JMIPA Vol. 15 No. 2 Juli 2012 PDF
JMIPA Vol. 15 No. 2 Juli 2012 PDF
Jurnal
Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
(Journal of Mathematics and Science)
DAFTAR ISI
Widati, A, A., Baktir, A., SYNTHESIS OF ZEOLITE A FROM BAGGASE AND ITS 78
Hamami, Setyawati, H., ANTIMICROBIAL ACTIVITY ON Candida albicans
Rahmawati, R.
Alamat Redaksi:
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Kampus C UNAIR, Jalan Mulyorejo Surabaya (60115)
Telp.(031) 5936501; 5912878; Fax: (031) 5936502; 5912878
Email: fsaintek@unair.ac.id
Alamat: Fakultas Sains dan Teknologi, Kampus C Unair, Jalan Mulyorejo, Surabaya (60115)
Telp. (031) 5936501, Fax: (031) 5936502
Email: fsaintek@unair.ac.id
http://www.jurnal.fst.unair.ac.id
Kesekretariatan/ Administrasi:
Yhosep GitaYhun Yhuwana, S.Si.
Dwi Hastuti, S.T.
Farid A. Z., S.Kom.
Joko Ismanto, S.Sos.
Daftar Isi
Irene Fitricia, Dwi Winarni, PENGARUH PEMBERIAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.) 52
dan I.B. Rai Pidada TERHADAP HISTOLOGI KELENJAR MAMMAE MENCIT
YANG DIINDUKSI 7,12-DIMETILBENZ(Α)ANTRASENA
(DMBA)
Tities Alhaq Ruaeny, Agoes KONSENTRASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb), TEMBAGA (Cu) 57
Soegianto, Sucipto Hariyanto DAN SENG (Zn) LIMA JENIS IKAN YANG DIKONSUMSI
YANG DIAMBIL DARI TEMPAT PELELANGAN IKAN
MUNCAR-BANYUWANGI
Abdulloh, Nanik Siti Aminah, KOMBINASI H2SO4 DAN CAO UNTUK SINTESIS BIODIESEL 61
Mochamad Zakki Fahmi DARI MINYAK JARAK PAGAR
Widati, A, A., Baktir, A., SYNTHESIS OF ZEOLITE A FROM BAGGASE AND ITS 78
Hamami, Setyawati, H., ANTIMICROBIAL ACTIVITY ON Candida albicans
Rahmawati, R.
Abstrak
Sistem potensial listrik dalam koordinat kartesian dapat dianalisa dengan menggunakan pendekatan polar.
Dalam penelitian ini hanya dipelajari pengaruh jari-jari lingkaran syarat batas pada pendekatan polar untuk sistem
potensial listrik kartesian dua dimensi dengan syarat batas potensial listrik 1 V, 2 V, 3 V, dan 4 V. Jari-jari lingkaran
syarat batas yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,1, 0,2, 0,3, 0,4 dan 0,5 m. Ada beberapa tahap yang
harus dilakukan, yaitu: melakukan perhitungan analitik dalam koordinat kartesian, menentukan syarat batas untuk
pendekatan polar, menghitung potensial listrik dengan pendekatan polar pada masing-masing jari-jari lingkaran
lingkaran syarat batas dan membandingkannya dengan hasil perhitungan koordinat kartesian. Hasil yang didapat
yaitu rata-rata selisih potensial listrik antara perhitungan dalam koordinat kartesian dan pendekatan perhitungan
dalam koordinat polar adalah sangat kecil yaitu sebesar -1,23358x10-17 Volt. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa variasi besar jari-jari lingkaran syarat batas tidak berpengaruh pada pendekatan perhitungan dalam
koordinat polar .
Kata Kunci : pendekatan polar, jari-jari lingkaran syarat batas, selisih potensial listrik
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 48
dimana k adalah konstanta separasi variabel. Masing- d 2Y
masing persamaan di atas merupakan persamaan + K 2Y = 0
differensial biasa yang memiliki penyelesaian analitis : dφ 2 (9)
X(x)=Cs sin (kx) + Cc cos (kx) Persamaan (9) Mempunyai solusi cos(K φ ) dan sin(K
Y(y)=Cs ’ sinh (ky) + Cc’ cosh (ky) (3)
φ ). Besaran dari K harus dibatasi dalam orde tertentu
dimana C dan C’ adalah konstanta yang bisa dicari
apabila syarat batas diberikan. Misalkan syarat untuk membuat solusi ini mempunyai nilai fungsi
batasnya adalah : tunggal dari φ . Atau dengan kata lain, solusi untuk
membuat pengertian fisikanya seharusnya sama setelah
diputar 2 π , yaitu :
cos K( φ + 2
π ) = cos (K φ )
π
sin K( φ + 2 ) = sin (K φ ) (10)
dimana menghendaki bahwa K = n, dan n adalah nol
atau suatu bilangan positif. Suatu sifat penting dari
solusi ini adalah kenyataan bahwa sin dan cos
orthogonal:
2π 2π
[ ( ) ( ) ]
∞
Persamaan Laplace dalam koordinat silinder Φ(ρ , θ ) = A0 ln ∑ An ρ n + ρ − n cos nθ + Bn ρ n + ρ − n sin nθ
yang hanya merupakan fungsi dari dua variable dalam n =1
∞
koordinat silinder, yaitu ρ dan φ adalah [4, 5] : Φ (ρ , θ ) = A0 + A0 ' ln p + ∑ [ An cos nθ + Bn sin nθ ]ρ n
1 ∂ ∂Φ 1 ∂ 2 Φ n =1
+ =0 ∞
ρ ∂ρ ∂ρ ρ 2 ∂φ 2 (7)
+ ∑ [ An ' cos nθ + Bn ' sin nθ ]ρ − n
n =1 (14)
Metode separasi variabel digunakan untuk
menyelesaikan potensial dalam koordinat silinder, yaitu dimana An , An ' , Bn , Bn ' untuk n ≥ 0, adalah
Φ merupakan hasil kali dari dua fungsi konstanta untuk nilai dari syarat batas. Penghitungan
Φ = R( ρ )Y (φ ) . Substitusi ke persamaan (7) akan koefisien An dan Bn dilakukan dengan menggunakan
menghasilkan : integrasi secara numerik [5, 6].
R d dR 1 d 2Y
ρ = −
ρ dρ dρ Y dφ 2 (8)
Kedua ruas dari persaman (8) akan disamakan dengan
K2, dimana K merupakan konstanta separasi variabel.
49 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
2π
2 n −1 syarat batas yaitu : r = 0,1 m, r = 0,2 m, r = 0,3 m, r =
An =
π ∫ V (θ ) cos nθdθ
0
0,4 m dan r = 0,5 m. Untuk masing-masing jari-jari
lingkaran syarat batas akan diperoleh fungsi potensial
n −1 2π syarat batas V ( r , θ ) yang akan digunakan untuk
2
Bn =
π ∫ V (θ ) sin nθdθ
0
menentukan nilai konstanta-konstanta A0, A1, A2, A3,
B1, B2 dan B3 menggunakan Pers. (15). Dengan
(15) menggunakan integrasi numerik metode trapezoida
ternyata di luar dugaan diperoleh nilai koefisien yang
sama untuk semua nilai jari-jari syarat batas, yaitu :
METODE
Langkah-langkah yang dilakukan dalam A0 = 2,5
penelitian ini digambarkan dalam diagram alir berikut : A1 = -0,8346
A2 = 1,0942
A3 = -0,9564
B1 = -0,8346
B2 = 0
B3 = 0,9564 (16)
Karena nilai-nilai koefisien ini sama maka fungsi
potensial listrik masing-masing pendekatan polar untuk
lima macam jari-jari lingkaran syarat batas r = 0,1 m,
0,2 m, 0,3 m, 0,4 m dan 0,5 m akan sama juga. Hal ini
berarti bahwa variasi jari-jari lingkaran syarat batas
pada interval 0.1 m sampai 0.5 m tidak akan
mempengaruhi hasil perhitungan pendekatan polar
untuk sistem geometri kartesian tersebut.
Dalam penelitian ini dilakukan penentuan
selisih hasil perhitungan potensial listrik antara
pendekatan polar (Ve) dan perhitungan langsung dalam
koordinat kartesian (Vcir) untuk 36 titik yang
semuanya berada di r = 0,25 m dengan interval sudut
antar titik sebesar 100. Hasil perhitungan selisih
potensial listrik (Vcir-Ve) pada masing-masing nilai
jari-jari lingkaran syarat batas ( r ) pada sudut 0°, 90°,
180° dan 270° diperlihatkan pada tabel berikut:
Gambar 2 : Diagram alir penelitian
Tabel I : Nilai Vcir-Ve pada berbagai r (dalam V)
Sudut Sudut Sudut Sudut
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini diteliti sistem dua 00 900 1800 2700
dimensi yaitu sebuah persegi yang panjang sisinya 1 m r=0,1 -0,154 -0,289 0,289 0,154
dengan syarat batas potensial listrik pada keempat sisi-
sisinya masing-masing : 1V, 2V, 3V dan 4V seperti r=0,2 -0,154 -0,289 0,289 0,154
diperlihatkan pada Gambar 3. r=0,3 -0,154 -0,289 0,289 0,154
r=0,4 -0,154 -0,289 0,289 0,154
r=0,5 -0,154 -0,289 0,289 0,154
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 50
KESIMPULAN PUSTAKA
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari [1] Kushidayati, I. A., M. A. Bustomi, ”Analisa
penelitian ini adalah: Potensial Listrik menggunakan Koordinat
1. Besar jari-jari lingkaran syarat batas tidak Polar untuk Sistem Geometri Kartesian”,
berpengaruh pada pendekatan polar perhitungan Skripsi S1 Jur. Fisika FMIPA ITS, Surabaya,
potensial listrik sistem geometri kartesian untuk 2009.
sistem dengan syarat batas potensial listrik 1 V, 2 [2] Bustomi, M. A., I. A. Kushidayati, ”Pendekatan
V, 3 V dan 4 V. Polar untuk Potensial Listrik Sistem
2. Pada berbagai variasi jari-jari lingkaran syarat Geometri Kartesian”, Prosiding Simposium
batas, selisih potensial antara pendekatan polar dan Fisika Nasional ke-23, Surabaya, 2010.
perhitungan langsung adalah sama yaitu pada sudut [3] Islamiyah, I., M. A. Bustomi, ”Pengaruh Jumlah
0° sebesar -0,154 V , pada sudut 90° sebesar -0,289 Suku Fourier pada Pendekatan Polar untuk
V, pada sudut 180° sebesar 0,289 V dan pada sudut Sistem Geometri Kartesian”, Skripsi S1 Jur.
270° sebesar 0,154 V. Fisika FMIPA ITS, Surabaya, 2010.
3. Untuk sistem eletrostatis dengan syarat batas [4] Lavery, J. E., “Shape-Preserving, Multiscale
potensial listrik 1 V, 2 V, 3 V dan 4 V diperoleh Interpolation by Univariate Curvature-based
rata-rata selisih potensial listrik antara pendekatan Cubic L1 Splines in Cartesian and Polar
polar dan perhitungan lansung dalam koordinat Coordinates”, Computer Aided Geometric
kartesian adalah sangat kecil, sehingga pendekatan Design 19: 257-273, 2002.
polar sangat baik digunakan untuk sistem geometri [5] Al-Khaled, K., “Numerical Solutions of The
kartesian. Laplace’s Equation”, Applied Mathematics
and Computation 170 : 1271-1283, 2005
[6] Andrews, M., “Alternative Separation of Laplace’s
Equation in Toroidal Coordinates and its
Application to Electrostatics ”, Journal of
Electrostatics 64: 664-672, 2006.
51 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
PENGARUH PEMBERIAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.) TERHADAP HISTOLOGI
KELENJAR MAMMAE MENCIT YANG DIINDUKSI
7,12-DIMETILBENZ(Α)ANTRASENA (DMBA)
irendotkom@yahoo.com
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of extract of tomato (Solanum lycopersicum L.) on the incidence of
mammary gland ductal histology changes in a carcinogenic substance-7,12-dimetilbenz(α)antrasena (DMBA- induced
mice and the optimal dose of tomato extract to reduce the effect of DMBA. For that, this study used 30 female mice
which were grouped into 6 treatment groups (K+, K-, P1, P2, P3, P4). K+ was control group which did not receive
treatment, K- was control group with DMBA without the extract of tomato, while the P1, P2, P3, and P4 treated with
DMBA and extracts tomatoes, respectively, with each dose was 100, 250, 400 and 500 mg/kgBW given fourth a week
for six week. The dose of DMBA was 0,56 mg/20gBW that was given in corn oil twice a week for 5 weeks. All
treatments administered orally.
At the end of treatment, mammary glands were collected, fixed, processed into histological section and
stained with hematoxylin eosin. The obtained data were diameter, lumen diameter, epithelium thickness and epithelia
cell layer types of the mammary gland ducts. They were analyzed by one-way ANOVA followed by Duncan test but
the data of lumen diameter duct by Brown Forsythe test followed by Games-Howell test (α = 0,05). The lycopene level
of tomato was measured by spectrophotometer method, whereas antioxidant activity of tomato was done by DPPH
scavenging method. The results showed that the extract of tomato at doses of 400 and 500 mg/kgBW could reduce
lumen diameter and increase ductal epithelium thickness. Optimum dose of tomato extract was 500 mg/kgBW.
Key words : tomato, Solanum lycopersicum L., DMBA, mammary gland ducts, breast cancer
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 52
METODE PENELITIAN Selanjutnya jaringan diproses menjadi irisan histologi
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini dengan metode parafin dan diwarnai dengan
antara lain adalah buah tomat (Solanum lycopersicum hematoksilin eosin (HE). Pengamatan dilakukan di
L.) segar yang diperoleh dari pasar tradisional bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x pada
Surabaya, DMBA (7,12-dimetilbenz(α)antrasena) seluruh lapangan pandang dan diamati seluruh
produksi Sigma Chem.Co., USA, minyak jagung duktus yang terlihat.
sebagai pelarut DMBA dan DPPH (2,2-difenil-1- Penentuan kadar likopen dengan metode
pikrilhidrazil). spektrofotometer UV-Vis dan pengujian aktivitas
Penelitian ini merupakan penelitian antioksidan dengan metode serapan radikal bebas
eksperimental, dengan metode Rancangan Acak DPPH berdasarkan Sharma (1996) dan Okawa (2001)
Lengkap (RAL). Tiga puluh ekor mencit strain dalam Andayani et al., (2008).
BALB/C diadaptasikan di laboraturium selama 2
minggu dan diberi pakan pellet dan minum secara ad HASIL DAN PEMBAHASAN
libitum. Kemudian dibagi menjadi 6 kelompok masing- Pengaruh pemberian tomat (Solanum
masing terdiri atas 5 ekor mencit dan diberi perlakuan lycopersicum L.) terhadap perubahan histologi kelenjar
sebagai berikut: mammae mencit betina yang diinduksi DMBA
K- : Kelompok normal (tanpa pemberian DMBA ditunjukkan pada Gambar 1.
dan ekstrak tomat, hanya minyak jagung) Nampak pada Gambar 1, pada kelompok
K+ : Kelompok yang diberi perlakuan DMBA kontrol positif terdapat 100% epitel kubus selapis pada
(tanpa pemberian ekstrak tomat) duktus, sedangkan pada kontrol negatif hanya terlihat
P1 : Kelompok yang diberi perlakuan DMBA dan epitel berlapis teratur dan berlapis tidak teratur
ekstrak tomat dosis 100 mg/kgBB sebanyak 44,4% dan 55,6% dari 151 duktus yang
P2 : Kelompok yang diberi perlakuan DMBA dan diamati. Berdasarkan hasil uji Duncan pada tebal epitel
ekstrak tomat dosis 250 mg/kgBB duktus kelenjar mammae menunjukkan adanya
P3 : Kelompok yang diberi perlakuan DMBA dan perbedaan yang signifikan antara kelompok K+ dengan
ekstrak tomat dosis 400 mg/kgBB seluruh kelompok yaitu K-, P1, P2, P3 dan P4.
P4 : Kelompok yang diberi perlakuan DMBA dan Sedangkan kelompok kontrol negatif tidak beda
ekstrak tomat dosis 500 mg/kgBB signifikan dengan kelompok P1 dan P2 tetapi ada beda
Dosis DMBA yang dilarutkan dalam minyak yang signifikan dengan P3 dan P4. Hasil analisis data
jagung adalah 0,56 mg/20gBB yang diberikan dua kali tebal epitel duktus dengan uji Brown Forsythe
dalam satu minggu selama lima minggu, sedangkan dilanjutkan dengan Games-Howell menunjukkan
ekstrak tomat dalam akuades sebanyak diberikan empat Lu E Lu
kelompok kontrol negatif (K-) tidak ada beda yang
kali dalam satu minggu selama enam minggu. Volume signifikan dengan kelompok P1 dan P2, tetapi
tiap pemberian adalah 0,5 ml. Berat badan mencit menunjukkan beda yang nyata terhadap P3 dan P4.
diukur setiap minggu. Perbedaan ukuran diameter lumen duktus kelenjar
Jika ekstrak tomat dan DMBA harus diberikan mammae yang menunjukkan beda signifikan terhadap
dalam 1 hari yang sama, ekstrak tomat diberikan 2 jam kelompok kontrol positif (K+) adalah kelompok P2, P3
sebelum induksi DMBA. Seluruh perlakuan dilakukan dan P4, tetapi tidak menunjukkan beda yang nyata
per oral. Pada akhir perlakuan, mencit dikorbankan, dengan kelompok P1.
kelenjar mammae sebelah kanan inguinal diambil dan
dimasukkan dalam fiksatif buffer formalin 10%.
53 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
Gambar 1. Diagram batang rerata jenis sel epitel (A), tebal epitel duktus (B), diameter lumen duktus (C), dan diameter
duktus (D) kelenjar mammae pada berbagai perlakuan. Huruf yang sama di atas diagram menunjukkan beda tidak
bermakna berdasar uji Duncan atau Games-Howell pada α=0,05.
Hasil analisis data diameter duktus kelenjar mammae, kelompok kontrol positif (K+) tidak menunjukkan beda
yang nyata dengan semua kelompok yaitu K-, P1, P2, P3 dan P4. Sedangkan kelompok kontrol negatif berbeda
signifikan dengan kelompok P1, P3 dan P4 tetapi tidak mengalami beda signifikan dengan kelompok P2.
Lu
Lu Lu
E Le E
Le E
Le
Lu Lu
E
E
Le Lu
Le
E Le
P2 P3 P4
Gambar 2. Gambaran histologi kelenjar mammae (Perbesaran 600x) bagian sel epitel duktus (E), bagian lumen
duktus (Lu) dan kelenjar lemak (Le) pada berbagai perlakuan, kontrol positif (K+) tanpa perlakuan, kontrol negatif (K-
) diberikan DMBA, perlakuan dengan ekstrak tomat dengan dosis 100 mg/kgBB (P1), 250 mg/kgBB (P2), 400
mg/kgBB (P3) dan 500 mg/kgBB (P4). Garis skala = 20 µm
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 54
Pengukuran terhadap berat badan hewan uji dengan metode serapan radikal bebas DPPH diperoleh
yang dilakukan setiap minggu selama masa penelitian hasil IC50 pada konsentrasi ekstrak tomat 60,25 μg/ml.
memperlihatkan penurunan rata-rata berat badan pada Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak tomat mempunyai
seluruh kelompok yang diberi perlakuan. Berdasarkan aktivitas antioksidan yang kuat karena mempunyai IC50
hasil pengukuran kadar likopen dengan metode kurang dari 200 μg/ml berdasarkan Blouis (1958)
spektrofotometer diperoleh nilai 58 mg/100g ekstrak dalam Andayani et al., (2008).
tomat, sedangkan pengujian aktivitas antioksidan
24
Rerata berat badan (gr)
23
22 k+
21 K-
20
19 P1
18
P2
17
16 P3
15
P4
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu ke-
Gambar 3. Grafik rerata berat badan mencit selama masa penelitian
Dhirhe et al. (2010) menunjukkan bahwa metabolit yang aktif yaitu DNA adduct. Produksi
pemberian tomat (Solanum lycopersicum L.) 250 reactive oxygen species (ROS) terjadi selama aktivasi
mg/kgBB pada mencit betina dapat mengurangi metabolik DMBA (Pugalendhi dan Manoharan, 2010).
terjadinya perkembangan sel tumor pada kulit sebesar Metabolit DMBA inilah yang akan menyebabkan DNA
84% selama inisiasi DMBA. Pada penelitian ini adduct (kompleks yang dibentuk oleh bagian DNA
digunakan dosis ekstrak tomat 100, 250, 400 dan 500 tertentu berikatan secara kovalen dengan senyawa
mg/kgBB dengan indikator perubahan histologi jenis mutagen) dengan basa guanine dalam DNA sehingga
lapisan dan tebal epitel duktus serta diameter duktus menyebabkan kerusakan oksidatif pada struktur dan
dan diameter lumen duktus. Dengan pemberian ekstrak fungsi DNA, protein dan lipid. Metabolit DMBA yang
tomat berbagai dosis, menunjukkan adanya perubahan reaktif ini dapat berinteraksi dengan pusat-pusat di
histologi yang mengarah pada perbaikan pada jenis DNA yang kaya elektron untuk menimbulkan mutasi.
lapisan epitel. Hal ini ditunjukkan dengan Interaksi antara DMBA dengan DNA semacam ini
bertambahnya jumlah sel epitel bentuk selapis dan dalam suatu sel merupakan tahap awal terjadinya
mulai berkurangnya bentuk sel epitel berlapis yang karsinogenesis kimiawi.
teramati pada kelompok P2, P3 dan P4. Hal ini Tomat (Solanum lycopersicum L.) memiliki
berpengaruh pada data rerata tebal sel epitel, dapat salah satu senyawa antioksidan yang paling potensial
dilihat pada kelompok kontrol negatif menunjukkan yaitu likopen yang termasuk golongan karotenoid
ada beda yang nyata terhadap kelompok kontrol positif. (Winarti, 2010). Likopen berperan sebagai blocking
Hal ini menunjukkan sudah ada perubahan pada tebal agent, likopen mengeliminasi zat karsinogenesis dari
epitel duktus kearah perbaikan dengan berkurangnya luar (virus, polusi, radiasi, zat kimia) dengan
tebal epitel akibat menurunnya aktivitas proliferasi sel, mekanisme antioksidan sehingga stress oksidatif yang
walaupun belum mendekati atau melebihi kelompok terjadi tidak membuat kerusakan seluler atau genetik
kontrol positif. Berkurangnya rerata ketebalan epitel pada DNA. Likopen dengan sifatnya yang sangat lipofil
duktus kelenjar mammae dapat berpengaruh terhadap dapat mencegah radikal bebas perusak sel salah satunya
rerata diameter lumen duktus, semakin menurun rerata adalah ROS (reactive oxygen species) (Agarwal dan
tebal epitel maka diameter lumen duktus akan semakin Rao, 2000).
melebar. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan sel Menurut (Mein et al., 2008), likopen yang
dengan meningkatnya rerata diameter lumen duktus terkandung dalam buah tomat dapat menghambat
walaupun belum mendekati atau melebihi kelompok radikal bebas akibat proses karsinogenesis DMBA
kontrol positif. Dari data hasil pengamatan, untuk dengan cara menghambat aktivasi metabolisme
diameter duktus belum ada pengaruhnya dari tebal senyawa DMBA menjadi proximate carcinogen dan
epitel dan diameter lumen duktus, hal ini dikarenakan menghambat interaksi senyawa ultimate carsinogen
penebalan sel-sel epitel baru mengarah pada lumen dari DMBA dengan target makromolekul (DNA).
duktus. Hal ini ditunjukkan pada data rerata diameter Enzim sitokrom P-450 terutama CYP1A1
lumen, tidak ada beda yang nyata pada kontrol positif memetabolisme DMBA menjadi metabolit epoksida
terhadap kelompok yang diberi perlakuan yaitu (ultimate carcinogen) reaktif yang dapat berinteraksi
kelompok kontrol negatif, P1, P2, P3 dan P4. dengan DNA (DNA adduct) dan menyebabkan
Sel epitel kelenjar mammae merupakan kerusakan DNA sebagai proses awal karsinogenesis.
tempat DMBA mengalami aktivasi menghasilkan Ketika aktivitas enzim sitokrom P-450 dihambat, maka
55 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
pembentukan senyawa ultimate carcinogen akan And Introduction Of Free Radicals As The
menurun dan kemampuan untuk memacu terjadinya Link, Journal of Autoimmune Diseases, 6: 4
karsinogenesis (inisiasi) menjadi berkurang (Melendez Naziya, 2006, Pengaruh Pemberian Ekstrak Tapak
et al., 1999). Dari data penelitian ini memperlihatkan
Dara (Catharanthus roseus) dan Temulawak
bahwa pemberian tomat dengan dosis 500 mg/kgBB
dan memiliki kadar likopen 58 mg/100g ekstrak tomat (Curcuma xanthorhiza) Terhadap Gambaran
serta aktivitas antioksidan yang cukup tinggi yaitu pada Histopatologi Kelenjar Payudara Mencit C3H
konsentrasi 60,25 μg/ml, dapat mengurangi perubahan yang Diinokulasi Adenocarcinoma Mammae,
pada histologi duktus kelenjar mammae dari pengaruh Artikel, Fakultas Kedokteran Universitas
DMBA. Diponegoro Semarang
Nogueira, P., J. Lourenço, E. Rodriguez, M. Pacheco,
KESIMPULAN DAN SARAN
C. Santos, J.M. Rotchell, and S. Mendo,
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
diambil kesimpulan bahwa pemberian ekstrak tomat 2009, Transcript Profiling and DNA Damage
(Solanum lycopersicum L.) berpengaruh terhadap in The European Eel (Anguilla anguilla L.)
perubahan histologi duktus kelenjar mammae mencit Exposed To 7,12-Dimethylbenz[α]anthracene,
betina yang diinduksi dimetilbenz(α)antrasena Aquatic Toxicology, 94: 123-130
(DMBA). Dosis ekstrak tomat yang optimal untuk Peeters, P.H., L. Keinan-Boker, Y.T.van der Schouw,
mengurangi pengaruh DMBA terhadap perubahan and D.E. Grobbee, 2003, Phytoestrogens and
histologi duktus kelenjar mammae adalah 500
Breast Cancer Risk, Review of The
mg/kgBB. Disarankan untuk melakukan penelitian
klinis terhadap manusia mengenai pemanfaatan tomat Epidemiological Evidence, 77: 175-83
sebagai antikarsinogen dan antikanker serta penelitian Pugalendhi, P. and S. Manoharan, 2010,
lanjut mengenai kandungan lain dari buah tomat yang Chemopreventive Potential of Genistein and
bersifat sebagai antioksidan. Daidzein in Combination during 7,12-
Dimethylbenz(a)anthracene (DMBA) Induced
DAFTAR PUSTAKA Mammary Carcinogenesis in Spray-Dawley
Agarwal, S., and A.V., Rao 2000, Tomato Lycopene Rats, Pakistan Journal of Biological Sciences,
and Its Role in Human Health and Chronic 13 (6): 279-286
Diseases, Canadian Medical Association Schnitt, S.J., 2003, The Diagnosis and Management of
Journal, 163(6): 739-44. Pre-invasive Breast Disease: Flat Epithelial
Andayani, R., Yovita, L., dan Maimunah, 2008, Atypia-Classification, Pathologic Features
Penentuan Aktivitas Antioksidan, Kadar and Clinical Significance, Breast Cancer Res.,
Fenolat Total dan Likopen Pada Buah Tomat 5(5): 263–268
(Solanum lycopersicum L), Jurnal Sains dan Schmid, W., 1975, The Micronucleus Test, Mutation
Teknologi Farmasi, 13: 1-9 Res, 31: 9-15
Dhirhe, T., S.K. Agrawal, Basant, M., Sangeeta, S., and Winarti, S., 2010, Makanan Fungsional, Cetakan
R.C. Agrawal, 2010, Evaluation of Anticancer Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Activity of Lycopersicon esculentum Extract
on Swiss Albino Mice, Journal of Herbal
Medicine and Toxicology, 4 (1) 59-64
Kumar, V., S.Ramzi, Cotran, L.Stanley, dan Robbins.
2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Edisi 7,
Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
Mein, J.R., Fuzhi, L., and Xiang-Dong, W., 2008,
Biological Activity of Lycopene Metabolites:
Implications for Cancer Prevention, Lead
Article Nutrition Reviews, 66 (12): 667–683
Melendez, C.V., L. Andreas, S. Albrecht, and M.B.
William, 1999, Cancer Initiation by
Polycyclic Aromatic Hydrocarbon Results
from Formation of Stable DNA Adducts rather
than Apurinic Sites, Carcinogenesis, 20 (10)
1885-1891
Namazi, M.R., 2009, Cytochrome P-450 Enzymes And
Autoimmunity: Expansion Of The Relationship
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 56
KONSENTRASI LOGAM BERAT TIMBAL (PB), TEMBAGA (CU) DAN SENG (ZN) LIMA
JENIS IKAN YANG DIKONSUMSI YANG DIAMBIL DARI TEMPAT PELELANGAN IKAN
MUNCAR-BANYUWANGI
Email : tities.alhaq@yahoo.com
ABSTRACT
The objectives of this research were to find out the correlation between the concentration of lead (Pb),
copper (Cu), and zink (Zn) and the body weight of Sardinella lemuru, Selarodies leptolapis, Euthynnus affinis,
Valamugil speileri, Drepane puncatata, and the safe limit of consumption for human weekly and daily. Those fishes
were collected from fishing port of Muncar-Banyuwangi on Januari until Maret 2012. Heavy metals concentration in
those fishes were analyzed by Atomic Absorption Spectrometry. The concentration of Pb couldn’t be detected,
whereas the concentration of Cu and Zn in S. lemuru (0,140-22,014 mg/kg and 8,669-20,816 mg/kg), S. leptolapis
(0,543-1,952 mg/kg and 7,840-18,796 mg/kg), E. affinis (0,227-4,758 mg/kg and 0,605-12,164 mg/kg), V. speileri
(0,205-1,339 mg/kg and 7,955-14,164 mg/kg), and D. punctata (0,145-22,013 mg/kg and 1,505-5,838mg/kg). The
concentration of Cu in S. lemuru and D. punctata were above to the safe limit of consumption, while Pb and Zn below
the safe limit of consumption. It was recommended that daily fish consumption should be based on continual
measurement of the heavy metals concentration in each fish at least once a year.
Keywords : concentration of heavy metal, lead, copper, zink, fish, the safe limit of consumption, fishing port of
Muncar Banyuwangi
57 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
Tabel 2. Batas maksimum konsentrasi logam berat yang diperbolehkan dalam otot biota laut (mg/kg berat kering) dari
berbagai negara dan organisasi.
European
No. Jenis logam berat UK Australia Hongkong Regulation Indonesia*) IRPTC
466/2001/EC
1 Kadmium - 0.2 2 0.1 - -
2 Timbal - 1.5 6 0.4 2 -
3 Chromium - - 1 - - -
4 Tembaga 20 - - - 20 -
5 Seng 50 - - - 100 -
6 Arsenik - - - - 1 -
7 Nikel - - - - - 0.5
Note : *) Degree of Genera Director of Food and Drug supervision No. 03725/B/SK/VII/89 concerning maximum
limit of metals in food (Soegianto, 2008)
Logam berat yang terakumulasi dalam tubuh yang terakumulasi logam berat. Pada tabel 3.
ikan diukur untuk mengetahui konsentrasi logam yang menunjukkan aturan untuk mengkonsumsi ikan yang
ada di dalam tubuh, sehingga dapat menentukan batas terakumulasi logam berat dan data-data tersebut
aman untuk mengkonsumsi ikan dan batas aman untuk dikonversikan untuk mendapatkan angka yang
konsumsi manusia. Organisasi internasional WHO merupakan aturan konsumsi ikan yang aman setiap
telah merumuskan aturan untuk mengkonsumsi ikan minggu pada manusia.
Tabel 3. Batas Aman konsentrasi logam yang dapat diterima secara internasional (NSW Health, 2001)
Jenis logam Standar menurut Standar Referensi
Kadmium JECFA PTWI 7 µg per kg berat badan per minggu WHO 1989
Tembaga JECFA PTWI 3500 µg per kg berat badan per minggu WHO 1982
Timbal JECFA PTWI 25 µg per kg berat badan per minggu ANZFA 1998
Seng JECFA PTWI 7000 µg per kg berat badan per minggu WHO 1982
PTWI = Provisional Tolerable Weekly Intake
(Konsumsi yang diperbolehkan setiap minggunya)
Uji korelasi Pearson digunakan untuk
METODE PENELITIAN mengetahui hubungan antara berat ikan dengan
Penelitian dilakukan selama 3 bulan, mulai konsentrasi logam berat Pb, Cu, dan Zn. Sedangkan
bulan Januari 2012 – Maret 2012. Waktu sampling untuk mengetahui batas aman konsumsi ikan yang
dilaksanakan pada bulan Januari 2012. Sampling mengandung logam Pb, Cu, dan Zn dihitung
dilakukan di tempat pelelangan ikan Muncar- menggunakan persamaan berdasarkan hasil analisis
Banyuwangi. Ikan yang telah diperoleh dicuci bersih konsentrasi logam yang diperoleh.
kemudian disimpan di plastik dan dimasukkan ke
dalam ice box supaya tetap segar saat dianalisis di HASIL DAN PEMBAHASAN
laboratorium. Setelah sampai di laboratorium, ikan Hasil pengukuran berat ikan lemuru
tersebut diambil dagingnya dan diukur berat dagingnya. (Sardinella lemuru), ikan tongkol (Euthynnus affinis),
Kemudian ikan didestruksi basah dengan menggunakan ikan selar (Selaroides leptolapis), ikan ketang-ketang
HNO3 65% dan aquades. Dan juga menggunakan (Drepane punctata), dan ikan belanak (Valamugil
larutan standar Pb, Cu, dan Zn buatan Merck untuk speileri) dengan konsentrasi logam berat menggunakan
analisis menggunakan AAS. AAS dapat dilihat di Tabel 4.
Tabel 4. Konsentrasi logam berat kelima jenis ikan yang di peroleh di TPI Muncar – Banyuwangi.
∑ Kisaran Konsentrasi Pb Konsentrasi Cu Konsentrasi Zn
Jenis Ikan
sampel Berat (g) (mg/kg) (mg/kg) (mg/kg)
S. lemuru 15 23,19 – 7,09 < 0,376 0,140 – 22,014 8,669 – 20,816
S. leptolapis 15 58,92 –18,66 < 0,376 0,543 – 1,952 7,840 – 18,796
E. affinis 15 172,93 – 9,95 < 0,376 0,227 – 4,758 0,605 – 12,164
V. speileri 15 85,84 –18,30 < 0,376 0,205 – 1,339 7,955 – 14,164
D. punctata 15 162,86 –19,42 < 0,376 0,145 – 22,013 1,505 – 5,838
yang lebih tinggi daripada Cu, sedangkan
Dari data yang tercantum dalam Tabel 4 di untuk logam berat Pb tidak dapat terdeteksi. Akan
atas dapat diketahui bahwa kelima jenis ikan yang tetapi, berbeda pada ikan lemuru dan ketang-ketang
diperoleh di Tempat Pelelangan Ikan Muncar – yang memiliki konsentrasi logam Cu lebih tinggi
Banyuwangi mengandung konsentrasi logam berat Zn daripada Zn. Korelasi antara konsentrasi logam berat
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 58
dalam tubuh ikan dengan berat ikan dapat diketahui di destruksi terdapat endapan lemak yang sangat
dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi banyak. Ikan yang diteliti yang sedang bertelur adalah
Pearson (Tabel 5). sebagian dari ikan lemuru, ikan selar, ikan tongkol,
ikan belanak, dan ikan ketang-ketang.
Tabel 5. Korelasi antara berat tubuh kelima jenis ikan Batas aman kelayakan konsumsi ikan lemuru,
dengan konsentrasi logam Cu dan Zn yang diperoleh di ikan selar, ikan tongkol, ikan belanak, dan ikan ketang-
TPI Muncar – Banyuwangi. ketang bagi kesehatan manusia. Perhitungan tersebut
Cu Zn menggunakan standar berat badan orang Indonesia
Jenis Ikan Koefisien Sig Koefisien Sig berusia dewasa yaitu 60 kg. Konsentrasi logam berat
korelasi korelasi yang digunakan dalam perhitungan adalah konsentrasi
S. lemuru - 0,231 0,407 0,665 0,007 logam yang tertinggi pada semua sampel ikan yang
S. 0,272 0,327 0,386 0,155 diteliti. Batas aman konsumsi ikan lemuru, ikan selar,
leptolapis ikan tongkol, ikan belanak, dan kan ketang-ketang
E. affinis - 0,044 0,876 0,159 0,570 (daging ikan dalam keadaan berat basah) sebesar 9,54
V. speileri - 0,254 0,361 - 0,040 0,887 kg, 22,35 kg, 34,53 kg, 29,65 kg, 9,53 kg dan per
D. punctata - 0,350 0,201 - 0,040 0,538 harinya per harinya 1,36 kg, 3,19 kg, 4,93 kg, 4,24 kg,
dan 1,36 kg.
Berat tubuh yang dimiliki jenis ikan biasanya
berhubungan dengan umur ikan. Makin berat tubuh KESIMPULAN DAN SARAN
ikan, maka makin tua usia Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
ikan. Pada penelitian analisis konsentrasi logam berat 1. Konsentrasi logam tertinggi adalah Zn dan Cu,
pada ikan lemuru, ikan selar, ikan tongkol, ikan sedangkan Pb berada di bawah batas deteksi.
belanak, dan ikan ketang-ketang yang menggunakan 15 Konsentrasi Zn tertingggi terdapat ikan lemuru
ekor ikan sebagai sampel dengan berat tubuh yang yaitu sebesar 20,816 mg/kg dan terendah terdapat
bervariasi, meskipun nilai korelasi antara berat tubuh pada ikan tongkol sebesar 0,605 mg/kg.
dan akumulasi logam berat Cu dalam tubuh ikan Sedangkan konsentrasi Cu tertinggi dan terendah
tersebut negatif, namun tidak menunjukkan adanya terdapat pada ikan lemuru yaitu sebesar 22,014
korelasi signifikan. Korelasi signifikan hanya mg/kg dan 0,140 mg/kg. Konsentrasi Cu pada
ditunjukkan oleh konsentrasi Zn dengan berat tubuh ikan lemuru di atas batas aman.
pada ikan lemuru dengan koefisien korelasi positif, 2. Hanya kandungan Zn dalam ikan lemuru yang
yang berarti semakin tinggi berat tubuh, kandungan menunjukkan korelasi positif antara berat tubuh
konsentrasi logam per satuan berat menjadi lebih besar. ikan dengan konsentrasi logam Cu, sedangkan
Akumulasi senyawa-senyawa pada jaringan jenis logam lain pada jenis ikan lain, tidak
ikan tergantung pada faktor indigenus, yaitu faktor berkorelasi.
fisiologi, kandungan lemak, dan adaptasi (Driscoll et 3. Batas aman konsumsi ikan lemuru, ikan selar,
al., 1995 dalam Chudaifah, 2010). Ikan lemuru dewasa ikan tongkol, ikan belanak, dan kan ketang-ketang
berada di perairan yang dalamnya tidak kurang dari 100 (daging ikan dalam keadaan berat basah) sebesar
m dan juvenilnya berada di perairan dangkal dekat 9,54 kg, 22,35 kg, 34,53 kg, 29,65 kg, 9,53 kg dan
dengan pantai. Makanan ikan lemuru berupa plankton. per harinya 1,36 kg, 3,19 kg, 4,93 kg, 4,24 kg, dan
ikan selar baik dewasa maupun muda habitatnya berada 1,36 kg
di perairan pantai, makanannya udang dan ikan kecil. Dari hasil penelitian yang diperoleh,
Ikan tongkol merupakan ikan pelagis besar yang disarankan untuk : (1) Mensosialisasikan kepada
habitatnya saat dewasa di laut sedangkan saat memijah masyarakat bahwa ikan selar, ikan tongkol, ikan
berada di perairan dekat pantai atau muara. Makanan belanak, masih aman untuk di konsumsi. Sedangkan
ikan tongkol berupa ikan dan udang kecil. Ikan belanak untuk ikan lemuru dan ketang-ketang sebaiknya
dan ikan ketang-ketang habitatnya di daerah muara memperhatikan batas aman konsumsi, (2)
tetapi saat memijah akan berada di pantai. Makanannya memonitoring konsentrasi logam berat pada ikan-ikan
berupa alga, ikan kecil, dan invertebrata yang berada di yang dikonsumsi secara berkesinambungan, jika
dasar. memungkinkan sebaiknya dilakukan tiap tahun.
Kebiasaan makan dapat juga berhubungan
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan DAFTAR PUSTAKA
(Chudaifah, 2010). Pada ikan yang diteliti, ikan Chudaifah, Lilik, 2010, Konsentrasi Pb, Cd, dan Hg
mengalami perkembangan dan pertumbuhan pada Pada Ikan Pepetek (Leiognathus equulus) Yang
tingkat tertentu. Sehingga pada tahap ukuran tertentu di Tangkap di Pantai Jawa Timur Serta Batas
dapat diprediksi mengalami tahap tertentu pertumbuhan Aman Konsumsi, Tesis, Program Studi Magister
dan perkembangan. Pada saat muda ikan membutuhkan (S2) Biologi, Departemen Biologi. Fakultas
banyak makan untuk pertumbuhan dan perkembangan, Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,
oleh karena itu ikan tersebut aktif mencari makan. Surabaya.
Ketika ikan mengalami pematangan gonad dan bertelur Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan Pencemaran:
bisa memungkinkan aktif untuk mencari makan. Pada Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa
hasil penelitian ini ikan yang memiliki konsentrasi Logam, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
logam tinggi adalah ikan yang sedang bertelur dan saat
59 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
Findik, O. dan Cicek, E., 2011. Metal in Two
Bioindicator Fish Species Merlangius
merlangus and Mullus barbatus Captured from
the West Black Sea (Bartin) of Turkey. Bulletin
Environment Toxicol, 83 : 399-403.
Jezierska, Barbara dan Malgorzata Witeska, 2006, The
Uptake and Accumulation in Fish Living in
Polluted Waters. Soil and Water Pollution
Monitoring, Protection and Remediation, 3-23.
MENLH, 2004, Surat Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. KEP- 51/MENLH/2004
tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut,
Lampiran III.
Soegianto, A., 2008, Bioaccumulation of Heavy Metals
in Some Commercial Animal Caught from
Selected Coastal Water of East Java, Indonesia,
Research Journal of Agriculture and Biological
Sciences, 4(6): 881 - 885.
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 60
KOMBINASI H2SO4 DAN CAO
UNTUK SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK JARAK PAGAR
ABSTRACT
In This research is done the synthesis of biodiesel from Jatropha curcas oil of PTPN XII Jember which had
content 9.4% free fatty acid (FFA) and 0.14% water used the combination of lime (CaO) and H2SO4 catalyst. Usage of
CaO as a catalyst in the synthesis of biodiesel requires content (FFA) in oil is less than 0.1% to avoid the formation of
Ca-soap. An effort to avoid the formation of Ca-soap made with two methods. In the method I the first done
esterification reaction of FFA using H2SO4 catalyst to reduce content of FFA followed by a transesterification
reaction of triglycerides (TG) using a CaO catalyst whereas method II carried out transesterification reaction TG
using CaO catalyst followed by addition of H2SO4 to neutralize Ca-soap and esterification reactions of FFA. The
results showed that the method I FFA levels was reduced to 0.09% or smaller than 0.1, not formed Ca-soap and
biodiesel conversion obtained at 55.48%. As for the method II is formed Ca-soap, so that II is not an effective method
used to synthesize biodiesel from the CJO had content FFA greater than 0.1%.
Keywords: biodiesel, CaO, H2SO4, Jatropha curcas oil (CJO), content of FFA
61 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
tetapi CaO juga dapat menghasilkan sabun dan atom Ca berdasarkan jumlah bilangan asam dari beberapa reaksi
dapat terkikis dari permukaan katalis bila kadar FFA esterifikasi dengan waktu 1½, 2, 2½, dan 3 jam.
lebih dari 0,1% (0,2 mg KOH). Jumlah CaO yang Kemudian dilakukan reaksi transesterifikasi
terkisis semakin banyak bila kadar FFA dalam minyak menggunakan CaO pada suhu 60 oC dengan waktu 1, 2,
makin besar (Kouzu et.al, 2008). Berdasarkan latar dan 3 jam. Metode kedua, reaksi transesterifikasi CJO
belakang tersebut, maka pada penelitian ini digunakan dan metanol menggunakan katalis CaO dilakukan
katalis CaO dan H2SO4 untuk sintesis biodiesel dari terlebih dahulu pada suhu 60 oC sampai reaksi
CJO melalui dua tahap. Pemakaian H2SO4 berlangsung sempurna (± 2 jam). Selanjutnya
dimaksudkan untuk menghindari terbentuknya sabun. ditambahkan H2SO4 sebanyak 2% terhadap berat
minyak kemudian reaksi dijalankan selama (± 2 jam).
METODE PENELITIAN Selanjutnya dilakukan proses pemurnian
Alat dan Bahan biodiesel, yaitu dengan menambahkan 2 tetes asam
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini oksalat 0,1 N dan centrifuge mengendapkan CaO.
adalah: pendingin refluks, thermometer, labu reaksi, Kemudian menambahkan 5 mL n-heksana dan air
pengaduk magnet, pemanas, sentrifuge, GC-MS dan memisahkan gliserol. Konversi biodiesel dihitung
beberapa alat gelas yang lazim digunakan. Adapun sesuai dengan persamaan 3 berdasarkan analisis GC-
bahan yang digunakan adalah H2SO4, CaO, n-heksana, MS:
metanol, etanol, indikator phenolphthalein, KOH,
NaOH, asam oksalat, metil heptadekanoat dan minyak ΣA − As CsVs
jarak pagar kasar (CJO) dari PTPN XII Jember. =
Biodiesel (%) × × 100% (3)
Sebelum sintesis biodiesel dilakukan As m
karakterisasi terhadap CJO, meliputi bilangan asam, Dengan:
kadar air, berat molekul dan asam lemak penyusun ΣA : total area puncak metil ester (C14:0 – C24:1)
CJO. Bilangan asam ditentukan dengan melarutkan 1 As : area puncak larutan standart internal (metil
gram CJO kedalam campuran 5 mL etanol, 5 mL dietil heptadekanoat)
eter 2 tetes indikitor phenolphthalein, kemudian Cs : konsentrasi larutan STD (10 mg/mL)
dititrasi dengan 0,1 N KOH. Bilangan asam dihitung Vs : volume larutan STD (5 mL)
berdasarkan persamaan 1: m : jumlah sampel (250 mg).
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 62
Rata-rata 16.8061
* Dihitung berdasarkan persamaan 1
63 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
diharapkan perolehan kembali CaO dalam bentuk
endapan CaSO4 (Gambar 6).
O O
R C OH + CaO(s) R C O 2
Ca + H2O
FFA Ca-sabun
O O
R C O Ca + H2SO4 R C OH + CaSO4(s)
2
FFA
Ca-sabun
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 64
terjadinya reaksi saponifikasi pada pemakaian Hamdi A., 2005, Mengarusutamakan Energi Baru &
CaO Terbarukan,
3. Jumlah konversi biodiesel dari CJO PTPN XII http://www.jarakpagar.com/pdf/ArusUtama.pdf,
yang dihasilkan menggunakan katalis CaO selama diakses 21 April 2008
reaksi 3 jam adalah 55,48 % Kawashima, A., Matsubara, K., and Honda, K., 2009,
4. Kombinasi H2SO4 dan CaO dengan metode II Acceleration of catalytic activity of calcium oxide
tidak dapat dimanfaatkan untuk sintesis biodiesel for biodiesel production, Bioresour. Technol., 100,
dari CJO PTPN XII Jember yang memiliki kadar 696 – 700.
FFA 9,4 % dan kadar air sebesar 0,14%. Kouzu. M., Kasuno, T., Tajika, M., Sugimoto, Y.,
Yamanaka, S. and Hidaka, J., 2008, Calcium oxide
Saran as a solid base catalyst for transesterification of
Perlu dilakukan proses aktivasi dan pengaliran soybean oil and its application to biodiesel
gas N2 sebelum katalis CaO sebelum reaksi production, Fuel, 87, 2798 – 2806.
transesterifikasi, untuk menghilangkan H2O dan CO2 Liu, X., He, H., Wang, Y., Zhu, S. and Piao, X., 2008,
yang teradsorpsi pada permukaan CaO yang dapat Transesterification of soybean oil to biodiesel
mengganggu proses adsorbsi reaktan pada permukaan using CaO as a solid base catalyst, Fuel, 87, 216 –
katalis CaO. 221.
Lu, H., Liu Y., Zhou H., Yang Y., Chen, M. and Liang,
DAFTAR PUSTAKA B., 2009, Production of biodiesel from Jatropha
Anonim, 2009, Harga BBM Dalam Negeri, curcas L. oil, Comput. Chem. Eng., 33, 1091 –
http://www.esdm.go.id/publikasi/harga- 1096.
energi/harga-bbm-dalam-negeri.html, diakses 31 Saifuddin, N., Raziah, A.Z. and Farah, H.N., 2009,
Maret 2009 Production of biodiesel from high acid value waste
Berchmans, H.J. and Hirata S., 2008, Biodiesel cooking oil using an optimized lipase
production from crude Jatropha curcas L. seed oil enzyme/acid-catalyzed hybrid process, E-journal
with a high content of free fatty acids, Bioresour. of Chemistry, 6(S1), S485 – S495.
Technol., 99, 1716 – 1721. Schuchardt, U., Sercheli, R. and Vargas, R.M., 1998,
Berrios, M., Siles, J., Martín M.A. and Martín A., 2007, Transesterification of vegetable oils: A review, J.
A kinetic study of the esterification of free fatty Braz. Chem. Soc., 9, 1, 199 – 210.
acids (FFA) in sunflower oil, Fuel, 86, 2383 – Tiwari, A.K., Kumar, A. and Raheman, H., 2007,
2388. Biodiesel production from jatropha oil (Jatropha
Davis, M.E. and Davis, R.J., 2003, Fundamentals of Curcas) with high free fatty acid: An optimized
Chemical Reaction Engineering, McGraw-Hill process, Biomass Bioenerg., 31, 569 – 575.
Companies, Boston. Viswanathan, B. and Ramaswamy, A.V., 2008,
Selection of solid heterogeneous catalysts for
trans-esterification reaction, Chemistry Industry
Digest, 91 – 99.
65 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
PENGARUH UKURAN PORI TERHADAP AKTIVITAS KATALITIK
TITANIUM SILIKALIT-1 PADA SINTESIS FENOL
ABSTRACT
Phenol as an important intermediate for petrochemical, agrochemical, and plastic industry. Phenol
production with conventional method not optimum and produce for environment. Phenol production process work
slowly. So, in this research, phenol can be produced use Titanium Slicalite-1 9TS-1) on phenol synthesis. This reaction
can be included clean reaction. In this research, phenol concentration can be measured by Gas Chromatography
(GC). Parameters measured are TS-1 pore diameter variation and time reaction. Optimum condition for producing
phenol can be showed at TS-1 mesopore 3,8 nm for 4 hours. Reaction order synthesis of phenol by benzene oxidation
is 1.
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 66
meningkatkan aktivitas katalitik oksidasi α-pinene hold time 1 menit, suhu oven 500 C, suhu injektor A
dibandingkan TS-1 mikropori. Ukuran pori mesopori 2750 C, suhu detektor 2800 C, final temperatur 2800 C,
yang lebih besar dari mikropori menyebabkan respon katalis TS-1 (mikropori, mesopori 3,0 nm, dan
aktivitas katalitik TS-1 mesopori pada beberapa reaksi mesopori 3,8 nm).
menunjukkan produktivitas yang lebih baik
dibandingkan dengan TS-1 mikropori. Ukuran pori HASIL DAN PEMBAHASAN
yang besar memudahkan senyawa berdifusi sehingga Pembuatan Kurva Standar Fenol Sebagai Produk
energi yang diperlukan lebih kecil dan reaksi berjalan Oksidasi Benzena
lebih cepat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan Kurva kalibrasi diperoleh dari pengukuran seri
dipelajari pengaruh ukuran pori terhadap aktivitas larutan standar fenol 0,8; 1,2; 1,6; 2,0; dan 2,4 mmol.
katalitik TS-1 mesopori pada reaksi hidroksilasi Kurva kalibrasi dibuat untuk membantu menentukan
benzena. konsentrasi fenol yang diperoleh melalui hidroksilasi
benzena menggunakan katalis TS-1 mesopori dan
PROSEDUR PENELITIAN mikropori.
Uji Aktivitas Katalitik
Parameter uji aktivitas katalitik pada penelitian ini Kurva Standar Fenol
dibatasi pada dua hal yaitu laju reaksi dan konversi
3
produk (seberapa banyak produk dihasilkan). Laju y = 1,1291x - 0,1296
Rasio fenol
reaksi dalam penelitian ini menggunakan orde n R² = 0,9959
dimana konsentrasi salah satu reaktan dianggap 2
berlebih sehingga dapat dianggap konstan. Konsentrasi
reaktan yang dianggap berlebih adalah hidrogen 1
peroksidanya. Konversi produk digunakan untuk
mengetahui seberapa banyak fenol yang terbentuk dari 0
hidroksilasi benzena. 0 1 2 3
Pengaruh Waktu Reaksi Konsentrasi standar fenol
Sebanyak 1,3 g benzena dilarutkan dalam metanol.
Selanjutnya, campuran ditambahkan 160 mg katalis Gambar 2. Kurva standar fenol
TS-1 dan di tambah 0,5 mL H2O2. Campuran tersebut
dipanaskan pada suhu 70oC. Sebanyak 0,5 mL Uji Aktivitas Katalitik
campuran diambil untuk dianalisis dengan GC sebagai Uji aktivitas katalitik suatu reaksi meliputi banyak
data reaksi 0 jam. Kemudian campuran dipanaskan aspek antara lain energi aktivasi, konversi produk, laju
selama 1, 2, dan 4 jam lalu dianalisis dengan GC. reaksi, pemakaian reaktan, dan lain-lain. Melalui uji
aktivitas katalitik TS-1 mesopori pada oksidasi
Pengaruh Ukuran Pori benzena, penelitian ini hanya mengamati 2 hal yang
Pengaruh ukuran pori dipelajari dengan uji berkaitan dengan reaksi yaitu laju reaksi dan konversi
aktivitas katalitik TS-1 pada hidroksilasi benzena produk (banyak produk yang dihasilkan). Laju reaksi
menggunakan 3 katalis TS-1 yang mempunyai ukuran dalam penelitian ini menggunakan orde semu n dimana
pori yang berbeda yaitu Mikropori, mesopori 3,0 nm, konsentrasi salah satu reaktan dianggap berlebih
dan mesopori 3,8 nm. Berikut ini adalah gambar sehingga dapat dianggap konstan. Konsentrasi reaktan
rangkaian reaktor oksidasi benzena. yang dianggap berlebih adalah konsentrasi hidrogen
peroksida. Konversi produk digunakan untuk
mengetahui seberapa banyak fenol yang dihasilkan dari
kondensor oksidasi benzena.
Semua katalis TS-1 diuji aktivitasnya pada reaksi
hidroksilasi benzena. Uji aktivitas katalitik dilakukan
dengan reaksi hidroksilasi benzena menggunakan H2O2
Suntika pada suhu 70°C berdasarkan metode yang digunakan
suntikan
n Termokope
oleh Wilkenhöner, dkk (2001). Campuran produk hasil
pengam
reaksi hidroksilasi benzena dianalisis dengan
menggunakan GC.
67 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
dihasilkan masing-masing puncak walaupun ada
perbedaan waktu reaksi.
Dari Gambar 3 terlihat bahwa waktu reaksi
berbanding lurus dengan luas area produk fenol.
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin
banyak jumlah fenol yang diperoleh. Hasil ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Bengoa dkk (1998; Hoelderich, 2000) mengenai uji
katalitik katalis TS-1 pada reaksi hidroksilasi benzena
membentuk fenol, didapatkan hasil bahwa semakin
lama waktu reaksi yang diterapkan maka nilai konversi
benzena akan meningkat. Berikut adalah tabel
perbandingan waktu reaksi dengan rasio luas area fenol Kondisi reaksi : suhu 700 C; katalis TS-1 mikropori; 3 jam; 1,3 g
terhadap nitrobenzena. benzena; 5 mL pelarut metanol; 0,5 g H2O2; standar internal
nitrobenzena
waktu reaksi vs rasio fenol
20
15 TS-1
Rasio fenol
10 mikropori
5
TS-1
0 mesopori
0 5 3,0nm
-5
waktu reaksi
Gambar 4.Kromatogram reaksi hidroksilasi benzena
dengan katalis a) TS-1 mikropori b) TS-1 mesopori
Gambar 3. Pengaruh waktu reaksi pada oksidasi
benzena Penentuan Difusivitas Efektif Pori
Semakin lama waktu reaksi semakin banyak fenol Penentuan difusivitas efektif pori (De) dapat
yang terbentuk. Hal ini berhubungan aktivitas dilakukan dengan menggunakan persamaan (Suyanto,
tumbukan antar molekul menjadi lebih sering terjadi. 2000).
Antar molekul lebih mudah bertumbukan dan waktu De (δq/δr) r=R = (Ks/Ms)(C-Cs)
tumbukan lebih lama sehingga produk yang dihasilkan De {9 (Co-C)R-4 / ρ4π} = Ks / Ms (C-X)
semakin banyak. C = konsentrasi benzena
Co = konsentrasi awal benzena
Pengaruh Ukuran Pori R = Jari-jari pori TS-1
Semakin besar ukuran pori TS-1 yang digunakan Cs = konsentrasi benzena yang terserap dalam TS-1
untuk reaksi oksidasi benzena, semakin besar juga Ms = massa TS-1 yang digunakan
jumlah fenol yang terbentuk. Hal ini menggambarkan (δq/δr) = perubahan massa benzena yang terserap
ukuran pori memudahkan akses antar molekul reaktan persatuan massa TS-1
(benzena) sehingga produk (fenol) yang dihasilkan
semakin banyak dan meningkat. Konversi produk fenol Dari perhitungan diperoleh nilai De TS-1 mikropori =
berbanding lurus dengan besarnya ukuran pori. 1,2307 x 10-3 cm2/jam; De TS-1 mesopori 3,0 nm =
Katalis dengan ukuran pori kecil atau mikropori 5,9598 x 10-3 cm2/jam; De TS-1 mesopori = 7,3073 x
dalam mengkatalisis molekul dengan ukuran besar 10-3 cm2/jam. Artinya benzena akan berdifusi ke dalam
(bulky molecules), sedangkan katalis dengan ukuran TS-1 melalui pori, melalui luas permukaan pori sebesar
pori lebih besar seperti mesopori lebih memungkinkan 1,2307 x 10-3 cm2/jam; 5,9598 x 10-3 cm2/jam; 7,3073 x
mengkatalisis material dengan ukuran besar. Hasil yang 10-3 cm2/jam . Nilai De yang kecil ini sesuai dengan
serupa juga dilaporkan oleh Lin dkk (2004). Selain itu, Gambar 3 dimana konversi pembentukan produk
Eimer dkk (2008) melaporkan, TS-1 mikropori tidak berlangsung lambat karena pada waktu reaksi 2 jam
terlalu efektif digunakan untuk mengkatalisis reaksi baru terbentuk produk. Nilai De yang semakin besar
oksidasi karena ukuran porinya kecil. Ukuran pori berdasarkan ukuran pori yang semakin besar
mesopori yang lebih besar dari mikropori menyebabkan menunjukkan konversi produk mengalami peningkatan.
respon aktivitas katalitik TS-1 mesopori pada
hidroksilasi benzena menunjukkan produktivitas yang Penentuan Orde Reaksi dan Laju Reaksi Oksidasi
lebih baik dibandingkan dengan TS-1 mikropori. Benzena
Ukuran pori yang besar memudahkan senyawa Reaksi dalam penelitian menggunakan orde semu
berdifusi sehingga energi yang diperlukan lebih kecil n = 1. Hal ini sesuai dengan uji metode plot van’t Hoff.
dan reaksi berjalan lebih cepat. Karena orde reaksi n =1, untuk menentukan laju reaksi
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 68
𝑑[𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙] menjadi besar juga sehingga memudahkan katalis
dapat menggunakan persamaan : = k dalam mengadsorpsi pereaksi, serta menjadikannya
𝑑𝑡
[fenol]n (Vladab dkk,2009). Konsentrasi fenol diambil lebih reaktif.
mulai dari reaksi yang berjalan 2, 3, dan 4 jam. Nilai 2. Kinetika reaksi
konsentrasi fenol diperoleh dengan memasukkan nilai Reaksi sintesis fenol dalam penelitian ini
rasio fenol dengan waktu reaksi 2, 3, dan 4 jam (ketiga menggunakan orde n = 1 sesuai dengan uji metode
katalis) ke dalam persamaan regresi yang diperoleh dari plot van’t Hoff. Laju reaksi berbanding lurus
penentuan kurva kalibrasi standar fenol y = 1,129x – dengan ukuran pori. Semakin besar ukuran pori
0,129. laju reaksi semakin cepat.
69 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
Triethanolamine, Microporous and Sheldon, R.A., Arends, I.W.C.E., Dijksman, A. 2000,
Mesoporous Materials, Vol 106, hal 68-75 New Developments in Catalytic Alcohol
Klaewkla, R.,T. Rirksomboon, S., Kulprathipanja, L., Oxidation for Fine Chemical
Nemeth, Rangsunvigit, P. 2006, Light Synthesis,Catal. Today., Vol. 57, hal. 157-
Sensitivity of Phenol Hydroxylation with TS- 166
1, Catal. Commun., Vol. 7, hal. 260-263 Suyanto, 1990, Pra Karakterisasi Perpindahan Massa
Kubacka, A . , W a n g , Z . , S u l i k o w s k i , B . , Merkuri dari Larutan ke Bentonit, Surabaya :
Corberan, V. C., 2007, Kimia FMIPA Unair, hal 124-126
Hydroylation/Oxidation of B e n z e n a Tang, H., Ren, Yu., Yue, B., Yan, S., He, H., 2006, Cu-
over Cu-ZSM-5 systems: Optimization of Incorporated Mesoporous
Materials:Synthesis, Characterization and
The One-Step Route to Phenol, Journal
Catalytic Activity in Phenol Hydroxilation,
of Catalysis, Vol. 250, hal. 184-189 Journal of Molecular Catalysis A: Chemical,
Lin, S., Zhen, Ying., Wang, S., Dai, Y., 2000, Catalytc Vol 260, hal 121-127
Activity of K0,5(NH4)5,5[MnMo9O32]·6H2O in Taramasso, M., Perego, G., Notari, B. 1983,
Phenol Hydroxylation with Hydrogen Preparation of Porous Crystalline Synthetic
Peroxide, Journal of Molecular Catalysis A : Material Comprised of Silicon and Titanium
Chemical, Vol 156, hal 113-120 Oxides. (U. S. Patents No. 4,410,501)
Liu, H., Lu, G., Gu, Y., Gu, Y., Wang, J., 2006, Wilkenhoner, U., Langhendries, G., Van L, F., Baron,
Chemical Kinetics of Hydroxilation of G.V., Gammon D.W., Jacobs, P.A., van Steen,
Phenol Catalyzed by TS-1/Diatomite in E., 2001, Influence of Pore and Crystal Size
Fixed-Bed Reactor, Chemical Engineering of Crystalline Titanosilicates on Phenol
Journal, Vol 116, hal 179-186 Hydroxylation in Different Solvents, Journal
Sakamoto, T., Takagaki, T., Sakakura, A., 2008, of Catalysis., Vol. 203, hal. 201–212
Hydroxylation of Benzena to Phenol Under
air and Carbon Monoxide Catalyzed by
Molybdovanadaphosphates, Journal of
Molecular Catalysis A: Chemical, Vol. 288,
hal. 19-22.
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 70
SIFAT KIMIA AIRTANAH DANGKAL DI KABUPATEN TULUNGAGUNG
ABSTRAK.
Aspek penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan airtanah diantaranya adalah sifat kimia dari
airtanah, hal ini dikarenakan sifat tersebut akan memberikan dampak bagi obyek yang akan menerima pasokan
airtanah. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memetakan sifat kimia airtanah di lokasi
penelitian. Analisis sifat kimia airtanah dilakukan dengan menggunakan Model Diagram Trilinier Piper dengan
bantuan paket program komputer AquaChem versi 3.6 dan untuk memetakannya dengan menggunakan bantuan paket
program komputer Surfer 8. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa airtanah dangkal di lokasi penelitian
memiliki sifat kekerasan karbonat (alkalinitas sekunder) lebih dari 50%, airtanah didominir oleh alkali tanah dan
asam lemahnya dengan kation Tipe Magnesium dan anion Tipe Bikarbonat.
PENDAHULUAN pada jenis akuifer yang berbeda dalam CAT yang sama
Sejalan dengan semakin pentingnya peran dan jenis akuifer yang sama pada CAT yang berbeda.
airtanah dalam memenuhi berbagai kebutuhan, maka (4) Memetakan sifat kimia airtanah yang dominan di
diperlukan upaya nyata dalam pengelolaan sumberdaya lokasi penelitian.
airtanah yang berwawasan lingkungan. Salah satu .
aspek yang harus diperhatikan dalam upaya EKSPERIMEN
pengelolaan airtanah adalah sifat kimia dari airtanah Penentuan sifat kimia airtanah dapat
tersebut. Hal ini dikarenakan sifat kimia akan dapat menggunakan berbagai macam model, diantaranya ada
memberikan pengaruh baik bersifat positif ataupun 6 model yang dikenal yaitu: Model Klasifikasi Kurlov,
negatif terhadap obyek yang menerima pasokan Model Diagram Pie, Model Diagram Trilinier Piper,
airtanah tersebut. Model Diagram Pola Stiff, Model Diagram Fingerprint,
Hasil penelitian terdahulu (Siswoyo, et. al., dan Model Diagram Komposisi. Berdasarkan kajian
2012) menunjukkan bahwa sampel-sampel airtanah pada penelitian sebelumnya (Siswoyo et. al., 2012),
yang diambil dari kelompok akuifer1 yang berbeda dalam penelitian ini digunakan Model Diagram
dalam satu cekungan air tanah (CAT)2 memiliki sifat Trilinier Piper. Sebagaimana dinyatakan dalam
kimia yang sama. Berdasarkan hasil penelitian tersebut Suharyadi (1984), bahwa model ini merupakan model
masih menimbulkan pertanyaan ataupun dugaan bagi yang terpenting untuk studi genetik airtanah, sangat
peneliti untuk ditindaklanjuti dalam penelitian efektif dalam pemisahan analisis data bagi studi krisis
berikutnya. Dugaan bahwa sifat kimia airtanah pada terutama mengenai sumber unsur penyusun terlarut
tiap kelompok akuifer yang berbeda dalam satu CAT dalam airtanah, perubahan atau modifikasi sifat-sifat air
adalah sama perlu dibuktikan lebih lanjut pada yang melewati suatu wilayah tertentu serta
beberapa CAT yang lain. hubungannya dengan problem-problem geokimia.
1
Akuifer adalah lapisan pembawa air, batuan yang mempunyai Eksperimen dirancang dengan langkah-langkah sebagai
susunan sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air yang cukup berikut :
berarti.
2
CAT adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas 1. Karakteristik akuifer di lokasi penelitian
hidrogeologi dimana semua kejadian hidrogeologi seperti proses dipetakan berdasarkan Peta Cekungan Air Tanah
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan airtanah berlangsung. dan Peta Hidrogeologi yang didapatkan dari
Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kawasan Pertambangan, Direktorat Jenderal
Tulungagung Provinsi Jawa Timur. Potensi airtanah Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen
dari Kabupaten Tulungagung bersumber dari CAT Energi dan Sumber Daya Mineral, dengan tujuan
Brantas dan CAT Bulukawang. Secara keseluruhan untuk mengetahui sebaran jenis akuifer yang ada
CAT Brantas memiliki potensi airtanah bebas sebesar di lokasi penelitian.
3.674 juta m3/tahun dan airtanah tertekan sebesar 175 2. Melakukan survey lapangan untuk menentukan
juta m3/tahun dengan luas 6.186 km2 yang meliputi 18 lokasi pengambilan sampel airtanah dangkal yang
kabupaten/kota, sedangkan CAT Bulukawang berupa sumur penduduk/sumur gali, agar sampel
memiliki potensi airtanah bebas sebesar 163 juta yang diambil dapat mewakili tiap jenis akuifer
m3/tahun dengan luas 618 km2 yang meliputi 2 yang ada di lokasi penelitian.
kabupaten (KepMen. ESDM Nomor. 3. Pengambilan sampel airtanah dangkal pada lokasi
716K/40/MEM/2003). yang telah ditentukan pada langkah (2).
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui 4. Pengujian laboratorium terhadap sampel airtanah
karakteristik akuifer yang ada di lokasi penelitian. (2) dangkal guna mengetahui kandungan parameter
Mengetahui sifat kimia airtanah dangkal pada tiap jenis pH, Na, Mg, K, SO4, HCO3, Cl, dan Ca.
akuifer yang ada di lokasi penelitian. (3) Mengetahui Penentuan parameter-parameter yang diuji,
persamaan ataupun perbedaan sifat kimia airtanah didasarkan pada kebutuhan input data yang
71 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
diperlukan di dalam model penentuan sifat kimia
airtanah yaitu Model Diagram Trilinier Piper.
Pengujian parameter pH menggunakan pHmeter, 50 50 50 6 50
pengujian parameter Na, Mg, K, SO4, dan Ca 1 4 9
menggunakan Metode Spektrofotometri, serta 5 7
2 3 9
pengujian parameter HCO3 dan Cl menggunakan 50 50 50 8 50
Metode Volumetri.
5. Analisis model penentuan sifat kimia airtanah
dilakukan dengan menggunakan Model Diagram
Gambar 2. Pembagian Daerah Pada Jajaran Genjang
Trilinier Piper dengan alat bantu paket program menurut Piper
komputer AquaChem versi 3.6. Interpretasi hasil
(Sumber: Walton, 1970 dalam Suharyadi, 1984)
pemodelan dilakukan berdasarkan gambar dan
uraian sebagai berikut :
Apabila titik yang diplot jatuh pada daerah (Suharyadi,
1984):
a. Berarti kandungan alkali tanah melebihi
kandungan alkalinya.
b. Berarti kandungan alkali melebihi kandungan
alkali tanahnya.
c. Berarti asam lemah melebihi asam kuatnya.
d. Berarti asam kuat melebihi asam lemahnya.
e. Berarti kekerasan karbonat (alkalinitas
sekunder) lebih dari 50%, airtanah didominir
oleh alkali tanah dan asam lemahnya.
f. Berarti kekerasan non karbonat (kegaraman
sekunder) lebih dari 50%.
g. Berarti non karbonat alkali (kegaraman
primer) lebih dari 50%, airtanah didominir
oleh alkali dan asam kuat.
h. Berarti karbonat alkali (alkalinitas primer)
lebih dari 50%.
i. Berarti pasangan kation-anion seimbang tidak
Gambar 1. Diagram Trilinier Piper ada yang melebihi 50%.
(Sumber: Piper, 1944 dalam blog.fitb.itb.ac.id diunduh 6. Memetakan sifat kimia airtanah dangkal yang
4 Mei 2011) dominan di lokasi penelitian. Pemetaan dilakukan
dengan menggunakan alat bantu paket program
Analisis sifat kimia airtanah dengan Metode Diagram komputer Surfer 8.
Diagram Trilinier dilakukan dengan cara
mengelompokkan air tanah dari masing-masing sampel HASIL
ke dalam kelompok-kelompok menurut tingkat Berdasarkan analisis dari Peta Cekungan Air
kesadahannya, alkalinitasnya, dan kadar garamnya. Tanah dan Peta Hidrogeologi, diketahui bahwa sebaran
Sifat kimia air tanah dapat diketahui dengan jenis akuifer di wilayah Kabupaten Tulungagung
memperhatikan kelompok dominan hasil pengeplotan seperti ditujukkan pada gambar 3 di bawah ini, dimana
data pada jajaran genjang. Pembagian daerah pada yang termasuk dalam bagian CAT Brantas terdapat 6
jajaran genjang ditunjukkan pada gambar 2 di bawah jenis akuifer dan yang termasuk ke dalam CAT
ini. Bulukawang terdapat 2 jenis akuifer.
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 72
Gambar 3. Sebaran Jenis Akuifer di Lokasi Penelitian
Airtanah bebas sebagaimana dituliskan di dalam karena dalamnya muka airtanah (warna hijau
KepMen ESDM Nomor. 716K/40/MEM/2003 dapat muda) dan daerah airtanah langka (warna coklat).
diartikan sebagai airtanah yang berasal dari akuifer Setelah dilakukan pengambilan sampel penelitian,
bebas/airtanah dangkal yang dapat diamati pada sumur selanjutnya sampel-sampel tersebut diujikan di
gali/sumur penduduk, sedangkan airtanah tertekan Laboratorium Tanah dan Airtanah, Jurusan Teknik
dapat diartikan sebagai airtanah yang berasal dari Pengairan, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
akuifer tertekan/airtanah dalam yang dapat diamati Malang. Kandungan unsur kimia airtanah yang diujikan
pada sumur bor. Sampel dari penelitian ini berupa di laboratorium untuk masing-masing sampel penelitian
airtanah dangkal yang diambil dari sumur gali/sumur adalah: pH, klorida (Cl), SO4, HCO3, kalium (K),
penduduk yang mewakili tiap jenis akuifer. natrium (Na), magnesium (Mg), dan kalsium (Ca).
Pengambilan sampel terhadap airtanah dangkal Hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa
dalam hal ini air dari sumur gali milik penduduk unsur Mg (kation) dan HCO3 (anion) memiliki
di lokasi penelitian dilakukan untuk bagian CAT kandungan yang paling besar dibandingkan kation dan
Brantas pada 4 jenis akuifer dan CAT anion lainnya. Secara umum airtanah di lokasi
Bulukawang pada 1 jenis akuifer saja. Untuk jenis penelitian bersifat asam yang ditunjukkan dari besarnya
akuifer berwarna hijau muda dan jenis akuifer nilai pH dari semua sampel adalah kurang dari tujuh
(pH < 7).
berwarna coklat tua tidak dilakukan pengambilan
Hasil analisis Model Diagram Trilinier Piper untuk
sampel karena pada daerah tersebut masing- mengetahui sifat kimia airtanah dengan paket program
masing umumnya airtanah tidak dimanfaatkan AquaChem versi 3.6 ditunjukkan pada gambar 4 di
bawah ini.
73 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
Gambar 4. Diagram Trilinier Piper Sampel Airtanah Dangkal
Interpretasi sifat kimia airtanah secara teoritik lemah melebihi asam kuatnya. Airtanah di lokasi
dilakukan dengan mengacu pada Diagram Trilinier penelitian memiliki kekerasan karbonat (alkalinitas
Piper pada gambar 1 dan Pembagian Daerah Pada sekunder) lebih dari 50% dimana airtanah tersebut
Jajaran Genjang menurut Piper pada gambar 2. Secara didominasi oleh alkali tanah dan asam lemahnya.
umum Tipe Kation dari sampel airtanah adalah Tipe Pemetaan unsur Mg dan HCO3 sebagai kation dan
Magnesium (Mg2+). Secara umum Tipe Anion dari anion yang dominan dari airtanah yang ada di lokasi
sampel airtanah adalah Tipe Bikarbonat (HCO3-). penelitian ditunjukkan pada gambar 5 dan gambar 6.
Kandungan alkali tanah melebihi alkalinya dan asam
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 74
SENDANG
KARANGREJO
PAGERWOJO
NGUNUT
KAUMAN
-8.04
KEDUNGWARU
-8.06
TULUNGAGUNG
-8.08
-8.1 BOYOLANGU
SUMBERGEMPOL
-8.12
NGUNUT
-8.14 REJOTANGAN
CAMPURDARAT
BANDUNG -8.16
PAKEL
-8.18
KALIDAWER
111.86 111.88 111.9 111.92 111.94
BESUKI PUCANGLABAN
TANGGUNGGUNUNG
SENDANG
KARANGREJO
PAGERWOJO
NGUNUT
KAUMAN
-8.04
KEDUNGWARU
-8.06
TULUNGAGUNG
-8.08
-8.1 BOYOLANGU
SUMBERGEMPOL
-8.12
NGUNUT
-8.14
REJOTANGAN
CAMPURDARAT
BANDUNG -8.16
PAKEL
-8.18
KALIDAWER
111.86 111.88 111.9 111.92 111.94
BESUKI PUCANGLABAN
TANGGUNGGUNUNG
75 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
PEMBAHASAN menunjukkan bahwa sifat kimia airtanah dangkal dari
Wilayah Kabupaten Tulungagung memiliki 2 berbabagai jenis akuifer dalam satu CAT adalah
sumber potensi airtanah, yaitu CAT Brantas dan CAT cenderung sama. Begitu pula untuk jenis akuifer yang
Bulukawang. Pada CAT Brantas yang berada di sama pada CAT yang berbeda juga memiliki sifat kimia
wilayah Kabupaten Tulungagung terdapat 6 kelompok yang cenderung sama. Dapat diambil contoh bahwa
akuifer yaitu: akuifer dengan aliran melalui celahan dan untuk jenis akuifer dengan aliran melalui ruang antar
ruang antar butir, setempat akuifer produktif (warna butir (warna biru muda) baik yang berada pada CAT
hijau muda); akuifer dengan aliran melalui celahan dan Pasuruan maupun CAT Brantas di wilayah Kabupaten
ruang antar butir, produktif sedang dengan penyebaran Tulungagung memiliki sifat yang cenderung sama.
luas (warna hijau sedang); akuifer dengan aliran Namun demikian, berdasarkan 2 hasil penelitian
melalui ruang antar butir, produktif tinggi dengan tersebut belum dapat digunakan untuk menarik
penyebaran luas (warna biru tua); akuifer dengan aliran kesimpulan secara umum terkait sifat kimia airtanah
melalui ruang antar butir, produktif dengan penyebaran dangkal dari tiap jenis akuifer pada CAT lainnya. Perlu
luas (warna biru sedang); akuifer dengan aliran melalui adanya penelitian lebih lanjut untuk dapat mengarah
ruang antar butir, produktif sedang dengan penyebaran pada kesimpulan tersebut, tidak hanya terhadap
luas (warna biru muda); dan daerah airtanah langka airtanah dangkal (akuifer bebas) tetapi juga terhadap
(warna coklat). Pada CAT Bulukawang yang berada di airtanah dalam (akuifer tertekan).
wilayah Kabupaten Tulungagung terdapat 2 jenis Setelah diketahuinya sifat kimia airtanah
akuifer yaitu: akuifer dengan aliran melalui ruang, dangkal di lokasi penelitian khususnya unsur kimia
rekahan, dan saluran, produktif tinggi sampai sedang yang dominan seperti dinyatakan pada hasil penelitian
(warna hijau daun) dan daerah airtanah langka (warna di atas, selanjutnya dilakukan pemetaan dengan
coklat). membuat Peta Kontur IsoMagnesium dan Peta Kontur
Sampel-sampel airtanah dari sumur dangkal IsoBikarbonat dengan bantuan paket program komputer
yang diambil dari tiap jenis akuifer di lokasi penelitian Surfer 8. Peta-peta sebagaimana tergambar pada
menunjukkan komposisi kandungan unsur kimia yang gambar 5 dan gambar 6 tersebut, belum mencakup
sama. Kadungan unsur kimia yang diketahui wilayah Kabupaten Tulungagung secara keseluruhan.
berdasarkan uji laboratorium masing-masing sampel Hal ini dikarenakan pengambilan sampel airtanah
menunjukkan jumlah kation Mg sebagai nilai kation dangkal yang mewakili berbagai jenis akuifer yang ada
yang terbesar (dominan) dan kandungan anion HCO3 hanya terpusat pada beberapa wilayah kecamatan saja.
sebagai nilai anion yang terbesar (dominan) Untuk tujuan pemetaan agar keseluruhan wilayah
dibandingkan dengan kation dan anion lainnya pada administratif Kabupaten Tulungagung dapat dipetakan
masing-masing sampel tersebut. sifat kimianya, maka diperlukan pengambilan sampel
Berdasarkan pemodelan dengan Diagram yang lebih merata di seluruh wilayah Kabupaten
Trilinier Piper, dapat diketahui bahwa airtanah dangkal Tulungagung.
di lokasi penelitian memiliki sifat kimia yang sama
yaitu memiliki Tipe Kation Magnesium dan Tipe KESIMPULAN
Anion Bikarbonat, dimana airtanah tersebut memiliki Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diberikan
kekerasan karbonat (alkalinitas sekunder) lebih dari kesimpulan sebagai berikut:
50%, airtanah didominasi oleh alkali tanah dan asam 1. Kabupaten Tulungagung memiliki 2 sumber
lemahnya. Untuk bagian CAT Brantas dimana sampel potensi airtanah yaitu CAT Brantas yang terdiri
diambil dari 4 jenis akuifer yang berbeda, dapat dari 6 jenis akuifer dan CAT Bulukawang yang
dikemukakan lebih lanjut bahwa sifat kimia airtanah terdiri dari 2 jenis akuifer.
dangkal pada jenis akuifer yang berbeda dalam satu 2. Sifat kimia airtanah dangkal di lokasi penelitian
CAT yang sama adalah cenderung sama. Hasil temuan adalah memiliki kekerasan karbonat lebih dari
dalam penelitian sejalan dengan hasil-hasil penelitian 50%, airtanah didominasi oleh alkali tanah dan
terdahulu. asam lemahnya, dengan kation Tipe Magnesium
Siswoyo et. al. (2012) melakukan penelitian dan anion Tipe Bikarbonat.
tentang karakteristik kimia airtanah pada berbagai 3. Sejauh ini dapat dinyatakan bahwa sifat kimia
kelompok akuifer di CAT Pasuruan. Hasil penelitian airtanah dangkal dari jenis akuifer yang berbeda
tersebut menunjukkan bahwa pada CAT Pasuruan dalam satu CAT dan sifat kimia airtanah dangkal
berdasarkan sampel airtanah dangkal yang diambil dari untuk jenis akuifer yang sama pada CAT yang
4 kelompok akuifer yang berbeda dalam satu CAT berbeda adalah cenderung sama.
memiliki sifat yang sama, yaitu airtanah dangkal 4. Hasil pemetaan sifat kimia airtanah dangkal di
memiliki kekerasan karbonat lebih dari 50%, airtanah lokasi penelitian ditunjukkan pada gambar 5 dan
didominasi oleh alkali tanah dan asam lemahnya, gambar 6.
dengan kation-kationnya memiliki Tipe Magnesium
dan anion-anionnya memiliki Tipe Bikarbonat. UCAPAN TERIMA KASIH
Sejauh ini, berdasarkan dua hasil penelitian Dengan terselesaikannya penelitian ini, penulis
yang berbeda yaitu pada CAT Pasuruan dengan sampel mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
dari 4 jenis akuifer yang berbeda dan pada CAT kepada :
Brantas yang ada di wilayah Kabupaten Tulungagung
dengan sampel juga dari 4 jenis akuifer yang berbeda
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 76
1. Warga pemilik sumur di Kabupaten Tulungagung
atas diijinkannya penulis untuk melakukan
pengambilan sampel penelitian.
2. Laboratorium Tanah dan Airtanah Jurusan Teknik
Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Malang atas kesempatan yang diberikan pada
penulis untuk dapat menguji sampel penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar. Penyelidikan Potensi Cekungan
Airtanah Surakarta Jawa Tengah. Direktorat
Geologi Tata Lingkungan. Bandung. 2000.
(Laporan Penyelidikan)
Irham, N. M., Achmad, R.T., dan Widodo, S. Pemetaan
Sebaran Air Tanah Asin Pada Aquifer
Dalam di Wilayah Semarang Bawah.
Berkala Fisika, Vol. 9, No. 3, Juli 2006.
Halaman. 137-143. 2006.
eprints.undip.ac.id., diunduh 4 Mei 2011.
(Jurnal)
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,
Nomor : 716 K/40/MEM/2003 tentang Batas
Horisontal Cekungan Air Tanah di Pulau
Jawa dan Pulau Madura. (Keputusan Menteri
ESDM RI)
Rosadi, D. Kualitas Air Tanah Dangkal di Daerah
Lumpur Sidoarjo dan Sekitarnya, Jawa
Timur (Setahun Setelah Letusan). Buletin
Geologi Tata Lingkungan, Volume 18
Nomor 1, April 2008. Halaman. 38-50.
2008. isjd.pdii.lipi.go.id, diunduh 4 Mei
2011. (Jurnal)
Siswoyo, H., Sholichin, M., Taufiq, M., Helmy S,
M.A., Anggara, WWS., Ratih, D.A.
Karakteristik Kimia Airtanah pada Berbagai
Kelompok Akuifer di Cekungan Air Tanah
Pasuruan. Prosiding Seminar Nasional
Kimia Universitas Negeri Surabaya 2012.
Editor : Sukarmin, Novita, D., Rusmini,
Yonata, B., Maharani, D.K., Hidayah, R.
Halaman C244-C250. 2012. (Prosiding
Seminar Nasional)
Suharyadi. Geohidrologi. Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. Halaman 93-116.
1984. (Buku)
Todd, D.K. Groundwater Hydrologi. John Wiley and
Sons. New York. Pp. 267-313. 1980. (Book)
77 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
SYNTHESIS OF ZEOLITE A FROM BAGGASE
AND ITS ANTIMICROBIAL ACTIVITY ON Candida albicans
ABSTRACT
Baggase can be processed become amorphous silica by periodic calcinations at 300 and 600°C with silica
concentration as 88,7%. Amorphous silica has been obtained fromcalcination of baggase has been successfully used
become zeolite A using hydrothermal technique. The recovered solid products were characterized by X-ray Diffraction
(XRD) to study catalyst structure. Characterization results showed that Zeolite A tend to have amorphous structure.
The synthesis zeolite A has been studied the antimicrobial activity on Candida albicans at zeolite concentration 0 ;
1,5 ; and 3 g/L for 0, 12, 24, and 36 hour. The observation of Candida albicans was did by cell viability analysis. At 0
untill 20 hour, zeolite A can inhibite growth of Candida albicans untill 50%. However, at 20 untill 36 hour, happened
the increasing of Candida albicans growth more than control as the increasing of zeolite concentrations, The
Increasing of this growth was assumed by biofilm forming at Candida albicans.
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 78
(C11H8O2; Merck, 98%), and Difco Yeast Extract 600°C would result the white ash as an amorphous
(YED; Merck, 98%). structure, which indicates that the baggase ash is free
from carbon. Bagasse is burned at temperatures less
than 500 ° C will produce variations in color from
Instrumentation
black to gray due to the presence of carbon that does
Instrument that necessary in this research are
not burn completely and can be removed by calcination
adalah X-ray diffraction (XRD) JEOL JDX-3530, X-
at temperatures over 700°C. Calcination at
Ray Fluoresence (XRF), dan Spektrofotometer UV-Vis
temperatures over 700°C causes changes in the
structure of the amorphous silica into cristobalite and
Procedure
tridymite crystals (Krishnarao, 2000; Ramli, 2003).
Synthesis of amorphous silica from baggase
Amorphous phase (non-crystalline) silica from the
Preparation of amorphous silica from bagasse AAT can be obtained from the combustion at a
is done using the Wibowo method (2006). Bagasse was temperature of about 600oC (Paya et al., 2000).
calcinated at 300°C for 30 minutes, followed by 600°C Purification method of silica by acidification using HCl
for 60 minutes. Furthermore, the ash that is formed is is intended to remove oxides of metals and non metals
purified by washing using 30% concentrated HCl. Ash in the AAT. Hydrochloric acid will bind to the metal
obtained were characterized by XRD to observe the oxide P2O5, K2O, MgO, Na2O, CaO, and Fe2O3 into
formation of amorphous SiO2 and XRF to determine chloride and non-metal oxides except silica is
the content of SiO2 in the ash and as a basis for converted to its acid. The results of XRD
calculating the synthesis of zeolite A characterization of bagasse ash obtained showed that
the silica structure of bagasse ash that has been
Synthesis and characterization of Zeolite A from synthesized is amorphous (Figure 1). Amorphous silica
bggase also were characterized using XRF to determine levels
Zeolite A was synthesized by using the of the contents of silica and other micro elements.
Suraidah method (2009). Na2Al2O4 and amorphous Results of XRF characterization that has been done
SiO2 from the bagasse ash were dissolved with NaOH shows that the amorphous silica content of the AAT
in separate places. Furthermore, Na2Al2O4 and was 88.7%.
amorphous SiO2 were mixed to obtain a mixture with a Synthesis and characterization of Zeolite A from
ratio of 3.9 Na2O: Al2O3: 1.8 SiO2 • 270 H2O. The bggase
mixture was hydrothermalled at 100°C for 12 hours. Precursors used are amorphous silica and
The mixture was filtered, the residue obtained was sodium aluminate as a source of silica and aluminum
washed with aquades, dried at 100°C and calcinated at sources, and sodium hydroxide as a steering agent
450°C for 4 hours. Zeolites obtained solids were structure and alkaline conditions (Wong et al, 2001).
characterized using XRD. Synthesized zeolite A were characterized using XRD.
Antimicrobial of Zeolite A on Candida albicans Based on the results diffractogram in Figure 2, the
overall diffraction peaks appear Zeolite A synthesized
Before used to test the antimicrobial activity at 2θ 14.03: 20.22: 24.87: 29.94: 32.27: 34.69, and
against Candida albicans, zeolite A prior sterilized 38.42º. According to Treacy et al (2001), these peaks
(Hrenovic et al, 2010). Zeolite A is added to 100 mL of correspond to the peak characteristics of LTA. The
distilled water with stirring using a magnetic Stirrer at existence of diffraction peaks with double reflection at
30°C for 24 hours. During the stirring was added 1M 34.69 and 38.42 º 2θ showed that zeolite A has a
HCl to pH 7. The suspension formed is used for tendency to be amorphous. This is also supported by
antimicrobial test against Candida albicans (Hrenovic diffractogram baseline which still appeared to be not
et al, 2010). straight. This condition is caused by the use of natural
Antimicrobial zeolite A against Candida materials such as bagasse as raw materials will tend to
albicans is done by take a single colony of Candida form amorphous material products for the purity of
albicans. The colony was inoculated in YPD liquid these natural materials are relatively low.
medium that has been content a variation of the Antimicrobial of Zeolite A on Candida albicans
concentration of zeolite (0, 1.5, and 3 g / L).
Inoculation is done by the time variation of (0, 12, 24, Figure 3 is a profile of the growth of Candida
and 36 hours). Subsequently incubated at 37°C and albicans to the zeolite. The results showed that for 20
shaken using a shaker at 100 rpm. Candida albicans hours, zeolite A could inhibit the growth of Candida
growth will be observed by measuring the absorbance albicans by 50%. This period is a time of Candida
using UV-VIS spectrophotometer at λ 469 nm by using albicans was inhibited by zeolite A. Zeolite A is
cell viability analysis. hydrolyzed in water to produce hydroxyl ions. Presence
of hydroxyl ions can increase the release of silicon and
RESULTS AND DISCUSSION aluminum from the framework to form positively
Synthesis of amorphous silica from baggase charged complexes [AlmHnNapOqSi3-5]2+ or [(NaOH)x
The synthesis of silica from natural materials (ALO(OH))y (Si(OH)4)3-5]2+. The complex will interact
consisting of two phases, dry and calcination. Drying is with the positively charged cell wall of Candida
done to eliminate the water content in the material by albicans that are electronegative (phosphoryl, carboxyl,
evaporating water from the surface of the material. and hydroxyl) through electrostatic forces. This is
Bagasse in a controlled calcination at of 300°C and consistent with the results of research Hrenović et al
79 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
(2010) who also test the activity of zeolite A in Flanigen, E, M., 1980, Molecular Sieve Zeolite
Acinetobacter junii and Saccharomyces cereviseae. Technology-The First Twenty Five Years,
However, after 20 hours of the inhibition Pure Applied Chemistry, 52 : 2191-2211
ability of zeolite A against Candida albicans does not HERA- Human & Environmental Risk Assessment on
continue and an increase in the number of live cells in Ingredients of European Household Cleaning
media. At this time, supposedly Candida albicans has Products, Zeolite A represented by CAS
been successfully established self-defense by forming a Number 1344-00-9 (Sodium Alumunium
biofilm due to the extreme conditions of a given zeolite Silicate) and by CAS Number 1318-02-1
A. This study can not confirm the changing pattern of (Zeolites),Version 3
growth profile is due to the formation of biofilm due to Harsono, Heru., (2002), Pembuatan Silika Amorf
the analysis of cells used in this study is cell viabilty dari Limbah Sekam Padi, Jurnal Ilmu
analysis. Analysis of cell viability is a live cell analysis Dasar , 3 (2) 98-103.
based on the ability of metabolically active cells to Hassawi, D., dan Kharma, A., 2006, Antimicrobial
reduce tetrazolium salt XTT to a colored formazan activity of Some Medicine Plants Against
compound. In general, Candida albicans is in two forms Candida albicans, Journal of Biological
ie planktonic (Candida albicans is free) and biofilms Sciences, 6(1) : 109-114
form. Both are formed by Candida albicans which has Hrenović. J., Željezić, D., Kopjar, N., Sarpola, A.,
an active metabolism of cells positive for cell viability Bronić, J., Sekovanić, L., 2010,
analysis. Supporting data in the form of biofilm Antimicrobial Activity of Commercial
analysis by Scanning Electron Micrographs (SEM) is Zeolite A on Acinetobacter junii and
required to ensure that the changing patterns of zeolite Saccharomyces cerevisiae, Journal of
A inhibition against Candida albicans at the 20 to 36 Hazardous Materials, 183 : 655-663
hours is caused by the formation of biofilms. Humaira dan Sudarwati, I., 2010, Abu Ampas Tebu
sebagai Bahan Penyusun Katalis TS-1 pada
CONCLUSION Produksi Fenol Pabrik Petrochemical,
Bagasse from Candi Baru SidoarjoIndonesia Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia Ke-9,
has been successfully processed into amorphous silica LIPI
with a silica content of 88.7% using the method Suraidah, C., 2009, Adsorpsi NOx Pada Zeolit NaY
Wibowo (2006). That amorphpus silica also has been Yang Dibuat Dari Sekam Padi, Cu-NaY dan
have been successfully processed into zeolite Aby CuO/NaY, Tesis Mahasiswa Pasca-
using hydrothermal technique. The results of Sarjana Jurusan Kimia, ITS, Surabaya
characterization by XRD shows that Zeolite A from Treacy, M. M. J., Higgins, J. B. and von Balloms, R.
bagasse material still tends to be amorphous. Zeolite A (2001), Collection of Simulated XRD
can inhibit the growth of Candida albicans-free Powder Patterns for Zeolite, 4th edition,
(planktonic) at the time of 0-20 hours with a zeolite Amsterdam: Elsevier.
concentration 0-3 g / L. After 20 hours, suspected of Warne, M, St, J., and Schifko, A, D., 1999, Toxicity of
Candida albicans to form biofilms as a form of defense Laundry Detergent Components to a
due to the foreign media zeolite A. Freshwater Cladoceran and Their
Contribution to Detergent Toxicity,
ACKNOWLEDGEMENTS Ecotoxicology and Environmental Safety, 44
The author would like to thank LPPM : 196-206
University of Airlangga, Indonesia under Hibah Riset Wibowo. 2006. Pengembangan Alat Pengolah
Universitas Airlangga for their financial support. Limbah Abu Ampas Tebu Menjadi
Pozolan. Jurnal Teknik Sipil Universitas
REFERENCES Atmajaya Yogyakarta 6 (2) : 124-136.
Atai Z., Atapour, M., Mohseni, M., 2009, Inhibitory Wong, W. C., Au, L. T. Y., Lau, P. P. S. (2001),
Effect og Ginger Extract on Candida “Effects of Synthesis Parameters on The
albicans, American Journal of Applied Zeolite Membrane Morphology”, Journal of
Science 6 (6) : 1067-1069 Membrane Science, 193: 141-161.
Auerbach, S, M., Carrado, K, A., Dutta, P, K., 2003
Handbook of Zeolite Science and
Technology, Marcel Dekker Inc.
Barthomeuf, D. 1996, Basic Zeolites Characterization
and Uses, Catalysis Review 38: 521-612
Estiaty, L, M., dan Fatimah, D., 2009, Pengolahan
Mineral Tekto Silikat Alam (Zeolit)
Untuk Substitusi Impor Sediaan Bahan
Baku Farmasi : Suatu Pengujian
Terhadap Mikroba Patogen, Prosiding
Pemaparan Hasil Penelitian Pusut
Geoteknologi-LIPI, Bandung, 3 Desember
2009, ISBN : 978-979-8636-16-5
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 80
Figure 1 Diffractogram of amorphous silica from baggase
0 gr/L
Optical Density
1.5 gr/L
3 gr/L
4.5 gr/L
81 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
APLIKASI MIKROEKSTRAKSI BERBASIS GREEN CHEMISTRY UNTUK ANALISIS
SENYAWA KARSINOGENIK NITROSAMIN
ABSTRACT
A simple, rapid and accurate method using headspace-single drop micro extraction (HS-SDME) for
determination of nitrosodiethylamine (NDEA) in salt fish and fickle meat has been studied with GC-FID. The
optimized analytical parameters are microextraction solvent is toluene, volume of organic phase is 3 µL, stirring rate
is 1080 rpm and extraction tome is 45 min. In the HS-SDME process, organic phase was hanging from the sample
solution, so that the analyt was extracted and analyzed with GC using FID detector. The optimized method yields a
linier calibration curve for NDEA standard 10 – 50 ppm with r = 0,996, limit of detection 3,4 ppm, accuracy until
103,50 %, relative standard deviation between 1,21 until 9,34 % and the enrichment factor until 6.900 times. This
method has detected NDEA into salt fish for 244,79 ppm and fickle meat for 16,46 ppm.
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 82
Sampel ikan asin dan daging kalengan didapat dari Optimasi kecepatan pengadukan
pasar tradisional di kawasan Mulyorejo, Surabaya. Pada optimasi kecepatan pengadukan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini digunakan kecepatan (540, 720, 900, 1080 dan 1260
adalah alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium, rpm). Sementara variabel yang lain dibuat tetap
GC-FID HP 5890, syringe (Hamilton Gastight 1700 (volume sampel 20 mL dan waktu ekstraksi 30 menit),
series syringe 25 μL), vial, kertas saring (Whatman sedangkan jenis pelarut organik dan volume pelarut
0,45 μm), corong buchner, mikro pipet (Eppendorf), organik yang digunakan disesuaikan dengan hasil
tube mikro pipet (Eppendorf), pengaduk magnetik dan optimasi pada prosedur sebelumnya. Larutan hasil
batang pengaduk. ekstraksi dianalisis dengan GC, kemudian diplot suatu
grafik antara volume sampel dan luasan puncak.
Prosedur Penelitian
Hedspace-Single Drop Microextraction Optimasi waktu ekstraksi
Pada penelitian ini digunakan 2 jenis pelarut Pada optimasi waktu ekstraksi digunakan
organik untuk mengekstrak senyawa golongan waktu ekstraksi 15, 30, 45 dan 60 menit. Sementara
nitrosamin yaitu toluen dan n-heksan. Sebanyak 20 mL variabel yang lain dibuat tetap sesuai hasil optimasi
larutan standar 50 ppm dimasukkan ke dalam botol pada prosedur sebelumnya. Larutan hasil ekstraksi
yang sudah berisi batang pengaduk. Kemudian botol dianalisis dengan GC, kemudian diplot suatu grafik
ditutup dengan karet penutup. Syring yang telah berisi antara waktu ekstraksi dan luasan puncak. Semua
3 mikroliter pelarut organik (mis.toluen) dimasukkan parameter yang optimum digunakan dalam prosedur
ke dalam botol secara tegak lurus hingga ujung syring analisa sampel.
menggantung di atas larutan standar. Kemudian ujung
syring ditekan sehingga pelarut organik menggantung Preparasi sampel
di ujung jarum sebanyak 3 μL. Larutan standar diaduk Sampel ikan asin dan daging kalengan
dengan kecepatan 900 rpm selama 30 menit. Setelah sejumlah 50 gram dipotong kecil-kecil atau dicincang,
proses ekstraksi selesai, pelarut organik ditarik kembali kemudian dilarutkan dalam 50 mL metanol. Campuran
ke dalam syring, kemudian diinjeksikan secara didiamkan selama 3 jam, dan selanjutnya disaring
langsung ke dalam instrumen GC, kemudian diplot menggunakan kertas saring Whatman 0,45 μm dengan
suatu grafik antara konsentrasi dan luasan puncak bantuan corong buchner untuk menghilangkan padatan.
masing-masing pelarut. Larutan sampel yang jernih dimasukkan dalam
botol gelas yang tertutup kertas aluminium foil dan
disimpan pada tempat yang gelap dan pada suhu 2-5
(oC). Sampel disimpan selama maksimum 7 hari
sebelum dianalisis.
83 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
selanjutnya serta tahapan optimasi pada parameter
selanjutnya adalah toluen.
Luas Area
Optimasi volume pelarut organik
y = 583,58x - 1187,5 Variasi jumlah volume dari pelarut organik
R² = 0,9961 yang digunakan pada tahapan ekstraksi senyawa NDEA
dengan menggunakan metode HS-SDME adalah 1, 2
dan 3 µL. Hasil yang didapatkan pada optimasi ini
dapat dilihat pada gambar 3 berikut,
Konsentrasi
Gambar 2. Kurva standar NDEA
Luas Area
Persamaan yang didapat dari kurva standar di atas
digunakan untuk pendeteksian senyawa NDEA yang
terdapat pada sampel ikan asin dan daging kalengan
setelah mengalami tahapan ekstraksi menggunakan
metode HS-SDME. Hasil ini juga digunakan sebagai
dasar untuk mengetahui apakah setelah tahapan Volume pelarut organik
ekstraksi dengan metode HS-SDME akan dihasilkan
pemekatan ataukah tidak. Dari gambar di atas tampak
bahwa semakin besar konsentrasi yang diinjeksikan Gambar 3. Kurva optimasi volume pelarut organik
terhadap instrumen GC-FID maka luasan area yang
digasilkan juga semakin bertambah besar, hal ini Berdasarkan gambar di atas dapat diamati
disebabkan karena luasan area sebanding dengan bahwa semakin banyak volume pelarut organik yang
konsentrasi sampel. digunakan untuk mengekstrak senyawa NDEA maka
semakin banyak pula NDEA yang terekstrak. Hal ini
Optimasi Parameter Analitik disebabkan karena dengan semakin banyaknya volume
Untuk mendapatkan hasil yang optimum pada pengekstrak maka luas penampang yang tersedia untuk
ekstraksi dengan metode HS-SDME, maka diperlukan absorbsi analit juga akan semakin besar, sehingga akan
parameter yang optimum juga yang berkaitan erat semakin banyak pula analit yang terekstrak.
dengan proses ekstraksi antara lain, jenis pelarut Volume maksimum yang digunakan pada
organik, volumen pelarut organik, kecepatan penelitian ini hanya hingga 3 µL saja, volume yang
pengadukan serta waktu ekstraksi yang diperlukan. lebih besar dari 3 µL tidak dapat diaplikasikan karena
drop yang dihasilkan tidak stabil dan juga drop dapat
Optimasi jenis pelarut organik jatuh, sehingga proses ekstraksi tidak dapat dilakukan.
Analisis senyawa NDEA dengan proses Berdasarkan hasil yang tersajikan pada tabel 3 dan
ekstraksi HS-SDME diperlukan suatu pelarut yang gambar 5, kami simpulkan bahwa volume pelarut
sesuai agar supaya senyawa NDEA dapat terekstraksi organik yang optimum adalah pada 3 µL.
secara optimal. Parameter yang sangat mempengaruhi
pemilihan jenis pelarut organik adalah sifat kepolaran Optimasi kecepatan pengadukan
yang sesuai dengan senyawa NDEA. Pada penelitian Setelah mendapatkan jenis pelarut organik
ini digunakan 2 jenis pelarut organik yakni toluen dan serta volume pelarut organik yang optimum, maka
n-heksan. Alasan penerapan kedua jenis pelarut organik selanjutnya dilakukan optimasi terhadap kecepatan
ini karena dilihat dari sifatnya yang non polar sehingga pengadukan dengan tujuan mengoptimalkan dan
diharapkan dapat mengekstrak senyawa NDEA yang memaksimalkan senyawa NDEA yang terekstrak.
semipolar. Berdasarkan hipotesa bahwa semakin cepat
Hasil yang didapatkan setelah proses aplikasi pengadukan yang diaplikasikan terhadap larutan
ekstraksi HS-SDME senyawa NDEA dengan ekstrak maka senyawa NDEA akan semakin mudah
menggunakan toluen dan n-heksan adalah hanya toluen untuk menguap sehingga semakin banyak senyawa
yang stabil pada suhu ruangan, sedangkan n-heksan NDEA yang terekstrak. Oleh karena itu kecepatan
setelah digantungkan pada jarum microsyringe pada pengadukan yang divariasi pada tahapan ini adalah 540,
proses ekstraksi HS-SDME menguap dalam hitungan 720, 900, 1080 serta 1280 rpm. Data yang dihasilkan
detik sehingga tidak dapat dilanjutkan untuk dapat dilihat pada gambar 4 berikut,
mengekstrak NDEA. Didasarkan atas ketidakmampuan
n-heksan bertahan pada suhu ruangan untuk
mengekstrak senyawa NDEA, sehingga pada tahapan
optimasi jenis pelarut ini tidak dapat dibandingkan
luasan area yang didapatkan dari 2 jenis pelarut
organik. Oleh karena itu pada optimasi jenis pelarut
organik ini kami simpulkan pelarut organik yang
optimum dan dapat digunakan pada tahapan
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 84
menurun. Oleh karena itu waktu ekstraksi optimum
sebesar 45 menit.
Berdasarkan tahapan optimasi beberapa
parameter di atas di dapatkan kesimpulan bahwa analit
Luas Area
senyawa NDEA terekstraksi optimal pada volume
pelarut organik 3 µL, kecepatan pengadukan 1080 rpm
serta waktu ekstraksi selama 45 menit. Parameter yang
telah optimum ini digunakan untuk analisis sampel.
Analisis Sampel
540 720 900 1080 128 Setelah tahapan optimasi parameter pada
Kecepatan Pengadukan metode ekstraksi HS-SDME, tahapan selanjutnya untuk
Gambar 4. Kurva optimasi kecepatan pengadukan membuktikan bahwa metode tersebut mampu
diaplikasikan yakni penerapan terhadap sampel.
Berdasarkan data yang disajikan di atas Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan
tampak bahwa dengan bertambahnya kecepatan asin dan daging kalengan yang dibeli dari pasar di
pengadukan, senyawa NDEA yang terekstrak juga kawasan Mulyorejo Surabaya. Pada tahapan preparasi
semakin banyak. Hal ini dapat dilihat dari luas area sampel digunakan metanol sebagai pelarut sampel.
yang dihasilkan dari data tabel 4 yakni semakin Sebanyak 20 mL sampel diekstrak dengan
meningkat dari 540 rpm hingga 1280 rpm yakni dari menggunakan parameter yang telah dioptimasi pada
luas area 102.958 hingga 150.051. Dari kurva optimasi tahapan sebelumnya. Hasil yang didapatkan dapat
pada gambar 6 dapat teramati dengan jelas bahwa luas dilihat pada tabel 1 berikut.
area meningkat dengan tajam hingga pada skala 1080
rpm dengan luas area 149.140. Skala pengadukan 1280 Tabel 1. Hasil analisis sampel
dihasilkan luas area 150.051 yang tidak jauh berbeda Sampel Rata-rata luas Konsentrasi (ppm)
dengan luas area yang dihasilkan pada skala 1080 rpm, area (unit)
Ikan asin 141.648 244,79
oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kecepatan
Daging kalengan 8.420 16,46
pengadukan yang optimum terjadi pada skala 1080
rpm.
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat
teramati bahwa senyawa NDEA dapat terekstrak
Optimasi waktu ekstraksi
dengan menggunakan metode HS-SDME sebanyak
Waktu ekstraksi sangat menentukan kuantitas
244,79 ppm pada sampel ikan asin dan 16,46 ppm pada
analit yang terekstrak selama proses ekstraksi dengan
sampel daging kalengan. Hal ini dimungkinkan karena
menggunakan metode HS-SDME. Semakin lama waktu
pada pengawetan ikan asin dan daging kalengan dapat
ekstraksi maka akan semakin banyak analit yang
digunakan nitrit, sehingga setelah nitrit bereaksi dengan
terekstrak juga, akan tetapi parameter-parameter yang
protein dari ikan maka akan terbentuk nitrosamin.
lain akan sangat menentukan proses ekstraksi analit.
Hasil optimasi untuk parameter waktu ekstraksi dapat
Penentuan Parameter Validasi
dilihat pada gambar 5 di bawah ini. Waktu ekstraksi
Ketepatan (akurasi)
divariasi antara 15 hingga 60 menit.
Akurasi merupakan kedekatan setiap nilai
hasil pengukuran atau nilai rata-rata dengan nilai
sebenarnya. Dalam penelitian ini, akurasi dinyatakan
dengan % recovery yakni perbandingan antara
konsentrasi DEHP rata-rata hasil pengukuran dengan
Luas Area
85 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
dalam proses ekstraksi SDME, pemekatan yang terjadi
Ketelitian (presisi) selama ekstraksi hampir sama dengan pemekatan yang
Precision atau ketelitian menyatakan derajat seharusnya terjadi (theoretical enrichment factor) yakni
kedapatulangan (reproducibility) yakni besarnya antara 6.410 hingga 6.900 kali. Dengan kata lain,
kesesuaian atau penyimpangan dari suatu atau setiap pemekatan pada metode SDME sangat baik karena EFtr
nilai hasil pengukuran yang dilakukan berulang-ulang mendekati EFth.
pada sampel yang sama. Presisi dinyatakan dengan
nilai simpangan baku (standar deviasi = SD) dari hasil KESIMPULAN DAN SARAN
pengukuran yang berulang-ulang. Kesimpulan
Pengukuran presisi didapat dari seluruh Bersdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
konsentrasi pada pembuatan kurva kalibrasi antara 10 sebagai berikut:
hingga 50 ppm. Presisi dari berbagai besaran standar 1. Teknik ekstraksi HS-SDME dapat digunakan untuk
dapat dilihat pada tabel 3 berikut, analisis senyawa NDEA dalam sampel ikan asin dan
daging kalengan dengan baik.
Tabel 3. Data Kv standar NDEA 2. Kondisi optimum dalam penentuan senyawa NDEA
Konsentrasi (ppm) Kv (%) menggunakan teknik HS-SDME dapat dicapai
10 2,57 dengan pelarut organik toluen, volume pelarut
20 3,33 organik sebanyak 3 µL, kecepatan pengadukan 1080
30 9,35 rpm serta waktu ekstrakse selama 30 menit.
40 1,92 3. Berdasarkan kondisi parameter yang telah optimum,
50 1,21 senyawa NDEA mampu diekstrak dari sampel ikan
asin dan daging kalengan. Terdeteksi sebanyak
Tabel 3 memberikan hasil besaran koefisien 244,79 ppm NDEA pada ikan asin dan 16,46 ppm
variasi dengan rentang antara 1,21 hingga 9,35. Presisi untuk daging kalengan.
yang dihasilkan dari instrumen GC-FID sudah cukup
baik diterapkan pada analisis sampel. Saran
Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini,
Sensitivitas (limit deteksi) maka peneliti menyarankan untuk dilakukan
Sensitivitas merupakan kepekaan atau pengembangan terhadap analisis senyawa turunan
kemampuan metode atau instrumen untuk memberikan nitrosamin yang lainnya, dengan harapan dapat
respon terhadap adanya analit dalam sampel. bermanfaat bagi perkembangan ilmu kimia dan
Dinyatakan dengan limit deteksi (LOD) yakni kadar masyarakat sebagai konsumen pada khususnya.
analit terkecil dalam matriks sampel yang masih dapat Sehingga didapatkan metode yang lebih akurat pada
diukur (dideteksi) oleh instrumen atau metode analisis analisis berbagai turunan nitrosamin pada sampel
dengan baik. Suatu metode analisis atau instrumen makanan.
yang baik dapat mengukur analit pada konsentrasi yang
kecil sehingga semakin kecil kadar analit yang dapat DAFTAR PUSTAKA
diukur maka semakin baik suatu metode pengukuran Anand, P., Kunnumaraka, A, B., Sandaram, C.,
atau instrumen yang digunakan. Harikumar, K, B., Tharakan, S, T., Lai, O, S.,
Berdasarkan persamaan kurva kalibrasi yang Sung, B., Aggarwal, B, B., 2008, Cancer is
dihasilkan oleh standar NDEA dengan dasar Preventable Disease that Requires Major
perhitungan LOD didapatkan besaran LOD sebesar 3,4 Lifestyle Changes, Pharmaceutical Research,
ppm. Vol. 25: No. 9
Batlle, Ramon., Nerin, Christina., 2004, Application of
Enrichment Factor Single-drop Microextraction to the
Enrichment factor menjelaskan seberapa besar Determination of Dialkyl Phthalate Ester in
pemekatan yang terjadi selama proses ekstraksi. Ada 2 Food Simulants, Journal of Chromatography A,
(dua) rumus yang digunakan untuk menentukan Vol. 1045 : 29-35
seberapa besar derajat pemekatan selama proses Biswas, R.K., Hayat, M.A., 2002, Kinetics of Solvent
ekstraksi analit dari sampel ke pelarut organik. Extraction of Zirconium (IV) from Chloride
Theoretical enrichment factor merupakan nilai Medium by D2EHPA in Kerosene Using the
atau besaran yang menyatakan berapa besarnya Single Drop Technique, Hydrometallurgy, Vol.
pemekatan yang terjadi selama proses ekstraksi analit 65 : 205-216
dari sampel ke pelarut organik secara teoritis, Demeestere, K., Dewulf, J., Witte, B, D., langenhove,
dirumuskan dengan; H, V., 2007, Sample Preparation for The
Setelah mengalami perhitungan, hasil EFth Analysis of Volatile Organic Compunds in Air
sebesar 6.666,67. Maksudnya adalah secara teoritis, and Water Matrices, Journal of Chromatography
pemekatan yang terjadi selama proses ekstraksi adalah A, Vol. 1153: 130-144
6.666,67 kali. Sehingga konsentrasinya lebih pekat Drabik-Markiewicz, G., Dejaegher, B., Mey, E, D.,
6.666,67 kali dari konsentrasi mula-mula. Sedangkan Impens, S., Kowalska, T., Paelinck, H., Heyden,
pemekatan sebenarnya (setelah mengalami perhitungan Y,V., 2010, Evaluation of The Influence of
rumus EFtr), dihasilkan pemekatan kali dari Proline, Hydroxyproline or Pyrolidine in The
konsentrasi mula-mula. Jadi dapat disimpulkan bahwa Presence of Sodium Nitrite on N-nitrosamine
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 86
Formation when Heating Cured Meat,
Analytical Chim. Acta, Vol. 657: 123-130
Incavo, J, A., Schafer, M, A., 2006, Simplified
Method for The determination of N-
nitrosamines in Rubber Vulcanizates, Analytica
Chim. Acta, Vol. 557: 256-261
Jurado-Sanchez, B., ballesteros, E., Gallego, M., 2007,
Comparison of The Sensitivities of Seven N-
nitrosamines in Pre-screened Waters Using
Automated Preconcentration System and Gas
Chromatography with Different detectors,
Journal of Chromatography A, Vol. 1154: 66-73
Li, Ning., Deng, Chunhui., Yin, Xinying., Yao, Ning.,
Shen., Xizhong., Zhang, Xiangmin., 2005, Gas
Chromatography-mass Spectrometric Analaysis
of Hexanal and Heptanal in Human Blood by
Headspace Single-drop Microextraction with
Droplet Derivatization, Analytical Biochemistry
Liu, Hanghui., Dasgupta, Pumenda K., 1996,
Analytical Chemistry in a Drop. Solvent
Extraction in Microdrop, Analitical Chemistry,
Vol. 68 : 1817-1821
Lopez-Blanco, M.C., Blanco-Cid, S., Cancho-Grande,
B., Simal-Gandara, J., 2002, Application of Single
Drop Microextraction and Comparison With
Solid-phase Microextraction and Solid-phase
Extraction for the Determination of α- and β-
Endosulfan in Water Samples by Gas
Chromatography-electrob-capture Detection,
Journal of Chromatography A, Vol. 984 : 45-252
Ozel, M, Z., Gogus, F., Yagci, S., Hamilton, J, F.,
Lewis, A, C., 2010, Determination of Volatil
Nitrosamines in Various meat Products Using
Comprehensive Gas Chromatography-Nitrogen
Chemiluminescence Detection, Food and
Chemical Technology, Vol. 48: 3268-3273
Patel, K., Mehta, P., Sahoo, U., Sen, A, K., B, Dhanya.,
2010, A Single Drop Micro Extraction and
Future Trends, International Journal of
ChemTech Research, Vol. 2: 1638-1652
Supriyanto, G, 2005, Cromatomembrane Methode
Applied in Pharmaceuticals Analysis, Logus
Verlag, Berlin
Yurchenko, S., Molder, U., 2007, The Occurraence of
Volatile N-nitrosamines in Estonian Meat
Products, Food Chemistry, Vol 100: 1713-1721
87 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
PENDETEKSIAN ARRHYTHMIA HASIL ECG MENGGUNAKAN
RADIAL BASIS FUNCTION DAN KOHONEN SELF ORGANIZING MAPS
Auli Damayanti1
1
Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
ABSTRACT
The heart is the organ of the human body that has a vital function, small abnormalities can have a big
impact on the performance of our bodies. Therefore we need a tool that can detect abnormalities of the heart so that
people with heart disease can be treated early to help reduce the deaths from heart attacks. Abnormalities of the
heart or Arrhythmia is a disorder that occurs at the frequency, regularity, the place of origin beats or conduction of
electrical impulses of the heart. In this study, methods used neural networks Radial Basis Function (RBF) and
Kohonen Self Organizing Maps (SOM) as one method of diagnosis of cardiac abnormalities of the ECG
recordings. In ECG recordings, first performed image processing to clarify the image of the normal and abnormal,
and the method used is thresholding method, sobel edge detection and segmentation. In the process of learning neural
networks Radial Basis Function (RBF) used two processes, namely the process by using the method of
unsupervised Kohonen Self Organizing Maps (SOM) and supervised by the feed forward process. Percentage of
cardiac abnormalities identified in the testing process neural networks Radial Basis Function (RBF) was
obtained for 84% of the 25 test data.
Key words: cardiac abnormalities Arrhythmia, ECG, sobel edge detection, neural networks Radial Basis Function
(RBF) and Kohonen Self Organizing Maps (SOM)
Pada penelitian ini software utama yang
PENDAHULUAN digunakan untuk membantu menyelesaikan
Jantung adalah organ tubuh manusia yang permasalahan yang akan dipecahkan adalah Visual
memiliki fungsi vital, kelainan kecil bisa berpengaruh Basic 6.
besar pada kinerja tubuh kita. Kelainan jantung atau Adapun langkah-langkah pengerjaan dalam
Arrhythmia merupakan gangguan yang terjadi pada penelitian ini adalah:
frekuensi, keteraturan, tempat asal denyut atau 1). Melakukan pengambilan data ECG Citra rekaman
konduksi impuls listrik jantung. Pendeteksian ECG jantung yang digunakan dalam penelitian ini
Arrhythmia dapat dilakukan dengan tes diperoleh dari penderita jantung di Surabaya dan dari
Electrocardiogram (ECG) (Thaler, 2000). ECG hasil download di internet. Total data rekaman ECG
adalah grafik yang dibuat oleh sebuah alat yang adalah 45 citra rekaman ECG yang terdiri dari 25 citra
dinamakan elektrokardiograf, grafik tersebut mencatat rekaman ECG kelainan jantung dan 20 citra rekaman
aktivitas listrik jantung selama pemeriksaan, ECG jantung normal. Citra rekaman yang telah didapat
sehingga beberapa kelainan jantung dapat dikenali kemudian dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok
dari pemeriksaan ini. Dengan pengetahuan dan training dan kelompok testing. Kelompok training
pengalaman para dokter ataupun ahli radiologi, dapat adalah 10 citra rekaman ECG normal dan 10 citra
ditentukan ketidaknormalan pada jantung. rekaman ECG kelainan jantung, sisanya masuk
Untuk membantu dokter dalam kelompok testing.Citra rekaman ECG tersebut
mendiagnosa ketidaknormalan pada jantung dari kemudian diubah kedalam bentuk citra digital dengan
hasil ECG, maka dalam penelitian ini akan menggunakan mesin scanner.
dikembangkan suatu metode Jaringan Syaraf Radial 2). Melakukan proses pengolahan citra pada data
Basis Function dengan pembelajaran unsupervisednya rekaman ECG sebelum digunakan sebagai inputan
menggunakan Kohonen Self Organizing Maps. Pada pada jaringan syaraf, dengan langkah-langkah sebagai
penelitian ini, data rekaman ECG dilakukan berikut:
terlebih dahulu proses pengolahan citra yang a. Pembacaan File Gambar
bertujuan untuk mengubah citra gambar menjadi File gambar pada penelitian ini bertipe
matrik yang bernilai numerik, sebelum digunakan .jpg dan berukuran 444 x 56 pixel.
sebagai inputan jaringan syaraf RBF-SOM. b. Proses Grayscale, yaitu mengubah citra berwarna
(red, green, blue) menjadi citra grayscale dengan
METODE PENELITIAN mengambil rata- rata dari rgb.
Pada penelitian ini bahan dan alata yang c. Proses Threshoding, yaitu proses mengubah kualitas
digunakan adalah : citra dengan mengatur jumlah derajat keabuan yang
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada pada citra.
data sekunder yang diambil secara langsung d. Proses Deteksi Tepi, Deteksi tepi pada suatu citra
pada pasien yang melakukan ECG, baik yang adalah suatu proses yang menghasilkan tepi-tepi dari
normal ataupun yang kelainan jantung. objek-objek gambar. Deteksi tepi menggunakan
2. Alat yang digunakan untuk mencopy gambar ECG metode sobel.
adalah mesin scanner. e. Proses segmentasi,yaitu membagi objek menjadi
segmen-segmen yang lebih kecil sehingga diharapkan
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 88
untuk pengolahan datanya dapat menjadi lebih cepat. Organizing Maps dengan menggunakan software
File gambar ECG dengan ukuran 444 x 56 pixel Visual Basic 6.
berubah menjadi 111 x 14 pixel. 5). Melakukan uji validasi program untuk mendeteksi
f. Proses Normalisasi, yaitu mengubah nilai numerik arrhythmia hasil rekaman ECG dengan memcocokan
matrik menjadi nilai numerik dengan range antara 0 hasil analisa program dengan hasil diagnosa dokter
dan 1 dan ukuran matriknya adalah satu kolom. ahli jantung.
Matrik berukuran 1554 x 1 inilah yang dijadikan
sebagai inputan dari Jaringan Syaraf Radial Basis HASIL DAN PEMBAHASAN
Function. Pada bab ini akan dibahas tentang hasil
3). Merancang algoritma jaringan syaraf Jaringan pengujian dan analisa dari perancangan jaringan
Syaraf Radial Basis Function dengan unsupervised syaraf Radial Basis Function dan Self Organizing
learning Kohonen Self Organizing Maps (SOM) Maps untuk identifikasi kelainan jantung pada
untuk mendeteksi arrhythmia hasil rekaman ECG. program yang telah dibuat.
Algoritma Jaringan Syaraf Fungsi Radial Basis adalah
sebagai berikut : Proses Pengolahan Citra
a. Algoritma pelatihan (training) adalah sebagai Proses pengolahan citra pada citra rekaman
berikut : ECG yang berukuran 444 x 56 pixel, dilakukan
Clustering data menggunakan Kohonen dengan beberapa tahapan, yaitu tahap thresholding,
SOM deteksi tepi sobel, dan segmentasi. Hasil dari
Langkah 1 : Bangkitkan dua cluster yaitu proses pengolahan citra berupa matrik yang
kelainan jantung dan jantung normal. berukuran 111 x 14 pixel dengan nilai numerik antara
Langkah 2 : Inisialisasi bobot koneksi dengan 0 - 255. Pada matrik ini dilakukan proses
bilangan random normalisasi yaitu mengubah nilai pada elemen matrik,
Langkah 3 : Isi cluster dengan data input yang sebelumnya bernilai antara 0 dan 255 menjadi
berdasarkan jenisnya dengan secara acak. matrik yang elemennya mempunyai nilai antara 0
Langkah 4 : Hitung jarak vektor input dan 1, dengan ukuran matrik yang diubah menjadi
terhadap bobot koneksi d j untuk masing-masing 1554 x 1. Matrik inilah yang digunakan sebagai
neuron output dengan menggunakan rumus: inputan dari jaringan syaraf radial basis function baik
pada proses training maupun proses testing. Hasil
proses pengolahan citra dapat dilihat pada gambar
Langkah 5 : Cari index b = j dimana d j minimum, berikut.
neuron output b disebut sebagai best matching unit
(bmu)
89 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
sebagai inisialisasi bobot pada testing data. Prosedur diisi dengan nilai 1. Dalam perhitungan gaussian nilai
dari Jaringan Syaraf RBF dapat dilihat pada gambar yang digunakan adalah 1.
berikut Selain itu dibentuk pula vektor target yang
Prosedur RBF berukuran dimana berisi nilai 1 untuk baris
yang bertarget kelainan jantung dan berisi nilai 0
Input data ( )
Prosedur Cluster () untuk baris yang bertarget normal. Selanjutnya
Prosedur Training () dengan menggunakan persamaan akan
Prosedur Testing () dihitung bobot baru (W) yang berukuran .
Output centroid normal, centroid Bobot baru inilah yang akan digunakan pada proses
stroke, w1, w2, bias
testing. Bobot baru beserta nilai minimum akan
disimpan dalam bentuk .txt. Proses trainingnya dapat
Gambar 2. Prosedur RBF dilihat pada gambar berikut.
Pada proses cluster, cluster yang dibentuk
adalah cluster jantung normal dan cluster kelainan
jantung. 10 citra sadapan rekaman ECG kelainan
jantung yang berukuran menjadi
cluster kelainan jantung dan 10 citra sadapan
rekaman ECG jantung normal yang berukuran
menjadi cluster normal. Tahapan
proses clustering dapat dilihat pada gambar berikut :
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 90
Uji Validasi Saran
Pada proses ini, 25 data yang berbeda Pada penelitian selanjutnya, penulis
dengan data training diuji cobakan untuk melihat berharap bahwa
keakuratan program atau sistem yang telah dibuat. 1. Pada proses pengambilan data rekaman ECG
Selanjutnya hasil yang didapat dibandingkan dengan hendaknya mencari rumah sakit yang mempunyai
diagnosis dokter yang telah ada. Berikut ini rekam data pasien jantung yang berupa file, karena
diberikan tabel hasil uji validasi : selama ini hasil rekaman ECG selalu dibawa pulang
pasien.
Tabel 1 Tabel Uji Validasi 2. Pengenalan pola kelainan jantung dengan metode
ANALISA ANALISA RBF-SOM ini tidak hanya mendeteksi apakah
DATA KESIMP.
RBF DOKTER
VNORMAL1 NORMAL NORMAL COCOK terdapat kelainan atau tidak, tetapi dapat
VNORMAL2 NORMAL NORMAL COCOK dikembangkan untuk mengenali jenis kelainan
VNORMAL3 NORMAL NORMAL COCOK jantungnya.
VNORMAL4 NORMAL NORMAL COCOK
VNORMAL5 NORMAL NORMAL COCOK DAFTAR PUSTAKA
TIDAK
VNORMAL6 KELAINAN NORMAL
COCOK Anonim , 16 nopember 2011,
VNORMAL7 KELAINAN NORMAL
TIDAK http://oketips.com/4859/tips-sehat-
COCOK
definisi-8-gejala-aritmia-arrhythmia-
VNORMAL8 NORMAL NORMAL COCOK
VNORMAL9 NORMAL NORMAL COCOK jantung.
VNORMAL10 NORMAL NORMAL COCOK Basuki, Ahmad., Jozua F. Palandi,
VKELAINAN1 KELAINAN KELAINAN COCOK
VKELAINAN2 KELAINAN KELAINAN COCOK
Fatchurrochman, 2005, Pengolahan
VKELAINAN3 KELAINAN KELAINAN COCOK Citra Digital menggunakan Visual
VKELAINAN4 KELAINAN KELAINAN COCOK Basic, Penerbit Graha Ilmu,
TIDAK
VKELAINAN5 NORMAL KELAINAN
COCOK Yogyakarta
VKELAINAN6 NORMAL KELAINAN
TIDAK Damayanti, implementasi Jaringan Syaraf
COCOK
VKELAINAN7 KELAINAN KELAINAN COCOK
Fungsi Radial Basis pada
VKELAINAN8 KELAINAN KELAINAN COCOK pendeteksian kanker payudara dari
VKELAINAN9 KELAINAN KELAINAN COCOK hasil mammografi, 2009
VKELAINAN10 KELAINAN KELAINAN COCOK
VKELAINAN11 KELAINAN KELAINAN COCOK
Jones, Shirley A. 2005, ECG Notes –
VKELAINAN12 KELAINAN KELAINAN COCOK Interpratation and Management
VKELAINAN13 KELAINAN KELAINAN COCOK Guide, F.A. Davis Company,
VKELAINAN14 KELAINAN KELAINAN COCOK
VKELAINAN15 KELAINAN KELAINAN COCOK Philadelphia.
Kusumadewi, Sri, 2003, Artificial Intelligence
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa (Teknik dan Aplikasinya), Penerbit
tingkat keakuratan program atau sistem sebesar Graha Ilmu, Yogyakarta
84% adalah benar atau sesuai dengan diagnosa Kusumadewi, Sri. 2006. Jaringan Syaraf
dokter.
Tiruan (Menggunakan MATLAB &
SIMPULAN DAN SARAN Excel Link). Penerbit Graha Ilmu.
Simpulan Jogjakarta
Kesimpulan dari penelitian ini antara lain Thaler, Malcolm S, 2000, Satu-satunya buku
1. Tahapan proses pengolahan citra yang digunakan EKG yang anda perlukan / Malcolm
pada penelitian ini yaitu thresholding, deteksi tepi S Thaler ; Alih bahasa, Samik
sobel, dan segmentasi. Wahab.- Ed.2 -,Hipokrates, Jakarta,
2. Algoritma Jaringan Syaraf Radial Basis Function
dengan Unsupervised Learning Kohonen Self
Setiawan, Kuswara (2003), Paradigma Sistem
Organizing Maps terdiri dari dua tahapan proses Cerdas. Sekolah Tinggi Teknik
yaitu proses training dan proses testing. Proses Surabaya.
training digunakan dua metode yaitu self Sujadir, Dwi, 2008, Mengenal EKG,
organizing maps (SOM) dan feed forward. SOM http://dwi-sujadir.blogspot.com, 5
digunakan pada proses dari layer input ke layer Juli 2009
hidden, sedangkan dari layer hidden ke out Vladutu,L., Papadimitriou, S., Mavroudi, S.,
menggunakan feed forward. Proses testing
menggunakan metode feed forward. 2001, Ischemia Detection with a Self-
3. Hasil dari implementasi program terhadap 25 data Organizing Map Supplemented by
uji validasi rekaman ECG diperoleh bahwa prosentase Supervised Learning, CiteSeer x
keberhasilan mengidentifikasi kelainan jantung collection.
sebesar 84%.
91 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
PETUNJUK PENULISAN MAKALAH
PERSYARATAN
1. Makalah harus bersifat ilmiah orisinal merupakan karya hasil penelitian, belum pernah dipublikasikan.
2. Panjang tulisan makalah maksimal 10 halaman kertas A4 termasuk tabel dan gambar serta diketik dengan huruf
time new roman (font size 10) dengan spasi tungal.
3. Makalah ditulis dalam bahasa Indonesia baku atau bahasa Inggris dan abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan
bahasa indonesia.
ORGANISASI MAKALAH
Makalah memuat unsur Judul, Abstract, Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Simpulan, Ucapan
Terima Kasih (bila perlu) dan Daftar Pustaka
1. JUDUL: bersifat informatif, singkat tapi jelas, di bawah judul dicantumkan nama penulis, asal instansi atau
universitas penulis, alamat pos penulis untuk korespondensi. Bila para penulis tidak berasal dari satu instansi
atau universitas, maka harus diberi tanda dan masing-masing tanda diberi nama instansi atau universitas
2. ABSTRACT: memuat inti permasalahan (tujuan, metode penelitian dan hasil), panjangnya tidak lebih dari 250
kata atau 3-4 % dari panjang makalah. Pada bagian bawah Abstract harus mencantumkan keyword (s), baik
dalam bentuk kata atau phrase
3. PENDAHULUAN: memuat latar belakang masalah, rencana pengembangan, tujuan dan harapan tentang
aplikasi hasil penelitian. Informasi tersebut merupakan argumentasi konsisten dan landasan teoritik
4. METODE PANELITIAN: memuat materi atau komponen, alat dan objek yang akan diteliti, cara kerja
penelitian, parameter yang diamati, rancangan yang digunakan serta teknis analisis yang dipakai
5. HASIL DAN PEMBAHASAN: memuat hasil-hasil utama (sesuai dengan parameter yang diamati), disertai
pembahasan ilmiah atau argumentasi yang mendukung
6. SIMPULAN DAN SARAN: memuat pernyataan singkat tentang hasil yang diperoleh dikaitkan dengan
hipotesis (bila ada) yang telah diajukan. Saran, kalau ada diajukan berkaitan dengan hasil penelitian yang
diperoleh dan berkaitan dengan pemantapan atau pengembangannya lebih lanjut.
7. DAFTAR PUSTAKA: disusun sebagai berikut :
a. Menurut abjad nama akhir pengarang. Acuan yang tidak dikenal pengarangnya digolongkan sebagai
Anonimus.
b. Contoh penulisan beberapa kepustakaan :
i. Buku: nama penulis, tahun, judul buku (dicetak miring), jilid, nama penerbit dan kota,
Contoh:
Brown, T.A., 1993, Genetics Molecular Approach, 2nd Ed. Chapman & Hall, London
ii. Jurnal: nama penulis, tahun, judul, nama jurnal (dalam singkat resmi dan dicetak miring), volume,
halaman (awal sampai akhir),
Contoh:
Bagnara, J.T., Fernadez, P.J., 1993, Hormonal Influences on The Development of Amphibian
Pigmentation Patterns, Zoological Science, 10 : 733-748
iii. Karangan dalam buku: nama penulis, tahun, judul karangan, nama editor, judul buku, jilid, nama
penerbit dan kota, halaman mulai dan akhir
Contoh:
Zainuddin, 1990, Penelitian Kuantitatif. Dalam : Sudijono dan Sarmanu, Ed. Penataran Metodologi,
Edisi ke-4: Lemlit Unair Surabaya, 15-20
iv. Karangan yang dibawakan dalam pertemuan ilmiah, laporan ilmiah dan sebagainya : nama
penulis, tahun, judul karangan, nama pertemuan ilmiah atau judul laporan ilmiah, tanggal dan kota
tempat pertemuan
Contoh:
Pangestu, M, Baikuni A., 1988, Pengaruh penyuluhan terhadap kebersihan lingkungan, Seminar
Nasional Kesehatan Lingkungan. 15 April, Bogor.