Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yusridar

Nim : 196020302011005
Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan
Prodi : Magister Akuntansi
Universitas Brawijaya

TEORI AKUNTANSI
Teori adalah seperangkat prinsip hipotesis, konseptual dan pragmatis yang
membentuk kerangka acuan umum (Hendriksen 1970, p.1).
Teori juga merupakan sistem yang kohoren, tujuan dan fundamental yang saling
terkait yang dapat mengarah pada standar yang konsisten. Teori disebut konsisten karena
teori bukan hanya bersifat “ad hoc in nature” atau dibentuk secara alamiah tetapi ia
didasarkan pada penalaran logis yang tersistematis dan kohoren. Dengan kata lain Teori
adalah susunan konsep,definisi dan dalam yang menyajikan pandangan yang sistematis
fenomena dengan menunjukkan hubungan antara variable yang satu dengan yang lain
dengan maksud untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
MC Donald memberikan tiga elemen teori, yaitu:
a. Membuat kode sebagai symbol fenomena
b. Mengkombinasikannya sesuai dengan peraturan
c. Menterjemahkannya ke dalam fenomena
Kenneth S.Most (1982) mendifinisikan teori sebagai suatu pernyataan sistematik
mengenai peraturan atau prinsip yang mendasari atau memandu suatu set fenomena.
Teori dapat juga dianggap sebagai kerangka acuan umum, penjelasan fenomena, dan
prediksi perilaku yang akan datang. Teori adalah penjelasan yang sistematik dan
scientific.
Teori akuntansi timbul dari perkembangan basis observasi masa lalu (emprirically
based), dan lebih lanjut dilakukan pengembanagn untuk prediksi tentang suatu kejadian
dan kadang untuk menjelaskan mengapa kejadian tersebut terjadi, terkadang orang
menyebut teori akuntansi ini adalah bersifat sciences karena ia berdasarkan base on
observation. Teori akuntansi juga dapat dikatakan adalah cabang akuntansi yang terdiri
dari pernyataan sistemtik tentang prinsip dan metodelogi yang membedakan dengan
praktek.
Menurut Hendriksen (1982) mengemukakan kegunaan teori akuntansi adalah
sebagai berikut:
a. Memberikan kerangka rujukan sebagai dasar untuk menilai prosedur dan praktik
akuntansi
b. Memberikan pedoman terhadap praktik dan prosedur akuntansi
Berdasarkan pengertian tersebut, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan
dalam teori akuntansi, yaitu:
a. Perilaku orang sehubungan dengan informasi akuntansi
Teori akuntansi sebagai suatu susunan prinsip umum akan dapat memberikan
kerangka acuan yang umum dari mana praktek akuntansi di nilai, teori akuntansi yang
dirumuskan tidak akan mampu mengikuti perkembangan ekonomi, sosial, teknologi
dan ilmu pengetahuan yang demikian cepat, sehingga seringkali informasi akuntansi
akan dipengaruhi oleh perilaku orang, aspek budaya dalam akuntansi dapat
mempengaruhi peran atau hasil dari interaksi antara informasi akuntansi dengan
perilaku konsumennya atau penyajinya, dengan kata lain berkaitan dengan hubungan
antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi
Akuntansi jenis ini akan dibahas secara rinci pada akuntansi keprilakuan, dimana
akuntansi ini mulai berkembang sejak professor Schuyler dean hollet & Prof. Christ
Argyris melakukan suatu penelitian di tahun 1951 tentang “the impact of budget on
peole” atau pengaruh anggaran kepada orang.
b. Kebutuhan orang akan informasi akuntansi
Kebutuhan orang selaku konsumen ataupun penyaji informasi akuntansi menjadi
hal yang dipertimbangkan dalam teori akuntansi karena meninjau bagaimana
informasi akuntansi dip roses untuk keperluan pengambilan keputusan,
pengembangan strategi untuk manajemen, inovasi baru, dll yang akan mempengaruhi
tujuannya
c. Mengapa orang dalam organisasi memilih untuk memberikan informasi tertentu
Kondisi ini seringkali disebut dengan komunikasi dan hubungan dengan organisasi.
Komunikasi secara umum terdiri atas dua (2), yaitu:
1. Komunikasi intrapersonal, yaitu komunikasi yang dilakukan individu secara
pribadi, biasanya komunikasi ini digunakan untuk berkomunikasi dengan hal yang
tidak terlihat, misalnya komunikasi pribadi dengan tuhan
2. Komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi yang secara langsung dilakukan oleh
antar individu baik melalui perantara ataupun tidak. Tipe komunikasi ini lah yang
digunakan dalam menajalin komunikasi di organisasi
Berdasarkan teori tersebut orang-orang akan melakukan pemilihan untuk
memberikan informasi akuntansi dikarenakan pengaruh regulasi akuntansi.

MENGAPA TEORI AKUNTANSI PENTING UNTUK DIPELAJARI?


Teori akuntansi penting untuk dipelajari karena teori akuntansi mampu untuk
mempertahankan reputasi akuntansi disaat praktik akuntansi berada di jalan yang tidak
tepat. Dengan mempelajari teori akuntansi tersebut maka suatu judgement atas
pemakaian suatu praktik akuntansi dapat dilakukan dengan baik, dengan demekian apa
yang kita lakukan melalui praktik akuntansi akan memiliki tujuan dan batasan yang jelas
dengan mengikuti salah satu teorinya. Teori akuntansi bermanfaat untuk menjadikan
sebuah kerangka kerja yang kohoren dan sistematis dalam investigasi, memahami dan
mengembangkan serta evaluasi berbagai macam praktik akuntansi. Untuk dapat
mendukung praktik akuntansi menjadi suatu ilmu maka diperlukannya untuk
mempelajari teori akuntansi. Tanpa memahami teori akuntansi maka akan mengalami
hal-hal seperti : kesulitan mengevaluasi praktik akuntansi, mengembangkan peningkatan
praktik akuntansiyang tidak sesuai dengan situasi perubahan, praktik akuntansi hanyalah
suatu seni. Akuntansi juga memainkan peras yang sangat penting dalam masyarakat,
misalnya dalam bekerja, melakukan penelitian, dll
Teori akuntansi juga dapat membantu dalam melakukan praktik akuntansi, misalnya:
1. Bagaimana cara melihat asset
2. Menentukan menejer mengapa memilih metode akuntansi tertentu
3. Teori akuntansi dapat menjelaskan mengapa individu tertentu dengan latar budaya
tertentu dapat mempengaruhi informasi yang disajikan
4. Menentukan informasi akuntansi apa yang harus disediakan untuk stakeholders
5. Teori akuntansi dapat memprediksi bahwa pihak tertentu memiliki kuasa yang besar
atas informasi akuntansi yang harus dilaksanakan

GAMBARAN SINGKAT TEORI AKUNTANSI

Ada banyak teori akuntansi keuangan, yaitu tidak ada teori secara universal yang
diterima dari teori akuntansi keuangan atau bahkan setiap perspektif dapat dilakukan
perubahan atau perkembangan teori.hal ini terjadi karena perbedaan penelitian akan
menghasilkan perbedaan perspektif terhadap teori dan apa yang menjadi sentral
objektifitasnya.
Perkembangan awal teori akuntansi, dimana teori akuntansi awalnya bergantung pada
proses induktif, yaitu penyusunan teori di dasrakan melalui observasi dan pengukuran khusus
dan akhirnya dari berbagai sampel dirumuskan fenomena yang seragam/berulang (informasi
akuntansi) kemudian diambil kesimpulan umum (postulat dan prinsip akuntansi).
Menurut Godfrey (1992) Perkembangan teori akuntansi berdasrakan periodisasi yaitu:
1. Pre theory period (1492 – 1800)
Pada periode ini masih tidak ada teori akuntansi yang dirumuskan sejak pacioli
sampai pada awal abad ke 19, walaupun pada saat itu ada saran-saran atau
pernyataan- pernyataan belum dapat digolongkan ke dalam teori atau pernyataan yang
sistematis.
2. General scientific period (1800-1960)
Pada periode ini sudah ada pengimbangan teori yang penekanannya baru berupa
penjelasan terhadap praktek akuntansi. Akuntansi dikembangkan dengan metode
empiris atau berdasarkan pengamatan yang dilakukan akuntan sehari-hari. Periode ini
sering diketahui dengan perkembangan teori akuntansi yang bersifat induksi.
Kemudian teori induksi ini dikritik berupa:
a. Isinya didasarkan atas sikap, dan tidak bisa memberikan dasar dimana praktek saat
ini dapat dievaluasi atau dimana perbaikan masa depan dapat disimpulkan. . Pada
periode inilah terjadi beberapa kritik pada teori akuntansi contohnya kritik
terhadap konsep historical cost dan pendukung adanya konseptual framework.
b. Mengasumsi apa yang dilakukan oleh mayoritas adalah praktek yang paling
mendekati
c. Perspektif akuntansi Darwinism, yaitu akuntansi hanya dapat dilakukan oleh
akuntan. Contoh teori akuntansi normative yaitu: theory agency, decision
usefulness, conceptual framework, decision theory, protofolio theory, dll
3. Normative period (1960-1970)
Pada periode ini akuntansi telah menunjukkan norma-norma atau praktik-praktik
akuntansi yang baik, pada periode ini tidak menekankan apa yang terjadi seperti pada
periode normative, tetapi lebih apa yang seharusnya dilakukan. Pada periode ini teori
akuntansi sering dikenal dengan sebutan theory development, yaitu perkembangan
meliputi:
a. Berusaha untuk meresepkan praktek akuntansi tertentu
b. Tidak didorong oleh prkatik yang ada
c. Teori penting berupa historical cost
d. Berusaha untuk menyediakan pendekatan yang lebih baik untuk penilaian aser
dalam masa inflasi yang tersebar luas
4. Specific scientific period (1970-sekarang)
Periode ini disebut juga dengan positive era, yaitu akuntansi tidak hanya cukup
dengan sifat normative tetapi harus di uji kebenarannya. Pendekatan normative
bersifat : teori normative tidak melibatkan pengujian hipotesa, dan didasarkan pada
pertimbangan subjektif. Sifat dari periode ini dikenal akuntansi melakukan riset yang
bertujuan untuk menjelaskan dan memulai praktek akuntansi ali-alih meresepkan
prakti-praktik tertentu, serta dikenal sebagai teori positif.
Teori positif berlandasakan cara-cara sebagai berikut:
a. Mencari ramalan dan menjelaskan fenomena tertentu
b. Dimulai dengan asumsi dan melalui deduktif yang logis yang memungkinkan
prediksi-prediksi dibuat
c. Jika prediksi itu cukup akurat sewaktu di uji terhadap pengamatan realitas,
ramalan itu dianggap telah menyediakan penjelasan tentang mengapa hal-hal
terjadi sebagaimana adanya.

BISAKAH KITA MEMBUKTIKAN TEORI?


Pandangan mengenai dapat atau tidaknya suatu teori dibuktikan kembali lagi
tergantung pada sudut pandang keilmuan yang digunakan oleh seseorang. Terlebih jika hal ini
dikaitkan dengan teori akuntansi dimana akuntansi merupakan human activity yang sangat
bergantung dengan peran seorang akuntan, dimana seorang akuntan kemungkinan besar akan
memberikan respon yang berbeda dengan akuntan lain terhadap suatu metode akuntansi. Oleh
karena itu, teori akuntansi secara logis tidak dapat memprediksi dengan tepat respon yang
akan diberikan oleh seorang akuntan ataupun pengguna teori lainnya. Menurut Deegan (2006,
p. 14), jika teori akuntansi ditujukan untuk menjelaskan dan memprediksikan aksi dan reaksi
individu terhadap informasi akuntansi, dan jika hasil prediksi tersebut mampu menjelaskan
kondisi dalam beberapa waktu, maka teori tersebut dapat digunakan meskipun tidak
sempurna. Sementara kita dapat menggunakan hasil observasi untuk dapat memperkuat
teori, namun sangat mungkin suatu observasi justru membuktikan ketidakonsistensian teori.
Untuk itu banyak peneliti lebih memilih untuk berpendapat bahwa fakta-fakta yang ada
mendukung teori, namun sangat dimungkinkan munculnya teori alternative dikemudian hari
yang dapat memberikan penjelasan yang lebih baik akan terjadinya suatu fenomena.

MENGEVALUASI TEORI AKUNTANSI


Dalam materi teori akuntansi keuangan, evaluasi teori juga dilakukan untuk
mempertimbangkan isu-isu seperti apakah argumen yang mendukung teori secara logis
dan/atau masuk akal dalam hal asumsi yang sedang dibuat.Jika memungkinkan, argumen atau
teori harus dipecah menjadi premis utamanya untuk melihat apakah argumen, dalam bentuk
yang disederhanakan, muncul logis.Yang ditekankan adalah bahwa kita/Anda harus
mempertanyakan teori-teori yang kit /Anda hadapi — tidak hanya menerimanya.Penerimaan
teori dan teori hipotesis terkait harus dikaitkan dengan apakah kita menerima logika argumen,
asumsi yang mendasarinya dan bukti pendukung yang diberikan.(Sebagai ditunjukkan
sebelumnya, hipotesis dapat digambarkan sebagai prediksi yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk hubungan antara satu atau lebih variabel.)
Seperti telah dibahas sebelumnya juga bahwa terdapat 2 teori akuntansi secara umum
yaitu positive theory dan normative theory. Dimana masing-masing peneliti memiliki
pandangannya sendiri terhadap kedua teori tersebut. Terdapat beberapa argument para
peneliti yang menentang positive theory, diantaranya;
a. It is a dead philosophical movement (Christenson, 1983, p.7
b. It has provided no accomplishments (Sterling, 1990, p. 97)
c. It is marred by oversight, inconsistencies and paradoxes (Chambers, 1993, p. 1)
d. It is imperiously dictatorial (Sterling, 1990, p. 130)
Dan masih banyak kritik lainnya terhadap pandangan dari positive theory yang bagi
sebagian peneliti dianggap sebagai teori yang tidak lebih baik dari normative theory.
Demikian juga sebaliknya, para peneliti drai golongan positive theory banyak mengkritik
pandangan dari normative theory. Namun hal tersebut kembali lagi kepada sudut pandang
dan tujuan digunakannya teori tersebut dan pilihan akan teori tersebut bergantung pada value
judgement dari tiap penggunanya.
1. Mengevaluasi Teori – Petimbangan Logika dan Fakta
Dalam memahami dan menerima suatu teori dan hipotesis yang menyertainya,
kita harus paling tidak menerima logika dari argument tersebut, menerima asumsi yang
mendasarinya, dan fakta-fakta lain yang dapat dibuktikan. Kita juga harus mengevaluasi
deduksi logis, deduksi logis dalam hal ini menekankan bahwa argumen dapat dikatakan
logis jika hal yang mendasarinya adalah benar, sehingga kesimpulan yang diambil
menjadi benar pula. Misalnya secara sederhana dikatakan bahwa seluruh A memiliki B,
dan C adalah A. maka dapat disimpulkan bahwa C memiliki B, dan hal ini adalah benar
2. Mengevaluasi Asumsi yang Mendasari Teori
Dalam mengevaluasi asumsi yang mendasari suatu gagasan atau teori, yang perlu
diperhatikan adalah peneliti atau pengguna teori harus waspada dan memastiakn bahwa
penerimaan terhadap asumsi tersebut tidak sebatas dipengaruhi oleh penggunaan bahasa
asumsi tersebut. Peneliti harus memastikan apakah ia akan tetap menerima asumsi
tersebut, bila bahasa yang digunakan dalam menjelaskan diubah. Sehingga hasil evaluasi
asumsi tersebut dapat menjadi lebih berguna. Dalam mengevaluasi dengan metode ini
kita juga harus melakukan evaluasi terhadap penggunaan teori secara universal, logika
dari argument dan asumsi yang disusun merupakan hal utama yang perlu diperhatikan,
namun disisi lain hal yang perlu diingat dalam social science secara alami, teori
merupakan abstrak dari suatu realita. Sehingga tidak sepenuhnya teori tersebut dapat
diaplikasikan secara umum, sepanjang waktu. Untuk itu, penggunaan teori secara
universal sebenarnya sulit diterapkan dan tidak mungkin satu teori dapat diterima oleh
semua sudut pandang, sehingga yang dimungkinkan dalam hal ini adalah adanya batas
penerimaan terhadap suatu teori yang setidaknya mampu menjelaskan fenomena dan
kecenderungan respon individu terhadap fenomena tersebut.
3. Generalisasi Teori dari Pengujian Sampel
Dalam menguji teori akuntansi, peneliti masih cenderung menggunakan metode
dari penelitian science yang berasumsi bahwa fenomena yang dipelajari akan memberikan
hasil yang sama pada semua situasi. Hal ini berarti bahwa dalam sudut pandang tersebut,
teori akuntansi dengan mudah dapat digeneralisasi pada semua kondisi. Namun sudut
pandang lain berpendapat bahwa hal tersebut tidak tepat, memandang bahwa akuntansi
merupakan human activity yang tidak dapat disamakan dengan penelitian yang bersifat
science, dan bahwa respon individu akan selalu berbeda dengan individu yang lain. Untuk
itu dalam generalisasi teori akuntansi, hal utama yang perlu ditekankan adalah pemahaman
logika dari suatu argument atau asumsi, sehingga dalam pengambilan sampel untuk
populasi yang besar pun harus didasari atas logika tersebut.

Anda mungkin juga menyukai