UUD 1945 terdiri atas : 20 BAB, 73 PASAL, 194 AYAT, 3 PASAL ATURAN
PERALIHAN DAN 2 PASAL ATURAN TAMBAHAN
UUD 1945 di amandement sebanyak 4 kali
BAB XI A G A M A
Pasal 29
ayat 1 => Negara berdasar atas Ketuhanan YME
ayat 2 => Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
BAB XV
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN
**)
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah sang merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.**
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.**)
Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan diatur dengan undang-undang.**)
ATURAN PERALIHAN
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan
yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini.****)
Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan
ketentuan
Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar
ini.**** )
Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum
dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.**** )
ATURAN TAMBAHAN
Pasal I
Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan
status hukum
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat
untuk diambil putusan pada sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003.**** )
Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal****)
Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasar asas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Pokok pikiran ini
menempatkan suatu tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai dalam Pembukaan, dan
merupakan suatu kuasa finalis (sebab tujuan), sehingga dapat menentukan jalan serta aturan-
aturan mana yang harus dilaksanakan dalam Undang-Undang Dasar untuk sampai pada
tujuan itu yang didasari dengan bekal persatuan.
Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab. Hal ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan pokok pikiran
kemanusiaan yang adil dan beradab yang mengandung pengertian menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia atau nilai kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran keempat itu
merupakan Dasar Moral Negara yang pada hakikatnya merupakan suatu penjabaran dari Sila
Kedua Pancasila.
Macam Perjanjian Perundingan Indonesia dan Belanda
1. Perjanjian Linggarjati
Perundingan Linggarjati dilakukan pada tanggal 10-15 November 1946 antara Indonesia dan
Belanda. Perundingan ini dilakukan di Linggarjati, sebuah kota kecil 21 km sebelah selatan
Cirebon. Pada perundingan Linggarjati tersebut pihak Belanda diwakili oleh tim Komisi
Jenderal yang dipimpin oleh Wim Schermerhon dengan anggota H.J. van Mook dan Lord
Killearn dari pihak Inggris bertindak sebagai moderator. Sedangkan pihak Indonesia diwakili
oleh Sutan Syahrir. Perundingan Linggarjati menghasilkan 17 pasal.
Rakyat Bali termasuk dalam kalangan yang kontra terhadap hasil perundingan Linggarjati
karena Bali tidak dimasukkan ke dalam wilayah RI. Hal ini berarti Bali akan dikuasai
kembali oleh Belanda. Oleh karena itu, rakyat Bali mengangkat senjata di bawah pimpinan
Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Peperangan itu disebut Pertempuran Margarana dan
mereka mengobarkan Perang Puputan yang artinya perang habis-habisan. Dalam perang
tersebut, I Gusti Ngurah Rai gugur sebagai pahlawan bangsa pada tanggal 20 November
1946.
Di Manado juga terjadi pertempuran antara TKR pimpinan Letnan Kolonel Taulu yang
dibantu oleh Residen Lapian dan tentara KNIL. Kedua tokoh itu ditipu oleh Belanda dalam
suatu perundingan yang selanjutnya ditangkap dan dipenjarakan. Akibatnya, Manado dan
Maluku mutlak dikuasai Belanda.
Belanda terus berusaha memecah belah bangsa Indonesia dengan cara mendirikan negara-
negara boneka sebagai negara bagian dari RIS. Usaha ini ditempuh melalui berbagai
konferensi antara lain konferensi Malino (15 Juli 1946), konferensi di Pangkalpinang (10
Oktober 1946) dan konferensi di Denpasar (18-24 Desember 1946). Dari berbagai konferensi
tersebut, van Mook dapat mendirikan berbagai negara boneka guna mempersembit wilayah
RI. Negara-negara tersebut yaitu, negara Indonesia timur (NIT), negara Pasundan, negara
Madura, negara Jawa Barat, negara Sumatra Timur dan negara Jawa Timu
2. Perundingan Renville
Perundingan Renville berlangsung dari tanggal 8 Desember 1947-17 Januari 1948. Delegrasi
Indonesia terdiri atas perdana menteri Amir Syarifuddin, Mr. Ali Sastroamijoyo, Dr. Tjoa Sik
len, Mr. Moh. Roem, Haji Agus Salim, Mr. Nasrun dan Ir. Juanda. Delegasi Belanda terdiri
atas Abdul Kadir Wijoyoatmojo, Pangeran Kartanagara, Jhr. van Vredenburgh, Dr. Soumokil
dan Zulkarnain.
Ternyata wakil-wakil Belanda hampir semuanya berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang
pro-Belanda. Dengan demikian, Belanda tetap ingin melakukan politik adu domba agar
mudah menguasai Indonesia.
Perjanjian Renville sangat merugikan pihak Indonesia, tetapi atas desakan KTN, Indonesia
harus menyetujuhinya. Perjanjian tersebut ditandatangani kedua belah pihak tanggal 17
Januari 1948.
Penandatanganan perjanjian Renville menimbulkan kerugian dan akibat yang buruk bagi
pemerinta Indonesia. Kerugian yang diderita Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Wilayah Republik Indonesia menjadi semakin sempit dan terkurung oleh daerah-
daerah kekuasaan Belanda.
2. Daerah-daerah gerilya TNI yang berada di daerah kantong harus ditinggalkan
sehingga terjadilah hijrah besar-besaran TNI dari Jawa Timir-Barat ke pusat
pemerintahan RI di Yogyakarta.
3. Timbulnya reaksi keras dari kalangan para pemimpin Republik Indonesia yang
mengakibatkan jatuhnya Kabinet Amir Syarifuddin yang dianggap telah menjual
negara kepada Belanda.
4. Perekonomian Indonesia diblokade secara ketat oleh Belanda
3. Perundingan Roem-Royen
Setelah adanya resolusi Dewan Keamanan PBB pada tanggal 23 Maret 1949, PBB
memrintahkan UNCI agar membantu pelaksanaan resolusi tersebut. UNCI kemudian
menemui para pemimpin RI dan Belanda yang akhirnya mereka berhasil dibawa meja
perundingan. Delegasi Indonesia diketuai oleh Mr. Moh. Roem, sedangkan pihak Belanda
diketuai oleh Dr. J.H van Royen. Pada tanggal 17 April 1949, dimulailah perundingan
pendahuluan di Jakarta yang dipimpin oleh Marle Cochran, wakil Amerika Serikat dalam
UNCI. Dalam perundingan selanjutnya delegasi Indonesia adalah Drs. Moh. Hatta dan Sri
Sultan Hamengku Buwono IX. Akhirnya, pada tanggal 7 Mei 1949 dicapailah persetujuan
yang disebut Roem-Royen Statement. Pernyataan pemerintah RI dibacakan oleh ketua
delegasi Indonesia Mr. Moh. Roem yang berisi, antara lain bahwa pemerintah RI akan:
selanjutnya, delegasi Belanda membacakan pernyataannya yang dilakukan oleh Dr. J.H van
Royen yang berisi, antara lain bahwa Belanda akan:
4. Konferensi Antar-Indonesia
Dalam perundingan Roem-Royen, bangsa Indonesia menyatakan kesediannya Konferensi
Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Sebagai persiapan menghadapi KMB,
diadakan Konferensi Antar-Indonesia yang bertujuan mengadakan pembicaraan antara Badan
Permusyawaratan Federal (Bijeenkomst voor Federaal Overleg/BFO) dan Republik Indonesia
guna mendapatkan kesepakatan yang mendasar untuk menghadapi KMB. BFO ialah negara-
negara boneka buatan Belanda di Republik Indonesia. Namun, mereka menetang Agresi
Militer Belanda II atas kota Yogyakarta.
Konferensi Antar-Indonesia dilangsungkan dalam dua tahap. Tahap pertama berlangsung di
Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949 yang dipimpin oleh Wakil Presiden Moh. Hatta.
Tujuan konferensi ini merupakan untuk membahas berbagai hal yang ada kaitannya dengan
pembentukan negara federal sementara. Keputusan penting yang diambil, antara lain sebagai
berikut:
KMB diselenggarakan di Den Haag, Belanda, dari tanggal 23 Agustus-02 November 1949.
KMB ialah konferensi segitiga antara delegasi dari negeri Belanda, RI dan BFO di bawah
pengawasan komisi PBB.
Oleh karena antara RI dan BFO telah terdapat kesamaan pendirian, dalam setiap persidangan
KMB pihak RI hanya menghadapi delegasi Belanda. Hal ini memperlancar jalannya
perudingan sehingga pada tanggal 29 Oktober 1949 telah ditanda-tangani Piagam Persetujuan
Konsitusi RIS. Pada tanggal 2 November 1949 perundingan ditutup dengan keputusan antara
lain sebagai berikut:
Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara yang merdeka
dan berdaulat.
Penyelesaian soal Irian Barat ditangguhkan sampai tahun berikutnya.
RIS sebagai negara yang berdaulat penuh bekerja sama dengan Belanda dalam suatu
perserikatan yang dipimpin oleh ratu Belanda atas dasar sukarela dengan kedudukan
dan hak yang sama.
RIS mengembalika semua hak milih Belanda, memberikan hak konsesi dan izin baru
bagi perusahaan-perusahaan.
Semua utang bekas Hindia Belanda harus dibayar oleh RIS.
Dalam bidang militer akan dibentuk Angkatan Perang Republik Indonesia seringan
dengan TNI sebagai intinya.
Pada tanggal 6-14 Desember 1949, Komisi Nasional Indonesia Pusat (KNIP) mengadakan
sidang untuk membahas hasil-hasil KMB. Selanjutnya, sidang berhasil menyepakati Undang-
Undang Dasar RIS sebagai Konstitusi RIS.
Pada tanggal 16 Desember 1949 , Ir. Soekarna dipilih sebagai presiden RIS dan Drs. Moh
Hatta sebagai wakil presiden RIS. dan pada tanggal 17 Desember 1949 di Keraton
Yogyakarta, kedua tokojh tersebut dilantik sebagai presiden pertama RIS.
Sejak tanggal 27 Desember 1949 pemerintah Belanda secara resmi telah mengakui
kedaulatan Indonesia. Dengan demikian, berakhir pula masa penjajahan Belanda di Indonesia
dan mulailah berdiri tegak negara Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat penuh
dengan menggunakan UUD RIS. Pada tanggal 28 Desember 1949 pusat pemerintah RIS yang
berada di Yogyakarta dipindahkan ke Jakarta.