PENDAHULUAN
kritis adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau gagasan
1
Asis Saefududdin, Pembelajaran Efektif, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya. 2014), h. 22
1
secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji, dan mengembangkannya
ke arah yang lebih sempurna. Berpikir kritis berkaitan dengan asumsi bahwa
pembeda (antara haq dan yang batil). Kemudian Allah juga memerintahkan
kemashlahatan dunia dan akhirat, juga agar manusia berpikir tentang dunia
2
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group. 2013), h. 121
2
dan kemaslahatannya yang cepat, hingga manusia menolaknya, dan tentang
berpikir secara kritis untuk berkreasi dengan akal pikirannya dan dengan hati
berpikir kritis tidak akan berkembang dengan baik tanpa ada usaha sadar
3
Abdurrahman bin Nasbir, “Tafsir Al-Qur’an”, (Jakarta : Darul Hari), h. 381.
4
I Wayan Redhana, “Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pertanyaan Socratik
untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Cakrawala. No 3, November 2012, hal
352
3
disengaja agar dapat berkembang ke arah yang potensial. Oleh karena itu,
dimana hanya mendengar penjelasan dari pendidik. Hal ini berdampak pada
keterampilan berpikir kritis peserta didik di mana peserta didik tidak mampu
berpikir kritis hal ini terlihat dari hasil ulangan harian yang masih sangat
rendah dan masih ada yang di bawah KKM. Bentuk pertanyaan dalam soal
ulangan harian sudah berdasarkan bentuk pertanyaan HOTS. Hal ini dapat
Tabel 1.1
Nilai Rata-rata Ujian Harian Tema 8 Khusus Mata Pelajaran IPA dan
Bahasa Indonesia
No Nama KKM Nilai rata-rata (IPA
dan Bahasa
Indonesia)
1 AF 70 60
2 DMS 70 50
3 DCP 70 60
4 FD 70 62
5 FE 70 55
6 HS 70 60
7 HR 70 75
8 LI 70 60
9 MA 70 65
10 NA 70 45
5
Ahmad susanto, loc.cit
4
No Nama KKM Nilai rata-rata (IPA
dan Bahasa
Indonesia)
11 RK 70 68
12 RF 70 75
13 SA 70 78
14 TS 70 62
15 YF 70 53
Jumlah 908
Rata-rata 60.53
Sumber: Wali Kelas IV
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dari 15 peserta didik hanya 3 orang
saja peserta didik yang nilainya di atas KKM dan 12 orang lainnya tidak
tuntas. Selain itu, pada saat pendidik memberikan pertanyaan hanya tiga
orang saja yang mampu menjawab pertanyaan, selebihnya peserta didik tidak
menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal ini terlihat dari wawancara yang
menyatakan bahwa:
penting, peserta didik tidak mampu berpikir kritis karena salah satu indikator
6
LM Pendidik MIN 3 Pesisir Selatan, Wawancara Langsung, Februari 2019
5
berpikir kritis adalah mampu menganalisa pertanyaan. Akibatnya terjadi
penumpukan konsep dan informasi belaka dalam diri peserta didik. Memang
konsep dan materi penting namun yang lebih penting adalah proses yang
terjadi di dalam peserta didik bisa memahami konsep atau materi tersebut.
Pemahaman yang baik tentang konsep dan materi akan menentukan sikap
sehari-hari.
Hanya sedikit sekali sekolah yang benar-benar mengajar peserta didik untuk
memberi satu jawaban benar yang imitatif. Banyak peserta didik yang
mendapat nilai baik, tetapi mereka tidak belajar secara kritis dan mendalam.7
kenyataan di lapangan.8
7
Pricilla Anindyta dan Suwarjo, “Pengaruh Problem Best Learning terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis dan Regulasi Diri Siswa Kelas V”, Jurnal Prima Edukasia. Vol 2. No
2, 2014, hal. 211
8
Ilham Handika dan Muhammad Nur Wangid, “Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Masalah terhadap Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas V”, Jurnal
Prima Edukasia. Vol 1. No 1, 2013, hal. 86
6
Tujuan pendidikan nasional harus tercapai dan sebagai salah satu
Lawe bahwa model CTL dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan
peserta didik maka penulis simpulkan jika hasil belajar dan keaktifan peserta
didik meningkat maka peserta didik mampu berpikir kritis dalam proses
7
yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan
Disamping itu, salah satu unsur dalam Contextual Teaching and Learning
(CTL) yaitu dapat menunjang peserta didik untuk berpikir tingkat lebih
tinggi, peserta didik dilatih untuk menggunakan berpikir kritis dan kreatif
tersebut.
9
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group. 2009), h. 107
8
Model Contextual Teaching and Learning (CTL) mengasumsikan
bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi
lingkungan.10
Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
10
Ibid.,
9
2. Pembelajaran hanya menggunakan model yang mudah dan belum
bervariasi.
C. Batasan masalah
10
IPA
Bahasa Indonesia
4. Mata pelajaran yang diambil dalam penelitian adalah IPA dan Bahasa
Indonesia.
D. Rumusan Masalah
Learning (CTL)?
11
E. Tujuan Penelitian
F. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
didik.
2. Kegunaan praktis
12
2. Pendidik, sebagai bahan meningkatkan wawasan dan pengetahuan
G. Defenisi Operasional
tersebut:
13
Berpikir Kritis: Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang
11
Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, (Jakarta: Erlangga. 2008), h. 10
14