
bagaimana langkah-langkah dalam pengelolaan inventaris barang
2) Observasi
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data tidak hanya dengan metode wawancara
atau interview tetapi juga melalui metode observasi. Penulis mencari data-data yang
dibutuhkan dalam pembuatan sistem informasi inventaris barang mulai dari pencatatan,
pengolahan, penyimpanan, pemeliharaan hingga peminjaman barang dengan melakukan
survei di Universitas Boyolali.
b) Studi Pustaka
Metode Studi Pustaka ialah salah satu pencarian dan pengumpulan data dengan cara
membaca buku, laporan-laporan yang berkaitan dengan objek penelitian dan dapat dijadikan
sebagai dasar teori serta dapat dijadikan bahan perbandingan.
Tahap analisis sistem berjalan dalam pengolahan data inventaris barang yang ada pada
Universitas Boyolali ini masih menggunakan aplikasi perkantoran dan merekap data
inventaris ataupun melakukan pencatatan ke dalam buku besar kemudian hasil nya disimpan
di map-map berupa dokumen arsip. Hal ini menyebabkan lambatnya pembuatan laporan serta
pekerjaan yang dilakukan oleh staff-staff dalam mengolah data inventaris barang dikarenakan
staff tersebut harus mencari data inventaris barang secara manual. Dalam pengolahan data
inventaris barang sering terjadi kesalahan pengetikkan data oleh staff yang menangani data
keragaan inventaris dan menghambat proses pengolahan data di bidang tersebut. adapun
masalah yang dihadapi oleh Universitas Boyolali dibidang inventaris barang ini sebagai
berikut:
Data inventaris barang ini di tulis oleh staff dengan menggunakan Microsoft Word dan
Microsoft Excel (Aplikasi perkantoran), setelah ditulis lalu dicetak dengan printer. Belum ada
aplikasi yang dapat membuat pengolahan data inventaris barang mudah dipahami oleh staff.
Pada tahap ini dilakukan kegiatan penentuan kebutuhan software dan hardware, yang
nantinya akan digunakan untuk menunjang berjalannya sistem yang dibuat. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
Kedua, prestasi belajar sebagian besar siswa juga masih rendah dimana berdasar hasil nilai
ulangan harian sebanyak 55% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Ketiga, sumber
belajar yang digunakan oleh guru dan siswa belum memadai karena tidak adanya bahan ajar
untuk kurikulum 2013 edisi revisi.
Keempat, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kompetensi keahlian
Administrasi Perkantoran belum bervariasi. Dalam kegiatan pembelajaran, guru masih
menggunakan strategi yang monoton, yaitu ekspositori dan metode ceramah serta penugasan.
Padahal setiap materi pelajaran tentu membutuhkan penerapan strategi yang bervariasi karena
tujuan pembelajarannya juga berbeda.
C. Pembatasan Masalah
Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kompetensi keahlian
Administrasi Perkantoran belum bervariasi.
D. Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi strategi dan metode pembelajaran oleh guru kompetensi keahlian
Administrasi Perkantoran SMK N 1 Godean?
E. Kajian Teori
Berdasarkan tema penelitian yang diambil, maka terdapat tiga kajian teori utama. Pertama,
teori mengenai strategi pembelajaran meliputi pengertian, komponen, jenis, perencanaan serta
pelaksanaannya.
Kedua, teori tentang metode pembelajaran yang terdiri dari pengertian, jenis dan
perencanaannya.
Ketiga, teori yang membahas mengenai guru kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran
mulai dari pengertian, kompetensi, keterampilan mengajar dan perannya dalam kegiatan
pembelajaran.
F. Desain Penelitian
Penelitian ini berdesain deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif sehingga data
yang dihasilkan adalah berupa kata dan kalimat.
G. Informan Penelitian
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari guru dan siswa kelas X kompetensi keahlian
Administrasi Perkantoran SMK N 1 Godean tahun ajaran 2016/2017. Pemilihan subjek
penelitian berupa guru kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran menggunakan teknik
purposive sampling. Sementara itu, khusus untuk siswa kelas X kompetensi keahlian
Administrasi Perkantoran menggunakan teknik snowball sampling.
Penelitian ini berdesain deskriptif dengan pendekatan kualitatif, maka instrumen yang dapat
digunakan ialah berupa pedoman observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data interaktif. Teknik ini terdiri
dari tiga tahap kegiatan yang harus ditempuh oleh peneliti, yaitu penyajian, reduksi dan
penarikan kesimpulan dari data.
Data hasil penelitian yang telah terkumpul perlu diperiksa keabsahan datanya. Adapun teknik
pemeriksaan data yang digunakan adalah triangulasi metode dan sumber. Triangulasi metode
dapat dilakukan peneliti dengan membandingkan data hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi. Kemudian, triangulasi sumber dapat dilakukan dengan membandingkan data
wawancara informan guru A dengan B.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas XI AP 1 dan 2 pada tanggal 1-2 April
2017 ditemukan beberapa permasalahan dalam kegiatan pembelajaran. Pertama, motivasi
belajar siswa masih rendah ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Kondisi ini dibuktikan
dengan banyaknya siswa yang melakukan aktivitas lain seperti berbicara, bercanda, bermain
gadget hingga tidur.
Kedua, prestasi belajar sebagian besar siswa juga masih rendah dimana berdasar hasil nilai
ulangan harian sebanyak 55% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Ketiga, sumber
belajar yang digunakan oleh guru dan siswa belum memadai karena tidak adanya bahan ajar
untuk kurikulum 2013 edisi revisi.
Keempat, strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru kompetensi keahlian Administrasi
Perkantoran belum bervariasi. Dalam kegiatan pembelajaran, guru masih menggunakan
strategi yang monoton, yaitu ekspositori. Padahal setiap materi pelajaran tentu membutuhkan
penerapan strategi yang bervariasi karena tujuan pembelajarannya juga berbeda.
Berdasarkan keempat permasalahan tersebut, perlu sekiranya dilakukan penelitian mengenai
pelaksanaan strategi pembelajaran oleh guru. Adapun judul penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti yaitu “Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Oleh Guru Kompetensi Keahlian
Administrasi Perkantoran SMK N 1 Godean”.
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Kajian Teori
Berdasarkan tema penelitian yang diambil, maka terdapat tiga kajian teori utama. Pertama,
teori mengenai strategi pembelajaran meliputi pengertian, komponen, jenis, perencanaan serta
pelaksanaannya. Kedua, teori tentang metode pembelajaran yang terdiri dari pengertian, jenis
dan perencanaannya. Ketiga, teori yang membahas mengenai guru kompetensi keahlian
Administrasi Perkantoran mulai dari pengertian, kompetensi, keterampilan mengajar dan
perannya dalam kegiatan pembelajaran.
F. Desain Penelitian
Penelitian ini berdesain deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif sehingga data
yang dihasilkan adalah berupa kata dan kalimat.
G. Informan Penelitian
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari guru dan siswa kelas X kompetensi keahlian
Administrasi Perkantoran SMK N 1 Godean tahun ajaran 2016/2017. Pemilihan subjek
penelitian berupa guru kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran menggunakan teknik
purposive sampling. Sementara itu, khusus untuk siswa kelas X kompetensi keahlian
Administrasi Perkantoran menggunakan teknik snowball sampling.
Penelitian ini berdesain deskriptif dengan pendekatan kualitatif, maka instrumen yang dapat
digunakan ialah berupa pedoman observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data interaktif. Teknik ini terdiri
dari tiga tahap kegiatan yang harus ditempuh oleh peneliti, yaitu penyajian, reduksi dan
penarikan kesimpulan dari data.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kas merupakan aktiva lancar yang paling likuid bagi peusahaan atau salah satu modasl kerja
yang paling tingkat likuiditasnya. Jumlah kas yang berlebihan atau sebaliknya mempunyai
akibat negatif bagi perusahaan. Jumlah kas yang kecil akan mengakibatkan perputaran kas
semakin tinggi sehingga perusahan akan memperoleh keuntungan yang besar. Tetapi suatu
perusahaan yang tingkat likuiditasnya tinggi karena jumlah kasnya besar dan tingkat
perputaran kasnya rendah berarti perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Dari uraian
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kas mempunyai peranan penting dalam menjaga
kelancaran operasi perusahaan. Oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan
baik agar kas tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Perencanaan dan pengawasan tersebut
dapat dilakukan dengan membuat budget kas.
Budget kas merupakan suatu alat yang bisa digunakan untuk mengatur sebaik-baiknya
mengenai aliran kas masuk (cash inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow). Perusahaan
yang ingin tetap eksis di tengah-tengah persaingan maak ia dituntut untuk selalu menjaga
perusahaan agar tetap likuid. Disadari atau tidak likuiditas sesungguhnya sangat besar sekali
pengaruhnya terhadap kepercayaan pihak ketiga, sebab pihak ketiga mempunyai pengaruh
terhadap bonafitas perusahaan yang biasanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan di
dalam membayar hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo dengan menggunakan aktiva
lancar.
Likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan sukses tidaknya suatu perusahaan.
Likuiditas dapat menggambarkan tentang keadaan profibilitas suatu perusahaan, karena dapat
melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan
menguntungkan/profitable. Tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan
untuk menarik modal dar luar. Pemilik perusahaan dan pihak manajemen akan berusaha
meningkatkan keuntungan karena, arti keuntungan bagi masa depan perusahaan sangatlah
penting. Maka dari itu menjaga likuiditas dan meningkatkna rentabilitas santat penting sekali
artinya. Agar seorang manajer keuangan dapat menjaga kondisi likuiditas yang diinginkan
perusahaan dan meningkatkan rentabilitas maka diperlukan suatu alat bantu yang disebut
dengan budget kas (cash budget). Mengingat bahwa kas di dalam perusahaan sangat
diperlukan, maka dengan alasan itulah diangkat ke dalam karya tulis yang berjudul ‘Peranan
Budget Kas dalam Usaha Menjaga Likuditas dan Meningkatkan Rentabilitas Perusahaan ’
B. Rumusan Masalah
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, perlu membuat budget kas dan
telah merencanakan penerimaan kas maupun pengeluaran kas selama periode satu tahun
mendatang yang disusun sedemikian rupa sehigga terbentuklah budget kas pada perusahaan
tersebut terdapat nilai penerimaan kas dan pengeluran kas yang berbeda, sehingga selisih kas
yang berbeda.
Terjadinya jumlah selisih kas pada budget kas tersebut akan tampak pada saat terjadi defisit
kas, keadaan demikian tentunya harus dipecahkan karena akan berpengaruh pada struktur
keuangan perusahaan. Sedangkan perusahaan berkeinginan untuk tetap menjaga tingkat
likuiditas dan meningkatkan rentabilitas perusahaan. Dalam menghadapi masalah tersebut
perusahaan bermaksud mengambil langkah keuangan dimana langkah yang diambil nanti
tidak merugikan perusahaan.
Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah perusahaan sudah membuat atau memiliki budget kas yang baik.
2. Bagaimana peranan budget kas dalam menjaga likuiditas dan meningkatkan
rentabilitas perusahaan.
C. Pembatasan Masalah
D. Tujuan Penelitan
Bagi perusahaan