Anda di halaman 1dari 5

Pertama adalah contoh teks diskusi tentang lingkungan.

Pokok permasalahan yang dibahas adalah tentang cara


menanggulangi sampah dengan dibakar (isu). Nanti di dalam teks diskusi ini akan berisi 2 pendapat pro dan
kontra seputar isu tersebut. Berikut ulasan selengkapnya :

Sudah sedari dulu semua beranggapan jika sampah memang sangat mengganggu. Hal tersebut karena sampah
sendiri dapat mengakibatkan dampak buruk. Misalnya banjir atau menyebabkan timbulnya penyakit. Di
beberapa daerah masalah cara penanggulangan sampah menjadi bahasan terpenting. Hal ini juga cukup banyak
menjadi perdebatan sejak dulu.

Menurut banyak orang, sampah adalah sesuatu yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Oleh karena itu sudah
sewajarnya jika sampah harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar. Namun berbeda dengan mereka
pecinta alam. Membakar sampah hanya akan menimbulkan masalah baru. Asap hasil pembakaran justru akan
membuat polusi udara, bahkan menipiskan lapisan ozon.

Bagi para penggiat lingkungan, penanggulangan sampah lebih baik dilakukan dengan dekomposting atau bisa
dengan sistem daur ulang. Caranya mungkin untuk sampah organic (daun, ranting, sisa buah, dan lain-lain) bisa
dimanfaatkan ulang menjadi kompos. Kemudian pada sampah non organic seperti bungkus plastik, dapat
dilakukan daur ulang misalnya disulap menjadi kerajinan.

Masalah penanggulangan sampah memang harus diambil jalan yang tepat. Maksudnya harus disesuaikan
dengan permasalahan sampah itu sendiri. Namun yang harus diingat, sebenarnya beberapa jenis sampah bisa
dimanfaatkan kembali. Hal ini bisa menjadi salah satu pilihan alternatif pemecahan masalah sampah.
Contoh Teks Diskusi Tentang Lingkungan

Menurut Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah
Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, yang dimaksud dengan Pembangkit
Listrik Berbasis Sampah atau PLTSa adalah pengolah sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah
lingkungan yang memenuhi baku mutu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan dapat mengurangi
volume sampah secara signifikan serta teruji.

Pembangunan PLTSa ini merupakan upaya pemerintah untuk mengubah sampah menjadi sumber energi,
meningkatkan kualitas lingkungan serta untuk meningkatkan peran listrik nasional berbasis energi baru dan
terbarukan. Selain itu, pengolahan sampah menjadi listrik ini juga merupakan upaya Indonesia untuk
mengurangi emisi karbon sebagaimana yang telah disepakati dalam Konferensi Paris (COP21) pada akhir 2015.

Namun, upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah volume sampah, emisi karbon, dan memanfaatkan
besarnya energi yang dihasilkan dari proses pengolahan sampah menjadi energi listrik melalui pembangunan
PLTSa tidak berjalan dengan mulus. Hingga kini masih terdapat pro dan kontra di tengah masyarakat
mengenai pembangunan PLTSa ini.

Mereka berpendapat bahwa secara keseluruhan PLTsa membahayakan lingkungan dan nyawa manusia. Hal ini
disebabkan PLTSa menggunakan incinerator yang dapat memperparah polusi udara dan menghasilkan zat
beracun berupa dioxin yang dapat membahayakan sistem saraf dan menyebabkan kanker bagi masyarakat.

Selain itu, hal lain yang menjadi pertimbangan bahwa PLTSa tidak layak dioperasikan di Indonesia adalah tidak
siapnya lahan, tidak adanya rencana induk persampahan, adanya prosedur kebijakan dan mekanisme lelang
yang tidak transparan, biaya pembangunan dan beban tipping fee yang tinggi, dan pengalaman buruk yang
terjadi di negara lain.

Dapat disimpulkan bahwa pembangunan PLTSa sebagai upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah volume
sampah, emisi karbon, dan memanfaatkan energi yang dihasilkan sebagai energi listrik memperoleh
penolakan dari beberapa elemen masyarakat. Untuk itu, sebaiknya diadakan kajian yang lebih mendalam
mengenai pembangunan PLTSa di Indonesia mengingat tidak semua negara berhasil memanfaatkan PLTSa
sebagai salah satu sumber energi listrik.

Anda mungkin juga menyukai