Anda di halaman 1dari 49

ISSN 0852-4556

Jurnal

Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
(Journal of Mathematics and Science)

Vol. 15, No. 2, Juli 2012

DAFTAR ISI

M. Arief Bustomi, Endah PENGARUH JARI-JARI SYARAT BATAS PADA PENDEKATAN 48


Purwanti POLAR POTENSIAL LISTRIK GEOMETRI KARTESIAN
Irene Fitricia, Dwi Winarni, PENGARUH PEMBERIAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.) 52
dan I.B. Rai Pidada TERHADAP HISTOLOGI KELENJAR MAMMAE MENCIT
YANG DIINDUKSI 7,12-DIMETILBENZ(Α)ANTRASENA
(DMBA)
Tities Alhaq Ruaeny, Agoes KONSENTRASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb), TEMBAGA (Cu) 57
Soegianto, Sucipto Hariyanto DAN SENG (Zn) LIMA JENIS IKAN YANG DIKONSUMSI
YANG DIAMBIL DARI TEMPAT PELELANGAN IKAN
MUNCAR-BANYUWANGI
Abdulloh, Nanik Siti Aminah, KOMBINASI H2SO4 DAN CAO UNTUK SINTESIS BIODIESEL 61
Mochamad Zakki Fahmi DARI MINYAK JARAK PAGAR
Hamami, Abdulloh, Alfa PENGARUH UKURAN PORI TERHADAP AKTIVITAS 66
Akustia Widati, Djimmi KATALITIK TITANIUM SILIKALIT-1 PADA SINTESIS FENOL
Teratee

Hari Siswoyo, Emi SIFAT KIMIA AIRTANAH DANGKAL DI KABUPATEN 71


Fitrianingsih, Bambang TULUNGAGUNG
Poerwadi

Widati, A, A., Baktir, A., SYNTHESIS OF ZEOLITE A FROM BAGGASE AND ITS 78
Hamami, Setyawati, H., ANTIMICROBIAL ACTIVITY ON Candida albicans
Rahmawati, R.

Yanuardi Raharjo, Aning APLIKASI MIKROEKSTRAKSI BERBASIS GREEN 82


Purwaningsih, Miratul CHEMISTRY UNTUK ANALISIS SENYAWA KARSINOGENIK
Khasanah NITROSAMIN

Auli Damayanti PENDETEKSIAN ARRHYTHMIA HASIL ECG 88


MENGGUNAKAN RADIAL BASIS FUNCTION DAN KOHONEN
SELF ORGANIZING MAPS
Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli
Harga berlangganan Rp. 200.000,00 pertahun termasuk ongkos kirim dalam negeri

Alamat Redaksi:
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Kampus C UNAIR, Jalan Mulyorejo Surabaya (60115)
Telp.(031) 5936501; 5912878; Fax: (031) 5936502; 5912878
Email: fsaintek@unair.ac.id

Dicetak oleh Airlangga University Press (042/03.11/A15E) Kampus C UNAIR,


Jalan Mulyorejo, Surabaya (60115) Indonesia.
Telp. (031) 5992246, 5992247. Fax: (031) 5992248, Email: aupsby@rad.net.id; aup.unair@gmail.com
Kesalahan penulisan (isi) diluar tanggungjawab AUP.
JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(Journal of Mathematics and Science)
ISSN: 0852-4556

Alamat: Fakultas Sains dan Teknologi, Kampus C Unair, Jalan Mulyorejo, Surabaya (60115)
Telp. (031) 5936501, Fax: (031) 5936502
Email: fsaintek@unair.ac.id
http://www.jurnal.fst.unair.ac.id

Pelindung : Rektor Universitas Airlangga


Penanggung Jawab : Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

Dewan Redaksi (Editorial Board):


Ketua : Dr. Moh. Yasin, M.Si.
Wakil Ketua : Dr. Herry Suprajitno
Anggota : Dr. Dwi Winarni
Dr. Alfinda Novita Kristanti
Dr. Retna Apsari, M.Si.

Penyunting Ahli (Advisory Board):


1. Prof. Dr. Sulaiman W. Harun (University of Malaya, Malaysia)
2. Prof. Dr. Kusminarto (Universitas Gadjah Mada)
3. Prof. Dr. Suhariningsih (Universitas Airlangga)
4. Prof. Dr. Darminto (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
5. Prof. Dr. Yana Maulana Syah (Institut Teknologi Bandung)
6. Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih., M.Si. (Universitas Airlangga)
7. Dr. Mulyadi Tanjung, M.S. (Universitas Airlangga)
8. Dr. Nanik Siti Aminah (Universitas Airlangga)
9. Dr. Muji Harsini (Universitas Airlangga)
10. Prof. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
11. Prof. Noenoek Hariani Soekamto (Universitas Hasanuddin)
12. Prof. Dr. Sutiman Bambang Soemitro (Universitas Brawijaya)
13. Dr. Endang Semiarti (Universitas Gadjah Mada)
14. Prof. Dr. Agoes Soegianto, DEA. (Universitas Airlangga)
15. Prof. Win Darmanto, M.Si., Ph.D. (Universitas Airlangga)
16. Dr. Ni’matuzahroh (Universitas Airlangga)
17. Drs. Hery Purnobasuki, M.Si., Ph.D. (Universitas Airlangga)
18. Prof. Dr. Ismail bin Moh. (Universiti Malaysia Terenganu, Malaysia)
19. Prof. Dr. I Nyoman Budiantara (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
20. Dr. Eridani (Universitas Airlangga)
21. Dr. Miswanto, M.Si. (Universitas Airlangga)
22. Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc. (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)

Kesekretariatan/ Administrasi:
Yhosep GitaYhun Yhuwana, S.Si.
Dwi Hastuti, S.T.
Farid A. Z., S.Kom.
Joko Ismanto, S.Sos.
Daftar Isi

M. Arief Bustomi, Endah PENGARUH JARI-JARI SYARAT BATAS PADA PENDEKATAN 48


Purwanti POLAR POTENSIAL LISTRIK GEOMETRI KARTESIAN

Irene Fitricia, Dwi Winarni, PENGARUH PEMBERIAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.) 52
dan I.B. Rai Pidada TERHADAP HISTOLOGI KELENJAR MAMMAE MENCIT
YANG DIINDUKSI 7,12-DIMETILBENZ(Α)ANTRASENA
(DMBA)

Tities Alhaq Ruaeny, Agoes KONSENTRASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb), TEMBAGA (Cu) 57
Soegianto, Sucipto Hariyanto DAN SENG (Zn) LIMA JENIS IKAN YANG DIKONSUMSI
YANG DIAMBIL DARI TEMPAT PELELANGAN IKAN
MUNCAR-BANYUWANGI

Abdulloh, Nanik Siti Aminah, KOMBINASI H2SO4 DAN CAO UNTUK SINTESIS BIODIESEL 61
Mochamad Zakki Fahmi DARI MINYAK JARAK PAGAR

Hamami, Abdulloh, Alfa PENGARUH UKURAN PORI TERHADAP AKTIVITAS 66


Akustia Widati, Djimmi KATALITIK TITANIUM SILIKALIT-1 PADA SINTESIS FENOL
Teratee

Hari Siswoyo, Emi SIFAT KIMIA AIRTANAH DANGKAL DI KABUPATEN 71


Fitrianingsih, Bambang TULUNGAGUNG
Poerwadi

Widati, A, A., Baktir, A., SYNTHESIS OF ZEOLITE A FROM BAGGASE AND ITS 78
Hamami, Setyawati, H., ANTIMICROBIAL ACTIVITY ON Candida albicans
Rahmawati, R.

Yanuardi Raharjo, Aning APLIKASI MIKROEKSTRAKSI BERBASIS GREEN 82


Purwaningsih, Miratul CHEMISTRY UNTUK ANALISIS SENYAWA KARSINOGENIK
Khasanah NITROSAMIN

Auli Damayanti PENDETEKSIAN ARRHYTHMIA HASIL ECG 88


MENGGUNAKAN RADIAL BASIS FUNCTION DAN KOHONEN
SELF ORGANIZING MAPS
PENGARUH JARI-JARI SYARAT BATAS PADA PENDEKATAN POLAR POTENSIAL
LISTRIK GEOMETRI KARTESIAN

M. Arief Bustomi1, Endah Purwanti2


1
Jurusan Fisika-FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya-61111
2
Teknobiomedik, Dept. Fisika, Fak. Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
Kampus C UNAIR, Surabaya
Email: a_bustomi@physics.its.ac.id; end4hp@gmail.com

Abstrak
Sistem potensial listrik dalam koordinat kartesian dapat dianalisa dengan menggunakan pendekatan polar.
Dalam penelitian ini hanya dipelajari pengaruh jari-jari lingkaran syarat batas pada pendekatan polar untuk sistem
potensial listrik kartesian dua dimensi dengan syarat batas potensial listrik 1 V, 2 V, 3 V, dan 4 V. Jari-jari lingkaran
syarat batas yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,1, 0,2, 0,3, 0,4 dan 0,5 m. Ada beberapa tahap yang
harus dilakukan, yaitu: melakukan perhitungan analitik dalam koordinat kartesian, menentukan syarat batas untuk
pendekatan polar, menghitung potensial listrik dengan pendekatan polar pada masing-masing jari-jari lingkaran
lingkaran syarat batas dan membandingkannya dengan hasil perhitungan koordinat kartesian. Hasil yang didapat
yaitu rata-rata selisih potensial listrik antara perhitungan dalam koordinat kartesian dan pendekatan perhitungan
dalam koordinat polar adalah sangat kecil yaitu sebesar -1,23358x10-17 Volt. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa variasi besar jari-jari lingkaran syarat batas tidak berpengaruh pada pendekatan perhitungan dalam
koordinat polar .

Kata Kunci : pendekatan polar, jari-jari lingkaran syarat batas, selisih potensial listrik

PENDAHULUAN geometri tertentu menggunakan sistem koordinat yang


Sebagian besar persoalan fisika berkaitan tidak sesuai dengan bentuk geometrinya. Dalam
dengan suatu persamaan differensial yang merupakan penelitian ini, diteliti solusi persamaan Laplace berupa
suatu representasi matematis dari hukum fisika untuk fungsi potensial listrik sistem dengan bentuk geometri
suatu persoalan fisika tersebut. Salah satu persamaan kartesian dengan pendekatan perhitungan
differensial yang sering dijumpai dalam fisika adalah menggunakan koordinat polar. Dua penelitian
persamaan Laplace. Penyelesaian suatu persamaan sebelumnya telah meneliti pengaruh jumlah titik data
differensial dalam fisika harus memenuhi suatu syarat dalam penentuan fungsi potensial syarat batas dan
batas tertentu yang merupakan kondisi fisis dari sistem. pengaruh jumlah suku Fourier pada pendekatan polar
Untuk menggambarkan kondisi dari sistem biasanya fungsi potensial listriknya [1 - 3]. Dalam penelitian ini,
digunakan suatu sistem koordinat, misalnya sistem diteliti pengaruh besar jari-jari lingkaran syarat batas
koordinat kartesian dan sistem koordinat polar. pada pendekatan polar potensial listrik untuk
Penggunaan masing-masing sistem koordinat penyelesaian sistem dengan geometri kartesian .
disesuaikan dengan bentuk geometri sistemnya [1- 6].
Dalam makalah ini diperlihatkan contoh DASAR TEORI
persoalan penerapan persamaan Laplace dalam Metode Separasi Variabel Koordinat Kartesian
problem elektrostatis. Dalam elektrostatis sering timbul Metode Pemisahan Variabel dilakukan dengan
permasalahan untuk sistem potensial listrik yang memisalkan fungsi potensial listrik V(x,y) = X(x)Y(y).
mempunyai bentuk geometri campuran. Untuk sistem
Substitusi ke persamaan Laplace ∇ ϕ = 0 , kemudian
2
seperti ini, biasanya distribusi potensial listriknya bisa
diperoleh dengan menyelesaikan persamaan Laplace dibagi dengan V(x,y) akan menghasilkan [4, 5] :
dengan persoalan syarat batasnya menggunakan 1 d2X 1 d 2Y
metode numerik. Kelemahan dari metode numerik + =0
X ( x) dx 2 Y ( y ) dy 2 (1)
adalah tidak akan pernah diperoleh suatu ekspresi
matematis berupa sebuah fungsi matematis untuk Karena persamaan ini harus sama dengan
distribusi potensial listrik untuk suatu sistem dengan nol untuk semua nilai x dan y maka kedua sukunya
geometri campuran tersebut. Suatu ekspresi matematis bisa disamakan dengan konstanta, misalnya:
untuk suatu sistem fisis adalah sangat penting untuk
1 d2X
berbagai keperluan analisa yang lebih lanjut dari pada 2
= −k 2
hanya sekedar deretan angka dari hasil yang diperoleh X ( x) dx
dari analisa numerik.
1 d 2Y
Langkah awal pengembangan metode = k2
perhitungan analitik untuk sistem dengan bentuk Y ( y ) dy 2 (2)
geometri campuran sehingga diperoleh ekspresi
matematisnya adalah mencoba mengembangkan
metode perhitungan untuk sistem dengan bentuk

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 48
dimana k adalah konstanta separasi variabel. Masing- d 2Y
masing persamaan di atas merupakan persamaan + K 2Y = 0
differensial biasa yang memiliki penyelesaian analitis : dφ 2 (9)
X(x)=Cs sin (kx) + Cc cos (kx) Persamaan (9) Mempunyai solusi cos(K φ ) dan sin(K
Y(y)=Cs ’ sinh (ky) + Cc’ cosh (ky) (3)
φ ). Besaran dari K harus dibatasi dalam orde tertentu
dimana C dan C’ adalah konstanta yang bisa dicari
apabila syarat batas diberikan. Misalkan syarat untuk membuat solusi ini mempunyai nilai fungsi
batasnya adalah : tunggal dari φ . Atau dengan kata lain, solusi untuk
membuat pengertian fisikanya seharusnya sama setelah
diputar 2 π , yaitu :

cos K( φ + 2
π ) = cos (K φ )
π
sin K( φ + 2 ) = sin (K φ ) (10)
dimana menghendaki bahwa K = n, dan n adalah nol
atau suatu bilangan positif. Suatu sifat penting dari
solusi ini adalah kenyataan bahwa sin dan cos
orthogonal:
2π 2π

∫ cos(mφ ) cos(nφ )dφ = ∫ sin(mφ )sin(nφ )dφ = πδ mn


0 0

Gambar 1 : Syarat batas koordinat kartesian
V(x,y=0) = V(x=0,y) = V(x=Lx,y)
∫ cos(mφ )cos(nφ )dφ
0 =0 (11)
=0, δ
dimana mn adalah delta kronecker. Kebergantungan
radial dari potensial dapat diperoleh dengan pengaturan
V(x,y=Ly)= (4)
sisi sebelah kiri persamaan (8) dan dengan
Maka syarat ini hanya dipenuhi apabila Cc = 0 dan menyamakan K2= n2 didapatkan :
C’c = 0. Kemudian pada x = Lx akan terpenuhi apabila
k = n.π / Lx. Oleh sebab itu, penyelesaian persamaan d  dR  n 2 R
ρ − =0
Laplace adalah superposisi: dρ  dρ  ρ (12)
nπx nπx ∞
V ( x, y ) = ∑ C n sin sinh (5)
Untuk n = 0, potensial memenuhi persamaan dimana
n =i Lx Lx potensial listriknya tidak mempunyai kebergantungan
Koefisien Cn dapat diperoleh dengan memasukkan nilai anguler, yaitu:
syarat batas pada y = Ly, yaitu Vo sehingga d  dR 
ρ =0
dρ  dρ 
penyelesaian akhirnya adalah:

nπx nπy (13)
V ( x, y ) = V o sinh (nπy / L x ) / sinh
h
∑C
n =1, 3, 5,...
n

sin
Lx Lx dengan solusi R(ρ) = konstan dan R(ρ) = ln ρ. Untuk
(6)
Metode Separasi Variabel Koordinat n ≠ 0 persamaan memiliki dua solusi ρ dan
n
ρ −n .
Silinder Oleh karena itu, solusi yang paling umum adalah

[ ( ) ( ) ]

Persamaan Laplace dalam koordinat silinder Φ(ρ , θ ) = A0 ln ∑ An ρ n + ρ − n cos nθ + Bn ρ n + ρ − n sin nθ
yang hanya merupakan fungsi dari dua variable dalam n =1

koordinat silinder, yaitu ρ dan φ adalah [4, 5] : Φ (ρ , θ ) = A0 + A0 ' ln p + ∑ [ An cos nθ + Bn sin nθ ]ρ n
1 ∂  ∂Φ  1 ∂ 2 Φ n =1
 + =0 ∞
ρ ∂ρ  ∂ρ  ρ 2 ∂φ 2 (7)
+ ∑ [ An ' cos nθ + Bn ' sin nθ ]ρ − n
n =1 (14)
Metode separasi variabel digunakan untuk
menyelesaikan potensial dalam koordinat silinder, yaitu dimana An , An ' , Bn , Bn ' untuk n ≥ 0, adalah
Φ merupakan hasil kali dari dua fungsi konstanta untuk nilai dari syarat batas. Penghitungan
Φ = R( ρ )Y (φ ) . Substitusi ke persamaan (7) akan koefisien An dan Bn dilakukan dengan menggunakan
menghasilkan : integrasi secara numerik [5, 6].
R d  dR  1 d 2Y
 ρ  = −
ρ dρ  dρ  Y dφ 2 (8)
Kedua ruas dari persaman (8) akan disamakan dengan
K2, dimana K merupakan konstanta separasi variabel.

49 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012

2 n −1 syarat batas yaitu : r = 0,1 m, r = 0,2 m, r = 0,3 m, r =
An =
π ∫ V (θ ) cos nθdθ
0
0,4 m dan r = 0,5 m. Untuk masing-masing jari-jari
lingkaran syarat batas akan diperoleh fungsi potensial
n −1 2π syarat batas V ( r , θ ) yang akan digunakan untuk
2
Bn =
π ∫ V (θ ) sin nθdθ
0
menentukan nilai konstanta-konstanta A0, A1, A2, A3,
B1, B2 dan B3 menggunakan Pers. (15). Dengan
(15) menggunakan integrasi numerik metode trapezoida
ternyata di luar dugaan diperoleh nilai koefisien yang
sama untuk semua nilai jari-jari syarat batas, yaitu :
METODE
Langkah-langkah yang dilakukan dalam A0 = 2,5
penelitian ini digambarkan dalam diagram alir berikut : A1 = -0,8346
A2 = 1,0942
A3 = -0,9564
B1 = -0,8346
B2 = 0
B3 = 0,9564 (16)
Karena nilai-nilai koefisien ini sama maka fungsi
potensial listrik masing-masing pendekatan polar untuk
lima macam jari-jari lingkaran syarat batas r = 0,1 m,
0,2 m, 0,3 m, 0,4 m dan 0,5 m akan sama juga. Hal ini
berarti bahwa variasi jari-jari lingkaran syarat batas
pada interval 0.1 m sampai 0.5 m tidak akan
mempengaruhi hasil perhitungan pendekatan polar
untuk sistem geometri kartesian tersebut.
Dalam penelitian ini dilakukan penentuan
selisih hasil perhitungan potensial listrik antara
pendekatan polar (Ve) dan perhitungan langsung dalam
koordinat kartesian (Vcir) untuk 36 titik yang
semuanya berada di r = 0,25 m dengan interval sudut
antar titik sebesar 100. Hasil perhitungan selisih
potensial listrik (Vcir-Ve) pada masing-masing nilai
jari-jari lingkaran syarat batas ( r ) pada sudut 0°, 90°,
180° dan 270° diperlihatkan pada tabel berikut:
Gambar 2 : Diagram alir penelitian
Tabel I : Nilai Vcir-Ve pada berbagai r (dalam V)
Sudut Sudut Sudut Sudut
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini diteliti sistem dua 00 900 1800 2700
dimensi yaitu sebuah persegi yang panjang sisinya 1 m r=0,1 -0,154 -0,289 0,289 0,154
dengan syarat batas potensial listrik pada keempat sisi-
sisinya masing-masing : 1V, 2V, 3V dan 4V seperti r=0,2 -0,154 -0,289 0,289 0,154
diperlihatkan pada Gambar 3. r=0,3 -0,154 -0,289 0,289 0,154
r=0,4 -0,154 -0,289 0,289 0,154
r=0,5 -0,154 -0,289 0,289 0,154

Dari hasil penelitian ini, diperoleh rata-rata


selisih perhitungan potensial listrik antara pendekatan
polar dan perhitungan langsung untuk ke-36 titik
tersebut adalah sebesar -1,23358x10-17. Terlihat bahwa
rata-rata selisih potensial listrik tersebut sangat kecil,
bahkan bisa dikatakan praktis sama dengan nol. Hal ini
berarti bahwa pendekatan polar memberikan hasil yang
sangat baik untuk sistem dengan geometri kartesian.
Gambar 3 : Syarat batas sistem yang diteliti
Langkah penelitian pertama adalah perumusan
potensial listrik dalam koordinat kartesian dengan
syarat batas seperti diperlihatkan pada Gambar 3.
Langkah kedua adalah perumusan potensial listrik
berdasarkan syarat batas pendekatan polar. Dalam
penelitian ini digunakan lima macam jari-jari lingkaran

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 50
KESIMPULAN PUSTAKA
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari [1] Kushidayati, I. A., M. A. Bustomi, ”Analisa
penelitian ini adalah: Potensial Listrik menggunakan Koordinat
1. Besar jari-jari lingkaran syarat batas tidak Polar untuk Sistem Geometri Kartesian”,
berpengaruh pada pendekatan polar perhitungan Skripsi S1 Jur. Fisika FMIPA ITS, Surabaya,
potensial listrik sistem geometri kartesian untuk 2009.
sistem dengan syarat batas potensial listrik 1 V, 2 [2] Bustomi, M. A., I. A. Kushidayati, ”Pendekatan
V, 3 V dan 4 V. Polar untuk Potensial Listrik Sistem
2. Pada berbagai variasi jari-jari lingkaran syarat Geometri Kartesian”, Prosiding Simposium
batas, selisih potensial antara pendekatan polar dan Fisika Nasional ke-23, Surabaya, 2010.
perhitungan langsung adalah sama yaitu pada sudut [3] Islamiyah, I., M. A. Bustomi, ”Pengaruh Jumlah
0° sebesar -0,154 V , pada sudut 90° sebesar -0,289 Suku Fourier pada Pendekatan Polar untuk
V, pada sudut 180° sebesar 0,289 V dan pada sudut Sistem Geometri Kartesian”, Skripsi S1 Jur.
270° sebesar 0,154 V. Fisika FMIPA ITS, Surabaya, 2010.
3. Untuk sistem eletrostatis dengan syarat batas [4] Lavery, J. E., “Shape-Preserving, Multiscale
potensial listrik 1 V, 2 V, 3 V dan 4 V diperoleh Interpolation by Univariate Curvature-based
rata-rata selisih potensial listrik antara pendekatan Cubic L1 Splines in Cartesian and Polar
polar dan perhitungan lansung dalam koordinat Coordinates”, Computer Aided Geometric
kartesian adalah sangat kecil, sehingga pendekatan Design 19: 257-273, 2002.
polar sangat baik digunakan untuk sistem geometri [5] Al-Khaled, K., “Numerical Solutions of The
kartesian. Laplace’s Equation”, Applied Mathematics
and Computation 170 : 1271-1283, 2005
[6] Andrews, M., “Alternative Separation of Laplace’s
Equation in Toroidal Coordinates and its
Application to Electrostatics ”, Journal of
Electrostatics 64: 664-672, 2006.

51 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
PENGARUH PEMBERIAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.) TERHADAP HISTOLOGI
KELENJAR MAMMAE MENCIT YANG DIINDUKSI
7,12-DIMETILBENZ(Α)ANTRASENA (DMBA)

Irene Fitricia1, Dwi Winarni1, dan I.B. Rai Pidada1


1
Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga, Surabaya.

irendotkom@yahoo.com

ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of extract of tomato (Solanum lycopersicum L.) on the incidence of
mammary gland ductal histology changes in a carcinogenic substance-7,12-dimetilbenz(α)antrasena (DMBA- induced
mice and the optimal dose of tomato extract to reduce the effect of DMBA. For that, this study used 30 female mice
which were grouped into 6 treatment groups (K+, K-, P1, P2, P3, P4). K+ was control group which did not receive
treatment, K- was control group with DMBA without the extract of tomato, while the P1, P2, P3, and P4 treated with
DMBA and extracts tomatoes, respectively, with each dose was 100, 250, 400 and 500 mg/kgBW given fourth a week
for six week. The dose of DMBA was 0,56 mg/20gBW that was given in corn oil twice a week for 5 weeks. All
treatments administered orally.
At the end of treatment, mammary glands were collected, fixed, processed into histological section and
stained with hematoxylin eosin. The obtained data were diameter, lumen diameter, epithelium thickness and epithelia
cell layer types of the mammary gland ducts. They were analyzed by one-way ANOVA followed by Duncan test but
the data of lumen diameter duct by Brown Forsythe test followed by Games-Howell test (α = 0,05). The lycopene level
of tomato was measured by spectrophotometer method, whereas antioxidant activity of tomato was done by DPPH
scavenging method. The results showed that the extract of tomato at doses of 400 and 500 mg/kgBW could reduce
lumen diameter and increase ductal epithelium thickness. Optimum dose of tomato extract was 500 mg/kgBW.

Key words : tomato, Solanum lycopersicum L., DMBA, mammary gland ducts, breast cancer

PENDAHULUAN selanjutnya berubah ultimate carcinogen (karsinogen


Kanker adalah pertumbuhan dan akhir) yang dapat merusak DNA melalui pembentukan
perkembangan sel yang tidak normal, yang tumbuh epoksid dihidrodiol yang kemudian membentuk DNA
secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang adduct (kompleks yang dibentuk oleh bagian DNA
normal (Winarti, 2010). Kanker payudara terjadi karena tertentu dengan senyawa mutagen kimia dengan ikatan
adanya ketidaknormalan sel pada kelenjar saluran dan kovalen) dan menyebabkan mutasi sel, akibatnya
jaringan payudara yang dapat menginvasi jaringan di terbentuklah kanker (Melendez et al., 1999).
sekitar payudara. (Kumar et al., 2007). Di Indonesia, Buah tomat (Solanum lycopersicum L.)
berdasarkan Penelitian Jakarta Breast Cancer pada merupakan tanaman yang berasal dari keluarga
April 2001 sampai April 2003 menunjukkan bahwa Solanaceae, memiliki kandungan vitamin A dan C serta
dari 2.834 orang yang memeriksakan benjolan di senyawa antioksidan yang baik untuk kesehatan
payudaranya, 368 orang (13%) terdiagnosa kanker terutama likopen. Aktivitas antioksidan dari ekstrak
payudara (Naziya, 2006). Jaringan kanker payudara metanol buah tomat memiliki nilai IC50 sebesar 44,06
memiliki ciri histologi yang sangat khas saat diamati µg/ml lebih besar dari vitamin C yaitu 3,63 µg/ml
dengan mikroskop. Diantaranya terbentuk sel abnormal (Andayani et al., 2008). Likopen adalah zat warna
pada jaringan kelenjar, terutama pada saluran (duktus) merah yang paling banyak terdapat pada buah tomat,
(Peeters et al., 2003). Selain itu, terjadi perubahan yang yang dapat menyerang radikal bebas pemicu kanker
menampakkan proliferasi berat dari sel-sel epitel (Winarti, 2010). Likopen menghambat enzim CYP1A1,
dengan dua atau lebih lapisan sel yang melebar ke arah sehingga dapat menghambat timbulnya radikal bebas
lumen duktus, dengan ukuran epitel bervariasi disertai yang salah satunya adalah ROS (reactive oxygen
dengan banyaknya jumlah sel yang mengalami mitosis species) dan pembentukan DNA adduct (Mein et al.,
secara abnormal (Schnitt, 2003). 2008). Dengan mekanisme kerja tersebut, likopen dapat
Golongan polisiklik aromatic hidrokarbon mengurangi kerusakan oksidatif pada lipid, lipoprotein,
(PAH) merupakan zat karsinogenik kimia yang dapat protein dan DNA (Agarwal dan Rao, 2000) serta
menyebabkan kanker, senyawa yang termasuk terjadinya mutasi sel. Dhirhe et al. (2010), telah
golongan PAH adalah dimetilbenz(α)antrasena membuktikan bahwa pemberian tomat 250 mg/kgBB
(DMBA) (Nogueira et al., 2009). DMBA memerlukan pada mencit selama inisiasi DMBA (7,12-
aktivasi metabolisme untuk menjadi reaktif. Aktivasi dimetilbenz(α)antrasena) dapat mencegah
tersebut melibatkan enzim-enzim sitokrom dan perkembangan sel tumor pada kulit sebesar 84%
epoksida hidrolase (Namazi, 2009). Metabolisme (Schmid, 1975). Penelitian ini dilakukan untuk
DMBA oleh enzim-enzim sitokrom P-450 dan epoksida membuktikan potensi tomat terhadap aktivitas
hidrolase yang akan menyebabkan terbentuknya karsinogenik pada kelenjar mammae mencit betina
proximate carcinogen (karsinogen awal) yang yang diinduksi DMBA.

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 52
METODE PENELITIAN Selanjutnya jaringan diproses menjadi irisan histologi
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini dengan metode parafin dan diwarnai dengan
antara lain adalah buah tomat (Solanum lycopersicum hematoksilin eosin (HE). Pengamatan dilakukan di
L.) segar yang diperoleh dari pasar tradisional bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x pada
Surabaya, DMBA (7,12-dimetilbenz(α)antrasena) seluruh lapangan pandang dan diamati seluruh
produksi Sigma Chem.Co., USA, minyak jagung duktus yang terlihat.
sebagai pelarut DMBA dan DPPH (2,2-difenil-1- Penentuan kadar likopen dengan metode
pikrilhidrazil). spektrofotometer UV-Vis dan pengujian aktivitas
Penelitian ini merupakan penelitian antioksidan dengan metode serapan radikal bebas
eksperimental, dengan metode Rancangan Acak DPPH berdasarkan Sharma (1996) dan Okawa (2001)
Lengkap (RAL). Tiga puluh ekor mencit strain dalam Andayani et al., (2008).
BALB/C diadaptasikan di laboraturium selama 2
minggu dan diberi pakan pellet dan minum secara ad HASIL DAN PEMBAHASAN
libitum. Kemudian dibagi menjadi 6 kelompok masing- Pengaruh pemberian tomat (Solanum
masing terdiri atas 5 ekor mencit dan diberi perlakuan lycopersicum L.) terhadap perubahan histologi kelenjar
sebagai berikut: mammae mencit betina yang diinduksi DMBA
K- : Kelompok normal (tanpa pemberian DMBA ditunjukkan pada Gambar 1.
dan ekstrak tomat, hanya minyak jagung) Nampak pada Gambar 1, pada kelompok
K+ : Kelompok yang diberi perlakuan DMBA kontrol positif terdapat 100% epitel kubus selapis pada
(tanpa pemberian ekstrak tomat) duktus, sedangkan pada kontrol negatif hanya terlihat
P1 : Kelompok yang diberi perlakuan DMBA dan epitel berlapis teratur dan berlapis tidak teratur
ekstrak tomat dosis 100 mg/kgBB sebanyak 44,4% dan 55,6% dari 151 duktus yang
P2 : Kelompok yang diberi perlakuan DMBA dan diamati. Berdasarkan hasil uji Duncan pada tebal epitel
ekstrak tomat dosis 250 mg/kgBB duktus kelenjar mammae menunjukkan adanya
P3 : Kelompok yang diberi perlakuan DMBA dan perbedaan yang signifikan antara kelompok K+ dengan
ekstrak tomat dosis 400 mg/kgBB seluruh kelompok yaitu K-, P1, P2, P3 dan P4.
P4 : Kelompok yang diberi perlakuan DMBA dan Sedangkan kelompok kontrol negatif tidak beda
ekstrak tomat dosis 500 mg/kgBB signifikan dengan kelompok P1 dan P2 tetapi ada beda
Dosis DMBA yang dilarutkan dalam minyak yang signifikan dengan P3 dan P4. Hasil analisis data
jagung adalah 0,56 mg/20gBB yang diberikan dua kali tebal epitel duktus dengan uji Brown Forsythe
dalam satu minggu selama lima minggu, sedangkan dilanjutkan dengan Games-Howell menunjukkan
ekstrak tomat dalam akuades sebanyak diberikan empat Lu E Lu
kelompok kontrol negatif (K-) tidak ada beda yang
kali dalam satu minggu selama enam minggu. Volume signifikan dengan kelompok P1 dan P2, tetapi
tiap pemberian adalah 0,5 ml. Berat badan mencit menunjukkan beda yang nyata terhadap P3 dan P4.
diukur setiap minggu. Perbedaan ukuran diameter lumen duktus kelenjar
Jika ekstrak tomat dan DMBA harus diberikan mammae yang menunjukkan beda signifikan terhadap
dalam 1 hari yang sama, ekstrak tomat diberikan 2 jam kelompok kontrol positif (K+) adalah kelompok P2, P3
sebelum induksi DMBA. Seluruh perlakuan dilakukan dan P4, tetapi tidak menunjukkan beda yang nyata
per oral. Pada akhir perlakuan, mencit dikorbankan, dengan kelompok P1.
kelenjar mammae sebelah kanan inguinal diambil dan
dimasukkan dalam fiksatif buffer formalin 10%.

53 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
Gambar 1. Diagram batang rerata jenis sel epitel (A), tebal epitel duktus (B), diameter lumen duktus (C), dan diameter
duktus (D) kelenjar mammae pada berbagai perlakuan. Huruf yang sama di atas diagram menunjukkan beda tidak
bermakna berdasar uji Duncan atau Games-Howell pada α=0,05.

Hasil analisis data diameter duktus kelenjar mammae, kelompok kontrol positif (K+) tidak menunjukkan beda
yang nyata dengan semua kelompok yaitu K-, P1, P2, P3 dan P4. Sedangkan kelompok kontrol negatif berbeda
signifikan dengan kelompok P1, P3 dan P4 tetapi tidak mengalami beda signifikan dengan kelompok P2.

Lu
Lu Lu
E Le E
Le E

Le

Lu Lu
E
E

Le Lu
Le
E Le
P2 P3 P4

Gambar 2. Gambaran histologi kelenjar mammae (Perbesaran 600x) bagian sel epitel duktus (E), bagian lumen
duktus (Lu) dan kelenjar lemak (Le) pada berbagai perlakuan, kontrol positif (K+) tanpa perlakuan, kontrol negatif (K-
) diberikan DMBA, perlakuan dengan ekstrak tomat dengan dosis 100 mg/kgBB (P1), 250 mg/kgBB (P2), 400
mg/kgBB (P3) dan 500 mg/kgBB (P4). Garis skala = 20 µm

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 54
Pengukuran terhadap berat badan hewan uji dengan metode serapan radikal bebas DPPH diperoleh
yang dilakukan setiap minggu selama masa penelitian hasil IC50 pada konsentrasi ekstrak tomat 60,25 μg/ml.
memperlihatkan penurunan rata-rata berat badan pada Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak tomat mempunyai
seluruh kelompok yang diberi perlakuan. Berdasarkan aktivitas antioksidan yang kuat karena mempunyai IC50
hasil pengukuran kadar likopen dengan metode kurang dari 200 μg/ml berdasarkan Blouis (1958)
spektrofotometer diperoleh nilai 58 mg/100g ekstrak dalam Andayani et al., (2008).
tomat, sedangkan pengujian aktivitas antioksidan

24
Rerata berat badan (gr)

23
22 k+
21 K-
20
19 P1
18
P2
17
16 P3
15
P4
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu ke-
Gambar 3. Grafik rerata berat badan mencit selama masa penelitian

Dhirhe et al. (2010) menunjukkan bahwa metabolit yang aktif yaitu DNA adduct. Produksi
pemberian tomat (Solanum lycopersicum L.) 250 reactive oxygen species (ROS) terjadi selama aktivasi
mg/kgBB pada mencit betina dapat mengurangi metabolik DMBA (Pugalendhi dan Manoharan, 2010).
terjadinya perkembangan sel tumor pada kulit sebesar Metabolit DMBA inilah yang akan menyebabkan DNA
84% selama inisiasi DMBA. Pada penelitian ini adduct (kompleks yang dibentuk oleh bagian DNA
digunakan dosis ekstrak tomat 100, 250, 400 dan 500 tertentu berikatan secara kovalen dengan senyawa
mg/kgBB dengan indikator perubahan histologi jenis mutagen) dengan basa guanine dalam DNA sehingga
lapisan dan tebal epitel duktus serta diameter duktus menyebabkan kerusakan oksidatif pada struktur dan
dan diameter lumen duktus. Dengan pemberian ekstrak fungsi DNA, protein dan lipid. Metabolit DMBA yang
tomat berbagai dosis, menunjukkan adanya perubahan reaktif ini dapat berinteraksi dengan pusat-pusat di
histologi yang mengarah pada perbaikan pada jenis DNA yang kaya elektron untuk menimbulkan mutasi.
lapisan epitel. Hal ini ditunjukkan dengan Interaksi antara DMBA dengan DNA semacam ini
bertambahnya jumlah sel epitel bentuk selapis dan dalam suatu sel merupakan tahap awal terjadinya
mulai berkurangnya bentuk sel epitel berlapis yang karsinogenesis kimiawi.
teramati pada kelompok P2, P3 dan P4. Hal ini Tomat (Solanum lycopersicum L.) memiliki
berpengaruh pada data rerata tebal sel epitel, dapat salah satu senyawa antioksidan yang paling potensial
dilihat pada kelompok kontrol negatif menunjukkan yaitu likopen yang termasuk golongan karotenoid
ada beda yang nyata terhadap kelompok kontrol positif. (Winarti, 2010). Likopen berperan sebagai blocking
Hal ini menunjukkan sudah ada perubahan pada tebal agent, likopen mengeliminasi zat karsinogenesis dari
epitel duktus kearah perbaikan dengan berkurangnya luar (virus, polusi, radiasi, zat kimia) dengan
tebal epitel akibat menurunnya aktivitas proliferasi sel, mekanisme antioksidan sehingga stress oksidatif yang
walaupun belum mendekati atau melebihi kelompok terjadi tidak membuat kerusakan seluler atau genetik
kontrol positif. Berkurangnya rerata ketebalan epitel pada DNA. Likopen dengan sifatnya yang sangat lipofil
duktus kelenjar mammae dapat berpengaruh terhadap dapat mencegah radikal bebas perusak sel salah satunya
rerata diameter lumen duktus, semakin menurun rerata adalah ROS (reactive oxygen species) (Agarwal dan
tebal epitel maka diameter lumen duktus akan semakin Rao, 2000).
melebar. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan sel Menurut (Mein et al., 2008), likopen yang
dengan meningkatnya rerata diameter lumen duktus terkandung dalam buah tomat dapat menghambat
walaupun belum mendekati atau melebihi kelompok radikal bebas akibat proses karsinogenesis DMBA
kontrol positif. Dari data hasil pengamatan, untuk dengan cara menghambat aktivasi metabolisme
diameter duktus belum ada pengaruhnya dari tebal senyawa DMBA menjadi proximate carcinogen dan
epitel dan diameter lumen duktus, hal ini dikarenakan menghambat interaksi senyawa ultimate carsinogen
penebalan sel-sel epitel baru mengarah pada lumen dari DMBA dengan target makromolekul (DNA).
duktus. Hal ini ditunjukkan pada data rerata diameter Enzim sitokrom P-450 terutama CYP1A1
lumen, tidak ada beda yang nyata pada kontrol positif memetabolisme DMBA menjadi metabolit epoksida
terhadap kelompok yang diberi perlakuan yaitu (ultimate carcinogen) reaktif yang dapat berinteraksi
kelompok kontrol negatif, P1, P2, P3 dan P4. dengan DNA (DNA adduct) dan menyebabkan
Sel epitel kelenjar mammae merupakan kerusakan DNA sebagai proses awal karsinogenesis.
tempat DMBA mengalami aktivasi menghasilkan Ketika aktivitas enzim sitokrom P-450 dihambat, maka

55 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
pembentukan senyawa ultimate carcinogen akan And Introduction Of Free Radicals As The
menurun dan kemampuan untuk memacu terjadinya Link, Journal of Autoimmune Diseases, 6: 4
karsinogenesis (inisiasi) menjadi berkurang (Melendez Naziya, 2006, Pengaruh Pemberian Ekstrak Tapak
et al., 1999). Dari data penelitian ini memperlihatkan
Dara (Catharanthus roseus) dan Temulawak
bahwa pemberian tomat dengan dosis 500 mg/kgBB
dan memiliki kadar likopen 58 mg/100g ekstrak tomat (Curcuma xanthorhiza) Terhadap Gambaran
serta aktivitas antioksidan yang cukup tinggi yaitu pada Histopatologi Kelenjar Payudara Mencit C3H
konsentrasi 60,25 μg/ml, dapat mengurangi perubahan yang Diinokulasi Adenocarcinoma Mammae,
pada histologi duktus kelenjar mammae dari pengaruh Artikel, Fakultas Kedokteran Universitas
DMBA. Diponegoro Semarang
Nogueira, P., J. Lourenço, E. Rodriguez, M. Pacheco,
KESIMPULAN DAN SARAN
C. Santos, J.M. Rotchell, and S. Mendo,
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
diambil kesimpulan bahwa pemberian ekstrak tomat 2009, Transcript Profiling and DNA Damage
(Solanum lycopersicum L.) berpengaruh terhadap in The European Eel (Anguilla anguilla L.)
perubahan histologi duktus kelenjar mammae mencit Exposed To 7,12-Dimethylbenz[α]anthracene,
betina yang diinduksi dimetilbenz(α)antrasena Aquatic Toxicology, 94: 123-130
(DMBA). Dosis ekstrak tomat yang optimal untuk Peeters, P.H., L. Keinan-Boker, Y.T.van der Schouw,
mengurangi pengaruh DMBA terhadap perubahan and D.E. Grobbee, 2003, Phytoestrogens and
histologi duktus kelenjar mammae adalah 500
Breast Cancer Risk, Review of The
mg/kgBB. Disarankan untuk melakukan penelitian
klinis terhadap manusia mengenai pemanfaatan tomat Epidemiological Evidence, 77: 175-83
sebagai antikarsinogen dan antikanker serta penelitian Pugalendhi, P. and S. Manoharan, 2010,
lanjut mengenai kandungan lain dari buah tomat yang Chemopreventive Potential of Genistein and
bersifat sebagai antioksidan. Daidzein in Combination during 7,12-
Dimethylbenz(a)anthracene (DMBA) Induced
DAFTAR PUSTAKA Mammary Carcinogenesis in Spray-Dawley
Agarwal, S., and A.V., Rao 2000, Tomato Lycopene Rats, Pakistan Journal of Biological Sciences,
and Its Role in Human Health and Chronic 13 (6): 279-286
Diseases, Canadian Medical Association Schnitt, S.J., 2003, The Diagnosis and Management of
Journal, 163(6): 739-44. Pre-invasive Breast Disease: Flat Epithelial
Andayani, R., Yovita, L., dan Maimunah, 2008, Atypia-Classification, Pathologic Features
Penentuan Aktivitas Antioksidan, Kadar and Clinical Significance, Breast Cancer Res.,
Fenolat Total dan Likopen Pada Buah Tomat 5(5): 263–268
(Solanum lycopersicum L), Jurnal Sains dan Schmid, W., 1975, The Micronucleus Test, Mutation
Teknologi Farmasi, 13: 1-9 Res, 31: 9-15
Dhirhe, T., S.K. Agrawal, Basant, M., Sangeeta, S., and Winarti, S., 2010, Makanan Fungsional, Cetakan
R.C. Agrawal, 2010, Evaluation of Anticancer Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Activity of Lycopersicon esculentum Extract
on Swiss Albino Mice, Journal of Herbal
Medicine and Toxicology, 4 (1) 59-64
Kumar, V., S.Ramzi, Cotran, L.Stanley, dan Robbins.
2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Edisi 7,
Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
Mein, J.R., Fuzhi, L., and Xiang-Dong, W., 2008,
Biological Activity of Lycopene Metabolites:
Implications for Cancer Prevention, Lead
Article Nutrition Reviews, 66 (12): 667–683
Melendez, C.V., L. Andreas, S. Albrecht, and M.B.
William, 1999, Cancer Initiation by
Polycyclic Aromatic Hydrocarbon Results
from Formation of Stable DNA Adducts rather
than Apurinic Sites, Carcinogenesis, 20 (10)
1885-1891
Namazi, M.R., 2009, Cytochrome P-450 Enzymes And
Autoimmunity: Expansion Of The Relationship

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 56
KONSENTRASI LOGAM BERAT TIMBAL (PB), TEMBAGA (CU) DAN SENG (ZN) LIMA
JENIS IKAN YANG DIKONSUMSI YANG DIAMBIL DARI TEMPAT PELELANGAN IKAN
MUNCAR-BANYUWANGI

Tities Alhaq Ruaeny1, Agoes Soegianto1, Sucipto Hariyanto1


1
Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya.

Email : tities.alhaq@yahoo.com

ABSTRACT
The objectives of this research were to find out the correlation between the concentration of lead (Pb),
copper (Cu), and zink (Zn) and the body weight of Sardinella lemuru, Selarodies leptolapis, Euthynnus affinis,
Valamugil speileri, Drepane puncatata, and the safe limit of consumption for human weekly and daily. Those fishes
were collected from fishing port of Muncar-Banyuwangi on Januari until Maret 2012. Heavy metals concentration in
those fishes were analyzed by Atomic Absorption Spectrometry. The concentration of Pb couldn’t be detected,
whereas the concentration of Cu and Zn in S. lemuru (0,140-22,014 mg/kg and 8,669-20,816 mg/kg), S. leptolapis
(0,543-1,952 mg/kg and 7,840-18,796 mg/kg), E. affinis (0,227-4,758 mg/kg and 0,605-12,164 mg/kg), V. speileri
(0,205-1,339 mg/kg and 7,955-14,164 mg/kg), and D. punctata (0,145-22,013 mg/kg and 1,505-5,838mg/kg). The
concentration of Cu in S. lemuru and D. punctata were above to the safe limit of consumption, while Pb and Zn below
the safe limit of consumption. It was recommended that daily fish consumption should be based on continual
measurement of the heavy metals concentration in each fish at least once a year.

Keywords : concentration of heavy metal, lead, copper, zink, fish, the safe limit of consumption, fishing port of
Muncar Banyuwangi

PENDAHULUAN dan memekatkannya ke dalam tubuh hingga 100-1000


Pencemaran laut merupakan masalah kali lebih besar dari lingkungan. Kemampuan
lingkungan karena perbedaan aktivitas manusia di organisme air dalam menyerap (absorpsi) dan
daratan, lautan, dan udara. Batas aman konsumsi adalah mengakumulasi logam berat dapat melalui beberapa
jumlah yang diperbolehkan untuk mengkonsumsi ikan cara, yaitu melalui saluran pernapasan (insang), saluran
yang mengandung logam berat. Menurut Soegianto pencernaan dan difusi permukaan kulit (Darmono,
(2008) batas maksimum logam berat yang 2001). Sebagian besar logam berat masuk ke dalam
diperbolehkan dalam otot ikan untuk logam timbal (Pb) tubuh organisme air melalui rantai makanan dan hanya
sebesar 8 mg/kg berat kering, logam tembaga (Cu) sedikit yang diambil air. Akumulasi dalam tubuh
sebesar 80 mg/kg berat kering, dan logam seng (Zn) organisme air dipengaruhi oleh konsentrasi bahan
sebesar 400 mg/kg berat kering. Logam berat adalah pencemar dalam air, kemampuan akumulasi, sifat
golongan logam yang memiliki pengaruh jika masuk ke organisme (jenis, umur, dan ukuran), lamanya
dalam tubuh makhluk hidup. Logam berat di pernapasan dan pemaparan. Pemerintah juga
lingkungan akan ikut pada proses rantai makanan. mempunyai peraturan yang mengatur tentang batasan
Setiap waktu konsentrasi logam berat di lingkungan konsentrasi (baku mutu) logam berat dalam perairan
perairan meningkat seiring dengan pertumbuhan laut. Standar baku mutu air laut untuk biota laut dapat
penduduk dan aktivitas manusia di daratan yang dilihat pada Tabel 1.
mempengaruhi kualitas perairan. Tujuan dari penelitian Penelitian tentang konsentrasi logam berat
ini untuk mengetahui batas aman konsumsi ikan lemuru dalam tubuh ikan komersial yang di konsumsi oleh
(Sardinella lemuru), ikan selar (Selaroides leptolapis), masyarakat di beberapa negara, sebagian spesiesnya
ikan tongkol (Euthynnus affinis), ikan belanak juga ada di Indonesia, sehingga dapat digunakan
(Valamugil speileri), dan ikan ketang-ketang (Drepane sebagai referensi dalam menentukan standar batas
punctata) yang mengandung logam berat Pb, Cu, dan aman konsumsi ikan untuk masyarakat (Tabel 2).
Zn. Selain itu juga untuk mengetahui korelasi antara
konsentrasi logam berat Pb, Cu, dan Zn dengan berat Tabel 1. Standar baku mutu air laut untuk biota laut
tubuh ikan lemuru, ikan selar, ikan tongkol, ikan (MENLH, 2004)
belanak, dan ikan ketang-ketang. Parameter Satuan Baku Mutu
Ikan lemuru, ikan selar, ikan belanak, dan ikan Merkuri mg/L 0,01
ketang-ketang merupakan ikan pelagis kecil yang hidup Kadmium mg/L 0,001
diperairan tidak jauh dari pesisir pantai kecuali ikan Timbal mg/L 0,008
tongkol adalah ikan pelagis besar yang berhabitat di Tembaga mg/L 0,05
laut. Kelima jenis ikan ini sering dikonsumsi oleh Seng mg/L 0,1
penduduk sekitar dan penduduk lainnya. Organisme air
mengambil logam berat dari badan air atau sedimen

57 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
Tabel 2. Batas maksimum konsentrasi logam berat yang diperbolehkan dalam otot biota laut (mg/kg berat kering) dari
berbagai negara dan organisasi.
European
No. Jenis logam berat UK Australia Hongkong Regulation Indonesia*) IRPTC
466/2001/EC
1 Kadmium - 0.2 2 0.1 - -
2 Timbal - 1.5 6 0.4 2 -
3 Chromium - - 1 - - -
4 Tembaga 20 - - - 20 -
5 Seng 50 - - - 100 -
6 Arsenik - - - - 1 -
7 Nikel - - - - - 0.5
Note : *) Degree of Genera Director of Food and Drug supervision No. 03725/B/SK/VII/89 concerning maximum
limit of metals in food (Soegianto, 2008)

Logam berat yang terakumulasi dalam tubuh yang terakumulasi logam berat. Pada tabel 3.
ikan diukur untuk mengetahui konsentrasi logam yang menunjukkan aturan untuk mengkonsumsi ikan yang
ada di dalam tubuh, sehingga dapat menentukan batas terakumulasi logam berat dan data-data tersebut
aman untuk mengkonsumsi ikan dan batas aman untuk dikonversikan untuk mendapatkan angka yang
konsumsi manusia. Organisasi internasional WHO merupakan aturan konsumsi ikan yang aman setiap
telah merumuskan aturan untuk mengkonsumsi ikan minggu pada manusia.

Tabel 3. Batas Aman konsentrasi logam yang dapat diterima secara internasional (NSW Health, 2001)
Jenis logam Standar menurut Standar Referensi
Kadmium JECFA PTWI 7 µg per kg berat badan per minggu WHO 1989
Tembaga JECFA PTWI 3500 µg per kg berat badan per minggu WHO 1982
Timbal JECFA PTWI 25 µg per kg berat badan per minggu ANZFA 1998
Seng JECFA PTWI 7000 µg per kg berat badan per minggu WHO 1982
PTWI = Provisional Tolerable Weekly Intake
(Konsumsi yang diperbolehkan setiap minggunya)
Uji korelasi Pearson digunakan untuk
METODE PENELITIAN mengetahui hubungan antara berat ikan dengan
Penelitian dilakukan selama 3 bulan, mulai konsentrasi logam berat Pb, Cu, dan Zn. Sedangkan
bulan Januari 2012 – Maret 2012. Waktu sampling untuk mengetahui batas aman konsumsi ikan yang
dilaksanakan pada bulan Januari 2012. Sampling mengandung logam Pb, Cu, dan Zn dihitung
dilakukan di tempat pelelangan ikan Muncar- menggunakan persamaan berdasarkan hasil analisis
Banyuwangi. Ikan yang telah diperoleh dicuci bersih konsentrasi logam yang diperoleh.
kemudian disimpan di plastik dan dimasukkan ke
dalam ice box supaya tetap segar saat dianalisis di HASIL DAN PEMBAHASAN
laboratorium. Setelah sampai di laboratorium, ikan Hasil pengukuran berat ikan lemuru
tersebut diambil dagingnya dan diukur berat dagingnya. (Sardinella lemuru), ikan tongkol (Euthynnus affinis),
Kemudian ikan didestruksi basah dengan menggunakan ikan selar (Selaroides leptolapis), ikan ketang-ketang
HNO3 65% dan aquades. Dan juga menggunakan (Drepane punctata), dan ikan belanak (Valamugil
larutan standar Pb, Cu, dan Zn buatan Merck untuk speileri) dengan konsentrasi logam berat menggunakan
analisis menggunakan AAS. AAS dapat dilihat di Tabel 4.

Tabel 4. Konsentrasi logam berat kelima jenis ikan yang di peroleh di TPI Muncar – Banyuwangi.
∑ Kisaran Konsentrasi Pb Konsentrasi Cu Konsentrasi Zn
Jenis Ikan
sampel Berat (g) (mg/kg) (mg/kg) (mg/kg)
S. lemuru 15 23,19 – 7,09 < 0,376 0,140 – 22,014 8,669 – 20,816
S. leptolapis 15 58,92 –18,66 < 0,376 0,543 – 1,952 7,840 – 18,796
E. affinis 15 172,93 – 9,95 < 0,376 0,227 – 4,758 0,605 – 12,164
V. speileri 15 85,84 –18,30 < 0,376 0,205 – 1,339 7,955 – 14,164
D. punctata 15 162,86 –19,42 < 0,376 0,145 – 22,013 1,505 – 5,838
yang lebih tinggi daripada Cu, sedangkan
Dari data yang tercantum dalam Tabel 4 di untuk logam berat Pb tidak dapat terdeteksi. Akan
atas dapat diketahui bahwa kelima jenis ikan yang tetapi, berbeda pada ikan lemuru dan ketang-ketang
diperoleh di Tempat Pelelangan Ikan Muncar – yang memiliki konsentrasi logam Cu lebih tinggi
Banyuwangi mengandung konsentrasi logam berat Zn daripada Zn. Korelasi antara konsentrasi logam berat

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 58
dalam tubuh ikan dengan berat ikan dapat diketahui di destruksi terdapat endapan lemak yang sangat
dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi banyak. Ikan yang diteliti yang sedang bertelur adalah
Pearson (Tabel 5). sebagian dari ikan lemuru, ikan selar, ikan tongkol,
ikan belanak, dan ikan ketang-ketang.
Tabel 5. Korelasi antara berat tubuh kelima jenis ikan Batas aman kelayakan konsumsi ikan lemuru,
dengan konsentrasi logam Cu dan Zn yang diperoleh di ikan selar, ikan tongkol, ikan belanak, dan ikan ketang-
TPI Muncar – Banyuwangi. ketang bagi kesehatan manusia. Perhitungan tersebut
Cu Zn menggunakan standar berat badan orang Indonesia
Jenis Ikan Koefisien Sig Koefisien Sig berusia dewasa yaitu 60 kg. Konsentrasi logam berat
korelasi korelasi yang digunakan dalam perhitungan adalah konsentrasi
S. lemuru - 0,231 0,407 0,665 0,007 logam yang tertinggi pada semua sampel ikan yang
S. 0,272 0,327 0,386 0,155 diteliti. Batas aman konsumsi ikan lemuru, ikan selar,
leptolapis ikan tongkol, ikan belanak, dan kan ketang-ketang
E. affinis - 0,044 0,876 0,159 0,570 (daging ikan dalam keadaan berat basah) sebesar 9,54
V. speileri - 0,254 0,361 - 0,040 0,887 kg, 22,35 kg, 34,53 kg, 29,65 kg, 9,53 kg dan per
D. punctata - 0,350 0,201 - 0,040 0,538 harinya per harinya 1,36 kg, 3,19 kg, 4,93 kg, 4,24 kg,
dan 1,36 kg.
Berat tubuh yang dimiliki jenis ikan biasanya
berhubungan dengan umur ikan. Makin berat tubuh KESIMPULAN DAN SARAN
ikan, maka makin tua usia Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
ikan. Pada penelitian analisis konsentrasi logam berat 1. Konsentrasi logam tertinggi adalah Zn dan Cu,
pada ikan lemuru, ikan selar, ikan tongkol, ikan sedangkan Pb berada di bawah batas deteksi.
belanak, dan ikan ketang-ketang yang menggunakan 15 Konsentrasi Zn tertingggi terdapat ikan lemuru
ekor ikan sebagai sampel dengan berat tubuh yang yaitu sebesar 20,816 mg/kg dan terendah terdapat
bervariasi, meskipun nilai korelasi antara berat tubuh pada ikan tongkol sebesar 0,605 mg/kg.
dan akumulasi logam berat Cu dalam tubuh ikan Sedangkan konsentrasi Cu tertinggi dan terendah
tersebut negatif, namun tidak menunjukkan adanya terdapat pada ikan lemuru yaitu sebesar 22,014
korelasi signifikan. Korelasi signifikan hanya mg/kg dan 0,140 mg/kg. Konsentrasi Cu pada
ditunjukkan oleh konsentrasi Zn dengan berat tubuh ikan lemuru di atas batas aman.
pada ikan lemuru dengan koefisien korelasi positif, 2. Hanya kandungan Zn dalam ikan lemuru yang
yang berarti semakin tinggi berat tubuh, kandungan menunjukkan korelasi positif antara berat tubuh
konsentrasi logam per satuan berat menjadi lebih besar. ikan dengan konsentrasi logam Cu, sedangkan
Akumulasi senyawa-senyawa pada jaringan jenis logam lain pada jenis ikan lain, tidak
ikan tergantung pada faktor indigenus, yaitu faktor berkorelasi.
fisiologi, kandungan lemak, dan adaptasi (Driscoll et 3. Batas aman konsumsi ikan lemuru, ikan selar,
al., 1995 dalam Chudaifah, 2010). Ikan lemuru dewasa ikan tongkol, ikan belanak, dan kan ketang-ketang
berada di perairan yang dalamnya tidak kurang dari 100 (daging ikan dalam keadaan berat basah) sebesar
m dan juvenilnya berada di perairan dangkal dekat 9,54 kg, 22,35 kg, 34,53 kg, 29,65 kg, 9,53 kg dan
dengan pantai. Makanan ikan lemuru berupa plankton. per harinya 1,36 kg, 3,19 kg, 4,93 kg, 4,24 kg, dan
ikan selar baik dewasa maupun muda habitatnya berada 1,36 kg
di perairan pantai, makanannya udang dan ikan kecil. Dari hasil penelitian yang diperoleh,
Ikan tongkol merupakan ikan pelagis besar yang disarankan untuk : (1) Mensosialisasikan kepada
habitatnya saat dewasa di laut sedangkan saat memijah masyarakat bahwa ikan selar, ikan tongkol, ikan
berada di perairan dekat pantai atau muara. Makanan belanak, masih aman untuk di konsumsi. Sedangkan
ikan tongkol berupa ikan dan udang kecil. Ikan belanak untuk ikan lemuru dan ketang-ketang sebaiknya
dan ikan ketang-ketang habitatnya di daerah muara memperhatikan batas aman konsumsi, (2)
tetapi saat memijah akan berada di pantai. Makanannya memonitoring konsentrasi logam berat pada ikan-ikan
berupa alga, ikan kecil, dan invertebrata yang berada di yang dikonsumsi secara berkesinambungan, jika
dasar. memungkinkan sebaiknya dilakukan tiap tahun.
Kebiasaan makan dapat juga berhubungan
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan DAFTAR PUSTAKA
(Chudaifah, 2010). Pada ikan yang diteliti, ikan Chudaifah, Lilik, 2010, Konsentrasi Pb, Cd, dan Hg
mengalami perkembangan dan pertumbuhan pada Pada Ikan Pepetek (Leiognathus equulus) Yang
tingkat tertentu. Sehingga pada tahap ukuran tertentu di Tangkap di Pantai Jawa Timur Serta Batas
dapat diprediksi mengalami tahap tertentu pertumbuhan Aman Konsumsi, Tesis, Program Studi Magister
dan perkembangan. Pada saat muda ikan membutuhkan (S2) Biologi, Departemen Biologi. Fakultas
banyak makan untuk pertumbuhan dan perkembangan, Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,
oleh karena itu ikan tersebut aktif mencari makan. Surabaya.
Ketika ikan mengalami pematangan gonad dan bertelur Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan Pencemaran:
bisa memungkinkan aktif untuk mencari makan. Pada Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa
hasil penelitian ini ikan yang memiliki konsentrasi Logam, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
logam tinggi adalah ikan yang sedang bertelur dan saat

59 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
Findik, O. dan Cicek, E., 2011. Metal in Two
Bioindicator Fish Species Merlangius
merlangus and Mullus barbatus Captured from
the West Black Sea (Bartin) of Turkey. Bulletin
Environment Toxicol, 83 : 399-403.
Jezierska, Barbara dan Malgorzata Witeska, 2006, The
Uptake and Accumulation in Fish Living in
Polluted Waters. Soil and Water Pollution
Monitoring, Protection and Remediation, 3-23.
MENLH, 2004, Surat Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. KEP- 51/MENLH/2004
tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut,
Lampiran III.
Soegianto, A., 2008, Bioaccumulation of Heavy Metals
in Some Commercial Animal Caught from
Selected Coastal Water of East Java, Indonesia,
Research Journal of Agriculture and Biological
Sciences, 4(6): 881 - 885.

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 60
KOMBINASI H2SO4 DAN CAO
UNTUK SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK JARAK PAGAR

Abdulloh1*, Nanik Siti Aminah1, Mochamad Zakki Fahmi*1


1
Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya
*
email: doelabd@yahoo.com

ABSTRACT
In This research is done the synthesis of biodiesel from Jatropha curcas oil of PTPN XII Jember which had
content 9.4% free fatty acid (FFA) and 0.14% water used the combination of lime (CaO) and H2SO4 catalyst. Usage of
CaO as a catalyst in the synthesis of biodiesel requires content (FFA) in oil is less than 0.1% to avoid the formation of
Ca-soap. An effort to avoid the formation of Ca-soap made with two methods. In the method I the first done
esterification reaction of FFA using H2SO4 catalyst to reduce content of FFA followed by a transesterification
reaction of triglycerides (TG) using a CaO catalyst whereas method II carried out transesterification reaction TG
using CaO catalyst followed by addition of H2SO4 to neutralize Ca-soap and esterification reactions of FFA. The
results showed that the method I FFA levels was reduced to 0.09% or smaller than 0.1, not formed Ca-soap and
biodiesel conversion obtained at 55.48%. As for the method II is formed Ca-soap, so that II is not an effective method
used to synthesize biodiesel from the CJO had content FFA greater than 0.1%.

Keywords: biodiesel, CaO, H2SO4, Jatropha curcas oil (CJO), content of FFA

PENDAHULUAN FFA rendah (1 mg KOH atau 0,5%) untuk menghindari


Biodiesel adalah senyawa mono alkil ester. terbentuknya sabun yang akan berfungsi sebagai
Senyawa ini dapat diproduksi melalui reaksi emulgator, sehingga menyulitkan pemisahan antara
transesterifikasi minyak (minyak nabati, hewani dan biodiesel dengan gliserol. Sedangkan sebagian besar
bekas) dengan alkohol secara langsung menggunakan produksi minyak jarak pagar memiliki FFA tinggi (±
katalis asam atau basa maupun melalui hidrolisis 14%), biasanya disebut crude Jatropha curcas oil
minyak menjadi FFA (free fatty acid atau asam lemak (CJO). Selain itu pemakaian katalis homogen hanya
bebas) dilanjutkan esterifikasi FFA dengan alkohol berlaku untuk satu kali proses produksi. Sebab katalis
menggunakan katalis asam atau enzim (Viswanathan homogen sulit diperoleh kembali (unrecoverable),
and Ramaswamy, 2008). Upaya untuk memproduksi harus dinetralkan dan berpotensi mencemari
biodiesel di Indonesia dengan biaya produksi yang lingkungan karena terbuang bersama air limbah,
relatif murah sangat perlu dilakukan, karena bahan sehingga beban biaya semakin tinggi untuk produksi
baku untuk pembuatan biodiesel sebagai sumber energi skala besar.
terbarukan banyak terdapat di Indonesia. Bahkan sejak Usaha untuk mengurangi biaya produksi
tanggal 12 Oktober 2005 Indonesia membudidayakan biodiesel dari CJO (minyak jarak pagar yang
tanaman penghasil energi, diantaranya adalah jarak mengandung komponen minyak, yaitu trigliserida dan
pagar (Jatropha curcas Linnaeus) di lahan kritis komponen non minyak, seperti FFA dan phospholipids)
(Hamdi, 2005). Di Jawa Timur produksi minyak jarak pernah dilakukan. Tiwari et al., 2007 melaporkan
pagar bisa ditemukan di PTPN XII Jember. bahwa sintesis biodiesel dari CJO yang mengandung
Keseriusan pemerintah Indonesia untuk FFA 14% dapat dilakukan melalui proses dua langkah,
memproduksi biodiesel ditunjukkan dengan yaitu esterifikasi dengan katalis asam, yaitu H2SO4 dan
menetapkan Standar Nasional Biodiesel Indonesia transesterifikasi dengan katalis basa, yaitu KOH dapat
(RSNI EB 020551). Melalui Pertamina pemerintah juga menghasilkan konversi lebih besar 99%. Hasil konversi
telah menjual biodiesel dalam bentuk biosolar, yaitu sedikit berkurang menjadi 90% bila CJO mengandung
B5 (5% biodiesel dicampur 95% solar) di SPBU sejak FFA 15% dan KOH pada proses transesterifikasi
20 Mei 2006 dan berusaha ditingkatkan secara bertahap diganti dengan NaOH (Berchmans and Hirata, 2008).
menjadi B10, B20 dan seterusnya (Kompas, 15 Meskipun metode tersebut cukup efektif, pada
Agustus 2006). Akan tetapi upaya tersebut sampai saat akhir reaksi katalis-katalis yang digunakan tidak dapat
ini belum terealisasi sepenuhnya, karena komersialisasi diperoleh kembali (unrecoverable) karena larut dalam
biodiesel memerlukan biaya Rp 5.585,00 per liter atau air pada saat pemurnian biodiesel dan terbuang sebagai
lebih tinggi dari pada diesel petroleum (Warta limbah sehingga berpotensi mencemari lingkungan.
Pertamina, edisi No. 5/THN XLI, Mei 2006). Sebagai Karena itu pemakaian KOH, NaOH dan H2SO4 pada
bahan perbandingan, diesel petroleum dijual Rp. metode tersebut relatif kurang efektif untuk
4.292,00 per liter oleh Pertamina pada pelanggan mengurangi biaya produksi skala besar. Untuk
wilayah I berdasarkan Tabel perkembangan harga mengurangi biaya produksi yang diakibatkan oleh
BBM 15/02/2009 (Anonim, 2009). pemakaian katalis, banyak peneliti menggunakan
Diantara penyebab tingginya biaya produksi katalis heterogen, diantaranya adalah CaO. Liu et al.,
biodiesel adalah pemakaian katalis KOH, NaOH 2008 melaporkan bahwa, katalis CaO dapat mengubah
maupun katalis basa homogen yang lainnya, karena 50 mL minyak kedelai menjadi biodiesel dengan
membutuhkan minyak berkualitas tinggi atau berkadar konversi 95% selama 3 jam pada suhu 65oC. Akan

61 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
tetapi CaO juga dapat menghasilkan sabun dan atom Ca berdasarkan jumlah bilangan asam dari beberapa reaksi
dapat terkikis dari permukaan katalis bila kadar FFA esterifikasi dengan waktu 1½, 2, 2½, dan 3 jam.
lebih dari 0,1% (0,2 mg KOH). Jumlah CaO yang Kemudian dilakukan reaksi transesterifikasi
terkisis semakin banyak bila kadar FFA dalam minyak menggunakan CaO pada suhu 60 oC dengan waktu 1, 2,
makin besar (Kouzu et.al, 2008). Berdasarkan latar dan 3 jam. Metode kedua, reaksi transesterifikasi CJO
belakang tersebut, maka pada penelitian ini digunakan dan metanol menggunakan katalis CaO dilakukan
katalis CaO dan H2SO4 untuk sintesis biodiesel dari terlebih dahulu pada suhu 60 oC sampai reaksi
CJO melalui dua tahap. Pemakaian H2SO4 berlangsung sempurna (± 2 jam). Selanjutnya
dimaksudkan untuk menghindari terbentuknya sabun. ditambahkan H2SO4 sebanyak 2% terhadap berat
minyak kemudian reaksi dijalankan selama (± 2 jam).
METODE PENELITIAN Selanjutnya dilakukan proses pemurnian
Alat dan Bahan biodiesel, yaitu dengan menambahkan 2 tetes asam
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini oksalat 0,1 N dan centrifuge mengendapkan CaO.
adalah: pendingin refluks, thermometer, labu reaksi, Kemudian menambahkan 5 mL n-heksana dan air
pengaduk magnet, pemanas, sentrifuge, GC-MS dan memisahkan gliserol. Konversi biodiesel dihitung
beberapa alat gelas yang lazim digunakan. Adapun sesuai dengan persamaan 3 berdasarkan analisis GC-
bahan yang digunakan adalah H2SO4, CaO, n-heksana, MS:
metanol, etanol, indikator phenolphthalein, KOH,
NaOH, asam oksalat, metil heptadekanoat dan minyak ΣA − As CsVs
jarak pagar kasar (CJO) dari PTPN XII Jember. =
Biodiesel (%) × × 100% (3)
Sebelum sintesis biodiesel dilakukan As m
karakterisasi terhadap CJO, meliputi bilangan asam, Dengan:
kadar air, berat molekul dan asam lemak penyusun ΣA : total area puncak metil ester (C14:0 – C24:1)
CJO. Bilangan asam ditentukan dengan melarutkan 1 As : area puncak larutan standart internal (metil
gram CJO kedalam campuran 5 mL etanol, 5 mL dietil heptadekanoat)
eter 2 tetes indikitor phenolphthalein, kemudian Cs : konsentrasi larutan STD (10 mg/mL)
dititrasi dengan 0,1 N KOH. Bilangan asam dihitung Vs : volume larutan STD (5 mL)
berdasarkan persamaan 1: m : jumlah sampel (250 mg).

HASIL DAN PEMBAHASAN


(1) Karakteristik CJO PTPN XII Jember
m adalah berat CJO, V dan N adalah volume dan Pada penelitian ini karakteristik CJO PTPN
normalitas KOH (Saifuddin et al., 2009). Kadar air XII Jember yang diamati meliputi kadar air, kadar FFA
ditentukan dengan memanaskan ± 2,5 g CJO dalam atau sama dengan ½ ×bilangan asam (Berrios et al.,
cawan porcelain pada suhu (100 ± 5) oC selama ± 1 2007), jenis asam lemak dan berat molekul. Dari hasil
jam, kemudian diinginkan dalam desikator selama ± 5 perhitungan CJO PTPN XII memiliki kadar air 0,14%
menit dan timbang sampai beratnya tetap. Kadar air (tabel 1) dan kadar FFA 9,43% atau sama dengan ½
dalam minyak adalah jumlah komponen yang menguap bilangan asam (tabel 2). Adapun jenis asam lemak
(SNI 01-5009.12-2001). minyak jarak pagar ditentukan dari hasil anilisis GC-
MS metil ester hasil reaksi transesterifikasi minyak
W1 − W2 jarak pagar dan metanol menggunakan katalis NaOH.
=
Kadar air × 100% (2)
W1 − W Pada reaksi ini diasumsikan bahwa semua trigliserida
jarak pagar terkonversi 100 % menjadi metil ester.
W adalah berat cawan kosong, W1 adalah berat cawan Kromatogram metil ester yang diperoleh dengan GC
dan sampel minyak dan W2 adalah berat cawan dan terdapat pada gambar 1 yang menunjukkan bahwa
sampel setelah dipanaskan. Berat molekul dan kandungan utama minyak jarak pagar terdiri dari 4
kandungan asam lemak dalam CJO ditentukan dari komponen utama.
analisis GC-MS dari biodiesel (metil ester) yang
terbentuk dari reaksi transesterifikasi 10 g CJO dan Tabel 1. Kadar air CJO PTP XII Jember
metanol menggunakan katalis NaOH sebanyak 0,2 g. No.
Cawan Cawan dan Cawan dan Kadar
Berat molekul yang diperoleh digunakan untuk kosong (g) CJO awal (g) CJO akhir (g) air* (%)
1. 7,0424 9,5553 9,5525 0,11
penentuan rasio metanol terhadap minyak jarak pagar.
2. 8,2735 10,7822 10,7781 0,16
Untuk keperluan sintesis biodiesel disiapkan 3. 8,2301 10,7432 10,7393 0,16
H2SO4 sebanyak 1 % terhadap berat minyak Rata-rata 0,14
(Berchmans and Hirata, 2008) dan 0,5 g CaO, CJO * Dihitung berdasarkan persamaan 2
0,01 mol dan metanol 0,3 mol. Ada dua metode
pemakaian H2SO4 untuk reaksi esterifikasi, yaitu Tabel 2. Bilangan asam CJO PTP XII Jember
sebelum atau sesudah reaksi transesterifikasi dengan Etanol dan
Volume Bilangan
CaO. Metode pertama, reaksi esterifikasi yang CJO n-heksan
No. KOH 0,1006 asam*
(g) (1:1)
dilakukan mencampurkan minyak jarak pagar dengan N (mL) (mg KOH/g)
(mL)
metanol yang telah dicampur dengan H2SO4 pada suhu 1. 1.0073 10 3 16.8083
50 oC. Untuk mengamati reaksi esterifikasi FFA 2. 1,0061 10 3 16.8283
berlangsung sempurna (FFA < 0,1%), diamati 3. 1,0089 10 3 16.7816

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 62
Rata-rata 16.8061
* Dihitung berdasarkan persamaan 1

Analisis MS menunjukkan fragmentasi yang


khas untuk metil ester. Salah satu contoh fragmentasi,
yaitu fragmentasi gugus metoksi yang menghasilkan
[M-31]+ yang menegaskan adanya gugus metil dalam
senyawa yang dianalisis. Penelusuran bank data
Gambar 3.Reaksi transesterifikasi trigliserida dengan
fragmentasi senyawa-senyawa metil ester menunjukkan
katalis CaO
bahwa puncak 2 adalah metil palmitat, puncak 3 adalah
metil linoleat, puncak 4 adalah metil oleat dan puncak 5
adalah metil stearat seperti terdapat pada Gambar 1.

Gambar 4. Reaksi hidrolisis trigliserida oleh katalis


asam

Terjadinya reaksi esterifikasi FFA dalam CJO


diamati berdasarkan penurunan bilangan asam. Hasil
reaksi esterifikasi menunjukkan bahwa terjadi
penurunan bilangan asam dalam CJO dari 18,8601 mg
KOH menjadi 0.1878 mg KOH bila reaksi esterifikasi
Gambar 1. Kromatogram GC biodiesel dari minyak
dilakukan selama 3 jam (tabel 4) atau penurunan kadar
jarak pagar
FFA dari 9,43% menjadi 0,09%. Penurunan bilangan
Berdasarkan data GC-MS dengan area GC diatas 1 %,
asam setelah reaksi berjalan 1,5 jam relatif lebih
diketahui metil ester hasil reaksi transesterifikasi
sedikit, hal ini terjadi karena selain terjadi reaksi
minyak jarak pagar, adalah asam palmitat, asam
esterifikasi juga terjadi reaksi hidrolisis trigleserida
linoleat, asam oleat dan asam stearat dan perhitungan
menghasilkan FFA (Gambar 4). Reaksi hidrolisis TG
berat molekul minyak jarak pagar tercantum dalam
terjadi karena adanya air sebagai hasil samping reaksi
Tabel 3
esterifikasi (Gambar 2).
Tabel 3. Perhitungan berat molekul rata-rata minyak
Tabel 4.Bilangan asam CJO setelah reaksi esterfikasi
jarak pagar
dengan katalis H2SO4
No. Nama metil Berat molekul Area Komponen
ester metil ester (%) trigliserida Bilangan Bilangan asam
Waktu reaksi
No. asam mula2 setelah reaksi
(3c − 4)d (jam)
a b c d e= (mgKOH) (mgKOH)
100
1. 18,8601 1,5 0.5612
1. Metil palmitat 270 13,34 107,5204
2. Metil linoleat 294 28,89 262,4342 2. 18,8601 2 0.4218
3. Metil oleat 296 46,99 415,3916 3. 18,8601 2,5 0.2788
4. Metil stearat 298 9,05 80,545
4 18,8601 3 0.1878
Berat molekul rata-rata minyak jarak pagar 865,8912
g/mol
Setelah reaksi esterifikasi, tahap berikutnya adalah
Sintesis Biodiesel dari CJO dengan Metode I reaksi tansesterifikasi CJO menggunakan CaO. Pada
Pada metode I dilakukan tahap esterifikasi reaksi ini teramati andanya endapan CaO dan tidak
FFA menggunakan H2SO4 dilanjutkan dengan terbentuk reaksi penyabunan (gambar 5.2). Jumlah
transesterifikasi trigliserida menggunakan CaO. Reaksi biodiesel yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi
yang terjadi pada metode I adalah reaksi esterifikasi TG dalam CJO menggunakan katalis CaO selama 3
FFA (gambar 2) dan transesterifikasi trigliserida adalah 55,48 % (selengkapnya ditunjukkan oleh tabel
(gambar 3) : 5). Jumlah konversi biodiesel yang dihasilkan dari
transesterifikasi CJO lebih kecil dari transesterifikasi
minyak lobak dilaporkan oleh Kawashima et al., 2009
yaitu sebesar 90%. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan adanya perbedaan preparasi dan saat
pemakaian katalis.
Gambar 2. Reaksi esterifikasi FFA dengan katalis asam

63 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
diharapkan perolehan kembali CaO dalam bentuk
endapan CaSO4 (Gambar 6).

O O
R C OH + CaO(s) R C O 2
Ca + H2O

FFA Ca-sabun

O O
R C O Ca + H2SO4 R C OH + CaSO4(s)
2
FFA
Ca-sabun

CaSO4(s) CaO(s) + SO3(g)

Gambar 5.Fasa minyak, metanol dan CaO hasil reaksi


Gambar 6. Saponifikasi oleh CaO dan recovery CaO
metode I
dengan H2SO4
Pada penelitian ini, katalis CaO diperoleh dari
padatan CaO kemudian digerus dan diayak dengan
ayakan 100 mesh kemudian dikalsinasi pada suhu 800
o
C tanpa aliran gas N2 selama 2 jam, kemudian
disimpan dalam desikator sebelum dilakukan
digunakan untuk reaksi. Sedangkan pada penelitian
sebelumnya, katalis CaO diperoleh melalui proses
resipitasi dengan mereaksikan Ca-asetat dengan asam
oksalat membentuk endapan Ca-oksalat yang kemudian
dikalsinasi pada suhu 800 oC sehingga terbentuk CaO
yang berukuran nano partikel. Selain itu sebelum reaksi
transesterifikasi dilakukan, katalis CaO diaktivasi
terlebih dahulu pada suhu 800 oC selama 2 jam
dibawah aliran gas N2 untuk menghilangkan air dan gas
CO2 karena CaO mudah terhidrasi dan terkarbonasi
maka CaO (Granados et al., 2007).

Tabel 5. Konversi biodiesel oleh CaO


Gambar 7. Ca-Sabun hasil reaksi metode II
No. Waktu reaksi Konversi (%)
(jam)
Pada metode ini jumlah H2SO4 yang
1. 1 34,4026
ditambahkan 2 kali lebih banyak dibandingkan pada
2. 2 42,7795
metode I. Hal ini dimaksudkan agar masih terdapat sisa
3. 3 55,4805 katalis H2SO4 sehingga reaksi esterifikasi dengan
katalis H2SO4 dapat berlangsung. Akan tetapi hasil
Perbedaan preparasi dan proses aktivasi katalis penelitian metode ini menunjukkan bahwa sabun tetap
CaO tersebut menyebabkan adanya perbedaan luas terbentuk pada akhir reaksi (Gambar 7). Hal ini
permukaan dan pori katalis serta jumlah situs basa yang disebabkan karena reaksi saponifikasi lebih cepat
terdapat dalam CaO, sehingga berpengaruh terhadap dibandingkan reaksi esterifikasi, sehingga setelah
aktivitas katalis CaO. Hal ini disebabkan karena luas reaksi netralisasi Ca-sabun oleh H2SO4 membentuk
permukaan dan pori katalis serta jumlah situs aktif yang endapan CaSO4 dan FFA terjadi lagi reaksi
tersedia sangat berpengaruh pada reaksi katalitik saponifikasi.
heterogen yang melibatkan adsorpsi molekul reaktan
menuju permukaan katalis padat, reaksi molekul KESIMPULAN DAN SARAN
reaktan yang teradsorpsi pada permukaan katalis, Kesimpulan
desorpsi dan diffusi produk (Davis and Davis, 2003). Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan maka dapat diperoleh suatu kesimpulan
Sintesis Biodiesel dari CJO dengan Metode II sebagai berikut:
Pada metode II dilakukan tahap 1. Kombinasi H2SO4 dan CaO dengan metode I
transesterifikasi TG dan saponifikasi FFA dalam CJO dapat digunakan sebagai katalis untuk sintesis
yang mengandung TG dan FFA 9,4% menggunakan biodiesel dari CJO PTPN XII Jember yang
CaO dilanjutkan dengan reaksi netralisasi Ca-sabun dan memiliki kadar FFA 9,4 % dan kadar air sebesar
esterifikasi menggunakan H2SO4. Selain reaksi 0,14%.
transesterifikasi (Gambar 3) dan esterifikasi (Ganbar 2) 2. Pemakaian H2SO4 dapat menurunkan kadar FFA
pada metode ini juga terjadi reaksi saponifikasi dan sampai 0,09% sehingga dapat mencegah

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 64
terjadinya reaksi saponifikasi pada pemakaian Hamdi A., 2005, Mengarusutamakan Energi Baru &
CaO Terbarukan,
3. Jumlah konversi biodiesel dari CJO PTPN XII http://www.jarakpagar.com/pdf/ArusUtama.pdf,
yang dihasilkan menggunakan katalis CaO selama diakses 21 April 2008
reaksi 3 jam adalah 55,48 % Kawashima, A., Matsubara, K., and Honda, K., 2009,
4. Kombinasi H2SO4 dan CaO dengan metode II Acceleration of catalytic activity of calcium oxide
tidak dapat dimanfaatkan untuk sintesis biodiesel for biodiesel production, Bioresour. Technol., 100,
dari CJO PTPN XII Jember yang memiliki kadar 696 – 700.
FFA 9,4 % dan kadar air sebesar 0,14%. Kouzu. M., Kasuno, T., Tajika, M., Sugimoto, Y.,
Yamanaka, S. and Hidaka, J., 2008, Calcium oxide
Saran as a solid base catalyst for transesterification of
Perlu dilakukan proses aktivasi dan pengaliran soybean oil and its application to biodiesel
gas N2 sebelum katalis CaO sebelum reaksi production, Fuel, 87, 2798 – 2806.
transesterifikasi, untuk menghilangkan H2O dan CO2 Liu, X., He, H., Wang, Y., Zhu, S. and Piao, X., 2008,
yang teradsorpsi pada permukaan CaO yang dapat Transesterification of soybean oil to biodiesel
mengganggu proses adsorbsi reaktan pada permukaan using CaO as a solid base catalyst, Fuel, 87, 216 –
katalis CaO. 221.
Lu, H., Liu Y., Zhou H., Yang Y., Chen, M. and Liang,
DAFTAR PUSTAKA B., 2009, Production of biodiesel from Jatropha
Anonim, 2009, Harga BBM Dalam Negeri, curcas L. oil, Comput. Chem. Eng., 33, 1091 –
http://www.esdm.go.id/publikasi/harga- 1096.
energi/harga-bbm-dalam-negeri.html, diakses 31 Saifuddin, N., Raziah, A.Z. and Farah, H.N., 2009,
Maret 2009 Production of biodiesel from high acid value waste
Berchmans, H.J. and Hirata S., 2008, Biodiesel cooking oil using an optimized lipase
production from crude Jatropha curcas L. seed oil enzyme/acid-catalyzed hybrid process, E-journal
with a high content of free fatty acids, Bioresour. of Chemistry, 6(S1), S485 – S495.
Technol., 99, 1716 – 1721. Schuchardt, U., Sercheli, R. and Vargas, R.M., 1998,
Berrios, M., Siles, J., Martín M.A. and Martín A., 2007, Transesterification of vegetable oils: A review, J.
A kinetic study of the esterification of free fatty Braz. Chem. Soc., 9, 1, 199 – 210.
acids (FFA) in sunflower oil, Fuel, 86, 2383 – Tiwari, A.K., Kumar, A. and Raheman, H., 2007,
2388. Biodiesel production from jatropha oil (Jatropha
Davis, M.E. and Davis, R.J., 2003, Fundamentals of Curcas) with high free fatty acid: An optimized
Chemical Reaction Engineering, McGraw-Hill process, Biomass Bioenerg., 31, 569 – 575.
Companies, Boston. Viswanathan, B. and Ramaswamy, A.V., 2008,
Selection of solid heterogeneous catalysts for
trans-esterification reaction, Chemistry Industry
Digest, 91 – 99.

65 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
PENGARUH UKURAN PORI TERHADAP AKTIVITAS KATALITIK
TITANIUM SILIKALIT-1 PADA SINTESIS FENOL

Hamami1, Abdulloh1, Alfa Akustia Widati1, Djimmi Teratee1


1
Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
E-mail: alfaakustia@gmail.com

ABSTRACT
Phenol as an important intermediate for petrochemical, agrochemical, and plastic industry. Phenol
production with conventional method not optimum and produce for environment. Phenol production process work
slowly. So, in this research, phenol can be produced use Titanium Slicalite-1 9TS-1) on phenol synthesis. This reaction
can be included clean reaction. In this research, phenol concentration can be measured by Gas Chromatography
(GC). Parameters measured are TS-1 pore diameter variation and time reaction. Optimum condition for producing
phenol can be showed at TS-1 mesopore 3,8 nm for 4 hours. Reaction order synthesis of phenol by benzene oxidation
is 1.

Keywords: phenol, phenol synthesis, TS-1, reaction order

PENDAHULUAN Salah satu contoh aplikasi proses oksidasi


Fenol merupakan salah satu intermediet yang sukses adalah produksi propilen oksida yang
penting untuk industri petrokimia, agrokimia dan dikomersialisasikan oleh Shell pada tahun 1970 dengan
plastik. Fenol banyak dimanfaatkan sebagai antiseptik, menggunakan katalis Ti(IV)/SiO2 (Sheldon, 2000).
desinfektan, dan pembuatan bahan pembersih lantai. Katalis lain yang sukses adalah Titanium Silikalit-1
Fenol memiliki sifat antiseptik sehingga digunakan di (TS-1) yang dihasilkan oleh ilmuwan Enichem
dalam bidang pembedahan untuk mensterilkan alat-alat (Taramasso dkk, 1983). Liu dkk (2006) menjelaskan
bedah. Fenol juga banyak digunakan dalam pembuatan bahwa TS-1 sebagai katalis heterogen dapat digunakan
obat, resin sintetik, dan polimer. Selain itu, fenol dapat untuk oksidasi benzena. Ke dkk (2007) juga melakukan
juga dimanfaatkan untuk meninggikan kualitas karet oksidasi benzena menjadi fenol dengan bantuan TS-1.
pada industri karet (Bolton dan Eaton, 1968). Sampai dekade ini, katalis ini terus dipelajari karena
Fenol dapat disintesis dengan metode cumene. menunjukkan aktivitas katalitik yang luar biasa dalam
Proses sintesis fenol dengan metode cumene memiliki reaksi organik dengan menggunakan H2O2 sebagai
beberapa kelemahan seperti dihasilkannya intermediet oksidator. Penggunaan H2O2 sebagai oksidator
yang eksplosif berupa cumene hidroperoksida sehingga memiliki kelebihan karena adanya kandungan oksigen
berbahaya bagi lingkungan (Burri dkk, 2007). Selain aktif yang sangat tinggi dalam H2O2 dan hanya
itu, proses ini menyulitkan industri mendapatkan menghasilkan air sebagai produk samping. Dengan
produk fenol dalam jumlah banyak dan membutuhkan demikian, reaksi yang dioksidasi H2O2 dapat
investasi modal yang besar karena proses ini bertahap digolongkan ke dalam reaksi yang ramah lingkungan
(Sakamoto dkk, 2008). Kondisi tersebut telah (Clerici, 2001).
mendorong pengembangan metode lain untuk Penelitian tentang TS-1 terus dilanjutkan dan
memproduksi fenol dari benzena melalui sintesis satu dikembangkan karena TS-1 merupakan katalis
tahap, tidak menghasilkan produk samping dan lebih terpenting dalam reaksi oksidasi benzena (Liu dkk,
ekonomis (Kubacka dkk, 2007). 2005; Klaewkla dkk, 2006; Liu dkk, 2006). TS-1
Salah satu cara yang ditawarkan untuk sintesis merupakan katalis yang memiliki struktur berpori. Pori-
fenol adalah oksidasi langsung benzena satu tahap. pori TS-1 mempengaruhi aktivitasnya dalam
Cara ini cukup efektif karena alasan ekonomis dan mengkatalisis suatu reaksi terutama ukuran porinya.
lingkungan (Chen dkk, 2008). Cara terbaik untuk Ukuran pori TS-1 sangat penting dalam pembentukan
oksidasi benzena adalah dengan bantuan katalis. senyawa yang mempunyai satu molekul benzena, yang
Selama ini, penelitian tentang katalis banyak dilakukan berhubungan dengan selektivitas molekul dan aktivitas
untuk mengoptimalkan produktivitas suatu reaksi. molekul. Ukuran pori yang besar mengakibatkan luas
Katalis telah digunakan secara luas untuk produksi permukaan katalis menjadi besar juga sehingga
berbagai macam produk dalam berbagai industri, yang memudahkan katalis dalam mengadsorpsi pereaksi-
sukar didapat atau mahal harganya. Berdasarkan pereaksi, serta menjadikannya lebih reaktif. Lin dkk
fasanya, katalis dibedakan menjadi katalis heterogen (2004) melaporkan tentang ketidakefektifan katalis
dan katalis homogen. Pengembangan katalis heterogen dengan ukuran pori kecil atau mikropori dalam
lebih diminati daripada katalis homogen. Hal ini mengkatalisis molekul dengan ukuran besar (bulky
dikarenakan pada katalis homogen, diperlukan molecules), sedangkan katalis dengan ukuran pori lebih
perlakuan yang cukup rumit untuk memisahkan dari besar seperti mesopori lebih memungkinkan
produk dan dibutuhkan biaya yang cukup tinggi bila mengkatalisis material dengan ukuran besar. Selain itu,
diaplikasikan di industri. Katalis heterogen lebih menurut Eimer dkk (2008), TS-1 mikropori tidak
menguntungkan karena proses pemisahannya yang terlalu efektif digunakan untuk mengkatalisis reaksi
mudah akibat perbedaan fasa dengan produk (Tang oksidasi karena ukuran porinya kecil. Eimer dkk (2008)
dkk, 2006). juga menjelaskan bahwa TS-1 mesopori dapat

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 66
meningkatkan aktivitas katalitik oksidasi α-pinene hold time 1 menit, suhu oven 500 C, suhu injektor A
dibandingkan TS-1 mikropori. Ukuran pori mesopori 2750 C, suhu detektor 2800 C, final temperatur 2800 C,
yang lebih besar dari mikropori menyebabkan respon katalis TS-1 (mikropori, mesopori 3,0 nm, dan
aktivitas katalitik TS-1 mesopori pada beberapa reaksi mesopori 3,8 nm).
menunjukkan produktivitas yang lebih baik
dibandingkan dengan TS-1 mikropori. Ukuran pori HASIL DAN PEMBAHASAN
yang besar memudahkan senyawa berdifusi sehingga Pembuatan Kurva Standar Fenol Sebagai Produk
energi yang diperlukan lebih kecil dan reaksi berjalan Oksidasi Benzena
lebih cepat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan Kurva kalibrasi diperoleh dari pengukuran seri
dipelajari pengaruh ukuran pori terhadap aktivitas larutan standar fenol 0,8; 1,2; 1,6; 2,0; dan 2,4 mmol.
katalitik TS-1 mesopori pada reaksi hidroksilasi Kurva kalibrasi dibuat untuk membantu menentukan
benzena. konsentrasi fenol yang diperoleh melalui hidroksilasi
benzena menggunakan katalis TS-1 mesopori dan
PROSEDUR PENELITIAN mikropori.
Uji Aktivitas Katalitik
Parameter uji aktivitas katalitik pada penelitian ini Kurva Standar Fenol
dibatasi pada dua hal yaitu laju reaksi dan konversi
3
produk (seberapa banyak produk dihasilkan). Laju y = 1,1291x - 0,1296

Rasio fenol
reaksi dalam penelitian ini menggunakan orde n R² = 0,9959
dimana konsentrasi salah satu reaktan dianggap 2
berlebih sehingga dapat dianggap konstan. Konsentrasi
reaktan yang dianggap berlebih adalah hidrogen 1
peroksidanya. Konversi produk digunakan untuk
mengetahui seberapa banyak fenol yang terbentuk dari 0
hidroksilasi benzena. 0 1 2 3
Pengaruh Waktu Reaksi Konsentrasi standar fenol
Sebanyak 1,3 g benzena dilarutkan dalam metanol.
Selanjutnya, campuran ditambahkan 160 mg katalis Gambar 2. Kurva standar fenol
TS-1 dan di tambah 0,5 mL H2O2. Campuran tersebut
dipanaskan pada suhu 70oC. Sebanyak 0,5 mL Uji Aktivitas Katalitik
campuran diambil untuk dianalisis dengan GC sebagai Uji aktivitas katalitik suatu reaksi meliputi banyak
data reaksi 0 jam. Kemudian campuran dipanaskan aspek antara lain energi aktivasi, konversi produk, laju
selama 1, 2, dan 4 jam lalu dianalisis dengan GC. reaksi, pemakaian reaktan, dan lain-lain. Melalui uji
aktivitas katalitik TS-1 mesopori pada oksidasi
Pengaruh Ukuran Pori benzena, penelitian ini hanya mengamati 2 hal yang
Pengaruh ukuran pori dipelajari dengan uji berkaitan dengan reaksi yaitu laju reaksi dan konversi
aktivitas katalitik TS-1 pada hidroksilasi benzena produk (banyak produk yang dihasilkan). Laju reaksi
menggunakan 3 katalis TS-1 yang mempunyai ukuran dalam penelitian ini menggunakan orde semu n dimana
pori yang berbeda yaitu Mikropori, mesopori 3,0 nm, konsentrasi salah satu reaktan dianggap berlebih
dan mesopori 3,8 nm. Berikut ini adalah gambar sehingga dapat dianggap konstan. Konsentrasi reaktan
rangkaian reaktor oksidasi benzena. yang dianggap berlebih adalah konsentrasi hidrogen
peroksida. Konversi produk digunakan untuk
mengetahui seberapa banyak fenol yang dihasilkan dari
kondensor oksidasi benzena.
Semua katalis TS-1 diuji aktivitasnya pada reaksi
hidroksilasi benzena. Uji aktivitas katalitik dilakukan
dengan reaksi hidroksilasi benzena menggunakan H2O2
Suntika pada suhu 70°C berdasarkan metode yang digunakan
suntikan
n Termokope
oleh Wilkenhöner, dkk (2001). Campuran produk hasil
pengam
reaksi hidroksilasi benzena dianalisis dengan
menggunakan GC.

Pengaruh Waktu Reaksi


Dalam penelitian ini, waktu reaksi yang digunakan
minya untuk oksidasi benzena adalah 0, 1, 2, 3, dan 4 jam.
k
Pengatur suhu Setelah itu, Campuran produk hasil reaksi oksidasi
benzena dianalisis dengan menggunakan GC. Data
Gambar 1. Reaktor oksidasi benzena. yang diperoleh berupa kromatogram.Kromatogram
Setelah campuran dipanaskan selama 0,1,2,3, dan 4 jam menunjukkan bahwa semua hasil dari oksidasi benzena
menggunakan reaktor tersebut, campuran dianalisis dengan semua sampel memberikan kandungan senyawa
dengan GC. GC yang digunakan dalam penelitian ini yang sama, tetapi berbeda pada luas area yang
memiliki kondisi : kolom HP 5, initial time 2 menit,

67 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
dihasilkan masing-masing puncak walaupun ada
perbedaan waktu reaksi.
Dari Gambar 3 terlihat bahwa waktu reaksi
berbanding lurus dengan luas area produk fenol.
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin
banyak jumlah fenol yang diperoleh. Hasil ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Bengoa dkk (1998; Hoelderich, 2000) mengenai uji
katalitik katalis TS-1 pada reaksi hidroksilasi benzena
membentuk fenol, didapatkan hasil bahwa semakin
lama waktu reaksi yang diterapkan maka nilai konversi
benzena akan meningkat. Berikut adalah tabel
perbandingan waktu reaksi dengan rasio luas area fenol Kondisi reaksi : suhu 700 C; katalis TS-1 mikropori; 3 jam; 1,3 g
terhadap nitrobenzena. benzena; 5 mL pelarut metanol; 0,5 g H2O2; standar internal
nitrobenzena
waktu reaksi vs rasio fenol
20
15 TS-1
Rasio fenol

10 mikropori

5
TS-1
0 mesopori
0 5 3,0nm
-5
waktu reaksi
Gambar 4.Kromatogram reaksi hidroksilasi benzena
dengan katalis a) TS-1 mikropori b) TS-1 mesopori
Gambar 3. Pengaruh waktu reaksi pada oksidasi
benzena Penentuan Difusivitas Efektif Pori
Semakin lama waktu reaksi semakin banyak fenol Penentuan difusivitas efektif pori (De) dapat
yang terbentuk. Hal ini berhubungan aktivitas dilakukan dengan menggunakan persamaan (Suyanto,
tumbukan antar molekul menjadi lebih sering terjadi. 2000).
Antar molekul lebih mudah bertumbukan dan waktu De (δq/δr) r=R = (Ks/Ms)(C-Cs)
tumbukan lebih lama sehingga produk yang dihasilkan De {9 (Co-C)R-4 / ρ4π} = Ks / Ms (C-X)
semakin banyak. C = konsentrasi benzena
Co = konsentrasi awal benzena
Pengaruh Ukuran Pori R = Jari-jari pori TS-1
Semakin besar ukuran pori TS-1 yang digunakan Cs = konsentrasi benzena yang terserap dalam TS-1
untuk reaksi oksidasi benzena, semakin besar juga Ms = massa TS-1 yang digunakan
jumlah fenol yang terbentuk. Hal ini menggambarkan (δq/δr) = perubahan massa benzena yang terserap
ukuran pori memudahkan akses antar molekul reaktan persatuan massa TS-1
(benzena) sehingga produk (fenol) yang dihasilkan
semakin banyak dan meningkat. Konversi produk fenol Dari perhitungan diperoleh nilai De TS-1 mikropori =
berbanding lurus dengan besarnya ukuran pori. 1,2307 x 10-3 cm2/jam; De TS-1 mesopori 3,0 nm =
Katalis dengan ukuran pori kecil atau mikropori 5,9598 x 10-3 cm2/jam; De TS-1 mesopori = 7,3073 x
dalam mengkatalisis molekul dengan ukuran besar 10-3 cm2/jam. Artinya benzena akan berdifusi ke dalam
(bulky molecules), sedangkan katalis dengan ukuran TS-1 melalui pori, melalui luas permukaan pori sebesar
pori lebih besar seperti mesopori lebih memungkinkan 1,2307 x 10-3 cm2/jam; 5,9598 x 10-3 cm2/jam; 7,3073 x
mengkatalisis material dengan ukuran besar. Hasil yang 10-3 cm2/jam . Nilai De yang kecil ini sesuai dengan
serupa juga dilaporkan oleh Lin dkk (2004). Selain itu, Gambar 3 dimana konversi pembentukan produk
Eimer dkk (2008) melaporkan, TS-1 mikropori tidak berlangsung lambat karena pada waktu reaksi 2 jam
terlalu efektif digunakan untuk mengkatalisis reaksi baru terbentuk produk. Nilai De yang semakin besar
oksidasi karena ukuran porinya kecil. Ukuran pori berdasarkan ukuran pori yang semakin besar
mesopori yang lebih besar dari mikropori menyebabkan menunjukkan konversi produk mengalami peningkatan.
respon aktivitas katalitik TS-1 mesopori pada
hidroksilasi benzena menunjukkan produktivitas yang Penentuan Orde Reaksi dan Laju Reaksi Oksidasi
lebih baik dibandingkan dengan TS-1 mikropori. Benzena
Ukuran pori yang besar memudahkan senyawa Reaksi dalam penelitian menggunakan orde semu
berdifusi sehingga energi yang diperlukan lebih kecil n = 1. Hal ini sesuai dengan uji metode plot van’t Hoff.
dan reaksi berjalan lebih cepat. Karena orde reaksi n =1, untuk menentukan laju reaksi

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 68
𝑑[𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙] menjadi besar juga sehingga memudahkan katalis
dapat menggunakan persamaan : = k dalam mengadsorpsi pereaksi, serta menjadikannya
𝑑𝑡
[fenol]n (Vladab dkk,2009). Konsentrasi fenol diambil lebih reaktif.
mulai dari reaksi yang berjalan 2, 3, dan 4 jam. Nilai 2. Kinetika reaksi
konsentrasi fenol diperoleh dengan memasukkan nilai Reaksi sintesis fenol dalam penelitian ini
rasio fenol dengan waktu reaksi 2, 3, dan 4 jam (ketiga menggunakan orde n = 1 sesuai dengan uji metode
katalis) ke dalam persamaan regresi yang diperoleh dari plot van’t Hoff. Laju reaksi berbanding lurus
penentuan kurva kalibrasi standar fenol y = 1,129x – dengan ukuran pori. Semakin besar ukuran pori
0,129. laju reaksi semakin cepat.

Tabel 1. Perbandingan hasil fenol ketiga katalis Saran


Waktu Konsentrasi fenol (mmol) Perlu dilakukan pengamatan dengan menggunakan
reaksi TS-1 TS-1 TS-1 parameter lain seperti rasio benzena / hidrogen
mikropori mesopori mesopori peroksida dan temperature reaksi untuk mengamati
3,0 nm 3,8 nm kinetika dan perolehan fenol dengan menggunakan TS-
1 mesopori 3,8 nm. Dengan diperolehnya kondisi
2 0,1143 0,1143 0,6781 optimum reaksi, maka akan diperoleh kondisi yang
3 0,1288 2,8141 6,9622 efektif untuk memperoleh fenol.
4 0,1293 8,2469 13,2088
DAFTAR PUSTAKA
Dari Tabel 1 diperoleh harga laju reaksi TS-1 Bengoa, J.F., Gallegos, N. G., Marchetti, S. G.,
mikropori = -0,7597 mmol/jam; laju reaksi TS-1 Alvarez, A. M., Cagnoli, M. V., Yeramian, A.
mesopori 3,0 nm = -0,0707 mmol/jam; laju reaksi TS-1 A., 1998, Influence of Structural Properties
mesopori 3,8 nm = 0,3659 mmol/jam. Karena reaksi and Operation Conditions on Benzena
berlangsung pada reaktor batch, reaktan dianggap Catalytic Oxidation with H2O2, Microporous
bercampur sempurna dan komposisi serta distribusinya and mesoporous Materials, Vol. 24, hal. 163-
seragam. 172.
Hasil perhitungan laju reaksi di atas berdasar pada Bolton, D.M dan Eaton, L.G, 1968, Encyclopedia of
faktor-faktor sebagai berikut : Chemical and Drugs, 8th edition, Merck and
1. Transpor massa diabaikan karena tidak Co. Inc, Rahway, N.J, USA
mempengaruhi laju reaksi Burri, D. R., sheikh, I. R., Choi, K. M., Park, S. E.,
2. Reaksi hidroksilasi benzena terjadi antara reaksi 2007, Facile Heterogenization of
hidrogen peroksida dan benzena yang teradsopsi Homogeneous ferrocene catalysts on SBA-15
pada permukaan katalis TS-1 and its Hydroxylation Avtivity, Catalysis
3. Laju transfer massa benzena menuju situs aktif Communications, Vol. 8, hal. 731-735
katalis dapat mempengaruhi seluruh proses laju Chen, J., Gao, S., Xu, J., 2008, Direct Hhydroxylation
pada periode awal reaksi of Benzena to Phenol Over a New
4. Laju transfer massa hidrogen peroksida menuju Vanadium-Subtituted Phosphomolybdate as
partikel katalis TS-1 dan laju adsorpsi menuju situs a solid Catalyst, Catalysis Communications,
aktif pada permukaan katalis bukan merupakan Vol. 9, Hal. 728-733
pembatas keseluruhan proses laju reaksi. Clerici, M.G. 2001, Aromatic Ring Hydroxylation
5. Laju adsorpsi benzena pada permukaan katalis TS-1 Oxidation, in: Sheldon, R. A., Bekkum, H. V.
pada periode awal reaksi ditentukan laju transfer (Eds.), “Fine Chemichals Through
massa menuju situs aktif. Heterogeneous Catalysis”, Wiley-VCH,
6. Adsorpsi hidrogen peroksida mengikuti kinetika Weinheim, hal. 538-549, Federal Republic of
reaksi orde 1 semu Germany.
7. Laju difusi internal tidak mempengaruhi laju reaksi Eimer, G, A., Diaz, I., Sastre, E., Casuscelli, G, S.,
hidroksilasi benzena Crivello, M, E., Herrero, E, R., Perez-Pariente,
8. Laju desorpsi dari hasil reaksi hidroksilasi benzena J., 2008, Mesoporous Titanosilicates
dari permukaan katalis TS-1 dan laju transfer massa Synthesized from TS-1 Precursors with
menuju permukaan fasa cair tidak mempengaruhi Enhanced Catalytic Activity in The α-Pinene
laju reaksi. Selective Oxidation, Applied Catalysis A :
General, Vol 343, hal 77-86
KESIMPULAN DAN SARAN Hoelderich, W. F., 2000, One-Pot reactions: A
Contribution to Environmental Protection,
Kesimpulan Applied catalysis A: General, Vol. 194-195,
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan hal. 487-496
bahwa : Ke, X., Xu, L., Zeng, C., Zhang, L., Xu, N., 2007,
1. Pengaruh ukuran pori Synthesis of Mesoporous TS-1 by
Semakin besar ukuran pori TS-1 semakin besar Hydrothermal and Steam-Assisted Dry Gel
jumlah fenol yang diperoleh. Ukuran pori yang Conversion Techniques With The Aid of
besar mengakibatkan luas permukaan katalis

69 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
Triethanolamine, Microporous and Sheldon, R.A., Arends, I.W.C.E., Dijksman, A. 2000,
Mesoporous Materials, Vol 106, hal 68-75 New Developments in Catalytic Alcohol
Klaewkla, R.,T. Rirksomboon, S., Kulprathipanja, L., Oxidation for Fine Chemical
Nemeth, Rangsunvigit, P. 2006, Light Synthesis,Catal. Today., Vol. 57, hal. 157-
Sensitivity of Phenol Hydroxylation with TS- 166
1, Catal. Commun., Vol. 7, hal. 260-263 Suyanto, 1990, Pra Karakterisasi Perpindahan Massa
Kubacka, A . , W a n g , Z . , S u l i k o w s k i , B . , Merkuri dari Larutan ke Bentonit, Surabaya :
Corberan, V. C., 2007, Kimia FMIPA Unair, hal 124-126
Hydroylation/Oxidation of B e n z e n a Tang, H., Ren, Yu., Yue, B., Yan, S., He, H., 2006, Cu-
over Cu-ZSM-5 systems: Optimization of Incorporated Mesoporous
Materials:Synthesis, Characterization and
The One-Step Route to Phenol, Journal
Catalytic Activity in Phenol Hydroxilation,
of Catalysis, Vol. 250, hal. 184-189 Journal of Molecular Catalysis A: Chemical,
Lin, S., Zhen, Ying., Wang, S., Dai, Y., 2000, Catalytc Vol 260, hal 121-127
Activity of K0,5(NH4)5,5[MnMo9O32]·6H2O in Taramasso, M., Perego, G., Notari, B. 1983,
Phenol Hydroxylation with Hydrogen Preparation of Porous Crystalline Synthetic
Peroxide, Journal of Molecular Catalysis A : Material Comprised of Silicon and Titanium
Chemical, Vol 156, hal 113-120 Oxides. (U. S. Patents No. 4,410,501)
Liu, H., Lu, G., Gu, Y., Gu, Y., Wang, J., 2006, Wilkenhoner, U., Langhendries, G., Van L, F., Baron,
Chemical Kinetics of Hydroxilation of G.V., Gammon D.W., Jacobs, P.A., van Steen,
Phenol Catalyzed by TS-1/Diatomite in E., 2001, Influence of Pore and Crystal Size
Fixed-Bed Reactor, Chemical Engineering of Crystalline Titanosilicates on Phenol
Journal, Vol 116, hal 179-186 Hydroxylation in Different Solvents, Journal
Sakamoto, T., Takagaki, T., Sakakura, A., 2008, of Catalysis., Vol. 203, hal. 201–212
Hydroxylation of Benzena to Phenol Under
air and Carbon Monoxide Catalyzed by
Molybdovanadaphosphates, Journal of
Molecular Catalysis A: Chemical, Vol. 288,
hal. 19-22.

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 70
SIFAT KIMIA AIRTANAH DANGKAL DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

Hari Siswoyo1, Emi Fitrianingsih2, Bambang Poerwadi3


1, 2
Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
3
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK.
Aspek penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan airtanah diantaranya adalah sifat kimia dari
airtanah, hal ini dikarenakan sifat tersebut akan memberikan dampak bagi obyek yang akan menerima pasokan
airtanah. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memetakan sifat kimia airtanah di lokasi
penelitian. Analisis sifat kimia airtanah dilakukan dengan menggunakan Model Diagram Trilinier Piper dengan
bantuan paket program komputer AquaChem versi 3.6 dan untuk memetakannya dengan menggunakan bantuan paket
program komputer Surfer 8. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa airtanah dangkal di lokasi penelitian
memiliki sifat kekerasan karbonat (alkalinitas sekunder) lebih dari 50%, airtanah didominir oleh alkali tanah dan
asam lemahnya dengan kation Tipe Magnesium dan anion Tipe Bikarbonat.

Kata kunci: sifat kimia; airtanah; piper; AquaChem.

PENDAHULUAN pada jenis akuifer yang berbeda dalam CAT yang sama
Sejalan dengan semakin pentingnya peran dan jenis akuifer yang sama pada CAT yang berbeda.
airtanah dalam memenuhi berbagai kebutuhan, maka (4) Memetakan sifat kimia airtanah yang dominan di
diperlukan upaya nyata dalam pengelolaan sumberdaya lokasi penelitian.
airtanah yang berwawasan lingkungan. Salah satu .
aspek yang harus diperhatikan dalam upaya EKSPERIMEN
pengelolaan airtanah adalah sifat kimia dari airtanah Penentuan sifat kimia airtanah dapat
tersebut. Hal ini dikarenakan sifat kimia akan dapat menggunakan berbagai macam model, diantaranya ada
memberikan pengaruh baik bersifat positif ataupun 6 model yang dikenal yaitu: Model Klasifikasi Kurlov,
negatif terhadap obyek yang menerima pasokan Model Diagram Pie, Model Diagram Trilinier Piper,
airtanah tersebut. Model Diagram Pola Stiff, Model Diagram Fingerprint,
Hasil penelitian terdahulu (Siswoyo, et. al., dan Model Diagram Komposisi. Berdasarkan kajian
2012) menunjukkan bahwa sampel-sampel airtanah pada penelitian sebelumnya (Siswoyo et. al., 2012),
yang diambil dari kelompok akuifer1 yang berbeda dalam penelitian ini digunakan Model Diagram
dalam satu cekungan air tanah (CAT)2 memiliki sifat Trilinier Piper. Sebagaimana dinyatakan dalam
kimia yang sama. Berdasarkan hasil penelitian tersebut Suharyadi (1984), bahwa model ini merupakan model
masih menimbulkan pertanyaan ataupun dugaan bagi yang terpenting untuk studi genetik airtanah, sangat
peneliti untuk ditindaklanjuti dalam penelitian efektif dalam pemisahan analisis data bagi studi krisis
berikutnya. Dugaan bahwa sifat kimia airtanah pada terutama mengenai sumber unsur penyusun terlarut
tiap kelompok akuifer yang berbeda dalam satu CAT dalam airtanah, perubahan atau modifikasi sifat-sifat air
adalah sama perlu dibuktikan lebih lanjut pada yang melewati suatu wilayah tertentu serta
beberapa CAT yang lain. hubungannya dengan problem-problem geokimia.
1
Akuifer adalah lapisan pembawa air, batuan yang mempunyai Eksperimen dirancang dengan langkah-langkah sebagai
susunan sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air yang cukup berikut :
berarti.
2
CAT adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas 1. Karakteristik akuifer di lokasi penelitian
hidrogeologi dimana semua kejadian hidrogeologi seperti proses dipetakan berdasarkan Peta Cekungan Air Tanah
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan airtanah berlangsung. dan Peta Hidrogeologi yang didapatkan dari
Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kawasan Pertambangan, Direktorat Jenderal
Tulungagung Provinsi Jawa Timur. Potensi airtanah Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen
dari Kabupaten Tulungagung bersumber dari CAT Energi dan Sumber Daya Mineral, dengan tujuan
Brantas dan CAT Bulukawang. Secara keseluruhan untuk mengetahui sebaran jenis akuifer yang ada
CAT Brantas memiliki potensi airtanah bebas sebesar di lokasi penelitian.
3.674 juta m3/tahun dan airtanah tertekan sebesar 175 2. Melakukan survey lapangan untuk menentukan
juta m3/tahun dengan luas 6.186 km2 yang meliputi 18 lokasi pengambilan sampel airtanah dangkal yang
kabupaten/kota, sedangkan CAT Bulukawang berupa sumur penduduk/sumur gali, agar sampel
memiliki potensi airtanah bebas sebesar 163 juta yang diambil dapat mewakili tiap jenis akuifer
m3/tahun dengan luas 618 km2 yang meliputi 2 yang ada di lokasi penelitian.
kabupaten (KepMen. ESDM Nomor. 3. Pengambilan sampel airtanah dangkal pada lokasi
716K/40/MEM/2003). yang telah ditentukan pada langkah (2).
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui 4. Pengujian laboratorium terhadap sampel airtanah
karakteristik akuifer yang ada di lokasi penelitian. (2) dangkal guna mengetahui kandungan parameter
Mengetahui sifat kimia airtanah dangkal pada tiap jenis pH, Na, Mg, K, SO4, HCO3, Cl, dan Ca.
akuifer yang ada di lokasi penelitian. (3) Mengetahui Penentuan parameter-parameter yang diuji,
persamaan ataupun perbedaan sifat kimia airtanah didasarkan pada kebutuhan input data yang

71 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
diperlukan di dalam model penentuan sifat kimia
airtanah yaitu Model Diagram Trilinier Piper.
Pengujian parameter pH menggunakan pHmeter, 50 50 50 6 50
pengujian parameter Na, Mg, K, SO4, dan Ca 1 4 9
menggunakan Metode Spektrofotometri, serta 5 7
2 3 9
pengujian parameter HCO3 dan Cl menggunakan 50 50 50 8 50
Metode Volumetri.
5. Analisis model penentuan sifat kimia airtanah
dilakukan dengan menggunakan Model Diagram
Gambar 2. Pembagian Daerah Pada Jajaran Genjang
Trilinier Piper dengan alat bantu paket program menurut Piper
komputer AquaChem versi 3.6. Interpretasi hasil
(Sumber: Walton, 1970 dalam Suharyadi, 1984)
pemodelan dilakukan berdasarkan gambar dan
uraian sebagai berikut :
Apabila titik yang diplot jatuh pada daerah (Suharyadi,
1984):
a. Berarti kandungan alkali tanah melebihi
kandungan alkalinya.
b. Berarti kandungan alkali melebihi kandungan
alkali tanahnya.
c. Berarti asam lemah melebihi asam kuatnya.
d. Berarti asam kuat melebihi asam lemahnya.
e. Berarti kekerasan karbonat (alkalinitas
sekunder) lebih dari 50%, airtanah didominir
oleh alkali tanah dan asam lemahnya.
f. Berarti kekerasan non karbonat (kegaraman
sekunder) lebih dari 50%.
g. Berarti non karbonat alkali (kegaraman
primer) lebih dari 50%, airtanah didominir
oleh alkali dan asam kuat.
h. Berarti karbonat alkali (alkalinitas primer)
lebih dari 50%.
i. Berarti pasangan kation-anion seimbang tidak
Gambar 1. Diagram Trilinier Piper ada yang melebihi 50%.
(Sumber: Piper, 1944 dalam blog.fitb.itb.ac.id diunduh 6. Memetakan sifat kimia airtanah dangkal yang
4 Mei 2011) dominan di lokasi penelitian. Pemetaan dilakukan
dengan menggunakan alat bantu paket program
Analisis sifat kimia airtanah dengan Metode Diagram komputer Surfer 8.
Diagram Trilinier dilakukan dengan cara
mengelompokkan air tanah dari masing-masing sampel HASIL
ke dalam kelompok-kelompok menurut tingkat Berdasarkan analisis dari Peta Cekungan Air
kesadahannya, alkalinitasnya, dan kadar garamnya. Tanah dan Peta Hidrogeologi, diketahui bahwa sebaran
Sifat kimia air tanah dapat diketahui dengan jenis akuifer di wilayah Kabupaten Tulungagung
memperhatikan kelompok dominan hasil pengeplotan seperti ditujukkan pada gambar 3 di bawah ini, dimana
data pada jajaran genjang. Pembagian daerah pada yang termasuk dalam bagian CAT Brantas terdapat 6
jajaran genjang ditunjukkan pada gambar 2 di bawah jenis akuifer dan yang termasuk ke dalam CAT
ini. Bulukawang terdapat 2 jenis akuifer.

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 72
Gambar 3. Sebaran Jenis Akuifer di Lokasi Penelitian

Airtanah bebas sebagaimana dituliskan di dalam karena dalamnya muka airtanah (warna hijau
KepMen ESDM Nomor. 716K/40/MEM/2003 dapat muda) dan daerah airtanah langka (warna coklat).
diartikan sebagai airtanah yang berasal dari akuifer Setelah dilakukan pengambilan sampel penelitian,
bebas/airtanah dangkal yang dapat diamati pada sumur selanjutnya sampel-sampel tersebut diujikan di
gali/sumur penduduk, sedangkan airtanah tertekan Laboratorium Tanah dan Airtanah, Jurusan Teknik
dapat diartikan sebagai airtanah yang berasal dari Pengairan, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
akuifer tertekan/airtanah dalam yang dapat diamati Malang. Kandungan unsur kimia airtanah yang diujikan
pada sumur bor. Sampel dari penelitian ini berupa di laboratorium untuk masing-masing sampel penelitian
airtanah dangkal yang diambil dari sumur gali/sumur adalah: pH, klorida (Cl), SO4, HCO3, kalium (K),
penduduk yang mewakili tiap jenis akuifer. natrium (Na), magnesium (Mg), dan kalsium (Ca).
Pengambilan sampel terhadap airtanah dangkal Hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa
dalam hal ini air dari sumur gali milik penduduk unsur Mg (kation) dan HCO3 (anion) memiliki
di lokasi penelitian dilakukan untuk bagian CAT kandungan yang paling besar dibandingkan kation dan
Brantas pada 4 jenis akuifer dan CAT anion lainnya. Secara umum airtanah di lokasi
Bulukawang pada 1 jenis akuifer saja. Untuk jenis penelitian bersifat asam yang ditunjukkan dari besarnya
akuifer berwarna hijau muda dan jenis akuifer nilai pH dari semua sampel adalah kurang dari tujuh
(pH < 7).
berwarna coklat tua tidak dilakukan pengambilan
Hasil analisis Model Diagram Trilinier Piper untuk
sampel karena pada daerah tersebut masing- mengetahui sifat kimia airtanah dengan paket program
masing umumnya airtanah tidak dimanfaatkan AquaChem versi 3.6 ditunjukkan pada gambar 4 di
bawah ini.

73 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
Gambar 4. Diagram Trilinier Piper Sampel Airtanah Dangkal

Interpretasi sifat kimia airtanah secara teoritik lemah melebihi asam kuatnya. Airtanah di lokasi
dilakukan dengan mengacu pada Diagram Trilinier penelitian memiliki kekerasan karbonat (alkalinitas
Piper pada gambar 1 dan Pembagian Daerah Pada sekunder) lebih dari 50% dimana airtanah tersebut
Jajaran Genjang menurut Piper pada gambar 2. Secara didominasi oleh alkali tanah dan asam lemahnya.
umum Tipe Kation dari sampel airtanah adalah Tipe Pemetaan unsur Mg dan HCO3 sebagai kation dan
Magnesium (Mg2+). Secara umum Tipe Anion dari anion yang dominan dari airtanah yang ada di lokasi
sampel airtanah adalah Tipe Bikarbonat (HCO3-). penelitian ditunjukkan pada gambar 5 dan gambar 6.
Kandungan alkali tanah melebihi alkalinya dan asam

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 74
SENDANG

KARANGREJO

PAGERWOJO
NGUNUT

KAUMAN
-8.04
KEDUNGWARU
-8.06
TULUNGAGUNG
-8.08

-8.1 BOYOLANGU
SUMBERGEMPOL
-8.12
NGUNUT

-8.14 REJOTANGAN
CAMPURDARAT
BANDUNG -8.16
PAKEL
-8.18
KALIDAWER
111.86 111.88 111.9 111.92 111.94

BESUKI PUCANGLABAN
TANGGUNGGUNUNG

Gambar 5. Peta Kontur IsoMagnesium

SENDANG

KARANGREJO

PAGERWOJO
NGUNUT

KAUMAN
-8.04
KEDUNGWARU
-8.06
TULUNGAGUNG
-8.08

-8.1 BOYOLANGU
SUMBERGEMPOL
-8.12
NGUNUT

-8.14
REJOTANGAN
CAMPURDARAT
BANDUNG -8.16
PAKEL
-8.18
KALIDAWER
111.86 111.88 111.9 111.92 111.94

BESUKI PUCANGLABAN
TANGGUNGGUNUNG

Gambar 6. Peta Kontur IsoBikarbonat

75 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
PEMBAHASAN menunjukkan bahwa sifat kimia airtanah dangkal dari
Wilayah Kabupaten Tulungagung memiliki 2 berbabagai jenis akuifer dalam satu CAT adalah
sumber potensi airtanah, yaitu CAT Brantas dan CAT cenderung sama. Begitu pula untuk jenis akuifer yang
Bulukawang. Pada CAT Brantas yang berada di sama pada CAT yang berbeda juga memiliki sifat kimia
wilayah Kabupaten Tulungagung terdapat 6 kelompok yang cenderung sama. Dapat diambil contoh bahwa
akuifer yaitu: akuifer dengan aliran melalui celahan dan untuk jenis akuifer dengan aliran melalui ruang antar
ruang antar butir, setempat akuifer produktif (warna butir (warna biru muda) baik yang berada pada CAT
hijau muda); akuifer dengan aliran melalui celahan dan Pasuruan maupun CAT Brantas di wilayah Kabupaten
ruang antar butir, produktif sedang dengan penyebaran Tulungagung memiliki sifat yang cenderung sama.
luas (warna hijau sedang); akuifer dengan aliran Namun demikian, berdasarkan 2 hasil penelitian
melalui ruang antar butir, produktif tinggi dengan tersebut belum dapat digunakan untuk menarik
penyebaran luas (warna biru tua); akuifer dengan aliran kesimpulan secara umum terkait sifat kimia airtanah
melalui ruang antar butir, produktif dengan penyebaran dangkal dari tiap jenis akuifer pada CAT lainnya. Perlu
luas (warna biru sedang); akuifer dengan aliran melalui adanya penelitian lebih lanjut untuk dapat mengarah
ruang antar butir, produktif sedang dengan penyebaran pada kesimpulan tersebut, tidak hanya terhadap
luas (warna biru muda); dan daerah airtanah langka airtanah dangkal (akuifer bebas) tetapi juga terhadap
(warna coklat). Pada CAT Bulukawang yang berada di airtanah dalam (akuifer tertekan).
wilayah Kabupaten Tulungagung terdapat 2 jenis Setelah diketahuinya sifat kimia airtanah
akuifer yaitu: akuifer dengan aliran melalui ruang, dangkal di lokasi penelitian khususnya unsur kimia
rekahan, dan saluran, produktif tinggi sampai sedang yang dominan seperti dinyatakan pada hasil penelitian
(warna hijau daun) dan daerah airtanah langka (warna di atas, selanjutnya dilakukan pemetaan dengan
coklat). membuat Peta Kontur IsoMagnesium dan Peta Kontur
Sampel-sampel airtanah dari sumur dangkal IsoBikarbonat dengan bantuan paket program komputer
yang diambil dari tiap jenis akuifer di lokasi penelitian Surfer 8. Peta-peta sebagaimana tergambar pada
menunjukkan komposisi kandungan unsur kimia yang gambar 5 dan gambar 6 tersebut, belum mencakup
sama. Kadungan unsur kimia yang diketahui wilayah Kabupaten Tulungagung secara keseluruhan.
berdasarkan uji laboratorium masing-masing sampel Hal ini dikarenakan pengambilan sampel airtanah
menunjukkan jumlah kation Mg sebagai nilai kation dangkal yang mewakili berbagai jenis akuifer yang ada
yang terbesar (dominan) dan kandungan anion HCO3 hanya terpusat pada beberapa wilayah kecamatan saja.
sebagai nilai anion yang terbesar (dominan) Untuk tujuan pemetaan agar keseluruhan wilayah
dibandingkan dengan kation dan anion lainnya pada administratif Kabupaten Tulungagung dapat dipetakan
masing-masing sampel tersebut. sifat kimianya, maka diperlukan pengambilan sampel
Berdasarkan pemodelan dengan Diagram yang lebih merata di seluruh wilayah Kabupaten
Trilinier Piper, dapat diketahui bahwa airtanah dangkal Tulungagung.
di lokasi penelitian memiliki sifat kimia yang sama
yaitu memiliki Tipe Kation Magnesium dan Tipe KESIMPULAN
Anion Bikarbonat, dimana airtanah tersebut memiliki Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diberikan
kekerasan karbonat (alkalinitas sekunder) lebih dari kesimpulan sebagai berikut:
50%, airtanah didominasi oleh alkali tanah dan asam 1. Kabupaten Tulungagung memiliki 2 sumber
lemahnya. Untuk bagian CAT Brantas dimana sampel potensi airtanah yaitu CAT Brantas yang terdiri
diambil dari 4 jenis akuifer yang berbeda, dapat dari 6 jenis akuifer dan CAT Bulukawang yang
dikemukakan lebih lanjut bahwa sifat kimia airtanah terdiri dari 2 jenis akuifer.
dangkal pada jenis akuifer yang berbeda dalam satu 2. Sifat kimia airtanah dangkal di lokasi penelitian
CAT yang sama adalah cenderung sama. Hasil temuan adalah memiliki kekerasan karbonat lebih dari
dalam penelitian sejalan dengan hasil-hasil penelitian 50%, airtanah didominasi oleh alkali tanah dan
terdahulu. asam lemahnya, dengan kation Tipe Magnesium
Siswoyo et. al. (2012) melakukan penelitian dan anion Tipe Bikarbonat.
tentang karakteristik kimia airtanah pada berbagai 3. Sejauh ini dapat dinyatakan bahwa sifat kimia
kelompok akuifer di CAT Pasuruan. Hasil penelitian airtanah dangkal dari jenis akuifer yang berbeda
tersebut menunjukkan bahwa pada CAT Pasuruan dalam satu CAT dan sifat kimia airtanah dangkal
berdasarkan sampel airtanah dangkal yang diambil dari untuk jenis akuifer yang sama pada CAT yang
4 kelompok akuifer yang berbeda dalam satu CAT berbeda adalah cenderung sama.
memiliki sifat yang sama, yaitu airtanah dangkal 4. Hasil pemetaan sifat kimia airtanah dangkal di
memiliki kekerasan karbonat lebih dari 50%, airtanah lokasi penelitian ditunjukkan pada gambar 5 dan
didominasi oleh alkali tanah dan asam lemahnya, gambar 6.
dengan kation-kationnya memiliki Tipe Magnesium
dan anion-anionnya memiliki Tipe Bikarbonat. UCAPAN TERIMA KASIH
Sejauh ini, berdasarkan dua hasil penelitian Dengan terselesaikannya penelitian ini, penulis
yang berbeda yaitu pada CAT Pasuruan dengan sampel mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
dari 4 jenis akuifer yang berbeda dan pada CAT kepada :
Brantas yang ada di wilayah Kabupaten Tulungagung
dengan sampel juga dari 4 jenis akuifer yang berbeda

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 76
1. Warga pemilik sumur di Kabupaten Tulungagung
atas diijinkannya penulis untuk melakukan
pengambilan sampel penelitian.
2. Laboratorium Tanah dan Airtanah Jurusan Teknik
Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Malang atas kesempatan yang diberikan pada
penulis untuk dapat menguji sampel penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar. Penyelidikan Potensi Cekungan
Airtanah Surakarta Jawa Tengah. Direktorat
Geologi Tata Lingkungan. Bandung. 2000.
(Laporan Penyelidikan)
Irham, N. M., Achmad, R.T., dan Widodo, S. Pemetaan
Sebaran Air Tanah Asin Pada Aquifer
Dalam di Wilayah Semarang Bawah.
Berkala Fisika, Vol. 9, No. 3, Juli 2006.
Halaman. 137-143. 2006.
eprints.undip.ac.id., diunduh 4 Mei 2011.
(Jurnal)
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,
Nomor : 716 K/40/MEM/2003 tentang Batas
Horisontal Cekungan Air Tanah di Pulau
Jawa dan Pulau Madura. (Keputusan Menteri
ESDM RI)
Rosadi, D. Kualitas Air Tanah Dangkal di Daerah
Lumpur Sidoarjo dan Sekitarnya, Jawa
Timur (Setahun Setelah Letusan). Buletin
Geologi Tata Lingkungan, Volume 18
Nomor 1, April 2008. Halaman. 38-50.
2008. isjd.pdii.lipi.go.id, diunduh 4 Mei
2011. (Jurnal)
Siswoyo, H., Sholichin, M., Taufiq, M., Helmy S,
M.A., Anggara, WWS., Ratih, D.A.
Karakteristik Kimia Airtanah pada Berbagai
Kelompok Akuifer di Cekungan Air Tanah
Pasuruan. Prosiding Seminar Nasional
Kimia Universitas Negeri Surabaya 2012.
Editor : Sukarmin, Novita, D., Rusmini,
Yonata, B., Maharani, D.K., Hidayah, R.
Halaman C244-C250. 2012. (Prosiding
Seminar Nasional)
Suharyadi. Geohidrologi. Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. Halaman 93-116.
1984. (Buku)
Todd, D.K. Groundwater Hydrologi. John Wiley and
Sons. New York. Pp. 267-313. 1980. (Book)

77 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
SYNTHESIS OF ZEOLITE A FROM BAGGASE
AND ITS ANTIMICROBIAL ACTIVITY ON Candida albicans

Widati, A, A.*1, Baktir, A. 1, Hamami1, Setyawati1, H., Rahmawati, R. 1


1
Department of Chemistry, University of Airlangga
Jl. Mulyorejo, Campus C, Airlangga University 60115
* Corresponding author, tel/fax : 031-5922427, email: alfaakustia@gmail.com

ABSTRACT
Baggase can be processed become amorphous silica by periodic calcinations at 300 and 600°C with silica
concentration as 88,7%. Amorphous silica has been obtained fromcalcination of baggase has been successfully used
become zeolite A using hydrothermal technique. The recovered solid products were characterized by X-ray Diffraction
(XRD) to study catalyst structure. Characterization results showed that Zeolite A tend to have amorphous structure.
The synthesis zeolite A has been studied the antimicrobial activity on Candida albicans at zeolite concentration 0 ;
1,5 ; and 3 g/L for 0, 12, 24, and 36 hour. The observation of Candida albicans was did by cell viability analysis. At 0
untill 20 hour, zeolite A can inhibite growth of Candida albicans untill 50%. However, at 20 untill 36 hour, happened
the increasing of Candida albicans growth more than control as the increasing of zeolite concentrations, The
Increasing of this growth was assumed by biofilm forming at Candida albicans.

Keywords: , amorphous silica, zeolite A, Candida albicans, biofilm

INTRODUCTION to diseases such as cancer, skin lesions, vulvaginistis


Zeolite is an inorganic material that is candiduria, gastrointestinal candidiasis (Rintiswati et
composed by Si and Al, porous, and has unique al, 2003).
properties. Zeolite ca be used as adsorbents, catalysts, This research has been synthesized zeolite A
ion exchange, and membrane (Auerbach et al, 2003). from bagasse ash as antimicrobial Candida albicans
Zeolites also have potential used in the medical field that can cause disease in humansi. bagasse ash has a
such as anti-microbial, anti-tumor, drug carriers, silica concentration of more than 70.97% which can be
carriers of enzymes, and decontaminant (Auerbach et used as raw material of zeolite (Afiliantion and
al, 2003). Consultation Team ITS Industry, 1999). The use of
Clipnotilolite as a natural zeolite has been bagasse ash aims to reduce waste by the sugar industry
developed in the biomedical field. However, this and sugar cane. Meanwhile, the antimicrobial activity
zeolite has a disadvantages because it has not enough of zeolite A derived from the hydrolysis process that
good quality caused an impurities such as resulted the releasing of hydroxyl ions followed by the
montmorillonite, apatite, quartz, oxide of Ca, Al, Si, releasing of aluminum and silicon are made of
Fe, and minor elements such as Cd, Co, As, Mn, Mo, positively charged zeolite framework. Positive charge
and Ni (Estiaty and Fatimah, 2009). The presence of due to the formation of zeolite [AlmHnNapOqSi3-5]2+ or
impurities can affect the work of zeolite as a [(NaOH)x (ALO(OH))y (Si(OH)4)3-5]2+ which can form
biomedical material and can give a bad impact on electrostatic interactions with the negative charge of the
health. cell wall of Candida albicans. This interaction causes
Zeolite A, synthetic zeolite that has also been impaired metabolism of Candida albicans can even
developed in the field of health and biomedicine. This damage the DNA of Candida albicans (Hrenović et al,
zeolite is a safe material, is not teratogenic, and did not 2010).
induce toxicity and carcinogenicity (HERA, 2004).
Some researchers have reported the ability of anti- EXPERIMENTAL SECTION
microbial zeolite A against Acinetobacter junii with Materials
EC50 of 0.138-0.328 g/L (Hrenović et al, 2010),
Chemical that used to synthesis zeolte from
Saccharomyces cereviseae with EC50 of 2.88 to 5.47
baggase ash are baggase from PG. Candi Baru Sidoarjo
g/L (anonymous, 1974), and Ceriodaphnia dubia EC50
Indonesia, sodium aluminate (Na2Al2O4; Sigma
of 0.425 g/L (Warne and Schifko, 1999).
Aldrich, 53%), chloride acid (HCl; Merck, 98%),
Candida albicans is normal flora that found in
sodium hydroxide (NaOH; Merck, 99%), aquades.
the digestive tract, mucous membranes, respiratory
Chemical that used for made a media and treatment for
tract, vagina, urethra, and skin. Environmental
Candida albicans are sodium phosphate monobasic
conditions, sanitation, and unhealthy lifestyles lead to
(NaH2PO4∙H2O; Merck, 99%), sodium phosphate
Candida albicans also present in the environment that
dibasic (Na2HPO4∙7H2O; Merck, 99%), potassium
can infect humans. Consumption of antibiotics that are
chloride (KCl; Merck, 99%), sodium choride (NaCl;
less precise cause Candida albicans form biofilms that
Merck, 99%), dextrose (Merck; 99%), peptone (Merck,
have resistance to other antimicrobials (Jin et al, 2004).
99%), Sodium 3,3’-[(Phenylamino)carbonyl]-3,4-
Biofim will absorb nutrients from the host cell so that
tetrazolium-Bis(4-methoxy-6-nitro)benzenesulfonic
the host cell imunity decreased. When the host cell
acid hydrate (C22H16N7O13S2Na; Sigma Aldrich, 99%)),
immunity declines, Candida albicans enter into the
acetono (CH3COCH3; Merck, 99%), menadione
blood vessel to the kidney, spleen, heart, and brain.
Furthermore, Candida albicans release toxins that lead

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 78
(C11H8O2; Merck, 98%), and Difco Yeast Extract 600°C would result the white ash as an amorphous
(YED; Merck, 98%). structure, which indicates that the baggase ash is free
from carbon. Bagasse is burned at temperatures less
than 500 ° C will produce variations in color from
Instrumentation
black to gray due to the presence of carbon that does
Instrument that necessary in this research are
not burn completely and can be removed by calcination
adalah X-ray diffraction (XRD) JEOL JDX-3530, X-
at temperatures over 700°C. Calcination at
Ray Fluoresence (XRF), dan Spektrofotometer UV-Vis
temperatures over 700°C causes changes in the
structure of the amorphous silica into cristobalite and
Procedure
tridymite crystals (Krishnarao, 2000; Ramli, 2003).
Synthesis of amorphous silica from baggase
Amorphous phase (non-crystalline) silica from the
Preparation of amorphous silica from bagasse AAT can be obtained from the combustion at a
is done using the Wibowo method (2006). Bagasse was temperature of about 600oC (Paya et al., 2000).
calcinated at 300°C for 30 minutes, followed by 600°C Purification method of silica by acidification using HCl
for 60 minutes. Furthermore, the ash that is formed is is intended to remove oxides of metals and non metals
purified by washing using 30% concentrated HCl. Ash in the AAT. Hydrochloric acid will bind to the metal
obtained were characterized by XRD to observe the oxide P2O5, K2O, MgO, Na2O, CaO, and Fe2O3 into
formation of amorphous SiO2 and XRF to determine chloride and non-metal oxides except silica is
the content of SiO2 in the ash and as a basis for converted to its acid. The results of XRD
calculating the synthesis of zeolite A characterization of bagasse ash obtained showed that
the silica structure of bagasse ash that has been
Synthesis and characterization of Zeolite A from synthesized is amorphous (Figure 1). Amorphous silica
bggase also were characterized using XRF to determine levels
Zeolite A was synthesized by using the of the contents of silica and other micro elements.
Suraidah method (2009). Na2Al2O4 and amorphous Results of XRF characterization that has been done
SiO2 from the bagasse ash were dissolved with NaOH shows that the amorphous silica content of the AAT
in separate places. Furthermore, Na2Al2O4 and was 88.7%.
amorphous SiO2 were mixed to obtain a mixture with a Synthesis and characterization of Zeolite A from
ratio of 3.9 Na2O: Al2O3: 1.8 SiO2 • 270 H2O. The bggase
mixture was hydrothermalled at 100°C for 12 hours. Precursors used are amorphous silica and
The mixture was filtered, the residue obtained was sodium aluminate as a source of silica and aluminum
washed with aquades, dried at 100°C and calcinated at sources, and sodium hydroxide as a steering agent
450°C for 4 hours. Zeolites obtained solids were structure and alkaline conditions (Wong et al, 2001).
characterized using XRD. Synthesized zeolite A were characterized using XRD.
Antimicrobial of Zeolite A on Candida albicans Based on the results diffractogram in Figure 2, the
overall diffraction peaks appear Zeolite A synthesized
Before used to test the antimicrobial activity at 2θ 14.03: 20.22: 24.87: 29.94: 32.27: 34.69, and
against Candida albicans, zeolite A prior sterilized 38.42º. According to Treacy et al (2001), these peaks
(Hrenovic et al, 2010). Zeolite A is added to 100 mL of correspond to the peak characteristics of LTA. The
distilled water with stirring using a magnetic Stirrer at existence of diffraction peaks with double reflection at
30°C for 24 hours. During the stirring was added 1M 34.69 and 38.42 º 2θ showed that zeolite A has a
HCl to pH 7. The suspension formed is used for tendency to be amorphous. This is also supported by
antimicrobial test against Candida albicans (Hrenovic diffractogram baseline which still appeared to be not
et al, 2010). straight. This condition is caused by the use of natural
Antimicrobial zeolite A against Candida materials such as bagasse as raw materials will tend to
albicans is done by take a single colony of Candida form amorphous material products for the purity of
albicans. The colony was inoculated in YPD liquid these natural materials are relatively low.
medium that has been content a variation of the Antimicrobial of Zeolite A on Candida albicans
concentration of zeolite (0, 1.5, and 3 g / L).
Inoculation is done by the time variation of (0, 12, 24, Figure 3 is a profile of the growth of Candida
and 36 hours). Subsequently incubated at 37°C and albicans to the zeolite. The results showed that for 20
shaken using a shaker at 100 rpm. Candida albicans hours, zeolite A could inhibit the growth of Candida
growth will be observed by measuring the absorbance albicans by 50%. This period is a time of Candida
using UV-VIS spectrophotometer at λ 469 nm by using albicans was inhibited by zeolite A. Zeolite A is
cell viability analysis. hydrolyzed in water to produce hydroxyl ions. Presence
of hydroxyl ions can increase the release of silicon and
RESULTS AND DISCUSSION aluminum from the framework to form positively
Synthesis of amorphous silica from baggase charged complexes [AlmHnNapOqSi3-5]2+ or [(NaOH)x
The synthesis of silica from natural materials (ALO(OH))y (Si(OH)4)3-5]2+. The complex will interact
consisting of two phases, dry and calcination. Drying is with the positively charged cell wall of Candida
done to eliminate the water content in the material by albicans that are electronegative (phosphoryl, carboxyl,
evaporating water from the surface of the material. and hydroxyl) through electrostatic forces. This is
Bagasse in a controlled calcination at of 300°C and consistent with the results of research Hrenović et al

79 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
(2010) who also test the activity of zeolite A in Flanigen, E, M., 1980, Molecular Sieve Zeolite
Acinetobacter junii and Saccharomyces cereviseae. Technology-The First Twenty Five Years,
However, after 20 hours of the inhibition Pure Applied Chemistry, 52 : 2191-2211
ability of zeolite A against Candida albicans does not HERA- Human & Environmental Risk Assessment on
continue and an increase in the number of live cells in Ingredients of European Household Cleaning
media. At this time, supposedly Candida albicans has Products, Zeolite A represented by CAS
been successfully established self-defense by forming a Number 1344-00-9 (Sodium Alumunium
biofilm due to the extreme conditions of a given zeolite Silicate) and by CAS Number 1318-02-1
A. This study can not confirm the changing pattern of (Zeolites),Version 3
growth profile is due to the formation of biofilm due to Harsono, Heru., (2002), Pembuatan Silika Amorf
the analysis of cells used in this study is cell viabilty dari Limbah Sekam Padi, Jurnal Ilmu
analysis. Analysis of cell viability is a live cell analysis Dasar , 3 (2) 98-103.
based on the ability of metabolically active cells to Hassawi, D., dan Kharma, A., 2006, Antimicrobial
reduce tetrazolium salt XTT to a colored formazan activity of Some Medicine Plants Against
compound. In general, Candida albicans is in two forms Candida albicans, Journal of Biological
ie planktonic (Candida albicans is free) and biofilms Sciences, 6(1) : 109-114
form. Both are formed by Candida albicans which has Hrenović. J., Željezić, D., Kopjar, N., Sarpola, A.,
an active metabolism of cells positive for cell viability Bronić, J., Sekovanić, L., 2010,
analysis. Supporting data in the form of biofilm Antimicrobial Activity of Commercial
analysis by Scanning Electron Micrographs (SEM) is Zeolite A on Acinetobacter junii and
required to ensure that the changing patterns of zeolite Saccharomyces cerevisiae, Journal of
A inhibition against Candida albicans at the 20 to 36 Hazardous Materials, 183 : 655-663
hours is caused by the formation of biofilms. Humaira dan Sudarwati, I., 2010, Abu Ampas Tebu
sebagai Bahan Penyusun Katalis TS-1 pada
CONCLUSION Produksi Fenol Pabrik Petrochemical,
Bagasse from Candi Baru SidoarjoIndonesia Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia Ke-9,
has been successfully processed into amorphous silica LIPI
with a silica content of 88.7% using the method Suraidah, C., 2009, Adsorpsi NOx Pada Zeolit NaY
Wibowo (2006). That amorphpus silica also has been Yang Dibuat Dari Sekam Padi, Cu-NaY dan
have been successfully processed into zeolite Aby CuO/NaY, Tesis Mahasiswa Pasca-
using hydrothermal technique. The results of Sarjana Jurusan Kimia, ITS, Surabaya
characterization by XRD shows that Zeolite A from Treacy, M. M. J., Higgins, J. B. and von Balloms, R.
bagasse material still tends to be amorphous. Zeolite A (2001), Collection of Simulated XRD
can inhibit the growth of Candida albicans-free Powder Patterns for Zeolite, 4th edition,
(planktonic) at the time of 0-20 hours with a zeolite Amsterdam: Elsevier.
concentration 0-3 g / L. After 20 hours, suspected of Warne, M, St, J., and Schifko, A, D., 1999, Toxicity of
Candida albicans to form biofilms as a form of defense Laundry Detergent Components to a
due to the foreign media zeolite A. Freshwater Cladoceran and Their
Contribution to Detergent Toxicity,
ACKNOWLEDGEMENTS Ecotoxicology and Environmental Safety, 44
The author would like to thank LPPM : 196-206
University of Airlangga, Indonesia under Hibah Riset Wibowo. 2006. Pengembangan Alat Pengolah
Universitas Airlangga for their financial support. Limbah Abu Ampas Tebu Menjadi
Pozolan. Jurnal Teknik Sipil Universitas
REFERENCES Atmajaya Yogyakarta 6 (2) : 124-136.
Atai Z., Atapour, M., Mohseni, M., 2009, Inhibitory Wong, W. C., Au, L. T. Y., Lau, P. P. S. (2001),
Effect og Ginger Extract on Candida “Effects of Synthesis Parameters on The
albicans, American Journal of Applied Zeolite Membrane Morphology”, Journal of
Science 6 (6) : 1067-1069 Membrane Science, 193: 141-161.
Auerbach, S, M., Carrado, K, A., Dutta, P, K., 2003
Handbook of Zeolite Science and
Technology, Marcel Dekker Inc.
Barthomeuf, D. 1996, Basic Zeolites Characterization
and Uses, Catalysis Review 38: 521-612
Estiaty, L, M., dan Fatimah, D., 2009, Pengolahan
Mineral Tekto Silikat Alam (Zeolit)
Untuk Substitusi Impor Sediaan Bahan
Baku Farmasi : Suatu Pengujian
Terhadap Mikroba Patogen, Prosiding
Pemaparan Hasil Penelitian Pusut
Geoteknologi-LIPI, Bandung, 3 Desember
2009, ISBN : 978-979-8636-16-5

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 80
Figure 1 Diffractogram of amorphous silica from baggase

Figure 2 Diffractogram of synthesized zeolite A

0 gr/L
Optical Density

1.5 gr/L
3 gr/L
4.5 gr/L

Waktu inkubasi (jam)


Time (hour)

Figure 2 Profile of Candida albicans growth against zeolite A

81 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
APLIKASI MIKROEKSTRAKSI BERBASIS GREEN CHEMISTRY UNTUK ANALISIS
SENYAWA KARSINOGENIK NITROSAMIN

Yanuardi Raharjo1, Aning Purwaningsih1, Miratul Khasanah1


1
Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
E-mail: raharjo84@gmail.com

ABSTRACT
A simple, rapid and accurate method using headspace-single drop micro extraction (HS-SDME) for
determination of nitrosodiethylamine (NDEA) in salt fish and fickle meat has been studied with GC-FID. The
optimized analytical parameters are microextraction solvent is toluene, volume of organic phase is 3 µL, stirring rate
is 1080 rpm and extraction tome is 45 min. In the HS-SDME process, organic phase was hanging from the sample
solution, so that the analyt was extracted and analyzed with GC using FID detector. The optimized method yields a
linier calibration curve for NDEA standard 10 – 50 ppm with r = 0,996, limit of detection 3,4 ppm, accuracy until
103,50 %, relative standard deviation between 1,21 until 9,34 % and the enrichment factor until 6.900 times. This
method has detected NDEA into salt fish for 244,79 ppm and fickle meat for 16,46 ppm.

Keywords: NDEA, HS-SDME, GC-FID

PENDAHULUAN Molder, 2007). Selain mengawetkan bahan makanan


Kanker merupakan satu dari penyebab tersebut, penggunaan nitrosamin juga disinyalir sebagai
kematian terbesar di dunia yang disebabkan oleh faktor bahan penyegar daging agar supaya terjaga warna
lingkungan (90-95%) dan faktor genetik (5-10%). merah yang stabil selama proses pematangan. Aktivitas
Pengetahuan terhadap penyebab penyakit kanker antibakteri nitrit telah teruji dan efektif untuk
merupakan hal paling penting yang harus disadarkan mencegah pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum
pada setiap masyarakat. Faktor lingkungan yang yang dikenal sebagai bakteri patogen penyebab
mengarahkan kepada dampak kematian akibat kanker keracunan makanan. Senyawa golongan nitrosamin
adalah konsumsi bahan berbahaya seperti tembakau hasil reaksi nitrit dapat menyebabkan kerusakan pada
dan zat additives pada makanan dan minuman (25- hati dan bersifat karsinogen kuat yang memicu tumor.
30%), diet dan obesitas (30-35%), infeksi (15-20%), Oleh karena itu perlu adanya suatu metode analisa
radiasi, stress, kurangnya aktivitas fisik serta akibat terhadap senyawa golongan nitrosamin sehingga dapat
polutan lingkungan (Anand et. al., 2008). mendeteksi keberadaannya dan menghindari penyakit
Kanker Nesofaring merupakan salah satu dari kanker serta tumor pada manusia.
beberapa jenis kanker yang mematikan. Kanker Metode analisis terhadap senyawa golongan
Nesofaring tumbuh di rongga belakang hidung dan nitrosamin yang keberadaanya di lingkungan sangat
belakang langit-langit rongga mulut. Kanker ini banyak kecil (ppb dan ppt) diperlukan suatu metode pemekatan
dijumpai pada orang-orang ras mongoloid, yaitu pada tahap persiapan sampel yang selektif dan sensitif
penduduk Cina bagian selatan, Hong Kong, Thailand, (Jurado-Sanchez et. al., 2007). Headspace-Single Drop
Malaysia, Indonesia dan India. Angka kejadian kanker Microextraction (HS-SDME) dapat digunakan sebagai
nesofaring di Indonesia cukup tinggi yakni 4,7 teknik persiapan sampel untuk analisa senyawa
kasus/tahun/100.000 penduduk. Angka kejadian kanker golongan nitrosamin dilihat dari sifat golongan
nesofaring di Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya nitrosamin yang mudah menguap (Demeestere et. al.,
berkisar 24 pasien pada setiap bulannya yang berasal 2007). Teknik ini memungkinkan pemekatan
dari berbagai daerah di Indonesia, Jawa Timur pada konsentrasi senyawa nitrosamin karena senyawa ini
umumnya. Faktor kuat penyebab kanker ini adalah akan diekstrak ke dalam pelarut organik dalam jumlah
konsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet, yang sangat kecil (µL) (Patel et. al., 2010). Selanjutnya
termasuk makanan yang diawetkan dengan cara akan dilakukan pemisahan serta analisis baik kualitatif
pengasinan dan pengasapan (Ozel et. al., 2010). Salah dan kuantitatif dengan menggunakan instrumen Gas
satu bahan pengawet berbahaya yang masih banyak Chromatography (GC). Metode ini akan sangat
digunakan masyarakat adalah senyawa nitrit yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya serta bagi
selanjutnya dapat bereaksi dengan amina sekunder di perkembangan ilmu kimia pada khususnya. Metode
dalam lingkungan dan tubuh manusia membentuk HS-SDME sangat tepat untuk diterapkan dalam proses
senyawa nitrosamine yang karsinogen (Incavo dan persiapan sampel karena metode ini berbasis prinsip
Schafer, 2006). Green Chemistry, yakni meminimalisir pembuangan
Senyawa nitrosamin sangat berbahaya bagi limbah berbahaya selama proses ekstraksi sehingga
kesehatan manusia khususnya penyebab penyakit ramah terhadap lingkungan.
kanker nesofaring. Senyawa nitrosodietilamin
merupakan beberapa golongan senyawa nitrosamin METODE PENELITIAN
yang memberikan dampak negatif bagi tubuh (Drabik- Alat dan Bahan
Markiewicz et. al., 2010). Senyawa-senyawa ini Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian
banyak dijumpai pada bahan pengawet makanan ini antara lain aquades, larutan standart
(daging, sosis, kornet dan ikan asin) (Yurchenko dan Nitrosodietilamin. Pelarut organik n-heksan dan toluen.

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 82
Sampel ikan asin dan daging kalengan didapat dari Optimasi kecepatan pengadukan
pasar tradisional di kawasan Mulyorejo, Surabaya. Pada optimasi kecepatan pengadukan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini digunakan kecepatan (540, 720, 900, 1080 dan 1260
adalah alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium, rpm). Sementara variabel yang lain dibuat tetap
GC-FID HP 5890, syringe (Hamilton Gastight 1700 (volume sampel 20 mL dan waktu ekstraksi 30 menit),
series syringe 25 μL), vial, kertas saring (Whatman sedangkan jenis pelarut organik dan volume pelarut
0,45 μm), corong buchner, mikro pipet (Eppendorf), organik yang digunakan disesuaikan dengan hasil
tube mikro pipet (Eppendorf), pengaduk magnetik dan optimasi pada prosedur sebelumnya. Larutan hasil
batang pengaduk. ekstraksi dianalisis dengan GC, kemudian diplot suatu
grafik antara volume sampel dan luasan puncak.
Prosedur Penelitian
Hedspace-Single Drop Microextraction Optimasi waktu ekstraksi
Pada penelitian ini digunakan 2 jenis pelarut Pada optimasi waktu ekstraksi digunakan
organik untuk mengekstrak senyawa golongan waktu ekstraksi 15, 30, 45 dan 60 menit. Sementara
nitrosamin yaitu toluen dan n-heksan. Sebanyak 20 mL variabel yang lain dibuat tetap sesuai hasil optimasi
larutan standar 50 ppm dimasukkan ke dalam botol pada prosedur sebelumnya. Larutan hasil ekstraksi
yang sudah berisi batang pengaduk. Kemudian botol dianalisis dengan GC, kemudian diplot suatu grafik
ditutup dengan karet penutup. Syring yang telah berisi antara waktu ekstraksi dan luasan puncak. Semua
3 mikroliter pelarut organik (mis.toluen) dimasukkan parameter yang optimum digunakan dalam prosedur
ke dalam botol secara tegak lurus hingga ujung syring analisa sampel.
menggantung di atas larutan standar. Kemudian ujung
syring ditekan sehingga pelarut organik menggantung Preparasi sampel
di ujung jarum sebanyak 3 μL. Larutan standar diaduk Sampel ikan asin dan daging kalengan
dengan kecepatan 900 rpm selama 30 menit. Setelah sejumlah 50 gram dipotong kecil-kecil atau dicincang,
proses ekstraksi selesai, pelarut organik ditarik kembali kemudian dilarutkan dalam 50 mL metanol. Campuran
ke dalam syring, kemudian diinjeksikan secara didiamkan selama 3 jam, dan selanjutnya disaring
langsung ke dalam instrumen GC, kemudian diplot menggunakan kertas saring Whatman 0,45 μm dengan
suatu grafik antara konsentrasi dan luasan puncak bantuan corong buchner untuk menghilangkan padatan.
masing-masing pelarut. Larutan sampel yang jernih dimasukkan dalam
botol gelas yang tertutup kertas aluminium foil dan
disimpan pada tempat yang gelap dan pada suhu 2-5
(oC). Sampel disimpan selama maksimum 7 hari
sebelum dianalisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Optimasi Gas Chromatography
Gas chromatography (GC) yang digunakan
pada penelitian ini adalah GC Hewlett Packard Series II
5890, USA. Kolom sebagai media untuk pemisahan
digunakan HP-5 dengan sifat nonpolar, 30 m; 0,250
Gambar 1. Set-up HS-SDME mm; 10,10 µm. Kolom digunakan kolom FID (Flame
Ionization Detector). Sedangkan gas pembawa
Optimasi Parameter Analitik digunakan gas nitrogen dan hidrogen. Tahapan
Optimasi jenis pelarut organik optimasi GC bertujuan untuk mendapatkan kondisi
Pada penelitian ini jenis pelarut organik optimum untuk kromatogram yang dihasilkan. Dengan
divariasi antara lain toluene dan n-heksan, sementara pengaturan flow gas pembawa sebesar 0,1
variabel yang lain dibuat tetap (volume pelarut organik mmHg/menit didapatkan peak metanol sebagai pelarut
3 μL, volume sampel 20 mL, kecepatan pengadukan keluar pada retention time ke 1 dan peak NDEA keluar
900 rpm dan waktu ekstraksi 30 menit). Larutan hasil pada retention time sekitar 5 dan 6.
ekstraksi dianalisis dengan GC, kemudian diplot suatu
grafik antara jenis pelarut organik dan luasan puncak. Pembuatan kurva standar
Kurva standar nitrosodietilamin (NDEA)
Optimasi volume pelarut organik didapatkan dengan cara menginjeksikan secara
Pada optimasi volume pelarut organik langsung konsentrasi nitrosodietilamin 10, 20, 30, 40
digunakan volume sejumlah (1, 2, dan 3 μL). dan 50 ppm ke dalam instrumen Gas Chromatography
Sementara variabel yang lain dibuat tetap (volume (GC) dengan detektor Flame Ionization Detector (FID)
sampel 20 mL, kecepatan pengadukan 900 rpm dan menggunakan gas pembawa nitrogen dan hidrogen.
waktu ekstraksi 30 menit), sedangkan jenis pelarut Data yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 2
organik sesuai dengan hasil optimasi pada prosedur berikut,
sebelumnya. Larutan hasil ekstraksi dianalisis dengan
GC, kemudian diplot suatu grafik antara volume pelarut
organik dan luasan puncak. Volume yang optimal akan
digunakan dalam optimasi parameter selanjutnya.

83 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
selanjutnya serta tahapan optimasi pada parameter
selanjutnya adalah toluen.
Luas Area
Optimasi volume pelarut organik
y = 583,58x - 1187,5 Variasi jumlah volume dari pelarut organik
R² = 0,9961 yang digunakan pada tahapan ekstraksi senyawa NDEA
dengan menggunakan metode HS-SDME adalah 1, 2
dan 3 µL. Hasil yang didapatkan pada optimasi ini
dapat dilihat pada gambar 3 berikut,

Konsentrasi
Gambar 2. Kurva standar NDEA

Luas Area
Persamaan yang didapat dari kurva standar di atas
digunakan untuk pendeteksian senyawa NDEA yang
terdapat pada sampel ikan asin dan daging kalengan
setelah mengalami tahapan ekstraksi menggunakan
metode HS-SDME. Hasil ini juga digunakan sebagai
dasar untuk mengetahui apakah setelah tahapan Volume pelarut organik
ekstraksi dengan metode HS-SDME akan dihasilkan
pemekatan ataukah tidak. Dari gambar di atas tampak
bahwa semakin besar konsentrasi yang diinjeksikan Gambar 3. Kurva optimasi volume pelarut organik
terhadap instrumen GC-FID maka luasan area yang
digasilkan juga semakin bertambah besar, hal ini Berdasarkan gambar di atas dapat diamati
disebabkan karena luasan area sebanding dengan bahwa semakin banyak volume pelarut organik yang
konsentrasi sampel. digunakan untuk mengekstrak senyawa NDEA maka
semakin banyak pula NDEA yang terekstrak. Hal ini
Optimasi Parameter Analitik disebabkan karena dengan semakin banyaknya volume
Untuk mendapatkan hasil yang optimum pada pengekstrak maka luas penampang yang tersedia untuk
ekstraksi dengan metode HS-SDME, maka diperlukan absorbsi analit juga akan semakin besar, sehingga akan
parameter yang optimum juga yang berkaitan erat semakin banyak pula analit yang terekstrak.
dengan proses ekstraksi antara lain, jenis pelarut Volume maksimum yang digunakan pada
organik, volumen pelarut organik, kecepatan penelitian ini hanya hingga 3 µL saja, volume yang
pengadukan serta waktu ekstraksi yang diperlukan. lebih besar dari 3 µL tidak dapat diaplikasikan karena
drop yang dihasilkan tidak stabil dan juga drop dapat
Optimasi jenis pelarut organik jatuh, sehingga proses ekstraksi tidak dapat dilakukan.
Analisis senyawa NDEA dengan proses Berdasarkan hasil yang tersajikan pada tabel 3 dan
ekstraksi HS-SDME diperlukan suatu pelarut yang gambar 5, kami simpulkan bahwa volume pelarut
sesuai agar supaya senyawa NDEA dapat terekstraksi organik yang optimum adalah pada 3 µL.
secara optimal. Parameter yang sangat mempengaruhi
pemilihan jenis pelarut organik adalah sifat kepolaran Optimasi kecepatan pengadukan
yang sesuai dengan senyawa NDEA. Pada penelitian Setelah mendapatkan jenis pelarut organik
ini digunakan 2 jenis pelarut organik yakni toluen dan serta volume pelarut organik yang optimum, maka
n-heksan. Alasan penerapan kedua jenis pelarut organik selanjutnya dilakukan optimasi terhadap kecepatan
ini karena dilihat dari sifatnya yang non polar sehingga pengadukan dengan tujuan mengoptimalkan dan
diharapkan dapat mengekstrak senyawa NDEA yang memaksimalkan senyawa NDEA yang terekstrak.
semipolar. Berdasarkan hipotesa bahwa semakin cepat
Hasil yang didapatkan setelah proses aplikasi pengadukan yang diaplikasikan terhadap larutan
ekstraksi HS-SDME senyawa NDEA dengan ekstrak maka senyawa NDEA akan semakin mudah
menggunakan toluen dan n-heksan adalah hanya toluen untuk menguap sehingga semakin banyak senyawa
yang stabil pada suhu ruangan, sedangkan n-heksan NDEA yang terekstrak. Oleh karena itu kecepatan
setelah digantungkan pada jarum microsyringe pada pengadukan yang divariasi pada tahapan ini adalah 540,
proses ekstraksi HS-SDME menguap dalam hitungan 720, 900, 1080 serta 1280 rpm. Data yang dihasilkan
detik sehingga tidak dapat dilanjutkan untuk dapat dilihat pada gambar 4 berikut,
mengekstrak NDEA. Didasarkan atas ketidakmampuan
n-heksan bertahan pada suhu ruangan untuk
mengekstrak senyawa NDEA, sehingga pada tahapan
optimasi jenis pelarut ini tidak dapat dibandingkan
luasan area yang didapatkan dari 2 jenis pelarut
organik. Oleh karena itu pada optimasi jenis pelarut
organik ini kami simpulkan pelarut organik yang
optimum dan dapat digunakan pada tahapan

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 84
menurun. Oleh karena itu waktu ekstraksi optimum
sebesar 45 menit.
Berdasarkan tahapan optimasi beberapa
parameter di atas di dapatkan kesimpulan bahwa analit
Luas Area
senyawa NDEA terekstraksi optimal pada volume
pelarut organik 3 µL, kecepatan pengadukan 1080 rpm
serta waktu ekstraksi selama 45 menit. Parameter yang
telah optimum ini digunakan untuk analisis sampel.

Analisis Sampel
540 720 900 1080 128 Setelah tahapan optimasi parameter pada
Kecepatan Pengadukan metode ekstraksi HS-SDME, tahapan selanjutnya untuk
Gambar 4. Kurva optimasi kecepatan pengadukan membuktikan bahwa metode tersebut mampu
diaplikasikan yakni penerapan terhadap sampel.
Berdasarkan data yang disajikan di atas Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan
tampak bahwa dengan bertambahnya kecepatan asin dan daging kalengan yang dibeli dari pasar di
pengadukan, senyawa NDEA yang terekstrak juga kawasan Mulyorejo Surabaya. Pada tahapan preparasi
semakin banyak. Hal ini dapat dilihat dari luas area sampel digunakan metanol sebagai pelarut sampel.
yang dihasilkan dari data tabel 4 yakni semakin Sebanyak 20 mL sampel diekstrak dengan
meningkat dari 540 rpm hingga 1280 rpm yakni dari menggunakan parameter yang telah dioptimasi pada
luas area 102.958 hingga 150.051. Dari kurva optimasi tahapan sebelumnya. Hasil yang didapatkan dapat
pada gambar 6 dapat teramati dengan jelas bahwa luas dilihat pada tabel 1 berikut.
area meningkat dengan tajam hingga pada skala 1080
rpm dengan luas area 149.140. Skala pengadukan 1280 Tabel 1. Hasil analisis sampel
dihasilkan luas area 150.051 yang tidak jauh berbeda Sampel Rata-rata luas Konsentrasi (ppm)
dengan luas area yang dihasilkan pada skala 1080 rpm, area (unit)
Ikan asin 141.648 244,79
oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kecepatan
Daging kalengan 8.420 16,46
pengadukan yang optimum terjadi pada skala 1080
rpm.
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat
teramati bahwa senyawa NDEA dapat terekstrak
Optimasi waktu ekstraksi
dengan menggunakan metode HS-SDME sebanyak
Waktu ekstraksi sangat menentukan kuantitas
244,79 ppm pada sampel ikan asin dan 16,46 ppm pada
analit yang terekstrak selama proses ekstraksi dengan
sampel daging kalengan. Hal ini dimungkinkan karena
menggunakan metode HS-SDME. Semakin lama waktu
pada pengawetan ikan asin dan daging kalengan dapat
ekstraksi maka akan semakin banyak analit yang
digunakan nitrit, sehingga setelah nitrit bereaksi dengan
terekstrak juga, akan tetapi parameter-parameter yang
protein dari ikan maka akan terbentuk nitrosamin.
lain akan sangat menentukan proses ekstraksi analit.
Hasil optimasi untuk parameter waktu ekstraksi dapat
Penentuan Parameter Validasi
dilihat pada gambar 5 di bawah ini. Waktu ekstraksi
Ketepatan (akurasi)
divariasi antara 15 hingga 60 menit.
Akurasi merupakan kedekatan setiap nilai
hasil pengukuran atau nilai rata-rata dengan nilai
sebenarnya. Dalam penelitian ini, akurasi dinyatakan
dengan % recovery yakni perbandingan antara
konsentrasi DEHP rata-rata hasil pengukuran dengan
Luas Area

konsentrasi DEHP yang sebenarnya.


Pengukuran persen akurasi didapat dari
seluruh konsentrasi pada pembuatan kurva kalibrasi
antara 10 hingga 50 ppm. Akurasi dari berbagai
besaran standar dapat dilihat pada tabel 7 berikut,
15 30 45 60
Tabel 2. Data %Recovery standar NDEA
Waktu Ekstraksi Konsentrasi (ppm) % Recovery
Gambar 5. Kurva optimasi waktu ekstraksi 10 99,14
20 99,67
Berdasarkan gambar di atas dapat teramati dengan jelas 30 103,50
bahwa waktu ekstraksi optimum berada pada menit ke 40 96,15
45 dengan luas area yang dihasilkan sebesar 784.411. 50 101,31
Waktu ekstraksi 60 menit tampak bahwa luasan area
yang didapatkan jauh lebih kecil dari luasan area pada Berdasarkan hasil pada tabel 2 dapat terlihat bahwa
waktu 45 menit, hal ini dimungkinkan karena setelah recovery metode HS-SDME pada instrumen GC-FID
45 menit, pengikatan senyawa NDEA terhadap toluen antara 96,15 hingga 103,50%. Hasil ini menunjukkan
release kembali, sehingga luas area yang dihasilkan bahwa recovery metode mendekati sempurna.

85 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
dalam proses ekstraksi SDME, pemekatan yang terjadi
Ketelitian (presisi) selama ekstraksi hampir sama dengan pemekatan yang
Precision atau ketelitian menyatakan derajat seharusnya terjadi (theoretical enrichment factor) yakni
kedapatulangan (reproducibility) yakni besarnya antara 6.410 hingga 6.900 kali. Dengan kata lain,
kesesuaian atau penyimpangan dari suatu atau setiap pemekatan pada metode SDME sangat baik karena EFtr
nilai hasil pengukuran yang dilakukan berulang-ulang mendekati EFth.
pada sampel yang sama. Presisi dinyatakan dengan
nilai simpangan baku (standar deviasi = SD) dari hasil KESIMPULAN DAN SARAN
pengukuran yang berulang-ulang. Kesimpulan
Pengukuran presisi didapat dari seluruh Bersdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
konsentrasi pada pembuatan kurva kalibrasi antara 10 sebagai berikut:
hingga 50 ppm. Presisi dari berbagai besaran standar 1. Teknik ekstraksi HS-SDME dapat digunakan untuk
dapat dilihat pada tabel 3 berikut, analisis senyawa NDEA dalam sampel ikan asin dan
daging kalengan dengan baik.
Tabel 3. Data Kv standar NDEA 2. Kondisi optimum dalam penentuan senyawa NDEA
Konsentrasi (ppm) Kv (%) menggunakan teknik HS-SDME dapat dicapai
10 2,57 dengan pelarut organik toluen, volume pelarut
20 3,33 organik sebanyak 3 µL, kecepatan pengadukan 1080
30 9,35 rpm serta waktu ekstrakse selama 30 menit.
40 1,92 3. Berdasarkan kondisi parameter yang telah optimum,
50 1,21 senyawa NDEA mampu diekstrak dari sampel ikan
asin dan daging kalengan. Terdeteksi sebanyak
Tabel 3 memberikan hasil besaran koefisien 244,79 ppm NDEA pada ikan asin dan 16,46 ppm
variasi dengan rentang antara 1,21 hingga 9,35. Presisi untuk daging kalengan.
yang dihasilkan dari instrumen GC-FID sudah cukup
baik diterapkan pada analisis sampel. Saran
Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini,
Sensitivitas (limit deteksi) maka peneliti menyarankan untuk dilakukan
Sensitivitas merupakan kepekaan atau pengembangan terhadap analisis senyawa turunan
kemampuan metode atau instrumen untuk memberikan nitrosamin yang lainnya, dengan harapan dapat
respon terhadap adanya analit dalam sampel. bermanfaat bagi perkembangan ilmu kimia dan
Dinyatakan dengan limit deteksi (LOD) yakni kadar masyarakat sebagai konsumen pada khususnya.
analit terkecil dalam matriks sampel yang masih dapat Sehingga didapatkan metode yang lebih akurat pada
diukur (dideteksi) oleh instrumen atau metode analisis analisis berbagai turunan nitrosamin pada sampel
dengan baik. Suatu metode analisis atau instrumen makanan.
yang baik dapat mengukur analit pada konsentrasi yang
kecil sehingga semakin kecil kadar analit yang dapat DAFTAR PUSTAKA
diukur maka semakin baik suatu metode pengukuran Anand, P., Kunnumaraka, A, B., Sandaram, C.,
atau instrumen yang digunakan. Harikumar, K, B., Tharakan, S, T., Lai, O, S.,
Berdasarkan persamaan kurva kalibrasi yang Sung, B., Aggarwal, B, B., 2008, Cancer is
dihasilkan oleh standar NDEA dengan dasar Preventable Disease that Requires Major
perhitungan LOD didapatkan besaran LOD sebesar 3,4 Lifestyle Changes, Pharmaceutical Research,
ppm. Vol. 25: No. 9
Batlle, Ramon., Nerin, Christina., 2004, Application of
Enrichment Factor Single-drop Microextraction to the
Enrichment factor menjelaskan seberapa besar Determination of Dialkyl Phthalate Ester in
pemekatan yang terjadi selama proses ekstraksi. Ada 2 Food Simulants, Journal of Chromatography A,
(dua) rumus yang digunakan untuk menentukan Vol. 1045 : 29-35
seberapa besar derajat pemekatan selama proses Biswas, R.K., Hayat, M.A., 2002, Kinetics of Solvent
ekstraksi analit dari sampel ke pelarut organik. Extraction of Zirconium (IV) from Chloride
Theoretical enrichment factor merupakan nilai Medium by D2EHPA in Kerosene Using the
atau besaran yang menyatakan berapa besarnya Single Drop Technique, Hydrometallurgy, Vol.
pemekatan yang terjadi selama proses ekstraksi analit 65 : 205-216
dari sampel ke pelarut organik secara teoritis, Demeestere, K., Dewulf, J., Witte, B, D., langenhove,
dirumuskan dengan; H, V., 2007, Sample Preparation for The
Setelah mengalami perhitungan, hasil EFth Analysis of Volatile Organic Compunds in Air
sebesar 6.666,67. Maksudnya adalah secara teoritis, and Water Matrices, Journal of Chromatography
pemekatan yang terjadi selama proses ekstraksi adalah A, Vol. 1153: 130-144
6.666,67 kali. Sehingga konsentrasinya lebih pekat Drabik-Markiewicz, G., Dejaegher, B., Mey, E, D.,
6.666,67 kali dari konsentrasi mula-mula. Sedangkan Impens, S., Kowalska, T., Paelinck, H., Heyden,
pemekatan sebenarnya (setelah mengalami perhitungan Y,V., 2010, Evaluation of The Influence of
rumus EFtr), dihasilkan pemekatan kali dari Proline, Hydroxyproline or Pyrolidine in The
konsentrasi mula-mula. Jadi dapat disimpulkan bahwa Presence of Sodium Nitrite on N-nitrosamine

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 86
Formation when Heating Cured Meat,
Analytical Chim. Acta, Vol. 657: 123-130
Incavo, J, A., Schafer, M, A., 2006, Simplified
Method for The determination of N-
nitrosamines in Rubber Vulcanizates, Analytica
Chim. Acta, Vol. 557: 256-261
Jurado-Sanchez, B., ballesteros, E., Gallego, M., 2007,
Comparison of The Sensitivities of Seven N-
nitrosamines in Pre-screened Waters Using
Automated Preconcentration System and Gas
Chromatography with Different detectors,
Journal of Chromatography A, Vol. 1154: 66-73
Li, Ning., Deng, Chunhui., Yin, Xinying., Yao, Ning.,
Shen., Xizhong., Zhang, Xiangmin., 2005, Gas
Chromatography-mass Spectrometric Analaysis
of Hexanal and Heptanal in Human Blood by
Headspace Single-drop Microextraction with
Droplet Derivatization, Analytical Biochemistry
Liu, Hanghui., Dasgupta, Pumenda K., 1996,
Analytical Chemistry in a Drop. Solvent
Extraction in Microdrop, Analitical Chemistry,
Vol. 68 : 1817-1821
Lopez-Blanco, M.C., Blanco-Cid, S., Cancho-Grande,
B., Simal-Gandara, J., 2002, Application of Single
Drop Microextraction and Comparison With
Solid-phase Microextraction and Solid-phase
Extraction for the Determination of α- and β-
Endosulfan in Water Samples by Gas
Chromatography-electrob-capture Detection,
Journal of Chromatography A, Vol. 984 : 45-252
Ozel, M, Z., Gogus, F., Yagci, S., Hamilton, J, F.,
Lewis, A, C., 2010, Determination of Volatil
Nitrosamines in Various meat Products Using
Comprehensive Gas Chromatography-Nitrogen
Chemiluminescence Detection, Food and
Chemical Technology, Vol. 48: 3268-3273
Patel, K., Mehta, P., Sahoo, U., Sen, A, K., B, Dhanya.,
2010, A Single Drop Micro Extraction and
Future Trends, International Journal of
ChemTech Research, Vol. 2: 1638-1652
Supriyanto, G, 2005, Cromatomembrane Methode
Applied in Pharmaceuticals Analysis, Logus
Verlag, Berlin
Yurchenko, S., Molder, U., 2007, The Occurraence of
Volatile N-nitrosamines in Estonian Meat
Products, Food Chemistry, Vol 100: 1713-1721

87 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
PENDETEKSIAN ARRHYTHMIA HASIL ECG MENGGUNAKAN
RADIAL BASIS FUNCTION DAN KOHONEN SELF ORGANIZING MAPS

Auli Damayanti1
1
Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga

ABSTRACT
The heart is the organ of the human body that has a vital function, small abnormalities can have a big
impact on the performance of our bodies. Therefore we need a tool that can detect abnormalities of the heart so that
people with heart disease can be treated early to help reduce the deaths from heart attacks. Abnormalities of the
heart or Arrhythmia is a disorder that occurs at the frequency, regularity, the place of origin beats or conduction of
electrical impulses of the heart. In this study, methods used neural networks Radial Basis Function (RBF) and
Kohonen Self Organizing Maps (SOM) as one method of diagnosis of cardiac abnormalities of the ECG
recordings. In ECG recordings, first performed image processing to clarify the image of the normal and abnormal,
and the method used is thresholding method, sobel edge detection and segmentation. In the process of learning neural
networks Radial Basis Function (RBF) used two processes, namely the process by using the method of
unsupervised Kohonen Self Organizing Maps (SOM) and supervised by the feed forward process. Percentage of
cardiac abnormalities identified in the testing process neural networks Radial Basis Function (RBF) was
obtained for 84% of the 25 test data.

Key words: cardiac abnormalities Arrhythmia, ECG, sobel edge detection, neural networks Radial Basis Function
(RBF) and Kohonen Self Organizing Maps (SOM)
Pada penelitian ini software utama yang
PENDAHULUAN digunakan untuk membantu menyelesaikan
Jantung adalah organ tubuh manusia yang permasalahan yang akan dipecahkan adalah Visual
memiliki fungsi vital, kelainan kecil bisa berpengaruh Basic 6.
besar pada kinerja tubuh kita. Kelainan jantung atau Adapun langkah-langkah pengerjaan dalam
Arrhythmia merupakan gangguan yang terjadi pada penelitian ini adalah:
frekuensi, keteraturan, tempat asal denyut atau 1). Melakukan pengambilan data ECG Citra rekaman
konduksi impuls listrik jantung. Pendeteksian ECG jantung yang digunakan dalam penelitian ini
Arrhythmia dapat dilakukan dengan tes diperoleh dari penderita jantung di Surabaya dan dari
Electrocardiogram (ECG) (Thaler, 2000). ECG hasil download di internet. Total data rekaman ECG
adalah grafik yang dibuat oleh sebuah alat yang adalah 45 citra rekaman ECG yang terdiri dari 25 citra
dinamakan elektrokardiograf, grafik tersebut mencatat rekaman ECG kelainan jantung dan 20 citra rekaman
aktivitas listrik jantung selama pemeriksaan, ECG jantung normal. Citra rekaman yang telah didapat
sehingga beberapa kelainan jantung dapat dikenali kemudian dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok
dari pemeriksaan ini. Dengan pengetahuan dan training dan kelompok testing. Kelompok training
pengalaman para dokter ataupun ahli radiologi, dapat adalah 10 citra rekaman ECG normal dan 10 citra
ditentukan ketidaknormalan pada jantung. rekaman ECG kelainan jantung, sisanya masuk
Untuk membantu dokter dalam kelompok testing.Citra rekaman ECG tersebut
mendiagnosa ketidaknormalan pada jantung dari kemudian diubah kedalam bentuk citra digital dengan
hasil ECG, maka dalam penelitian ini akan menggunakan mesin scanner.
dikembangkan suatu metode Jaringan Syaraf Radial 2). Melakukan proses pengolahan citra pada data
Basis Function dengan pembelajaran unsupervisednya rekaman ECG sebelum digunakan sebagai inputan
menggunakan Kohonen Self Organizing Maps. Pada pada jaringan syaraf, dengan langkah-langkah sebagai
penelitian ini, data rekaman ECG dilakukan berikut:
terlebih dahulu proses pengolahan citra yang a. Pembacaan File Gambar
bertujuan untuk mengubah citra gambar menjadi File gambar pada penelitian ini bertipe
matrik yang bernilai numerik, sebelum digunakan .jpg dan berukuran 444 x 56 pixel.
sebagai inputan jaringan syaraf RBF-SOM. b. Proses Grayscale, yaitu mengubah citra berwarna
(red, green, blue) menjadi citra grayscale dengan
METODE PENELITIAN mengambil rata- rata dari rgb.
Pada penelitian ini bahan dan alata yang c. Proses Threshoding, yaitu proses mengubah kualitas
digunakan adalah : citra dengan mengatur jumlah derajat keabuan yang
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada pada citra.
data sekunder yang diambil secara langsung d. Proses Deteksi Tepi, Deteksi tepi pada suatu citra
pada pasien yang melakukan ECG, baik yang adalah suatu proses yang menghasilkan tepi-tepi dari
normal ataupun yang kelainan jantung. objek-objek gambar. Deteksi tepi menggunakan
2. Alat yang digunakan untuk mencopy gambar ECG metode sobel.
adalah mesin scanner. e. Proses segmentasi,yaitu membagi objek menjadi
segmen-segmen yang lebih kecil sehingga diharapkan

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 88
untuk pengolahan datanya dapat menjadi lebih cepat. Organizing Maps dengan menggunakan software
File gambar ECG dengan ukuran 444 x 56 pixel Visual Basic 6.
berubah menjadi 111 x 14 pixel. 5). Melakukan uji validasi program untuk mendeteksi
f. Proses Normalisasi, yaitu mengubah nilai numerik arrhythmia hasil rekaman ECG dengan memcocokan
matrik menjadi nilai numerik dengan range antara 0 hasil analisa program dengan hasil diagnosa dokter
dan 1 dan ukuran matriknya adalah satu kolom. ahli jantung.
Matrik berukuran 1554 x 1 inilah yang dijadikan
sebagai inputan dari Jaringan Syaraf Radial Basis HASIL DAN PEMBAHASAN
Function. Pada bab ini akan dibahas tentang hasil
3). Merancang algoritma jaringan syaraf Jaringan pengujian dan analisa dari perancangan jaringan
Syaraf Radial Basis Function dengan unsupervised syaraf Radial Basis Function dan Self Organizing
learning Kohonen Self Organizing Maps (SOM) Maps untuk identifikasi kelainan jantung pada
untuk mendeteksi arrhythmia hasil rekaman ECG. program yang telah dibuat.
Algoritma Jaringan Syaraf Fungsi Radial Basis adalah
sebagai berikut : Proses Pengolahan Citra
a. Algoritma pelatihan (training) adalah sebagai Proses pengolahan citra pada citra rekaman
berikut : ECG yang berukuran 444 x 56 pixel, dilakukan
Clustering data menggunakan Kohonen dengan beberapa tahapan, yaitu tahap thresholding,
SOM deteksi tepi sobel, dan segmentasi. Hasil dari
 Langkah 1 : Bangkitkan dua cluster yaitu proses pengolahan citra berupa matrik yang
kelainan jantung dan jantung normal. berukuran 111 x 14 pixel dengan nilai numerik antara
 Langkah 2 : Inisialisasi bobot koneksi dengan 0 - 255. Pada matrik ini dilakukan proses
bilangan random normalisasi yaitu mengubah nilai pada elemen matrik,
 Langkah 3 : Isi cluster dengan data input yang sebelumnya bernilai antara 0 dan 255 menjadi
berdasarkan jenisnya dengan secara acak. matrik yang elemennya mempunyai nilai antara 0
 Langkah 4 : Hitung jarak vektor input dan 1, dengan ukuran matrik yang diubah menjadi
terhadap bobot koneksi d j untuk masing-masing 1554 x 1. Matrik inilah yang digunakan sebagai
neuron output dengan menggunakan rumus: inputan dari jaringan syaraf radial basis function baik
pada proses training maupun proses testing. Hasil
proses pengolahan citra dapat dilihat pada gambar
 Langkah 5 : Cari index b = j dimana d j minimum, berikut.
neuron output b disebut sebagai best matching unit
(bmu)

Menciptakan bobot baru


 Langkah 5 : Hitung fungsi Gaussian pada tiap
hidden layer dengan persamaan

 Langkah 6 : Bentuk vektor target dan matriks


Gaussian pada layer hidden, dengan ditambahkan
satu kolom pada kolom terakhir untuk nilai bias.
Gambar 1. Hasil Proses Pengolahan Citra pada Citra Rekaman
ECG

Jaringan Syaraf Radial Basis Function


Jaringan Saraf Fungsi Radial Basis
 Langkah 7 :Hitung bobot baru W merupakan suatu model jaringan saraf multilayer yang
menggunakan dua metode pembelajaran dalam proses
trainingnya,yaitu pembelajaran unsupervised dari layer
b. Algoritma Testing adalah sebagai berikut : input menuju ke layer hidden dan pembelajaran
 Langkah 1 : Hitung fungsi Gaussian supervised dari layer hidden menuju ke layer output.
pada tiap hidden layer Pada pembelajaran unsupervised Fungsi Radial Basis
 Langkah 2 : Bentuk matriks menggunakan algoritma Kohonen Self Organizing
Gaussian Maps dan pada pembelajaran supervised menggunakan
 Langkah 3 : Hitung nilai output dengan algoritma feed forward.
persamaan Pada jaringan syaraf Radial Basis Function
ini terdapat 3 tahap yang harus dilalui, yaitu cluster
data, training data dan testing data. Cluster data
bertujuan untuk membentuk beberapa cluster input
4). Membuat program untuk mengimple- mentasikan yang selanjutnya untuk mencari nilai centroid.
algoritma Jaringan Syaraf Radial Basis Function Training data bertujuan untuk memperoleh bobot-
dengan unsupervised learning Kohonen Self bobot yang sesuai, yang nantinya akan digunakan

89 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
sebagai inisialisasi bobot pada testing data. Prosedur diisi dengan nilai 1. Dalam perhitungan gaussian nilai
dari Jaringan Syaraf RBF dapat dilihat pada gambar yang digunakan adalah 1.
berikut Selain itu dibentuk pula vektor target yang
Prosedur RBF berukuran dimana berisi nilai 1 untuk baris
yang bertarget kelainan jantung dan berisi nilai 0
Input data ( )
Prosedur Cluster () untuk baris yang bertarget normal. Selanjutnya
Prosedur Training () dengan menggunakan persamaan akan
Prosedur Testing () dihitung bobot baru (W) yang berukuran .
Output centroid normal, centroid Bobot baru inilah yang akan digunakan pada proses
stroke, w1, w2, bias
testing. Bobot baru beserta nilai minimum akan
disimpan dalam bentuk .txt. Proses trainingnya dapat
Gambar 2. Prosedur RBF dilihat pada gambar berikut.
Pada proses cluster, cluster yang dibentuk
adalah cluster jantung normal dan cluster kelainan
jantung. 10 citra sadapan rekaman ECG kelainan
jantung yang berukuran menjadi
cluster kelainan jantung dan 10 citra sadapan
rekaman ECG jantung normal yang berukuran
menjadi cluster normal. Tahapan
proses clustering dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 5 Proses Training


Dalam proses testing, akan diujikan bobot
baru dengan mengunakan 20 data yang digunakan
pada proses cluster hingga training. Dari hasil
testing ditemukan batas nilai kelainan jantung
yaitu yang berasal dari
nilai terkecil pada nilai output dari data kelainan
jantung. Proses testing ini bertujuan untuk
mengetahui bahwa bobot akhir yang diperoleh
Gambar 3 Proses Clustering Awal (Load Data) adalah bobot optimal dengan melihat prosentase
keberhasilan sistem mengidentifikasi kelainan
jantung. Proses testing dapat dilihat pada gambar
berikut

Gambar 4 Proses Clustering Gambar 6. Proses Testing


Dalam proses training, setiap data yang Nilai output dari data normal dan data stroke dapat
digunakan dari proses cluster digunakan kembali dilihat pada gambar berikut.
untuk membentuk matriks Gaussian yang berukuran
dimana 20 adalah banyaknya data. Pada kolom
pertama adalah vektor Gaussian dengan perhitungan
sesuai persamaan
dimana nilai berdasarkan minimum cluster
normal, kolom kedua adalah vektor Gaussian dengan
perhitungan sesuai persamaan 2.7 dimana nilai
berdasarkan minimum cluster kelainan jantung, dan
kolom ketiga adalah kolom bias yang ditiap barisnya Gambar 7. Nilai Output

JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012 90
Uji Validasi Saran
Pada proses ini, 25 data yang berbeda Pada penelitian selanjutnya, penulis
dengan data training diuji cobakan untuk melihat berharap bahwa
keakuratan program atau sistem yang telah dibuat. 1. Pada proses pengambilan data rekaman ECG
Selanjutnya hasil yang didapat dibandingkan dengan hendaknya mencari rumah sakit yang mempunyai
diagnosis dokter yang telah ada. Berikut ini rekam data pasien jantung yang berupa file, karena
diberikan tabel hasil uji validasi : selama ini hasil rekaman ECG selalu dibawa pulang
pasien.
Tabel 1 Tabel Uji Validasi 2. Pengenalan pola kelainan jantung dengan metode
ANALISA ANALISA RBF-SOM ini tidak hanya mendeteksi apakah
DATA KESIMP.
RBF DOKTER
VNORMAL1 NORMAL NORMAL COCOK terdapat kelainan atau tidak, tetapi dapat
VNORMAL2 NORMAL NORMAL COCOK dikembangkan untuk mengenali jenis kelainan
VNORMAL3 NORMAL NORMAL COCOK jantungnya.
VNORMAL4 NORMAL NORMAL COCOK
VNORMAL5 NORMAL NORMAL COCOK DAFTAR PUSTAKA
TIDAK
VNORMAL6 KELAINAN NORMAL
COCOK Anonim , 16 nopember 2011,
VNORMAL7 KELAINAN NORMAL
TIDAK http://oketips.com/4859/tips-sehat-
COCOK
definisi-8-gejala-aritmia-arrhythmia-
VNORMAL8 NORMAL NORMAL COCOK
VNORMAL9 NORMAL NORMAL COCOK jantung.
VNORMAL10 NORMAL NORMAL COCOK Basuki, Ahmad., Jozua F. Palandi,
VKELAINAN1 KELAINAN KELAINAN COCOK
VKELAINAN2 KELAINAN KELAINAN COCOK
Fatchurrochman, 2005, Pengolahan
VKELAINAN3 KELAINAN KELAINAN COCOK Citra Digital menggunakan Visual
VKELAINAN4 KELAINAN KELAINAN COCOK Basic, Penerbit Graha Ilmu,
TIDAK
VKELAINAN5 NORMAL KELAINAN
COCOK Yogyakarta
VKELAINAN6 NORMAL KELAINAN
TIDAK Damayanti, implementasi Jaringan Syaraf
COCOK
VKELAINAN7 KELAINAN KELAINAN COCOK
Fungsi Radial Basis pada
VKELAINAN8 KELAINAN KELAINAN COCOK pendeteksian kanker payudara dari
VKELAINAN9 KELAINAN KELAINAN COCOK hasil mammografi, 2009
VKELAINAN10 KELAINAN KELAINAN COCOK
VKELAINAN11 KELAINAN KELAINAN COCOK
Jones, Shirley A. 2005, ECG Notes –
VKELAINAN12 KELAINAN KELAINAN COCOK Interpratation and Management
VKELAINAN13 KELAINAN KELAINAN COCOK Guide, F.A. Davis Company,
VKELAINAN14 KELAINAN KELAINAN COCOK
VKELAINAN15 KELAINAN KELAINAN COCOK Philadelphia.
Kusumadewi, Sri, 2003, Artificial Intelligence
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa (Teknik dan Aplikasinya), Penerbit
tingkat keakuratan program atau sistem sebesar Graha Ilmu, Yogyakarta
84% adalah benar atau sesuai dengan diagnosa Kusumadewi, Sri. 2006. Jaringan Syaraf
dokter.
Tiruan (Menggunakan MATLAB &
SIMPULAN DAN SARAN Excel Link). Penerbit Graha Ilmu.
Simpulan Jogjakarta
Kesimpulan dari penelitian ini antara lain Thaler, Malcolm S, 2000, Satu-satunya buku
1. Tahapan proses pengolahan citra yang digunakan EKG yang anda perlukan / Malcolm
pada penelitian ini yaitu thresholding, deteksi tepi S Thaler ; Alih bahasa, Samik
sobel, dan segmentasi. Wahab.- Ed.2 -,Hipokrates, Jakarta,
2. Algoritma Jaringan Syaraf Radial Basis Function
dengan Unsupervised Learning Kohonen Self
Setiawan, Kuswara (2003), Paradigma Sistem
Organizing Maps terdiri dari dua tahapan proses Cerdas. Sekolah Tinggi Teknik
yaitu proses training dan proses testing. Proses Surabaya.
training digunakan dua metode yaitu self Sujadir, Dwi, 2008, Mengenal EKG,
organizing maps (SOM) dan feed forward. SOM http://dwi-sujadir.blogspot.com, 5
digunakan pada proses dari layer input ke layer Juli 2009
hidden, sedangkan dari layer hidden ke out Vladutu,L., Papadimitriou, S., Mavroudi, S.,
menggunakan feed forward. Proses testing
menggunakan metode feed forward. 2001, Ischemia Detection with a Self-
3. Hasil dari implementasi program terhadap 25 data Organizing Map Supplemented by
uji validasi rekaman ECG diperoleh bahwa prosentase Supervised Learning, CiteSeer x
keberhasilan mengidentifikasi kelainan jantung collection.
sebesar 84%.

91 JURNAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / Vol. 15 No. 2, Juli 2012
PETUNJUK PENULISAN MAKALAH

PERSYARATAN
1. Makalah harus bersifat ilmiah orisinal merupakan karya hasil penelitian, belum pernah dipublikasikan.
2. Panjang tulisan makalah maksimal 10 halaman kertas A4 termasuk tabel dan gambar serta diketik dengan huruf
time new roman (font size 10) dengan spasi tungal.
3. Makalah ditulis dalam bahasa Indonesia baku atau bahasa Inggris dan abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan
bahasa indonesia.

ORGANISASI MAKALAH
Makalah memuat unsur Judul, Abstract, Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Simpulan, Ucapan
Terima Kasih (bila perlu) dan Daftar Pustaka
1. JUDUL: bersifat informatif, singkat tapi jelas, di bawah judul dicantumkan nama penulis, asal instansi atau
universitas penulis, alamat pos penulis untuk korespondensi. Bila para penulis tidak berasal dari satu instansi
atau universitas, maka harus diberi tanda dan masing-masing tanda diberi nama instansi atau universitas
2. ABSTRACT: memuat inti permasalahan (tujuan, metode penelitian dan hasil), panjangnya tidak lebih dari 250
kata atau 3-4 % dari panjang makalah. Pada bagian bawah Abstract harus mencantumkan keyword (s), baik
dalam bentuk kata atau phrase
3. PENDAHULUAN: memuat latar belakang masalah, rencana pengembangan, tujuan dan harapan tentang
aplikasi hasil penelitian. Informasi tersebut merupakan argumentasi konsisten dan landasan teoritik
4. METODE PANELITIAN: memuat materi atau komponen, alat dan objek yang akan diteliti, cara kerja
penelitian, parameter yang diamati, rancangan yang digunakan serta teknis analisis yang dipakai
5. HASIL DAN PEMBAHASAN: memuat hasil-hasil utama (sesuai dengan parameter yang diamati), disertai
pembahasan ilmiah atau argumentasi yang mendukung
6. SIMPULAN DAN SARAN: memuat pernyataan singkat tentang hasil yang diperoleh dikaitkan dengan
hipotesis (bila ada) yang telah diajukan. Saran, kalau ada diajukan berkaitan dengan hasil penelitian yang
diperoleh dan berkaitan dengan pemantapan atau pengembangannya lebih lanjut.
7. DAFTAR PUSTAKA: disusun sebagai berikut :
a. Menurut abjad nama akhir pengarang. Acuan yang tidak dikenal pengarangnya digolongkan sebagai
Anonimus.
b. Contoh penulisan beberapa kepustakaan :
i. Buku: nama penulis, tahun, judul buku (dicetak miring), jilid, nama penerbit dan kota,
Contoh:
Brown, T.A., 1993, Genetics Molecular Approach, 2nd Ed. Chapman & Hall, London
ii. Jurnal: nama penulis, tahun, judul, nama jurnal (dalam singkat resmi dan dicetak miring), volume,
halaman (awal sampai akhir),
Contoh:
Bagnara, J.T., Fernadez, P.J., 1993, Hormonal Influences on The Development of Amphibian
Pigmentation Patterns, Zoological Science, 10 : 733-748
iii. Karangan dalam buku: nama penulis, tahun, judul karangan, nama editor, judul buku, jilid, nama
penerbit dan kota, halaman mulai dan akhir
Contoh:
Zainuddin, 1990, Penelitian Kuantitatif. Dalam : Sudijono dan Sarmanu, Ed. Penataran Metodologi,
Edisi ke-4: Lemlit Unair Surabaya, 15-20
iv. Karangan yang dibawakan dalam pertemuan ilmiah, laporan ilmiah dan sebagainya : nama
penulis, tahun, judul karangan, nama pertemuan ilmiah atau judul laporan ilmiah, tanggal dan kota
tempat pertemuan
Contoh:
Pangestu, M, Baikuni A., 1988, Pengaruh penyuluhan terhadap kebersihan lingkungan, Seminar
Nasional Kesehatan Lingkungan. 15 April, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai