Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN

DI RUANG TULIP RSU ANWAR MEDIKA

POKOK BAHASAN : Terapi bermain stimulasi kognitif

SUB POKOK BAHASAN : Terapi bermain mengenal warna, huruf, mengenal

nama buah dan hewan.

WAKTU : 45 Menit Jam 09.00 WIB

HARI/TANGGAL : Kamis, 7 November 2019

TEMPAT : RUANG TULIP

SASARAN : Anak usia Pra Sekolah (3-5 tahun)

PELAKSANA : Kelompok I (Imah, Nci, Ika, Kiki, Riyan, Yuli, Afan)

A. Latar Belakang

Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam

dirinya yang tidak disadari (Wholey and Wong, 1991).

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan

untuk memperoleh kesenangan (Foster, 1989).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang

ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).

Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan

konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang

diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan

tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

Setelah melakukan survei di PAUD Pelangi sebagian besar murid-murid


di PAUD tersebut berusia 4 - 5 tahun sebanyak ± 40 anak. Sehingga, sasaran

terapi bermain yang akan dilakukan adalah anak pra sekolah (4-5 tahun) sebanyak

20 anak. Klasifikasi dalam permainan ini adalah social affective play dimana

anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap respon

yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan terapi bermain selam 45 menit, anak dapat mengikuti

permainan stimulasi kognitif yang diberikan.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan terapi bermain selam 45 menit anak mampu :

a. Mengenal warna

b. Mengenal huruf

c. Mengenal nama buah dan hewan

d. Menebak gambar

C. Metode dan Media

1. Metode

Bermain dengan anak menebak gambar yang telah disebutkan dan

didiskripsikan.

2. Media

 Kertas gambar

 Kertas Tempel
 Spidol

D. Kegiatan

1. Pengorganisasian

Penanggung jawab : Riyan Hara Permana

Moderator : Yuli Dwi Hartanto

Observer : Ahmad Sofan

Pemimpin bermain : Kiki Andriyani

Fasilitator : Yatimah Ratna Pertiwi

Sri Setiayuliawati

Ika Wahyu V. S

2. Setting tempat (gambar / denah ruangan)

Keterangan :

: Pemimpin bermain

: Moderator

: Observer

: Fasilitator

: Anak

3. Kegiatan bermain

No Uraian Kegiatan perawat Kegiatan klien

1
2

Pembukaan (5 menit)

Kegiatan bermain (30

menit)

Evaluasi (10 menit)

a. Salam pembukaan

b. Perkenalan

c. Mengkomunikasikan tujuan

a. Menyiapkan mainan

b. Bermain menebak gambar

dengan melibatkan anak

c. Meminta respon dan

tanggapan anak.

d. Meminta anak

menempelkan gambar yang

sesuai

e. Memberikan Reinfocement

positif jika anak bisa

mengikuti permainan

 Mengakhiri permainan

a. Melakukan evaluasi
- Memperhatikan

- Memperhatikan

- Menjawab salam

- Mengikuti

- Menanggapi

- Mengikuti

- Memperhatikan

- Menanggapi

E. Evaluasi

1. Pembagian tugas dalam tim

Penanggung jawab :

Moderator :

Observer :

Pimpinan bermain :

Fasilitator :

2. Proses

Dievaluasi apakah anak mau berkenalan dan bersalaman dengan perawat

tanpa rasa takut.

Apakah anak mau menempel gambar ke depan, anak mau menyebutkan nama

gambar buah, gambar hewan, dan anak mau menyebutkan warna gambar yang

disebutkan perawat.

TERAPI BERMAIN
A. PENGERTIAN BERMAIN

 Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam

dirinya yang tidak disadari (Wholey and Wong, 1991).

 Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk

memperoleh kesenangan (Foster, 1989).

 Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan

tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).

 Bermain adalah ungkapan bahasa secara alami pada anak yang diekspresikan

melalui bio-psiko-sosio anak yang berhubungan dengan lingkungan (Cindy

Smith).

 Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam

mengungkapkan konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami

dengan kesenangan yang diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang

berhubungan dengan lingkungan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

B. KATEGORI BERMAIN

1. Bermain aktif

Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau

kegembiraan timbul dari apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain

sepak bola.

2. Bermain pasif/hiburan
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya

melihat), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan


support, menonton televisi.

C. JENIS PERMAINAN

1. Permainan bayi

Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun.

Contoh: petak umpet, dakon, kejar-kejaran.

2. Permainan perorangan

Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan

prasekolah. Contoh: menendang bola.

3. Permainan tetangga

Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi

dan penjahat.

4. Permainan tim

Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah

dan remaja. Contoh: sepakbola, kasti, lari.

5. Permainan dalam ruang

Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan.

Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.

D. CIRI-CIRI BERMAIN

1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda

2. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi

3. Selalu dinamis, berkembang

4. Ada aturan tertentu


5. Menuntut ruangan tertentu.

E. KLASIFIKASI BERMAIN

a. Menurut Isi

a. Social affective play

Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain

terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,

misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan

bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.

b. Sense of pleasure play

Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,

dengan bermain dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air

atau pasir, mengenal rasa, bau.

c. Skill play

Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan

tertentu dan anak melakukan secara berulang-ulang, misalnya

mengendarai sepeda roda tiga.

d. Dramatika play (Role play)

Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau

ibu.

2. Menurut Karakteristik Sosial

a. Solitary play

Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa


orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita

todler.

b. Paralel play

Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing

mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak
saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak

todler dan pre school. Contoh : bermain balok.

c. Asosiatif play

Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang

sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,

anak bermain sesukanya, satu sama lain kadang saling meminjamkan.

d. Kooperatif play

Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan

terencana dan ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan

tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah dan adolescent.

F. FUNGSI BERMAIN

1. Perkembangan Sensorik Motorik

Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya.

Bayi dengan penglihatan, taktil, dan rangsangan. Todler dan pra sekolah

melalui gerakan tubuh, dimana kematangan dan maturitas akan membedakan

masing-masing usia.

2. Perkembangan Kognitif/intelektual
Membantu mengenal benda sekitar(warna, bentuk, kegunaan). Perkembangan

ini diperoleh melalui eksplorasi dan manipulasi benda disekitarnya baik dalam

hal warna, ukuran, dan pentingnya benda tersebut. Contoh: bermain mengisi

teka-teki silang.

3. Kreatifitas

Anak mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru, bermain dengan semua

media, puas dengan kreatifitas baru, dan minat terhadap lingkungan tinggi.

Misalnya menyusun balok.

4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari

peran dalam kelompok, belajar memberi dan menerima, belajar benar salah,

dan mampu mengenal tanggungjawab.

5. Kesadaran Diri (Self awarness)

Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan dan tingkah laku

terhadap orang lain.

6. Perkembangan Moral

Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan

teman,

menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran.

7. Terapi

Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan

yang tidak enak, misalnya: marah, takut, benci.

8. Perkembangan Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat

mengatakan secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN

1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan.

2. Status kesehatan, pada anak sakit maka perkembangan psikomotor dan

kognitif terganggu.

3. Jenis kelamin, dimana anak laki-laki lebih tertarik dengan mekanikal

sementara anak wanita mother role.

4. Lingkungan yang meliputi: lokasi, negara, kultur.

5. Alat permainan.

6. Intelegensia.

7. Status sosial ekonomi.

H. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN

1. Tahap Eksplorasi

Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.

2. Tahap Permainan

Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.

3. Tahap Bermain Sungguhan

Anak sudah ikut dalam perminan.

4. Tahap Melamun

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

I. KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN


1. Bayi (1 bulan)

a. Visual: permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm), gantungkan

benda yang terang dan menyolok.

b. Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.

c. Taktil: memeluk, menggendong, memberi kehangatan.

d. Kinetik: mengayun, naik kereta dorong.

2. Bayi (2-3 bulan)

a. Visual: buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa bayi

ke ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.

b. Auditori: bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam

pertemuan keluarga.

c. Taktil: memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan lembut,

gosok dengan lotion/bedak.

d. Kinetik: jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.

3. Bayi (4-6 bulan)

a. Visual: bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan warna

terang.
b. Auditori: anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama, remas

kertas didekat telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.

c. Taktil: beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.

d. Kinetik: bantu tengkurap, sokong waktu duduk.

4. Bayi (6-9 bulan)


a. Visual: mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri kertas

untuk dirobek-robek.

b. Auditori: panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian tubuh,

beri tahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri perintah

sederhana.

c. Taktil: meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air

mengalir, berenang.

d. Kinetik: letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk mengambilnya.

5. Bayi (9-12 bulan)

a. Visual: perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai tempat,

bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh.

b. Auditori: tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara

binatang.

c. Taktil: beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan

hangat.

d. Kinetik: beri mainan yang dapat ditarik dan didorong.

Mainan yang dianjurkan untuk bayi 6-12 bulan:

a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.

b. Buku dengan gambar menarik.

c. Balon, cangkir dan sendok.

d. Boneka bayi.

e. Mainan yang dapat didorong dan ditarik.


6. Todler (2-3 tahun)

a. Mulai berjalan, memanjat, berlari


b. Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.

c. Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.

d. Perhatiannya singkat.

e. Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”

f. Karakteristik bermain “Paralel Play”

g. Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.

h. Senang musik/irama.

Mainan untuk toddler:

a. Mainan yang dapat ditarik dan didorong.

b. Alat masak.

c. Malam, lilin.

d. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat

dipukul, krayon, kertas.

7. Pra Sekolah (4-5 tahun)

a. Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.

b. Sangat energik dan imaginatif.

c. Mulai terbentuk perkembangan moral.

d. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok.

e. Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.

f. Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.

Mainan untuk pra sekolah:


a. Peralatan rumah tangga.

b. Sepeda roda tiga.

c. Papan tulis/kapur.

d. Lilin, boneka, kertas.

e. Drum, buku dengan kata sederhana, kapal terbang, mobil, truk.


8. Usia Sekolah (6-12 tahun)

a. Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama.

b. Dapat belajar dengan aturan kelompok.

c. Belajar independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.

d. Karakteristik “Cooperative Play”.

e. Laki-laki: Mechanical, perempuan : Mother Role.

Mainan untuk anak usia sekolah:

a. 6-8 tahun

Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat,

sepeda.

2. 8-12 tahun

Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu,

olah raga bersama, sepeda, sepatu roda.

9. Remaja ( 13-18 tahun)

a. Bermain dalam kelompok seperti sepak bola, basket, bulutangkis.

b. Senang mendengarkan musik, melihat TV, mendengarkan radio.

c. Membaca majalah, buku.


J. ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)

1. Pengertian

APE adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak

disesusikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.

2. Kegunaan

a. Pengembangan aspek fisik: merangsang pertumbuhan fisik anak.

b. Pengembangan bahasa: melatih bicara dan menggunakan kalimat yang

benar.
c. Pengembangan aspek kognitif: pengenalan suara, bentuk, ukuran, dan

warna.

d. Pengembangan aspek sosial: hubungan atau interaksi ibu-anak, keluarga,

masyarakat.

3. Syarat

a. Aman, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak.

b. Ukuran dan berat sesuai usia.

c. Desainnya harus jelas. Memiliki ukuran, susunan, warna tertentu serta

jelas maksud dan tujuannya.

d. Berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak

(motorik, bahasa, kognitif, sosialisasi).

e. Dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tidak terlalu sulit dan tidak

terlalu mudah.

f. Harus tetap menarik.

g. Mudah diterima oleh semua kebudayaan.


h. Tidak mudah rusak. Jika ada bagian yang rusak mudah diperbaiki dan

diganti, pemeliharaan mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat,

harga terjangkau.

4. Alat Permainan Balita dan Perkembangan yang Distimuli

a. Motorik kasar: sepeda roda tiga/dua, mainan yang ditarik dan didorong.

b. Motorik halus: gunting, bola, balok, lilin.

c. Kognitif: buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna.

d. Bahasa: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, televisi.

e. Menolong diri sendiri: gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos

kaki.

f. Tingkah laku sosial: alat permainan yang dapat dipakai bersama seperti

bola, tali, dakon.

5. Kesalahan dalam Pemilihan Alat

a. Memberikan sekaligus banyak mainan.


b. Alat permainan dianggap bagus atau perlu oleh orang tua tapi kontradiksi

bagi anak.

c. Alat terlalu mahal.

d. Terlalu lengkap dan sempurna.

e. Tidak sesuai dengan umur anak.

f. Terlalu banyak mainan dengan tipe yang sama.

g. Tidak teliti keamanannya.


DAFTAR PUSTAKA

Foster and Humsberger. 1998. Family Centered Nursing Care of Children. WB

sauders Company. Philadelpia. USA

Hurlock, E. B. 1991. Perkembangan anak. jilid I. Erlangga. Jakarta

Markum, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. IDI. Jakarta

Merenstein, et al. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Whaley and Wong.1991. Nursing Care infants and children. Fourth Edition. Mosby

Year Book. Toronto. Canada

Anda mungkin juga menyukai