Anda di halaman 1dari 33

KELOMPOK 1 : -PUTRI KRISTIN SIHITE

-SUCI HANDAYANI SITORUS


-RISKY ANITA GULTOM
-JATENDRA NAPITUPULU
-JAMES SIRAIT
-ANTONIUS PURBA
-KEVIN NAINGGOLAN

KELAS : XII SMA

TAHUN AJARAN :2016/2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..................................................................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Presiden B.J. Habibie........................................................................

B. Gaya Kepemimpinan B.J. Habibie............................................................................................

C. Kebijakan- kebijakan pada masa Pemerintahan B.J...............................................................

D. Berakhirnya Masa Kepemimpinan habibie.............................................................................

E. Kelebihan Dan Kekurangan Pemerintahan B.J. Habibie...............................

BAB III PENUTUP.

A. Kesimpulan....................................................................................................

B. Kritik & Saran...............................................................................................


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul MASA
KEPEMIMPINAN B.J. HABIBIEPenulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan dalam mata kuliah Kepemimpinan. Dalam Penulisan makalah ini kami
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada guru kami Natamado Hutabarat yang telah memberikan
tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Pematangsiantar ,05 Februari 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Indonesia, sebuah negara kepulauan yang memiliki sejarah cukup panjang sebelum
menjadi bentuknya seperti sekarang ini. Walaupun masih jauh lebih muda jika
di bandingkan dengan negara kekaisaran seperti China atau Jepang dan kerajaan
Inggris yang telah mencapai peradaban sekitar 500 bahkan 1000 tahun silam.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam budaya, suku
bangsa, etnis dan bahasa. Sehingga implikasinya, Indonesia harus memiliki seorang
pemimpin yang mampu menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di dalamnya.
Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata pelajaran Kepemimpinan
yang akan membahas mengenai sosok-sosok di balik berdirinya negara Indonesia,
khususnya para pemimpin yang pernah atau sedang menjabat sebagai presiden
Republik Indonesia serta membahas mengenai karakteristik dan sisi humanisasi
presiden tersebut. Khususnya kami akan membahas presiden ke-3 Repuplik
Indonesia yaitu B.J Habibie. BJ Habibie adalah seorang insinyur konstruksi
pesawat terbang dan doktor teknologi tinggi. Pikiran tenaga dan waktunya,
seharusnya bisa tercurah penuh di bidang teknologi. Akan tetapi pada perjalanannya BJ
Habibie harus membaginya pada bidang yang benar-benar baru baginya, yaitu
dunia politik. BJ Habibie yang brilian dibidang tekno
logi, ”diseret” untuk belajar politik mulai dari Nol,
seperti layaknya anak TK yang baru masuk sekolah. Ini terjadi ketika BJ
Habibie diangkat menjadi wakil presiden pada tahun 1997 dan menggantikan
Presiden Soeharto karena mengundurkan diri pada 21 Mei 1998. Kepemimpinan BJ
Habibie ketika menjabat menjadi presiden berada pada masa transisi, masa reformasi.
Dimana masyarakat meminta begitu banyak kebebasan. Dalam makalah ini, kami
mencoba menuliskan sisi-sisi yang bukan hanya sisi politik seorang presiden
tetapi juga sisi manusiawi dari sosok tersebut. Karena, tidak dapat di pungkiri
bahwa kepribadian dan karakteristik seseorang akan sangat berpengaruh terhadap
kebijakan atau tindakan yang di ambilnya. Selain itu, kami juga mencoba
menjelaskan bahwa presiden pun seorang manusia yang tidak akan lepas dari
kesalahan dan kesubjektifannya dalam mengambil suatu tindakan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana gaya kepemimpinan B.j. Habibie ?
2. Apa saja kebijakan- kebijakan pada masa B.J. Habibie ?
3. Bagaimana perbedaan masa pemerintahan sueharto dan B.J. Habibie perbedaan ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Presiden B.J. Habibie


Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di
Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari
delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini
Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada
tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan
Thareq Kemal. Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare,
Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie
sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus
kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena
serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung
untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai
tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie
menjadi sosok favorit di sekolahnya. Setelah tamat SMA di bandung tahun
1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau
mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian
mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie menikah tahun
1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor
kehormatan (GuruBesar ) pada Institut Teknologi Bandung. Langkah-langkah
Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak
sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan
bergengsi Theodore
van Karman Award, itu kembali dari “habitat”
-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB
Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat
terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Panggilan Presiden
Soehartountuk kembali ke Indonesia. Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat
Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN
Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh
Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto
menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945.
Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur
yang memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau
pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke
Jerman.
B. Gaya Kepemimpinan B.J. Habibie
Tidak dipermasalahkan lagi bahwa BJ Habibie memang seorang idealis yang dengan
keras kepala tidak mau beranjak dari citranya mengenal Indonesia modern dan cara
mencapainya. Ia seorang romantikus yang dengan penuh gairah menyambut semua taji
tangan dalam hidupnya. Ia tahu bagaimana rasanya bersendiri dalam menuju perjalanan
yang benar. Nasionalismenya terwujud dalam sajak, karangan dan perbuatannya.
Habibie adalah ilmuwan yang cemerlang yang selalu bertanya kalau tidak tahu, selalu
ingin mendalami segala sesuatu sampai ke akar-akarnya, dan selalu bingung menghadapi
omong kosong. Ia seorang pemimpin yang mampu membakar semangat ribuan orang
muda di dalam dan diluar badan organisasi yang dipimpinnya. Bahwa BJ Habibie
juga sorang pekerja keras, orang polos yang tidak tahan pada keruwetan yang dibuat-buat,
suka menolong orang lain, tahu membayar hutang budi, taat pada agama, suami dan
ayah penuh kasih sayang, dan nasionalis dalam arti cinta tanah air.

BJ Habibie seorang yang perfeksionis yang heran melihat orang yang tidak
berusaha mencapai yang sesempurna mungkin dan dengan tabiat yang details selalu
memperhatikan sampai yang kecil-kecil. Ia juga seorang manajer yang baik, yang tahu
menentukan sasaran strategis maupun menentukan untung rugi tindakan-tindakan
operasional yang mendetail. Gaya kepemimpinan seseorang terlihat dari
kelanggengan-kelanggengan dalam sikap dan perbuatannya, apa yang membuatnya
senang, apa yang menyebabkannya menarik nafas panjang tidak sabar, dan
keteraturan-keteraturan lain seperti itu. Seseorang yang selalu berusaha
memberi motivasi pada anak buahnya, yang jika perlu tampil kedepan menunjukkan
jalan, dan yang pada saat-saat tepat memberikan peluang pada prakarsa anak buah dan
hanya mengikuti saja perkembangan keadaan. Gaya kepemimpinan seseorang juga
dibentuk oleh watak dan lingkungan kita patut heran kalau BJ Habibie sepenuhnya
mengikuti gaya kepemimpinan raja-raja melayu dalam melaksanakan pekerjaan, lebih
masuk akal ia lebih menghayati dan menerapkan prinsip-prinsip yang berlaku di
dalam industri modern. Di dalam organisasi pekerjaan, kepemimpinan menyangkut
sikap dan perbuatan, sikap dan perbuatan di dalam bekerja dan terhadap manusia.
Untuk mudahnya sikap dan perbuatan terhadap manusia dapat dibagi lagi ke dalam
dua bagian, yaitu pertama sikap terhadap semua orang, dan kedua, sikap terhadap
bawahan. Dalam melaksanakan pekerjaan, BJ Habibie
berpegang pada prinsip, “Bersikaplah rasional bertindaklah konsisten,
berlakulah adil.”
Mengetahui BJ Habibie details dan perfeksionis, kita tidak heran bahwa di dalam bekerja
ia
menganut prinsip bahwa, “ Mutu keseluruhannya ditentukan oleh mutu setiap
detail, “ dan
bahwa karena itu ia menghendaki ditekuninya segala sesuatu sampai ke detail-
detailnya yang paling kecil dan dilakukannya upaya mencapai kesempurnaan
yang setinggi mungkin. Kesempurnaan tidak datang dengan sendirinya.
Kesempurnaan harus diupayakan. Kesempurnaan harus dinilai. Proses dan hasil
pekerjaan harus selalu diawasi. Maka lahirlah
prinsip; “ Percaya itu baik tetapi mengecek lebih baik lagi.” Mengecek itu tidak
ada
hubungannya dengan sikap terhadap perorangan. Mengecek menyangkut
tanggung jawab atas pekerjaan dan perbuatan semua anggota sistem kerja
terhadap hasil kerja keseluruhan sistem. Maka saling mengecek merupakan hal yang
wajar. Bagi BJ Habibie, mengecek dan meminta pertanggung jawaban juga tidak ada
hubungannya dengan status. BJ Habibie sendiri tidak berkeberatan dicek leh bawahan
kalau maksudnya murni mengamankan keseluruhan sistem Disiplin ilmu,
teknologi dan industri modern masih baru bagi kita dan masih perlu lebih
dihayati dan diamalkan. Karena itu BJ Habibie sangat mementingkan pengawasan,
termasuk pengawasan atasan langsung terhadap bawahannya. Tidak mengheranan bahwa
ia menerapkan tingkat konsentrasi atau pemusatan pengambilan keputusan yang
relative tinggi, terutama menyangkut pengendalian dan pengawasan mutu.
Menurut BJ Habibie, ketrampilan harus dicapai dengan dua cara; Pertama, para
kader perlu
melaksanakan prinsip bahwa: “ belajar dan menguasai teori itu sanga
t perlu, namun itu tidak cukup. Yang perlu dan cukup adalah menerapkan pengetahuan
pada masalah-
masalah konkret.”
Kedua, ketrampilan hanya dapat diperoleh dengan melakukan spesialisasi: dengan
semakin mendalami sesuatu, dengan semakin mendalam dengan mengkhususkan diri,
tidak dengan melebar menangani banyak topik yang berbeda-beda. Hanya dengan
spesialisme akan dapat ditumbuhkan kekuatan bersaing berdasarkan kemampuan.
Semakin meningkat penguasaan teori para kader semakin tinggi ketrampilannya, dan
semakin terandalkan unjuk-kerjanya, pasti mereka akan lebih terpercaya. Dan
meningkatnya keterpercayaan itu akan mengembangkan tingkat dekonsentrasi yang lebih
besar dan pola-pola pengawasan baru tanpa melepaskan prinsip pengawasan
terus-menerus.

Namun tingginya konsentrasi pengambilan keputusan dan ketatnya pengawasan


BJ Habibie memiliki sifat yang khas. BJ Habibie adalah ilmuwan yang sejati. Ia sendiri
yang akan pertama-tama mengakui kalau ia tidak mengetahui atau menguasai
sesuatu. Ia sendiri yang akan pertama-tama mengakui keunggulan orang lain
jika memang obyektif demikian. Kesemuanya ini konsisten dengan apa yang
dikatakan: otonom yang diberikan akan sebanding dengan kemampuan nyata. Itu
yang namanya adil. Bagi seorang profesional seperti Habibie, keterpercayaan
adalah modal utama. Orang yang mencari penghasilan dengan ktrampilam teknis tertentu,
hanya nama baiknya yang dapat dijadikannya landasan untuk berkembang, dengan
mantap dan mandiri; bukan umur, bukan uang, bukan nama orang tua, bukan
dukungan kekuatan politik, bukan kepandaian berbicara, bukan gelar
kesarjanaan. Memang ada kalanya orang dapat memasuki suatu profesi dengan
dukungan politik, atau uang, atau orang tua dan sebagainya. Namun kesemuanya
itu tidak menjamin ia akan dapat bertahan apa lagi maju secara mandiri.
Kecuali jika terpaksa, orang memberikan pekerjaan kepada seseorang professional
hanya sepanjang orang percaya dan kemampuannya melaksanakan apa yang disepakati
atau dikatakan sebelumnya. Setiap orang berpikiran waras akan merasa dirinya
lebih aman ditangani oleh orang atau badan yang memang terbukti atau
mendapat reputasi ini sebagai ahli. Ini berlaku untuk semua professional
pekerja gaji di pemerintah atau bisnis. Nama baik bukan kita sendiri yang
memberikan. Nama baik diberikan oleh rekan-rekan sekerja, oleh rekan-rekan seprofesi
nasional dan internasional. Disamping itu, setiap professional harus
menunjukkan sikap dan nilai-nilai sebagai seorang ilmuwan umumnya kebenaran,
kejujuran, ketelitian, ketekunan, kepolosan, kesederhanaan, keterbukaan, tidak cepat
percaya, percaya pada diri sendiri, tidak memihak, tidak fanatik dan lain
sebagainya, dan sikap nilai-nilai profesi dalam bidang keahlian masing-masing.
BJ Habibie, landasan pokok bagi hubungan kerjasama adalah saling percaya.
Sering ia k
atakan pada mitranya, ” kalau kita saling percaya maka perjanjian tertulis dua
halaman saja cukup. Sebaliknya, kalu kita berdua tidak saling percaya, perjanjian tertulis
setebal
buku pun tidak akan menolong.” Dasar kepercayaan adalah kesatuan sikap dan
nilai serta keserasian kepentingan. Kesatuan sikap dan nilai akan melahirkan
kesatuan berpikir. Sikap dan nilai yang sama akan melahirkan peranggapan dan
batasan-batasan yang sama. Kesatuan nilai dan keserasian dan keserasian kepentingan
melahirkan tujuan akhir yang serupa, atau sekurang-kurangnya searah. Saling
percaya membuat hidup tidak saja akan terasa jauh lebih aman, hidup akan terasa jauh
lebih muda. Tidak perlu pasang kuda-kuda. Tidak perlu semuanya hitam diatas
putih. Hak dan kewajiban kedua belah pihak tidak perlu dirinci panjang lebar.
Kesemuanya sudah dipahami dengan sendirinya tanpa perlu disebut. Di pegang
teguhnya kedua prinsip ini oleh BJ Habibie tidak kebetulan, itulah yang ia
hayati, inilah cara sendiri maju di dunia internasional. Gaya kepemimpinan BJ
Habibie mengandung unsur-unsur kepemimpinan bisnis modern: di situlah ia
dibesarkan. Namun jelas terlihat juga unsur-unsur kepemimpinan terkenal
Indonesia. Tidak salah lagi, dengan segala kekuasaannya dalam dunia bisnis
internasional modern, ia tetap putera bangsa dan negaranya. Perpaduan antara
ke-Islamannya, nasionalismenya, kejawaannya, kesulawesiannya, ilmu dan
teknologi serta internasionalnya, dan lugasan bisnisnya, menjadikan BJ Habibie
sebagai bagian dari Indonesia modern. Banyak gagasan dan keputusan yang
sangat fundamental lahir atas inisiatif BJ Habibie. Sadar atau tidak, apa yang
ditinggalkan BJ Habibie dalam masa singkat pemerintahannya, telah membuka
jalan bergulirnya reformasi dan pengaruh dalam sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Berdasarkan uraian diatas tipologi kepemimpinan BJ
Habibie identik dengan tipologi
kepemimpinan yang demokratis. Dalam tipologi kepemimpinan yang demokratik
biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai
unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas.

C. KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PADA MASA PEMERINTAHAN


PRESIDEN HABIBIE
Setelah Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden
Republik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998, maka pada pagi itu juga, Wakil
Presiden B.J. Habibie dilantik dihadapan pimpinan Mahkamah Agung menjadi
Presiden Republik Indonesia ketiga di Istana Negara. Dengan berhentinya Soeharto
sebagai Presiden Republik Indonesia, maka sejak saat itu Kabinet Pembangunan
VII dinyatakan demisioner (tidak aktif). Selanjutnya tanggal 22 Mei 1998 pukul
10.30 WIB, kesempatan pertama Habibie untuk meningkatkan legitimasinya
yaitu dengan mengumumkan susunan kabinet baru yang diberi nama Kabinet
Reformasi Pembangunan (berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 122
/ M Tahun 1998) di Istana Merdeka. Dengan Keputusan Presiden tersebut di
atas, Presiden Habibie memberhentikan dengan hormat para Menteri Negara pada
Kabinet Pembangunan VII. Kabinet Reformasi Pembangunan ini terdiri dari 36 Menteri
yaitu 4 Menteri Negara dengan tugas sebagai Menteri Koordinator, 20 Menteri
Negara yang memimpin Departemen, 12 Menteri Negara yang bertugas menangani
bidang tertentu. Sebanyak 20 Menteri diantaranya adalah muka lama dari Kabinet
Pembangunan VII, dan hanya 16 Menteri baru, yaitu Syarwan Hamid, Yunus
Yosfiah, Bambang Subianto, Soleh Solahuddin, Muslimin Nasution, Marzuki
Usman, Adi Sasono, Fahmi Idris, Malik Fajar, Boediono, Zuhal, A.M.
Syaefuddin, Ida Bagus Oka, Hamzah Haz, Hasan Basri Durin, dan Panangian Siregar.
Kabinet ini mencerminkan suatu sinergi dari semua unsur-unsur kekuatan
bangsa yang terdiri dari berbagai unsur kekuatan sosial politik dalam
masyarakat. Hal yang berbeda dari sebelumnya, jabatan Gubernur Bank
Indonesia tidak lagi dimasukkan di dalam susunan Kabinet. Karena Bank
Indonesia, kata Presiden harus mempunyai kedudukan yang khusus dalam
perekonomian, bebas dari pengaruh pemerintah dan pihak manapun
berdasarkan Undang-Undang. Pada tanggal 23 Mei 1998 pagi, Presiden Habibie
melantik menteri-menteri Kabinet Reformasi Pembangunan. Presiden Habibie
mengatakan bahwa Kabinet Reformasi Pembangunan disusun untuk melaksanakan
tugas pokok reformasi total terhadap kehidupan ekonomi, politik dan hukum.
Kabinet dalam waktu yang sesingkat-singkatnya akan mengambil kebijakan dan
langkah-langkah pro aktif untuk mengembalikan roda pembangunan yang
dalam beberapa bidang telah mengalami hambatan yang merugikan rakyat.
1. Pada bidang politik
Ada berbagai langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan pada masa pemerintahan
Presiden B.J. Habibie setelah terbentuknya Kabinet Reformasi Pembangunan.
Kebijakan politik yang diambil yaitu: dengan dibebaskannya para tahanan
politik pada masa Orde Baru, peningkatan kebebasan pers, pembentukan parpol dan
percepatan Pemilu dari tahun 2003 ke tahun 1999, penyelesaian masalah Tomor-Timur,
pengusutan kekayaan Soeharto dan kroni-kroninya, pemberian gelar Pahlawan
Reformasi bagi korban Trisakti.

a. Pembebasan Tahanan Politik


Secara umum tindakan pembebasan tahanan politik meningkatkan legitimasi
Habibie baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini terlihat dengan
diberikannya
amnesti dan abolisi
yang merupakan langkah penting menuju keterbukaan dan rekonsiliasi. Diantara
yang dibebaskan tahanan politik kaum separatis dan tokoh-tokoh tua mantan
PKI, yang telah ditahan lebih dari 30 tahun.
Amnesti diberikan kepada Mohammad Sanusi dan orang-orang lain yang ditahan
setelah Insiden Tanjung Priok.

Selain tokoh itu tokoh aktivis petisi 50 (kelompok yang sebagian besar terdiri
dari mantan jendral yang menuduh Soeharto melanggar perinsip Pancasila dan
Dwi Fungsi ABRI). Dr Sri Bintang Pamungkas, ketua Partai PUDI dan Dr Mochatar
Pakpahan ketua Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dan K. H Abdurrahman Wahid
merupakan segelintir dari tokoh-tokoh yang dibebaskan Habibie. Selain itu
Habibie mencabut Undang-Undang Subversi dan menyatakan mendukung budaya
oposisi serta melakukan pendekatan kepada mereka yang selama ini menentang
Orde Baru.

b. Kebebasan Pers
Dalam hal ini, pemerintah memberikan kebebasan bagi pers di dalam pemberitaannya,
sehingga semasa pemerintahan Habibie ini, banyak sekali bermunculan media
massa. Demikian pula kebebasan pers ini dilengkapi pula oleh kebebasan
berasosiasi organisasi pers sehingga organisasi alternatif seperti AJI (Asosiasi
Jurnalis Independen) dapat melakukan kegiatannya. Sejauh ini tidak ada pembredelan-
pembredelan terhadap media tidak seperti pada masa Orde Baru. Pers Indonesia
dalam era pasca-Soeharto memang memperoleh kebebasan yang amat lebar, pemberitaan
yang menyangkut sisi positif dan negatif kebijakan pemerintah sudah tidak lagi
hal yang dianggap tabu, yang seringkali sulit ditemukan batasannya. Bahkan seorang
pengamat Indonesia dari Ohio State University, William Liddle mengaku sempat
shock
menyaksikan isi berita televisi baik swasta maupun pemerintah dan membaca isi
koran di Jakarta, yang kesemuanya seolah-olah menampilkan kebebasan dalam
penyampaian berita, dimana hal seperti ini tidak pernah dijumpai sebelumnya
pada saat kekuasaan Orde Baru.Cara Habibie memberikan kebebasan pada Pers
adalah dengan mencabut SIUPP.

c. Pembentukan Parpol dan Percepatan pemilu dari tahun 2003 ke tahun


1999
Presiden RI ketiga ini melakukan perubahan dibidang politik lainnya
diantaranya mengeluarkan UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, UU No.
3 Tahun 1999 tentang Pemilu, UU No. 4 Tahun 1999 tentang MPR dan DPR.
Itulah sebabnya setahun setelah reformasi Pemilihan Umum dilaksanakan bahkan
menjelang Pemilu 1999, Partai Politik yang terdaftar mencapai 141 dan setelah
diverifikasi oleh Tim 11 Komisi Pemilihan Umum menjadi sebanyak 98 partai,
namun yang memenuhi syarat mengikuti Pemilu hanya 48 Parpol saja. Selanjutnya
tanggal 7 Juni 1999, diselenggarakan Pemilihan Umum Multipartai. Dalam
pemilihan ini, yang hasilnya disahkan pada tanggal 3 Agustus 1999, 10 Partai
Politik terbesar pemenang Pemilu di DPR, adalah: ·

Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) pimpinan Megawati Soekarno


Putri meraih 153 kursi ·
Partai Golkar pimpinan Akbar Tanjung meraih 120 kursi ·
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pimpinan Hamzah Haz meraih 58 Kursi ·
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pimpinan H. Matori Abdul Djalil meraih 51
kursi ·
Partai Amanat Nasional (PAN) pimpinan Amein Rais meraih 34 Kursi ·
Partai Bulan Bintang (PBB) pimpinan Yusril Ihza Mahendra meraih 13 kursi ·
Partai Keadilan (PK) pimpinan Nurmahmudi Ismail meraih 7 kursi ·
Partai Damai Kasih Bangsa (PDKB) pimpinan Manase Malo meraih 5 Kursi ·
Partai Nahdlatur Ummat pimpinan Sjukron Ma’mun meraih 5 kursi
Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) pimpinan Jendral (Purn) Edi Sudradjat
meraih 4 kursi

d. Penyelesaian Masalah Timor Timur


Sejak terjadinya insident Santa Cruz, dunia Internasional memberikan tekanan
berat kepada Indonesia dalam masalah hak asasi manusia di Tim-Tim. Bagi Habibie
Timor-Timur adalah kerikil dalam sepatu yang merepotkan pemerintahannya, sehingga
Habibie mengambil sikap pro aktif dengan menawarkan dua pilihan bagi
penyelesaian Timor-Timur yaitu di satu pihak memberikan setatus khusus
dengan otonomi luas dan dilain pihak memisahkan diri dari RI. Otonomi luas
berarti diberikan kewenangan atas berbagai bidang seperti : politik ekonomi
budaya dan lain-lain kecuali dalam hubungan luar negeri, pertahanan dan keamanan
serta moneter dan fiskal. Sedangkan memisahkan diri berarti secara demokratis dan
konstitusional serta secara terhorman dan damai lepas dari NKRI. Sebulan menjabat
sebagai Presiden habibie telah membebaskan tahanan politik Timor-Timur, seperti
Xanana Gusmao dan Ramos Horta. Sementara itu di Dili pada tanggal 21 April
1999, kelompok pro kemerdekaan dan pro intergrasi menandatangani
kesepakatan damai yang disaksikan oleh Panglima TNI Wiranto, Wakil Ketua
Komnas HAM Djoko Soegianto dan Uskup Baucau Mgr. Basilio do
Nascimento. Tanggal 5 Mei 1999 di New York Menlu Ali Alatas dan Menlu
Portugal Jaime Gama disaksikan oleh Sekjen PBB Kofi Annan menandatangani
kesepakan melaksanakan penentuan pendapat di Timor-Timur untuk mengetahui
sikap rakyat Timor-Timur dalam memilih kedua opsi di atas. Tanggal 30 Agustus 1999
pelaksanaan penentuan pendapat di Timor-Timur berlangsung aman. Namun
keesokan harinya suasana tidak menentu, kerusuhan dimana-mana. Suasana semakin
bertambah buruk setelah hasil penentuan pendapat diumumkan pada tanggal 4 September
1999 yang menyebutkan bahwa sekitar 78,5 % rakyat Timor-Timur memilih merdeka.
Pada awalnya Presiden Habibie berkeyakinan bahwa rakyat Timor-Timur lebih
memilih opsi pertama, namun kenyataannya keyakinan itu salah, dimana
sejarah mencatat bahwa sebagian besar rakyat Timor-Timur memilih lepas dari NKRI.
Lepasnya Timor-Timur dari NKRI berdampak pada daerah lain yang juga ingin
melepaskan diri dari NKRI seperti tuntutan dari GAM di Aceh dan OPM di Irian
Jaya, selain itu Pemerintah RI harus menanggung gelombang pengungsi Timor-
Timur yang pro Indonesia di daerah perbatasan yaitu di Atambua. Masalah
Timor-Timur tidaklah sesederhana seperti yang diperkirakan Habibie karena adanya
bentrokan senjata antara kelompok pro dan kontra kemerdekaan di mana kelompok kontra
ini masuk ke dalam kelompok militan yang melakukan teror pembunuhan dan
pembakaran pada warga sipil. Tiga pastor yang tewas adalah pastor Hilario,
Fransisco, dan dewanto. Situasi yang tidak aman di Tim-Tim memaksa ribuan
penduduk mengungsi ke Timor Barat, ketidak mampuan Indonesia mencegah teror,
menciptakan keamanan mendorong Indonesia harus menerima pasukan internasional.

e. Pengusutan Kekayaan Soeharto dan Kroni-kroninya


Mengenai masalah KKN, terutama yang melibatkan Mantan Presiden Soeharto
pemerintah dinilai tidak serius menanganinya dimana proses untuk mengadili
Soeharto berjalan sangat lambat. Bahkan, pemerintah dianggap gagal dalam
melaksanakan Tap MPR No. XI / MPR / 1998 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, terutama mengenai pengusutan
kekayaan Mantan Presiden Soeharto, keluarga dan kroni-kroninya. Padahal
mengenai hal ini, Presiden Habibie - dengan Instruksi Presiden No. 30 / 1998
tanggal 2 Desember 1998

telah mengintruksikan Jaksa Agung Baru, Andi Ghalib segera mengambil


tindakan hukum memeriksa Mantan Presiden Soeharto yang diduga telah melakukan
praktik KKN. Namun hasilnya tidak memuaskan karena pada tanggal 11 Oktober
1999, pejabat Jaksa
Agung Ismudjoko mengeluarkan SP3, yang menyatakan bahwa penyidikan terhadap
Soeharto yang berkaitan dengan masalah dana yayasan dihentikan. Alasannya, Kejagung
tidak menemukan cukup bukti untuk melanjutkan penyidikan, kecuali
menemukan bukti-bukti baru. Sedangkan dengan kasus lainnya tidak ada
kejelasan. Bersumber dari masalah di atas, yaitu pemerintah dinilai gagal dalam
melaksanakan agenda Reformasi untuk memeriksa harta Soeharto dan mengadilinya. Hal
ini berdampak pada aksi demontrasi saat Sidang Istimewa MPR tanggal 10-13
Nopember 1998, dan aksi ini mengakibatkan bentrokan antara mahasiswa dengan
aparat. Parahnya pada saat penutupan Sidang Istimewa MPR, Jumat (13/11/1998)
malam. Rangkaian penembakan membabi-buta berlangsung sejak pukul 15.45 WIB
sampai tengah malam. Darah berceceran di kawasan Semanggi, yang jaraknya
hanya satu kilometer dari tempat wakil rakyat bersidang. Sampai sabtu dini hari,
tercatat lima mahasiswa tewas dan 253 mahasiswa luka-luka. Karena banyaknya
korban akibat bentrokan di kawasan Semanggi
maka bentrokan ini diberi nama ”
Semanggi Berdarah” atau ”Tragedi Semanggi”.

f. Pemberian Gelar Pahlawan Reformasi bagi Korban Trisakti


Pemberian gelar Pahlawan Reformasi pada para mahasiswa korban Trisakti yang
menuntut lengsernya Soeharto pada tanggal 12 Mei 1998 merupakan hal positif
yang dianugrahkan oleh pemerintahan Habibie, dimana penghargaan ini mampu
melegitimasi Habibie sebagai bentuk penghormatan kepada perjuangan dan
pengorbanan mahasiswa sebagai pelopor gerakan Reformasi. 2.

2. Pada Bidang Ekonomi


Di dalam pemulihan ekonomi, secara signifikan pemerintah berhasil menekan laju inflasi
dan gejolak moneter dibanding saat awal terjadinya krisis. Namun langkah
dalam kebijakan ekonomi belum sepenuhnya menggembirakan karena dianggap tidak
mjempunyai kebijakan yang kongkrit dan sistematis seperti sektor riil belum
pulih. Di sisi lain, banyaknya kasus penyelewengan dana negara dan bantuan
luar negeri membuat Indonesia kehilangan momentum pemulihan ekonomi.
Pada tanggal 21 Agustus 1998 pemerintah membekukan operasional Bank Umum
Nasional, Bank Modern, dan Bank Dagang Nasional Indonesia. Kemudian di awal
tahun selanjutnya kembali pemerintah melikuidasi 38 bank swasta, 7 bank
diambil-alih pemerintah dan 9 bank mengikuti program rekapitulasi. Untuk
masalah distribusi sembako utamanya minyak goreng dan beras, dianggap kebijakan yang
gagal. Hal ini nampak dari tetap meningkatnya harga beras walaupun telah
dilakukan operasi pasar, ditemui juga penyelundupan beras keluar negeri dan
penimbunan beras. 3.

3. Pada Bidang Manajemen Internal ABRI


Pada masa transisi di bawah Presiden B.J. Habibie, banyak perubahan-
perubahan penting terjadi dalam tubuh ABRI, terutama dalam tataran konsep
dan organisatornya. Pertimbangan mendasar yang melatarbelakangi keputusan politik
dan akademis reformasi internal TNI, antara lain: ·
-Prediksi tantangan TNI ke depan di abad XXI begitu besar, komplek dan
multidimensional, atas dasar itu TNI harus segera menyesuaikan diri. ·
-TNI senantiasa harus mau dan mampu mendengar serta merespon aspirasi rakyat. ·
-TNI mengakui secara jujur, jernih dan objektif, sebagai komponen bangsa yang
lainnya,bahwa di masa lalu ada kekurangan dan distorsi sebagai konsekuensi
logis dari format politik Orba.
ABRI telah melakukan kebijakan-kebijakan sebagai langkah perubahan politik
internal, yang berlaku tanggal 1 April 1999. Kebijakan tersebut antara lain:
pemisahan POLRI dari ABRI,perubahan sta sosial politik menjadi staf
Teritorial,Likuidasi staf Karyawan.
Pengurangan Fraksi ABRI di DPR, DPRD I/II, pemutusan hubungan
organisatoris dengan partai Golkar dan mengambil jarak yang sama dengan
parpol yang ada, kometmen dan netralitas ABRI dalam Pemilu dan perubahan Staf
Sospol menjadi komsos serta pembubaran Bakorstanas dan Bakorstanasda.
Perubahan di atas dipandang positif oleh berbagai kalangan sebagai upaya
reaktif ABRI terhadap tuntutan dan gugatan dari masyarakat, khususnya tentang
persoalan eksis peran Sospol ABRI yang diimplementasikan dari doktrin Dwi Fungsi
ABRI.

D. BERAKHIRNYA MASA PEMERINTAHAN B.J. HABIBIE


Dengan mundurnya Presiden Soeharto dari jabatan presiden pada tanggal 21 mei 1998,
maka Wakil Presiden B.J. Habibie menggantikan kedudukannya sebagai
presiden. Pelimpahan ini memunculkan reaksi pro dan kontra dalam masyarakat. Hal
ini menunjukkan bahwa legitimasi pemerintahan B.J. Habibie sangat lemah, karena
keberadaan Habibie dianggap sebagai suatu paket warisan pemerintahan
Soeharto. Bahkan beberapa kolompok menuntut pembentukan pemerintahan
transisi. Hal lain yang melemahkan legitimasi Habibie dalam memimpin
pemerintahan ialah ia tidak dipilih secara luber dan jurdil sebagai presiden dan
merupakan satu paket pemilihan pola musyawarah mufakat dengan Soeharto.
Selain itu, beberapa tokoh memberi komentar pemerintahan Habibie sebagai ”
pemerintahan transisi
” (Nurcholis Majid). ”Belum lepas dari bayang
-bayang Soeharto” (Amien Rais), ”Melakukan reformasi hanya pada kulitnya saja”
dan ”perpanjangan rezim mantan Presiden Soeharto” (Megawati). Komentar
-komentar tersebut makin melemahkan legitimasi Habibie sebagai presiden. Meskipun
terdapat berbagai kemajuan dan keberhasilan yang dicapai oleh pemerintahan Habibie.
Dimana sejak Kabinet Reformasi Pembangunan dibentuk, seperti penyelenggaraan
Sidang Istimewa MPR, penyelenggaraan pemilu dan reformasi di bidang
politik, sosial, hukum, dan ekonomi. Di tengah-tengah upaya pemerintahan
Habibie memenuhi tuntutan reformasi, pemerintah Habibie dituduh melakukan
tindakan yang bertentangan dengan kesepakatan MPR mengenai masalah Timor-
Timur. Pemerintah dianggap tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengan
DPR/MPR sebelum menawarkan opsi kedua kepada masyarakat Timor-Timur. Dalam
jajak pendapat terdapat dua opsi yang ditawarkan di Indonesia di bawah
Presiden B.J. Habibie, yaitu: otonomi luas bagi Timor-Timur dan kemerdekaan
bagi Timor-Timur. Akhirnya tanggal 30 Agustus 1999 pelaksanaan penentuan
pendapat di Timor-Timur berlangsung aman dan dimenangkan oleh kelompok Pro
Kemerdekaan yang berarti Timor-Timur lepas dari wilayah NKRI. Masalah itu tidak
berhenti dengan lepasnya Timor-Timur, setelah itu muncul tuntutan dari dunia
Internasional mengenai masalah pelanggaran HAM yang meminta
pertanggungjawaban militer Indonesia sebagai penanggungjawab keamanan
pasca jajak pendapat. Hal ini mencoreng Indonesia di Dunia Internasional.
Selain kasus pelanggaran HAM di Timor-Timur tersebut, terjadi kasus yang
sama seperti di Aceh melalui Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Irian Jaya lewat
Organisasi Papua Merdeka (OPM), dengan kelompok separatisnya yang menuntut
kemerdekaan dari wilayah Republik Indonesia. Pada tanggal 1-21 Oktober 1999, MPR
mengadakan Sidang Umum. Dalam suasana Sidang Umum MPR yang digelar dibawah
pimpinan Ketua MPR Amien Rais, tanggal 14 Oktober 1999 Presiden Habibie
menyampaikan pidato pertanggungjawabannya di depan sidang dan terjadi
penolakan terhadap pertanggungjawaban presiden sebagai Mandataris MPR
lewat Fraksi PDI-Perjuangan, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi Kesatuan
Kebangsaan Indonesia dan Fraksi Demokrasi Kasih Bangsa. Pada umumnya, masalah-
masalah yang dipersoalkan oleh

Fraksi-fraksi tersebut adalah masalah Timor-Timur, KKN termasukan


pengusutan kekayaan Soeharto, dan masalah HAM. Sementara itu, di luar
Gedung DPR/MPR yang sedang bersidang, mahasiswa dan rakyat yang anti Habibie
bentrok dengan aparat keamanan. Mereka menolak pertanggungjawaban Habibie,
karena Habibie dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rezim Orba.
Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien Rais menutup
Rapat Paripurna
sambil mengatakan, ”dengan demikian pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie
ditolak”.
Pada hari yang sama Presiden habibie mengatakan bahwa dirinya mengundurkan diri dari
pencalonan presiden. Habibie juga iklas terhadap penolakan
pertanggungjawabannya oleh MPR. Menyusul penolakan MPR terhadap pidato
pertanggungjawaban Presiden Habibie dan pengunduran Habibie dalam bursa
calon presiden, memunculkan dua calon kuat sebagai presiden, yaitu Megawati
dan Abdurrahman Wahid semakin solid, setelah calon PresidenYusril Ihza
Mahendra dari Fraksi Partai Bulan Bintang mengundurkan diri melalui voting,
Gus Dur terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia keempat dan dilantik dengan
Ketetapan MPR No. VII/MPR/1999 untuk masa bakti 1999-2004. Tanggal 21
Oktober 1999 Megawati terpilih menjadi Wakil Presiden RI dengan Ketetapan MPR
No. VIII/MPR/1999 mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid. Terpilihnya
Abdurrahman Wahid dan Megawati sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia periode 1999-2004 menjadi akhir pemerintahan Presiden Habibie
dengan TAP MPR No. III/MPR/1999 tentang Pertanggungjawaban Presiden RI
B.J. Habibie. E.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMERINTAHAN B.J. HABIBIE

1. Kelebihan

a. berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar


antara Rp 10.000– Rp 15.000.

b. memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus


mengurusi perekonomian dengan langkah-langkah sebagai berikut : ·
-Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan
BPPN dan unit Pengelola Aset Negara ·
-Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah ·
-Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00 ·
-Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri ·
-Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF ·
-Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan yang Tidak Sehat ·
-Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 2)

2. Kelemahan

a. diakhir kepemimpinannya nilai tukar rupiah kembali meroket


b. tidak dapat meyakinkan investor untuk tetap berinvestasi di indonesia.
c. Kebijakan yang di lakukan tidak dapat memulihkan perekonomian
indonesia dari krisis

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gaya kepemimpinan BJ Habibie mengandung unsur-unsur kepemimpinan
bisnis modern: di situlah ia dibesarkan. Namun jelas terlihat juga unsur-unsur
kepemimpinan terkenal Indonesia. Tidak salah lagi, dengan segala kekuasaannya
dalam dunia bisnis internasional modern, ia tetap putera bangsa dan negaranya.
Perpaduan antara ke-Islamannya, nasionalismenya, kejawaannya,
kesulawesiannya, ilmu dan teknologi serta internasionalnya, dan lugasan
bisnisnya, menjadikan BJ Habibie sebagai bagian dari Indonesia modern.
Adapun kebijakan yang dilakukan B.J. Habibie pada masa pemerintahannya adalah: ·
-Sistem Pers : Pers diberi kebebasan untuk mengkritik dan mengungkap fakta yang
sebenarnya dimana selama Orba dilarang dan mencabut SIUPP ·
-Dwi Fungsi ABRI: Mempersempit dan membatasi peranan dengan adanya Dwi fungsi
ABRI dalam pemerintahan dengan membagi Abri menjadi kepolisian dan TNI, serta
mengurangi jumlah anggota ABRi dalam Legislatif ·
-Pemilu:Memangkas aturan yang menekan kebebesan dan keterbukaan berdemokrasi
kepada rakyat dan parpol dengan mencabut 5 paket UU Politik Orba ·
-Perekonomian : memusatkan perhatian pada peningkatan kualitas,
produktivitas, dan daya saing ekonomi rakyat, dengan memberi peran perusahaan
kecil, menengah, dan koperasi, karena terbukti memiliki ketahananekonomi dalam
menghadapi krisis dan memprioritaskan pada pemerataan pertumbuhan ekonomi B.

B. SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpin diri sendiri. Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat
tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung
pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah
tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti.
Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat
yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

DAFTAR PUSTAKA

Google.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan http://makalahjuliae.blogspot.com/
NAMA KELOMPOK 2:

-ERIKA MELIANA SIMBOLON

-RAMA SITORUS

-RITA MANURUNG

-VIVI MANURUNG

-NOVIA NAINGGOLAN

-WAISAK SILITONGA

KELAS : XII SMA

TAHUN AJARAN : 2016\2017


BAB I
PENDAHULUAN
A. Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah atas segala rahmat dan hidayahnya semoga kita
senantiasa berada dijalannya yang lurus dengan tetap berpegang teguh kepada ajaran-Nya.
Sholawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Rasulullah sang pembawa pembawa
risalah yang paripurna.

Gus Dur adalah figur yang fenomenal dan kontroversial yang seringkali
mengeluarkan statemen yang membuat banyak orang kebingungan dan bahkan kebakaran
jenggot. Walaupun suaranya sering mengundang kontroversi, tetapi suara itu tidak jarang
menjadi kemudi arus perjalanan sosial, politik dan budaya ke depan.

Dia memang seorang yangtak gentar menyatakan sesuatu yang diyakininya benar.
Bahkan beliau juga tidak gentar menyatakan sesuatu yang berbeda dengan pendapat banyak
orang. Jika dilihat ,kebenaran itu memang seringkali tampak radikal dan mengundang
kontroversi. Pendapatnya seringkali terlihat tanpa interes politik pribadi atau kelompoknya.

Beliau berani berdiri di depan untuk kepentingan orang lain atau golongan lain yang
diyakninya benar. Bahkan sering seperti berlawanan dengan suara kelompoknya sendiri. Juga
bahkan ketika beliau menjabat presiden, sepetinya jabatan itu tak mampu mengeremnya
untuk menyatakan sesuatu. Sepertinya, ia melupakan jabatan politis itu demi sesuatu yang
diyakininya benar. Sehingga saat belia menjabat presiden, banyak orang menganggapnya
aneh karena sering kali melontarkan pernyataan yang mengundang kontroversi.

Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang selalu membela hak-hak kaum minoritas
dan dekat dengan berbagai kelompok lintas agama dan budaya. Kedekatanya dengan Israel
membuatnya dituduh sebagai agen Israel dan ulama yang menghancurkan Islam dari dalam.
Beliau sangat anti terhadap kekerasan apalagi kekerasan atas nama agama sehingga tak heran
banyak tokoh dan kelompok Islam radikal yang tidak suka padanya. Sikap Gus Dur yang
sering melawan arus mengundang tanda Tanya besar bagi setiap orang, apa sebenarnya yang
ada di benak Gus Dur?, apa sebenaranya misi tujuan GusDur.
Melalui makalah ini akan diketahui pandangan dan pemikiran Gus Dur, sehingga
semua pihak terhindar dari prasangka dan fitnah terhadap Beliau. Makalah ini adalah
kumpulan pemikiran Gus Dur yang dikumpulkan dari berbagai sumber untuk menguak
fenomena pemikiran Gus Dur yang kontroversial.

Harapannya makalah ini menjadi inspirasi bagi semua pihak untuk mengambil ide-ide
brilian Gus Dur yang dapat kita terima dan mengkaji lebih dalam pemikiran beliau yang tidak
dapat dicerna. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Amiin

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perjalanan hidup Abdurahman Wahid sebelum menjadi presiden RI?
2. Apa saja kelemahan dan kelebihan kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid (Gus
Dur) di Indonesia?

C. Tujuan
1. Mngetahui latar belakang dan perjalanan hidup Abdurahman Wahid sebelum menjadi
presiden RI.
2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid (Gus
Dur) di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang dan Perjalanan Hidup Presiden Abdurahman Wahid


Siang, pukul 12.30 Oktober 1999, ketegangan yang memuncak di hari-hari Sidang
Istimewa tiba-tiba meledak menjadi ungkapan keterharuan sekaligus kebahagiaan yang tidak
tergambarkan. Abdurrahman Wahid secara mengejutkan dan luar biasa terpilih sebagai
Presiden RI ke-4 menggantikan B.J Habibie. Dimata banyak orang, terutama kalangan
Nadliyin, kemenangan Gus Dur merupakan puncak dari perjuangan NU dalam memposisikan
kiprahnya bagi bangsa Indonesia, dan juga kemenangan bagi kalangan Islam modernis
sekaligus harapan bagi demokrasi itu sendiri. Orang yang tidak disukai pemerintah
sebelumnya (Orba), yang mengenakan baju batik ukuran longgar ketika mengerahkan ratusan
ribu orang di Jantung Jakarta dua tahun sebelumnya, seorang tokoh yang banyak merebut
perhatian nasional sebab mampu mengambil posisi sebagai oposisi, sekarang tanpa disangka
menjadi Presiden RI ke-4. Untuk itu kami angkat perjalanan hidup dan latar belakangnya
untuk mengenal lebih jauh lika-liku hidupnya.
Kehadiran Abdurrahman Wahid dikalangan masyarakat Indonesia saat ini tidak lain
disebabkan oleh kualitas pribadinya yang luar biasa, disamping faktor lingkungan keluarga
yang sangat mendukung. Abdurrahman Wahid, cucu dari dua serangkai pendiri NU, Kiai
Hasjim Asj'ari dan Kiai Bisri Sjansuri, dilahirkan di Jombang pada tahun 1940. Ayah
Abdurrahman Wahid, Kiai Wahid Hasjim, adalah putra Kiai Hasjim Asj'ari, dan ibunya,
Solichah adalah putri Kiai Bisri Sjansuri. Sejak masa kanak-kanak, ibunya telah diberi
berbagai isyarat bahwa Abdurrahman Wahid, anaknya, akan mengalami hgaris hidup yang
berbeda dan memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab tersebut ternyata secara
dramatis meningkat setelah kematian ayahnya dalam suatu kecelakaan mobil, dan saat
kecelakaan terjadi Abdurrahman Wahid duduk di samping ayahnya di jok depan.
Ayah Abdurrahman Wahid meninggal dunia dalam usia 40 tahun, dan saat itu masih
menjabat Ketua NU. Ibunya tetap melanjutkan peran informal yang vital dalam menjalankan
NU. Dan sejak ayahnya meninggal, ada sesuatu yang terasa berubah secara tajam, yaitu
bahwa rumah Abdurrahman Wahid mulai sepi dari orang-orang dan para tamu penting.
Abdurrahman Wahid tidak hanya dikenal dikalangan kiai NU dan para politisi,
melainkan juga oleh masyarakat luas Indonesia. Hal tersebut disebabkan bimbingan kedua
orang tuanya, saat ia masih kecil banyak berhubungan dengan tradisi diluar NU. Waktu kecil
ia sering banyak berhubungan dengan tradisi diluar NU. Waktru kecil ia sering dititipkan
pada seorang Belanda teman ayahnya dan saat itulah, menurut Abdurrahman Wahid ia
bersentuhan dan akhirnya mencintai musik-musik klassik Eropa. Kemudian dari tahun 1953
sampai 1957, saat belajar di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama(SMEP) ia tinggal dirumah
Kiai Haji Junaid, seorang Kiai Muhammadiyah dan anggota Majlis Tarjih Muhammadiyah.
Beberapa tahun kemudian ia mondok di Pesantren Tegalrejo, sebuah pesantren NU
terkemuka di Magelang. Dari tahun 1957 sampai 1963, ia sempat nyantri di Pesantren
Krapyak Yogyakarta dan tinggal dirumah K:H:Ali Maksum.
Pada tahun 1964 Abdurrahman Wahid meninggalkan Tanah Air menuju Kairo, Mesir
untuk belajar ilmu-ilmu agama dilingkungan Al Azhar Islamic University. Barangkali tidak
terlampau mengejutkan jika Abdurrahman Wahid sangat kecewa dengan atmosfir intelektual
di Al-Azhar yang memadamkan potensi pribadi karena tekhnik pendidikannya yang masih
bertumpu pada kekuatan hafalan. Meskipun demikian, ia memanfaatkan waktu di Kairo ini
dengan baik, yaitu dengan cara yang tidak mengikuti pelajaran yang diberikan. Sebagai
gantinya, ia kerap menghabiskan waktu disalah satu perpustakaan yang lengkap di Kairo,
termasuk American University Library. Biarpun pada satu sisi ia kecewa dengan Al-Azhar
sebagai lembaga, namun pada sisi lain ia tetap menikmati kehidupan kosmopolitan Kairo,
bahkan beruntung karena terbukanya peluang untuk bergabung dengan kelompok-kelompok
diskusi dan kegiatan tukar pikiran yang umumnya diikuti para intelektual Mesir. Yang perlu
dicatat bahwa selama di Kairo, Abdurrahman Wahid ternyata begitu tertarik pada film-film
Perancis dan sepak bola.
Dari Kairo Abdurrahman Wahid terbang ke Baghdad. Di kota ini ia lewati dengan
penuh rasa bahagia karena mempelajari sastra Arab, tapi juga filsafat dan teori sosial Eropa,
disamping terpenuhinya hobi dia menonton film-film klassik. Bahkan Abdurrahman Wahid
merasa lebih senang dengan sistem yang diterapkan Universitas Baghdad, yang dalam
beberapa segi dapat dikatakan lebih berorientasi Eropa daripada sistem yang diterapkan Al-
Azhar. Dan selama belajar di Timur-Tengah inilah Abdurrahman Wahid menjadi ketua
Persatuan Mahasiswa Indonesia untuk Timur Tengah masa bakti 1964-1970.
Ditahun 1971, ia mampir ke Eropa dengan harapan memperoleh penempatan disebuah
universitas, tapi sayang sekali ternyata kualifikasi-kualifikasi mahasiswa dari Timur Tengah
tidak diakui di universitas-universitas Eropa. Inilah yang memotivasi Abdurrahman Wahid
pergi ke McGill University Kanada untuk mempelajari kajian-kajian keislaman secara
mendalam. Namun pada akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah
terilhami berita-berita yang menarik sekitar perkembangan dunia pesantren.
Tahun 1971 Abdurrahman Wahid kembali ke Indonesia, kembali ke dunia pesantren.
Dari tahun 1972 hingga 1974, ia menjadi dosen disamping Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Hasjim Asj'ari Jombang. Kemudian tahun 1974 sampai 1980 menjadi sekretaris
Umum Pesantren Tebuireng, jombang. Selama periode inilah secara teratur ia semakin
terlibat dalam kepengurusan NU dengan menjabat Khatib Awal PB Syuriah NU sejak tahun
1979.
Sejak kepindahannya ke Jakarta pada tahun 1978, Abdurrahman Wahid menjadi
pengasuh Pesantren Ciganjur Jakarta Selatan. Ia juga terlibat banyak dalam acara dan
kegiatan di Jakarta termasuk menjadi tenaga pengajar pada program training untuk pendeta
Protestan. Disekitar pertengahan 1970-an secara beraturan ia telah menjalin hubungan dengan
Cak Nur dan Djohan Effendi, maka saat ia pindah ke Jakarta pada tahun 1978 ia semakin
intens bergabung dengan teman-teman ini dalam rangkaian forum-forum akademik dan
kelompok-kelompok kajian. Sekalipun Abdurrahman Wahid tidak pernah mempunyai
kesempatan belajar dalam pendidikan ala Barat, namun sejak usia muda ia telah cukup
banyak menelaah bacaan-bacaan yang bersumber dari literatur Barat.
Bersamaan dengan itu, Abdurrahman Wahid juga memulai melibatkan dirinya
dikalangan intelektual yang lebih luas di Jakarta. Dari tahun 1982 hingga 1985, ia menjadi
Ketua Dewan Kesenian Jakarta, dan dua kali terpilih sebagai Ketua Dewan Juri Festival Film
Nasional. Penunjukkan dirinya untuk berkiprah di dunia film, bagi tokoh dari dunia
pesantren, seorang 'alim seperti Abdurrahman Wahid, tentu saja sangat tidak lazim dan
mengundang kontroversi.
Tahun 1980-1983 Abdurrahman Wahid dipilih sebagai salah satu seorang yang turut
serta memberikan pertimbangan atas penerima penghargaan Agha Khan Award untuk
arsitektur Islam di Indonesia. Dan sejak tahun 1994 ia menjadi penasehat untuk Proyek
Pembinaan Dialog Internasional untuk kajian-kajian Wawasan dan Hukum Sekular di The
Hague.
Pada bulan Desember 1984, Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Ketua Umum PB
Syuriah NU. Dengan terpilihnya ia, berarti berakhirlah pula jabatan dan masa kepengurusan
Idham Chalid sebagai ketua Umum. Seperti halnya tradisi NU, tidak diragukan lagi bahwa
ada unsur-unsur harapan yang mesianik dalam pemilihan Abdurrahman Wahid ini dan ia
ternyata berhasil memenuhi janjinya berhadapan dengan perubahan. Upaya Abdurrahman
Wahid mengembalikan NU sebagai organisasi yang bergerak diwilayah sosio-keagamaan
berhasil mencapai sasarannya dan ia pun secara luas berhasil mencapai perubahan luar biasa
dalam cara pandang NU. Abdurrahman Wahid memperlihatkan bahwa demi keuntungan
organissasi dan masyarakat, Nu harus beralih dari kegiatan politik-kepartaian, tidak saja
berdasarkan pragmatisme, melainkan juga atas nama pluralisme. Tentu saja tidak setiap orang
dalam NU, bahkan tidak semua orang-orang luar yang mendukungnya mengerti atau dapat
memahami cara berfikir yang dikembangkan Abdurrahman Wahid bahwa sektarianisme
merupakan ancaman serius bagi keharmonisan masyarakat Indonesia yang majemuk. Lebih
jauh Abdurrahman Wahid berhasil membongkar cara berfikir komunitas NU terhadap
pluralisme bahkan sampai pada titik penghormatan perihal keanekaragaman, khususnya
dikalangan anak mudanya. Abdurrahman Wahid juga berhasil dalam mempengaruhi
masyarakat Indonesia secara lebih luas agar memaklumi hubungan antara pluralisme dan
demokrasi, sehingga lahir sebuah kedewasaan baru bagi umat Islam ataupun masyarakat luas.

B. Kelemahan dan Kelebihan Kepemimpinan Presiden Gus Dur di Indonesia


1. Di Bidang Politik
a. Kelebihan :
1) Membentuk Kabinet Persatuan Nasional
2) Sering melakukan perjalanan luar negeri dengan tujuan menjalin kerjasama dengan negara
lain, menarik investasi, menerima penghargaan, berobat, sekaligus menghadiri bebagai forum
dunia seperti forum ekonomi dunia atau pertemuan negara G-77.
3) Politik Luar Negeri Yang Bebas Aktif
Dengan kunjungan keluar negeri sebenarnya merupakan pemborosan, akan tetapi ini
dilakukan untuk mengangkat citra Negara Indonesia. Akibat rezim Pak Soeharto, citra
Indonesia dikenal sebagai negara totaliter dengan tingkat demokratisasi yang rendah.
Untukmengatasi hal tersebut Presiden Gus Dur melakukan kunjungan ke Negara Negara yang
tergabung dalam ASEAN, Afrika, Eropa, hingga Benua Amerika. Karena kunjungan ini
politik politik bebas aktif begitu kentara. Seringnya Presiden Gus Dur berkunjung ke luar
negeri ini ternyata mendapat respon positif dari dunia, bahkan membuka peluang kerjasama
(terutama kerjasama dalam bidang perdagangan).
4) Iklim Politik Yang Demokratis
Semua tahu bahwa pada masa Gus Dur suasana demokratis mulai tampak terwujud. Hal ini
dapat terlihat dengan tindakan gusdur yaitu:
5) Penghapusan peraturan yang merugikan kaum minoritas.
6) Pembubaran instansi negara yang tak lagi efektif (departemen penerangan dan sosial)
hengga “niat” Gusdur ini membuka hubungan diplomati dengan Israel.
7) Kecenderungan pemikiran Gusdur yang menghargai kebebasan idividu dan keberagaman
(dasar dari demokrasi) serta reformis.
8) Pada masa Abdurrahman Wahid terjadi perubahan drastis dalam bidang keterbukaan
media. Gus Dur melikuidasi departemen penerangan, sehingga media massa lebih leluasa
melakukan aktivitasnya.
9) Gus Dur terkenal dengan faham pluralismenya. Pada eranya lah kelompok minoritas
Tionghoa mendapatkan pengakuan lebih besar, seperti dalam pengurusan dokumen
kependudukan dan penetapan Imlek sebagai hari libur nasional.
10) Sayang, sistem dan pola pemerintahan Gus Dur tidak berjalan dengan baik. Terjadi
kegaduhan politik yang tidak perlu, sehingga stabilitas politik tidak terjaga.
11) Stabilitas politik yang buruk menyebabkan stabilitas ekonomi berjalan pincang.

b. Kelemahan :
1) Presiden Abdurahman Wahid sering melontarkan pernyataan-pernyataan kepada media
yang kerap memanaskan suhu politik Tanah Air. Hal tersebut menimbulkan keguncangan
situasi politik dalam negeri. Salah satunya yaitu soal reshuffle cabinet atau desakan mundur
terhadap sejumlah menteri.
2) Rendahnya tingkat popularitas Gusdur
3) Masyarakat kurang antusias dengan gaya pemerintahan Gusdur.
4) Dengan beberapa keputusan yang kontroversial membuat gusdur bukan sosok yang
populis. Sebagian kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasionalyang diakui
kecemerlangannya. Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis massa keagamann
organisasi Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani kepemimpinannya. Tapi, sebagai
seorang negarawan yang harus arif dalammembuat kebijakan, Gus Dur diragukan
kemampuannya.
5) Tak Punya Basis Politik yang Kuat di Paremen (MPR/DPR)
6) Gus Dur bukanlahtokoh dari partai yang memenangkan pemilu. Partai yang
mengusungnya saat itu (PKB), bukan partaidengansuara terbanyak.
7) Proses terpilihnya Gus Dur punterbilang unik. Hasil dari lobby-lobby plitik yang akhirnya
membuat Gus Dur dipilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam kabinet pemerintahan yang
dibentuk oleh Gus Dur, ia “terpaksa” merengkuh semua partai tanpamelihat kesamaan
platform (visi/misi) dengan dirinya.
8) Dengan gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang awalnya
menunjukkan dukungan, sedikit demi sedikit menarik dukungannya. Simpati berubah
menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur pun dilengserkan oleh MPR dan “dipaksa” keluar dari
Istana Negara hanya dengan celana pendek dan kaos singlet.
2. Di Bidang Ekonomi
a. Kelebihan :
1) Memberi kebebasan seluas-luasnya kepada setiap suku terutama Tionghoa yang
notabenenya banyak berkecimpung di bidang ekonomi dengan seluas-luasnya.
2) Berani bersikap dan tegas juga pada sector-sektor ekonomi
b. Kelemahan :
1) Keterbatasan fisik sehingga performa beliau dalam memimpin negeri ini kurang maksimal
yang berimbas pada bidang ekonomi.
2) Seringnya melakukan perjalanan luar negeri sehingga dianggap menghamburkan APBN.
3. Di Bidang Sosial
a. Kelebihan :
Dapat menciptakan kehidupan rukun antar umat beragama dan antar suku di Indonesia.
b. Kelemahan :
Ada banyak pengangguran di Indonesia sekitar 13,7 juta penganggur.
4. Di Bidang Budaya
a. Kelebihan :
Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antar umat beragama, Gus Dur
memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.
Hak tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa keputusan presiden yang dikeluarkan, yaitu
:
1) Keputusan Presiden No.6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut Agama
Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka dengan adanya Keppres No.6
dapat memiliki kebebasan dalam menganut agama maupun menggelar budayanya secara
terbuka misalnya pertunjukan barongsai.
2) Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama, sehingga menjadi hari
libur nasional.
b. Kelemahan :
Kerusuhan antar etnis terus berlanjut. Kerusuhan terutama berbahaya adalah pembunuhan
antara umat Islam dan Kristen di Maluku yang menewaskan lebih dari seribu orang sepanjang
tahun 1999.
5. Di Bidang Pertahanan dan Keamanan
a. Kelebihan :
1) Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan Gerakan
Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman
dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar
persetujuan. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang
melarang Marxisme-Leninisme dicabut.
2) Gus Dur memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan
bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi
pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di
Negeri Serambi Mekkah tersebut. Pada 30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura
di provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan
pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.
b. Kelemahan :
Akibat restrukturisasi lembaga pemerintahan menyebabkan kondisi politik yang tidak stabil
atau sering terjadi pertentangan antar partai bahkan pertentangan intern partai.
6. Di Bidang Ideologi
Ideologi yang ada pada masa pemerintahan Gus Dur menggunakan Ideologi Pancasila.

C. Keberhasilan dan Kegagalan


Meskipun memimpin kurang lebih 2 tahun tepatnya 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli
2001, Gus Dur telah menuai keberhasilan pada masany namun juga mengalami kegagalan
dalam pemerintahannya di Indonesia.
1. Keberhasilan
a. Politik Luar Negeri yang Bebas Aktif
Mampu memperbaiki citra Indonesia di mata negara-negara lain dengan melalui kunjungan
ke luar negeri dan sekaligus membuka peluang kerjasama.
b. Iklim Politik yang Demokratis
Telah membawa Indonesia ke dalam taraf demokratisasi yang lebih baik lagi melalui
perdamaianny dengan Israel.
2. Kegagalan
a. Rendahnya Tingkat Popularitas Gus Dur
Dengan beberapa keputusannya yang kontroversial (menuai banyak kritik), membuat
Gus Dur buka sosok yang populis. Bahkan ketika masa 100 hari pemerintahannya pun,
tingkat popularitas Gus Dur sudah melorot jauh dari tingkat sebelumnya.
Sebagian kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasional yang diakui
kecermelangannya. Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis masa keagamaan
organisasi Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani kepemimpinannya. Tapi, sebagai
seorang negarawan yang harus arif dalam membuat kebijakan, Gus Dur siragukan
kemampuannya.
b. Tidak Memiliki Basis Politik yang Kuat di Parlemen (MPR/DPR)
Gus Dur bukanlah tokoh dari partai yang memenagkan pemilu. Partai yan
mengusungnya pada saat itu ( PKB), bukan partai dengan suara terbanyak.
Proses terpilihnya Gus Dur adalah hasil dari lobby-lobby politik yang akhirnya membuat
Gus Dur terpilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam kabinet pemerintahan yang di bentuk
oleh Gus Dur, ia “terpaksa” merengkuh semua partai tanpa melihat kesamaan platform
(visi/misi) dengan dirinya.
Dengan gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang awalnya
menunjukan dukungan. Simpati berubah menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur dilengserkan
oleh MPR dan “dipaksa” keluar dari istana Negara hanya dengan celana pendek dan kaos
singlet.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab II dapat disimpulkan bahwa Abdurahman Wahid (Gus Dur)
adalah putra pertama dari enam bersaudara yang dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa
Timur pada tanggal 4 Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan “darah biru”.
Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim adalah putra K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri jam’iytah
Nahdlatul Ulama (NU) organisasi masa Islam terbesar di Indonesia dan pendiri Pesantren
Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri pendiri Pesantren
Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Kakek dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh
NU, yang menjadi Rais ‘Aam PBNU setelah K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan
demikian Gus Dur merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus, dan dua tokoh bangsa
Indonesia.
Pada masa pemerintahannya tentu saja banyak kelebihan maupun kekurangan dari
kepemimpinan Abdurahman Wahid (Gus Dur) ini selama menjabat sebagai presiden RI.

B. SARAN
Ideologi Pancasila hendaknya tetap dipertahankan di Negara Indonesia ini demi
persatuan dan kesatuan Negara Indonesia ini. Semua kelebihan yang ada dalam masa
pemerintahan Gus Dur hendaknya dapat tetap dijalankan dan dipertahankan di Indonesia.
Agar Negara Indonesia menjadi negara yang maju dan juga dapat bersaing dengan Negara
lain.
11

DAFTAR PUSTAKA

http://akbarlife.blogspot.com/2012/09/analisis-kelebihan-dan-
kelemahan- masa_7462.html

http://www.oocities.org/capitolhill/3925/sd_x/gusdur_x.html

http://www.anneahira.com/masa-pemerintahan-gusdur.htm
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………..I

A. Kata pengantar……………………………………….I.I

B. Rumusan Masalah…………………………………...I.I.I

C.TUJUAN..........................................................................I.V

BAB II PEMBAHASAN………………………………………….V

A. Latar Belakang………………………………………...V.I

(a) Riwayat hidup…………………………………..V.II

(b) Kelemahan dan kelebihan pemerintahan gusdur…………V.I.I.I

(c) Keberhasilan dan kegagalan……I.X

BAB III PENUTUP………………………………………………….X

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………XI
A. Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah atas segala rahmat dan hidayahnya semoga kita
senantiasa berada dijalannya yang lurus dengan tetap berpegang teguh kepada ajaran-Nya.
Sholawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Rasulullah sang pembawa pembawa
risalah yang paripurna.

Gus Dur adalah figur yang fenomenal dan kontroversial yang seringkali
mengeluarkan statemen yang membuat banyak orang kebingungan dan bahkan kebakaran
jenggot. Walaupun suaranya sering mengundang kontroversi, tetapi suara itu tidak jarang
menjadi kemudi arus perjalanan sosial, politik dan budaya ke depan.

Dia memang seorang yangtak gentar menyatakan sesuatu yang diyakininya benar.
Bahkan beliau juga tidak gentar menyatakan sesuatu yang berbeda dengan pendapat banyak
orang. Jika dilihat ,kebenaran itu memang seringkali tampak radikal dan mengundang
kontroversi. Pendapatnya seringkali terlihat tanpa interes politik pribadi atau kelompoknya.

Beliau berani berdiri di depan untuk kepentingan orang lain atau golongan lain yang
diyakninya benar. Bahkan sering seperti berlawanan dengan suara kelompoknya sendiri. Juga
bahkan ketika beliau menjabat presiden, sepetinya jabatan itu tak mampu mengeremnya
untuk menyatakan sesuatu. Sepertinya, ia melupakan jabatan politis itu demi sesuatu yang
diyakininya benar. Sehingga saat belia menjabat presiden, banyak orang menganggapnya
aneh karena sering kali melontarkan pernyataan yang mengundang kontroversi.

Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang selalu membela hak-hak kaum minoritas
dan dekat dengan berbagai kelompok lintas agama dan budaya. Kedekatanya dengan Israel
membuatnya dituduh sebagai agen Israel dan ulama yang menghancurkan Islam dari dalam.
Beliau sangat anti terhadap kekerasan apalagi kekerasan atas nama agama sehingga tak heran
banyak tokoh dan kelompok Islam radikal yang tidak suka padanya. Sikap Gus Dur yang
sering melawan arus mengundang tanda Tanya besar bagi setiap orang, apa sebenarnya yang
ada di benak Gus Dur?, apa sebenaranya misi tujuan GusDur.

Melalui makalah ini akan diketahui pandangan dan pemikiran Gus Dur, sehingga
semua pihak terhindar dari prasangka dan fitnah terhadap Beliau. Makalah ini adalah
kumpulan pemikiran Gus Dur yang dikumpulkan dari berbagai sumber untuk menguak
fenomena pemikiran Gus Dur yang kontroversial.

Harapannya makalah ini menjadi inspirasi bagi semua pihak untuk mengambil ide-ide
brilian Gus Dur yang dapat kita terima dan mengkaji lebih dalam pemikiran beliau yang tidak
dapat dicerna. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Amiin

Anda mungkin juga menyukai