152 - 14377 - 35906 - Modul Prak Teknik Instrument PDF
152 - 14377 - 35906 - Modul Prak Teknik Instrument PDF
PRAKTIKUM INSTRUMENTASI
Oleh :
Tim Laboratorium
KESELAMATAN
Pada prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman diperlukan partisipasi seluruh
praktikan dan asisten pada praktikum yang bersangkutan. Dengan demikian, kepatuhan setiap
praktikan terhadap uraian panduan pada bagian ini akan sangat membantu mewujudkan
praktikum yang aman.
BAHAYA LISTRIK
• Perhatikan dan pelajari tempat‐tempat sumber listrik (stop‐kontak dan circuit breaker)
dan cara menyala‐matikannya. Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi
menimbulkan bahaya, laporkan pada asisten
• Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan
listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala‐jala yang terkelupas dll.
• Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiriatau
orang lain
• Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya, keringat atau sisa air wudhu
• Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum Kecelakaan
akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus listrik. Berikut ini adalah
hal‐hal yang harus diikuti praktikan jika hal itu terjadi:
Jangan panik
Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing‐masing dan
di meja praktikan yang tersengat arus listrik
• Bantu praktikan yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari sumber listrik
• Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar andatentang
terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik
KALIBRASI RTD
1. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
a. Melakukan kalibrasi RTD dengan cara membandingkan suhu pengukuran dengan
alat standar (dalam hal ini termometer gelas)
b. Membandingkan perubahan resistansi yang terjadi dengan perubahan suhu
2. Bahan/Reagen
Kebutuhan bahan untuk satu kali praktikum (5 orang praktikan) yaitu sebagai berikut :
No. Bahan/Reagen Volume Satuan
1. Minyak pelumas 500 ml
3. Peralatan
a. RTD
b. Multimeter
c. Breaker Glass
d. Hot plate
e. Handler Stand
4. Keselamatan Kerja
a. Gunakan APD yang sesuai
b. Berhati-hati dalam melaksanakan praktikum ini karena menggunakan fluida
yang dipanaskan
5. Dasar Teori
RTD (Resistance Temperature Detector) merupakan salah satu sensor dalam pengukuran
temperatur. RTD sering dipakai dalam pengukuran dikarenakan sifatnya yang linear dan
mempunyai range yang cukup lebar.
Nilai resistansi dari konduktor metal akan meningkat sesuai dengan kenaikan suhu.
Rumus dasar : R = R0 [1+α(t – t0)]
Dengan α = koefisien temperature dari resistansi
Ada beberapa konfigurasi dari RTD :
• 2 wire RTD
• 3 wire RTD
• 4 wire RTD
6. Langkah Kerja
a. Menyiapkan peralatan kerja.
b. Merangkai peralatan sesuai dengan gambar percobaan
c. Menghidupkan hot plate untuk memanaskan pelumas yang berada dalam breaker glass
d. Mengamati besar perubahan temperatur pada termometer dan resistansi yang terjadi
melalui multimeter dari suhu 50 oC sampai 100 oC pada setiap kenaikan 10 oC.
e. Mematikan hot plate untuk menurunkan suhu.
f. Mengamati besar perubahan temperatur pada termometer dan resistansi yang terjadi
melalui multimeter dari suhu 100oC sampai dengan 50 oC pada setiap penurunan 10 oC.
7. Pehitungan
a. Dengan menggunakan tabel RTD, ubah titik-titik pengukuran ke dalam ohm dan
masukkan ke dalam tabel.
b. Nilai standar = ohm titik pengukuran
c. Hitung deviasi (error) = data hasil pengukuran – nilai standar.
8. Tugas:
a. Mencatat data hasil percobaan dan memasukkan ke dalam tabel
b. Membuat grafik hubungan antara RTD dan termometer gelas
11. Lampiran
1. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mateeri Kalibrasi Tekanan, mahasiswa mampu :
a. Mengetahui range kerja dari alat ukur tekanan.
b. Melakukan instalasi pemasangan alat ukur tekanan.
c. Melaksanakan kalibrasi tekanan.
d. Menghitung error alat ukur tekanan.
e. Mengetahui baik dan tidaknya alat ukut
f. Membedakan antara tekanan atmospher, tekanan absolut dan tekanan vacuum.
2. Bahan/Reagen :
Kebutuhan bahan untuk satu kali praktikum (5 orang praktikan) yaitu sebagai berikut :
3. Peralatan :
a. Dead Weight Tester (DWT)
b. Beban Dead Weight Tester (DWT)
c. Pressure gauge (alat ukur tekanan)
d. Meja kerja untuk menempatkan DWT
4. Keselamatan Kerja :
a. Pada saat melakukan praktikum di laboratorium, peserta pelatihan diharapkan
menggunakan alat keselamatan kerja/alat pelindung.
Diantaranya :
• Kaca mata
• Kaos tangan
• Sepatu safety
• Pakaian kerja
• Topi safety
b. Sebelum pekerjaan kalibrasi alat uku dilakukan, beban DW perlu dibersihkan (dilap),
untuk supaya tidak licin dan lebih akurasi.
c. Pada saat meletakan beban DWT, ke tempatnya atau mengambil dari tempatnya,
dilakukan dengan hati-hati dan satu persatu.
d. Pada saat menambah atau mengurangi yang digunakan, jika penambahan atau
pengurangan secara ekstrim, maka tekanannya harus diturunkan hingga seperti awal,
setelah beban yang diinginkan sudah pada posisinya lalu tekanan dinaikkan seperti yang
diharapkan.
e. Untuk mengeraskan pressure gauge ke DWT tidak perlu menggunakan tools (cukup
dengan kekuatan tangan) sesuai dengan buku panduan alat kerja (DWT).
f. Hindari kebocoran dari yang terjadi
g. Tumpahan oli jika berlebihan akan menimbulkan kondisi kerja tidak safety (licin)
h. Pada saat pembacaan alat diharapkan pandangan tegak lurus untuk menghindari
kesalahan (paralaks)
5. Dasar Teori
Ada tiga (3) macam skala untuk pengukuran tekanan, yaitu :
• Gauge pressure scale
Gravitation Instrument
Adalah metode pengukuran tekanan dengan jalan mengimbangi tekanan yang diketahui
dengan yang tidak diketahui seperti misalnya:
• Liquid colum gauge
- U tube manometer
- Well type manometer
- Inclined manometer
• Piston gauge
Metode elektrik
Adalah pengukuran tekanan dengan methode yang berbeda dengan diatas yanitu
menggunakan :
• Strain gauge
• Piezo electric crystal
Bourdon tube
Adalah metode pengukur tekanan yang paling banyak digunakan karena selain sederhana
dapat digunakan untuk pengukuran besara- besaran yang lain seperti temperature, flow dan
sebagainya.
Bourdon C Tube
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, karena luas permukaan bagian luar lebih besar dari
bagian dalam, maka bila ada perubahan- perubahan tekanan dari proses akan menyebabkan
tube mengalami penyimpangan keluar arah. Gerakan yang kecil dari bourdon ini melalui
elemen signal conditioning (link and gear) diperbesar dan gerakannya dirubah menjadi
gerakan berputar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 16. Pressure Gauge yang terpasang Dead Weight Tester (DWT)
iv. Dan perlu diingat bahwa kalibrasi bukan pekerjaan untuk memperbaiki suatu
pressure gauge, tetapi pekerjaan ini hanya membandingkan antara alat standar
dengan pressure gauge.
v. Pekerjaan kalibrasi pressure gauge untuk tekanan nol (zero) tidak dapat dapat
dikalibrasi, beban (weight) tidak nol, jadi untuk melakukan kalibrasi harga nol
tidak diperkenankan.
vi. Untuk melakukan pekerjaan kalibrasi pressure gauge yang mempunyai
toleransi 0,1 sampai dengan 0,2 (alat ukur untuk industri) dibagi menjadi 5 titik
yaitu 20, 40, 60, 80 dan 100%. Dan dilakukan pengulangan tiga kali.
vii. Pekerjaan kalibrasi pressure gauge dilakukan dengan tekanan naik (yaitu dari
20, 40, 60, 80 dan 100%) dan tekanan turun (yaitu 100, 80, 60, 40 dan 20%)
atau 10, 25, 50, 75, 90% dan 90, 75, 50,25,10%.
viii. Hasil dari pekerjaan kalibrasi pressure gauge dicatat disetiap titiknya baik
tekanan naik dan tekanan turun serta setiap langkahnya juga dicatat.
ix. Setelah selesai pekerjaan kalibrasi pressure gauge, maka pressure dilepas
dari koneksinya, dan disimpan pada tempat yang telah tersedia.
d. Pekerjaan kalibrasi pressure selesai dilakukan
i. Dead Weight Tester (DWT) dibersihkan dari oli yang digunakan melakukan
pekerjaan kalibrasi pressure gauge.
ii. Tuas pemompaan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kalibrasi
pressure gauge juga dilepas dari kedudukannya.
iii. Dead Weight Tester (DWT) dibersihkan, ditutup dan disimpan pada tempatnya.
iv. Beban DWT dibersihkan, disusun rapi berdasarkan urutannya dan kemudian
ditutup dengan tempatnya sendiri lalu dismpan pada tempat yang tersedia.
v. Meja kerja dibersihkan , dirapikan.
vi. Membuat laporan sementara hasil pekerjaan kalibrasi pressure gauge
7. Pehitungan
Untuk perhitungan yang dilakukan pada saat pekerjaan kalibrasi pressure gauge biasanya
berupa konversi dari psi ke kg/cm2, atau dari bar ke kg/cm2. Dan menghitung selisih antara
alat ukur standar dengan alat ukur yang di kalibrasi, yaitu, error = alat ukur standar –
penunjukkan alat ukur yang dikalibrasi.
8. Tugas
a. Menghitung ulang hasil percobaan supaya didapat hasil yang baik.
b. Membuat laporan hasil pekerjaan kalibrasi pressure gauge
As-found data
Test Point Unit Under Error Unit Under Error Hysterisis Error
(%) Test Standard
Test reading Test reading
Reading (psi) ( ) ( ) (% FS)
( ) ( )
10 20 19 -1 19 -1 0
25 50 49 -1 50 0 0.5
50 100 99 -1 100 0 0.5
75 150 149 -1 151 1 1
90 180 179 -1 180 0 0.5
1. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan prinsip kerja D/P Cell Pneumatic Level Transmitter
b. Mengidentifikasi elemen-elemen pada D/P Cell Pneumatic Level Transmitter
c. Melakukan kalibrasi pada D/P Cell Pneumatic Level Transmitter
d. Melakukan adjustment pada D/P Cell Pneumatic Level Transmitter
2. Bahan/Reagen
-
3. Peralatan
a. D/P Cell Pneumatic Level Transmitter
4. Keselamatan Kerja
a. Gunakan APD yang sesuai
b. Jangan melakukan percobaan sebelum diberi perintah oleh instruktur
c. Laporkan segera ke instruktur bila terjadi kegagalan alat dan kecelakaan kerja.
d. Lalukan pekerjaan dengan serius dan konsentrasi.
5. Dasar Teori
D/P Cell Pneumatic Level Transmitter adalah Differential Cell Transmitter, yang bisa
untuk mengukur ketinggian fluida berdasarkan prinsip beda tekanan. Dalam hal ini
menggunakan rumus P = ρgh. Sedangkan transmitter sendiri adalah alat instrumen yang
berfungsi untuk mengukur besaran proses sehingga menghasilkan output berupa sinyal
standar yang nilainya sebanding dengan besaran yang diukur. Instrumen ini menggunakan
sensor diafragma capsule yang tergantung range pengukuran. Besaran-besaran fisis dari
proses akan dikonversikan ke besaran sinyal standar pneumatik 3-15 psi Langkah Kerja
6. Langkah Kerja
a. Membuat rangkaian seperti gambar
b. Mengatur air supply dengan memutar regulator air supply sampai 20 psi.
c. Atur regulator input sehingga level di water column pada posisi minimum (0 %).
d. Amati pressure gauge output dan catat hasilnya
e. Atur regulator input sehingga level di water column pada posisi maksimum (100 %).
f. Amati pressure gauge output dan catat hasilnya.
g. Ulangi langkah c. sampai dengan f. untuk nilai 25%, 50% dan 75%.
h. Apabila terjadi deviasi lakukan adjustment dengan cara :
1) Lakukan langkah huruf c dan huruf d, kemudian atur zero adjuster pada transmitter
menggunakan obeng.
Span adjuster
2) Lakukan langkah huruf e. dan huruf f. kemudian atur span adjuster pada transmitter
menggunakan kunci
3) Ulangi langkah h.1) dan h.2) beberapa kali sehingga menunjukkan hasil
yang tepat.
4) Ulangi langkah no. 4) sampai dengan h. dan catat hasilnya.
7. Pehitungan
Besarnya sinyal output transmitter, secara perhitungan dapat dicari dengan rumus :
− .
= + .
− .
= ( − ) +
− .
= ( ) +
8. Tugas:
a. Mencatat hasilnya dan memasukkan ke dalam table
b. Membuat grafik hubungan antara input dan output.
KALIBRASI TERMOKOPEL
1. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
a. Membandingkan suhu pengukuran dengan alat standar (dalam hal ini digunakan
thermometer gelas) dan termokopel.
b. Membandingkan perubahan tegangan yang terjadi dengan perubahan suhu.
2. Bahan/Reagen
Kebutuhan bahan untuk satu kali praktikum (5 orang praktikan) yaitu sebagai berikut :
3. Peralatan
a. Termokopel jenis K
b. Multimeter
c. Breaker Glass
d. Hot Plate
e. Handler Stand
f. Alat Ukur Suhu ruangan
g. Termometer Gelas (sebagai Standar)
4. Keselamatan Kerja
a. Gunakan APD yang sesuai
b. Berhati-hati dalam melaksanakan praktikum ini karena menggunakan fluida yang
dipanaskan.
5. Dasar Teori
Pengukuran temperatur dengan metode elektrik yang paling banyak adalah menggunakan
termokopel. Prinsip kerja dari sensor ini ditemukan oleh Seebeck tahun 1821, yang terdiri
dari dua kawat logam yang tidak sejenis dan kedua ujungnya disambung menjadi satu.
Termokopel jenisnya bervariasi dari jenis yang terbuat dari logam mahal atau yang
paling umum digunakan pada aplikasi - aplikasi industri.
Output termokopel :
Termokopel jenis K adalah kombinasi dari chromel-alumel dimana kaki negatif adalah
alumel dan kaki positif adalah chromel. Pada kawat extention di beri tanda dengan konektor
kuning dan isolasi kuning. Konduktor-konduktor kawat ext yang berdiri sendiri dibungkus
dengan isolasi kuning, untuk kawat ext positif, dan isolasi merah untuk kaki negatif.
6. Langkah Kerja
a. Menyiapkan peralatan kerja.
b. Merangkai peralatan sesuai dengan gambar percobaan.
c. Mengamati dan catat suhu ruangan pada termometer saat percobaan dimulai, dan pada
titik-titik pengukuran
d. Menghidupkan hot plate untuk memanaskan pelumas yang berada dalam breaker glass.
e. Mengamati besar perubahan temperatur pada termometer dan tegangan yang terjadi
melalui multimeter dari suhu 50 oC sampai 100 oC pada setiap kenaikan 10 oC
f. Mematikan hot plate untuk menurunkan suhu.
g. Mengamati besar perubahan temperatur pada termometer dan tegangan yang terjadi
melalui multimeter dari suhu 100 oC C sampai dengan 50 oC pada setiap penurunan 10
o
C.
h. Membandingkan data hasil pengamatan dan perhitungan (dengan menggunakan table
termokopel).
7. Pehitungan
a. Dengan menggunakan tabel termokopel, ubah titik-titik pengukuran ke dalam
milivolt dan masukkan ke dalam tabel.
b. Suhu ruang yang tercatat diubah ke dalam milivolt dan masukkan ke tabel
c. Nilai standar = milivolt titik pengukuran – suhu ruang (sebagai reference junction)
d. Hitung deviasi (error) = data hasil pengukuran – nilai standar.
8. Tugas:
a. Mencatat data hasil percobaan dan memasukkan ke dalam tabel
b. Membuat grafik hubungan antara termokopel dan termometer gelas
PRESSURE TRANSMITTER
1. Tujuan :
Setelah mengikuti praktikum Pressure Transmitter, Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan metoda pengukuran tekanan
b. Menyebutkan tujuan pengukuran tekanan pada proses
c. Menyebutkan jenis alat-alat ukur tekanan elektronik
d. Menggambar skema alat ukur transmitter tekanan.
e. Menjelaskan prinsip kerja dari masing-masing alat ukur transmitter tekanan.
f. Menjelaskan faktor-faktor yang merusak penampilan alat ukur tekanan dan cara
mengatasinya.
2. Bahan/Reagen :
Kebutuhan bahan untuk satu kali praktikum (5 orang praktikan) yaitu sebagai berikut:
No. Nama Barang Volume Satuan
1. Tubing plastik 5 Meter
2. Fitting plastik 10 Pcs
3. Majun 0,2 Kg
4. Seal tape 2 Buah
3. Peralatan :
No. Nama Barang Volume Satuan
1. Pressure Transmitter 2 Unit
2. Multifunction Calibrator 1 1
3. Multi meter 1 Unit
4. Tools 1 Set
5. Sumber listrik - -
6. Langkah Kerja
Peralatan di rangkai untuk dilakukan pengukuran dan kalibrasi, seperti rangkaian berikut.
Keterangan :
a. Pada saat membuat rangkaian Pengukuran dan Kalibrasi Pressure Transmitter
Elektronik, dipastikan semua peralatan dalam kondisi OFF.
b. Rangkaian instalasi Pressure Transmitter Elektronik dilakukan dengan cermat,dan
benar, karena jika sampai terjadi kesalahan akan merusak peralatan yang digunakan.
Sebelum melakukan kalibrasi alangkah baiknya dimengerti masing-masing peralatan
yang digunakan :
1) Multifunction Calibrator, merupakan perangkat yang membangkitkan tekanan
yang dibutuhkan oleh Pressure Transmitter. Multifunction Calibrator dapat di set
sesuai dengan kebutuhan/disesuaikan dengan Input Pressure Transmitter.
2) Pressure Transmitter Elektronic, merupakan equipment yang akan di kalibrasi, dan
Pressure Transmitter Elektronik mempunyai batasan pengukuran sesuai dengan plat
tag transmitter dan output 4 – 20 mA dan Pressure Transmitter Elektronik ini juga
dilengkapi dengan display. Sehingga apabila input tekanan yang diberikan dapat
ditampilkan di display tersebut.
3) Multimeter, merupakan alat ukur standard dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan, penunjukkan di display Pressure Transmitter Elektronik harusnya sesuai
dengan penunjukkan di Multimeter
c. Setelah rangkaian pengukuran dan kalibrasi pressure transmitter elektronik dan
perangkat lainnya diyakinkan sudah benar, maka langkah pengukuran dilakukan,
pertama perhatikan range ukur transmitter yang sebelumnya telah terkalibrasi dan
lakukan pemetaan terhadap range yang ada dalam transmitter seperti tabel pengambilan
data dibawah.
d. Berikan input udara bertekanan ke dalam Junction upstream transmitter berlabel H
“high” secara bertahap sesuai pemetaan range awal. Setelah itu perhatikan pula current
output yang dihasilkan transmistter dan lakukan pengambilan data sesuai dengan tabel
dibawah
7. Pehitungan
Formula yang digunakan sebagai berikut :
Keterangan :
- Nilai (Imax) = Maximum Range dari Pressure Transmitter
- Nilai (Imin) = Minimum Range dari Pressure Transmitter
- Ref. Pressure = Pembacaan actual saat pengukuran
- Min. Pressure = Minimum Range Pressure Transmitter
- Max. Pressure = Maximum Range Pressure Transmitter
8. Tugas
a. Menyelesaikan perhitungan manual
b. Membandingkan hasil perhitungan manual dengan data yang didapat dari kalibrasi.
c. Membuat laporan hasil perhitungan dengan data hasil kalibrasi.
TEMPERATUR TRANSMITTER
1. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
a. Melakukan kalibrasi Temperatur Transmitter dengan cara membandingkan suhu
pengukuran dengan alat standar (dalam hal ini termometer gelas) dan sinyal standar
dan output standart elektronik.
b. Membandingkan perubahan arus yang terjadi dengan perubahan suhu
2. Bahan/Reagen
Kebutuhan bahan untuk satu kali praktikum (5 orang praktikan) yaitu sebagai berikut :
No. Bahan/Reagen Volume Satuan
1. Minyak pelumas 500 ml
3. Peralatan
a. Sensor Temperatur : RTD & Thermocouple
b. Mulltimeter
c. Breaker Glass
d. Hot Plate
e. Handler Stand
f. Thermometer Gelas (sebagai Standart)
g. Temperature Transmitter
4. Keselamatan Kerja
a. Gunakan APD yang sesuai
b. Berhati-hati dalam melaksanakan praktikum ini karena menggunakan fluida yang
dipanaskan
5. Dasar Teori
6. Langkah Kerja
Peralatan dirangkai untuk dilakukan pengukuran dan kalibrasi, seperti rangkaian berikut.
a. Terminal
b. Input
7. Pehitungan
Formula yang digunakan sebagai berikut :
Output= (Imax - Imin ) . ((Ref.Temp - Min.Temp) / (Max.Temp - Min.Temp)) + (Imin )
Keterangan :
- Nilai (Imax) = Maximum Range dari Temperatur Transmitter
- Nilai (Imin) = Minimum Range dari Temperatur Transmitter
- Ref. Temp = Pembacaan actual saat pengukuran
- Min. Temp = Minimum Range Temperatur Transmitter
- Max. Temp = Maximum Range Temperatur Transmitter
8. Tugas
a. Menyelesaikan perhitungan manual
b. Membandingkan hasil perhitungan manual dengan data yang didapat dari kalibrasi.
c. Membuat laporan hasil perhitungan dengan data hasil kalibrasi.
Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun
40 90
50 80
60 70
70 60
80 50
90 40
ORIFICE METER
1. Tujuan :
Setelah mengikuti praktikum Flow Measurement ini, Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan metoda pengukuran aliran fluida
b. Menyebutkan tujuan pengukuran laju aliran fluida dan laju alir massa fluida pada
Orifice meter
c. Menjelaskan faktor-faktor yang terjadi dalam pengukuran laju aliran fluida.
2. Bahan/Reagen :
Kebutuhan bahan untuk satu kali praktikum (5 orang praktikan) yaitu sebagai berikut:
No. Nama Barang Volume Satuan
1. Tubing plastik 5 Meter
2. Fitting plastik 10 Pcs
3. Majun 0,2 Kg
4. Seal tape 2 Buah
3. Peralatan :
No. Nama Barang Volume Satuan
1. Simulasi RT 390 1 Unit
2. Digital Pressure Gauge 2 Unit
3. DP Transmitter 1 1
4. Jangka Sorong 1 Unit
5. Tools 1 Set
6. Sumber listrik - -
4. Keselamatan Kerja :
a. Pada saat melakukan praktikum di ruang praktik (workshop), mahasiswa wajib
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
5. Dasar Teori
Persamaan laju alir untuk pengukuran fluida yang mengalir dalam pipa menggunakan meter
orifice terdiri dari dua yaitu persamaan teoritis dan praktis atau sering dikenaal dengan
industrial praktis. Untuk memahami persamaan laju alir dapat melihat skmea fluida gambar
dibawah ini.
P1 P2
h1 D d h2
V2
V1
ℎ + + =ℎ + + ........................................................................(5)
Dimana : g = gaya gravitasi bumi (m/s2)
= massa jenis fluida (kg/m3)
Untuk proses pengukuran dalam pipa horizontal diperoleh h1 = h2 = 0, diperoleh persamaan
sebagai berikut :
( ⁄ )
− = .............................................................................................(6)
( )
= [( ⁄ ) ]
.....................................................................................................(7)
( )
= [( ⁄ ) ]
(SI) ..............................................................................................(8)
( )
= [( ⁄ ) ]
(English) ......................................................................................(9)
(Geankoplis, 1993)
Jika pengukuran menggunakan meter orifice, dimana point 1 adalah titik sebelum orifice
dan point 2 adalah titik di plate orifice, maka persamaan tersebut menjadi : (Miller,1996)
= .....................................................................................................................(10)
( )
= [ ( ⁄ ) ]
.........................................................................................................(11)
Dimana V2 adalah kecepatan fluida pada persamaan (11) dalam m/s, d adalah diameter bore
orifice dalam m dan D adalah diameter dalam tube orifice dalam m, maka lajur alir fluida
melalui orifice meter menjadi sebagai berikut :
( )
= [ ( ⁄ ) ]
.............................................................................................(12)
qcms adalah lajur alir aktual fluida dalam m3/s. Sedangkan untuk lajur alir massa fluida
sebagai berikut :
Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika 37
Modul Praktikum INSTRUMENTASI
= = ..............................................................................................(13)
( )
= [ ( ⁄ )]
..................................................................................................(14)
Dimana qm adalah laju alir massa fluida dalam kg/s. Jika fluida yang diukur merupakan
fluida compressible, untuk mengkoreksi persamaan diatas dikarenakan fluida berekspansi
maka faktor ekspansi gas dibuat, berdasarkan persamaan kesetimbangan energi mekanik di
atas untuk fluida gas, dengan asumsi ekspansi adiabatik dari titik 1 ke titik 2 diperoleh hasil
integral (Miller, 1996) :
= konstan..........................................................................................................(15)
/
[ − ] + [ℎ − ℎ ] + 1− + ∑ + ...................(16)
Sehingga diperoleh persamaan lajur alir massa sebagai berikut :
( )
= ( ⁄ )
................................................................................................(17)
Dimana Y1 adalah faktor ekspansi gas adiabatik pada tap pengukuran tekanan di upstream
orifice, dengan persamaan :
= 1 − (0.41 + 0.35 ) ........................................................................................(18)
Sedangkan untuk Y2 yaitu faktor ekspansi gas jika tap pengukuran di downstream orifice,
dengan persamaan :
= 1+ − (0.41 + 0.35 ) .................................................................(19)
Dengan x1, bila tekanan statis hulu diukur, maka menggunakan persamaan :
∆ ∗
= ,
(SI)..........................................................................................................(20)
= ,
(English).................................................................................................(21)
Persamaan laju alir diatas merupakan persamaan laju alir dengan pendekatan teoritis,
dimana digunakan asumsi – asumsi dalam pembuatannya. Oleh karena iru diperlukan
faktor koreksi perhitungan yang dikenal dengan Coefficient Discharge (C), dimana untuk
orifice dengan flange tap dan Re>4000 persamaan Discharge Coefficient dengan D* (in
mm) sebagai berikut : (Miller, 1996)
= + ...............................................................................................................(22)
Dengan nilai b = 91,706 2,5 dan nilai eksponen n = 0,75
Untuk D* 58,4 mm
= 0,5959 + 0,0312 − 0,184 + 2,286 ∗( )
− 0,856 ∗ ............................(23)
,
= 0,5959 + 0,0312 − 0,184 + 0,039 ( )
− 0,856 ∗
.........................(23)
Sehingga persamaan lajur alir melalui plate orifice square edge sebagai berikut :
( )
= [ ( ⁄ ) ]
............................................................................................(24)
6. Langkah Kerja
a. Buka mur baut pada oriffice plate dan flange dengan urutan sebagai berikut :
b. Ukur bagian D : diamater dalam pipa (m) dan d : Diameter Orifice (m), dengan
menggunakan jangka sorong.
c. Kencangkan kembali mur baut pada oriffice plate dan flange dengan urutan seperti
semula
d. Peralatan pada percobaaan ini dirangkai, seperti gambar dibawah ini :
e. Usahakan fluida yang ada didalam tubing plastik adalah fluida yang akan diukur.
f. Lakulah pengamatan Flowrate, P1, P2 pada simulator RT 390 dan P1, P2 pada pressure
gauge dan atur flowrate dengan menggunakan valve no. 6 (adjustment of flowrate).
7. Pehitungan
Formula yang digunakan sebagai berikut :
a. Gunakan persamaan secara pendekatan teoritis pada persamaan lajur alir fluida (12)
dan lajur alir massa fluida (13) untuk fluida incompressible.
b. Hitung deviasi error antara perhitungan secara teoritis dengan lajur alir yang
ditampilkan pada simultor RT 390.
8. Tugas
a. Menyelesaikan perhitungan manual
b. Membandingkan hasil perhitungan manual dengan data refrerensi alat ukur
lainnya(master measurement).
c. Membuat laporan hasil perhitungan dengan data perbandingan dari flowrate refference.
LEVEL MEASUREMENT
1. Tujuan :
Setelah mengikuti praktikum Level Measurement ini, Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan metoda pengukuran level
b. Menyebutkan tujuan pengukuran tekanan pada proses
c. Menjelaskan faktor-faktor yang terjadi dalam pengukuran aliran fluida.
2. Bahan/Reagen :
Kebutuhan bahan untuk satu kali praktikum (5 orang praktikan) yaitu sebagai berikut:
No. Nama Barang Volume Satuan
1. Tubing plastik 5 Meter
2. Fitting plastik 10 Pcs
3. Majun 0,2 Kg
4. Seal tape 2 Buah
3. Peralatan :
No. Nama Barang Volume Satuan
Modular Process Control
1. 1 Unit
Plant
2. Level control module 2 Unit
3. DP Transmitter 1 1
4. Tools 1 Set
5. Sumber listrik - -
4. Keselamatan Kerja :
a. Pada saat melakukan praktikum di ruang praktik (workshop), mahasiswa wajib
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
5. Dasar Teori
Salah satu parameter yang diukur hampir di setiap proses industri adalah level, ada banyak
cara mengukurannya, salah satunya adalah menggunakan metode hydrostatic pressure.
Setiap zat cair yang menempati sebuah bejana/vessel/tangki, akan memiliki tekanan
hidrostatik yang besarnya sebanding dengan level zat cair tersebut, dengan asusmsi masa
jenis (sg=specific gravity)-nya tetap.
P1 P1 P1 P1
P2
6. Langkah Kerja
a. Rangkai alat dengan skema sebagai berikut :
b. Usahakan cairan yang ada pada sisi upstream transmitter terisi dengan fluida yang akan
diukur.
c. Tunggu instruksi dari instruktur laboratorium untuk menetapkan LRV dan URV dari
pengukuran level tersebut, kemudian ukur bagian level yang dibutuhkan.
d. Lakukan perhitungan sesuai dengan persamaan diatas, dan masukan hasil perhitungan
LRV dan URV kedalam DP transmitter.
e. Lakulah pengamatan tekanan yang tertampil di transmitter.
7. Pehitungan
Formula yang digunakan sebagai berikut :
a. Gunakan persamaan secara pendekatan teoritis pada persamaan hidrostatis diatas .
b. Hitung deviasi error antara perhitungan secara teoritis dengan tekanan yang
ditampilkan pada transmitter.
8. Tugas
d. Menyelesaikan perhitungan manual
e. Membandingkan hasil perhitungan manual dengan data refrerensi alat ukur lainnya
(master measurement).
f. Membuat laporan hasil perhitungan dengan data perbandingan dari differential
pressure transmitter..
1. SISTEM KOMBINASIONAL
I. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
Memahami cara kerja rangkaian dasar logika dalam studi kasus
Memahami cara kerja rangkaian kombinasional.
Memahami cara kerja saklar digital
masukan-masukannya, selain itu tidak tedapat loop umpan balik (feedback loops) dan
dideskripsikan dengan menggunakan ekspresi-ekspresi Boolean dan/atau tabek-tabel
kebenaran. Sedangkan untuk rangkaian logika sekuensial merupakan rangkaian yang
keluaran-keluarannya tidak hanya tergantung pada masukan-masukannya, tetapi juga pada
masukan-masukan masa lampau (the past sequence of inputs). Selain itu rangkaian
sekuensial mengandung logika kombinasional dan elemen-elemen memory yang terbentuk
melalui “feedback loops” dan rangkaian ini dideskripsikan dengan “state transition tables”
dan “diagram-diagram”.
2
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
dapat dirumuskan dan disederhanakan dengan cara-cara yang telah diuraikan dalam bab-bab
sebelumnya.
Berdasarkan persamaan yang diperoleh ini, yang merupakan fungsi Boole dari
pada rangkaian yang dicari, dapat digambarkan diagram rangkaian logikanya Ada kalanya
fungsi Boole yang sudah disederhanakan tersebut masih harus diubah untuk memenuhi
kendala yang ada seperti jumlah gerbang dan jenisnya yang tersedia, jumlah masukan setiap
gerbang, waktu perambatan melalui keseluruhan gerbang (tundaan waktu), interkoneksi
antar bagian-bagian rangkaian, dan kemampuan setiap gerbang untuk mencatu (drive)
gerbang berikutnya. Harga rangkaian logika umumnya dihitung menurut cacah gerbang dan
cacah masukan keseluruhannya. Ini berkaitan dengan cacah gerbang yang dikemas dalam
setiap kemasan.
Gerbang-gerbang logika yang tersedia di pasaran pada umumnya dibuat dengan
teknologi rangkaian terpadu (Integrated Circuit, IC). Pemaduan (integrasi) gerbang-gerbang
dasar seperti NOT, AND, OR, NAND, NOR, XOR pada umumnya dibuat dalam skala kecil
(Small Scale Integration, SSI) yang mengandung 2 sampai 6 gerbang dalam setiap kemasan.
Kemasan yang paling banyak digunakan dalam rangkaian logika sederhana berbentuk DIP
(Dual- In-line Package), yaitu kemasan dengan pen-pen hubungan ke luar disusun dalam
dua baris sejajar. Kemasan gerbang-gerbang dasar umunya mempunyai 14-16 pen, termasuk
pen untuk catu daya positif dan nol (Vcc dan Ground). Setiap gerbang dengan 2 masukan
membutuhkan 3 pen (1 pen untuk keluaran) sedangkan gerbang 3 masukan dibutuhkan 4
pen. Karena itu, satu kemasan 14 pen dapat menampung hanya 4 gerbang 2 masukan atau 3
gerbang 3 masukan.
Dalam praktek kita sering terpaksa menggunakan gerbang-gerbang yang tersedia di
pasaran yang kadang-kadang berbeda dengan kebutuhan rancangan kita. Gerbang yang
paling banyak tersedia di pasaran adalah gerbang-gerbang dengan 2 atau 3 masukan.
Umpamanya, dalam rancangan kita membutuhkan gerbang dengan 4 atau 5 masukan dan
kita akan mengalami kesulitan memperoleh gerbang seperti itu. Karena itu kita harus
mengubah rancangan sedemikian sehingga rancangan itu dapat direalisasikan dengan
gerbang-gerbang dengan 2 atau 3 masukan. Kemampuan pencatuan daya masing-masing
gerbang juga membutuhkan perhatian. Setiap gerbang mampu mencatu hanya sejumlah
tertentu gerbang lain di keluarannya (disebut sebagai fan-out). Ini berhubungan dengan
kemampuan setiap gerbang dalam menyerap dan mencatu arus listrik. Dalam perancangan
harus kita yakinkan bahwa tidak ada gerbang yang harus mencatu terlalu banyak gerbang
lain di keluarannya. Ini sering membutuhkan modifikasi rangakaian realisasi yang berbeda
3
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
4
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
V. LANGKAH KERJA
1. a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan
b) Buatlah rangkaian digital kombinasional jika kondisi sebagai berikut :
- Terdapat 2 motor yang berlainan tempat
- Jika motor A ada di lapangan A dan motor B di lapangan B.
- Motor A dijalankan kemundian motor B
- Motor B tidak bisa dijalankan jika motor A belum jalan
- Motor A dapat dimatikan jika motor B mati.
- Jika motor B dijalankan maka motor tidak bisa dimatikan.
c) Berikan input berupa start A dan start B dengan menggunakan Logic Switch.
d) Berikan input berupa stop A dan stop B dengan menggunakan Logic Switch.
e) Bacalah output rangkaian dengan melihat pada logic monitor.
VI. ANALISIS
VII. SIMPULAN
VIII. SARAN
IX. DAFTAR PUSTAKA
6
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
7
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
Half Adder
Penjumlahan dua bilangan biner dilakukan mirip dengan penjumlahan bilangan
desimal. Berikut adalah contoh penjumlahan desimal.
Kasus terakhir terjadi ketika dua bit pada posisi tertentu adalah 1 dan terdapat carry1 dari
posisi sebelumnya. Berikut adalah beberapa contoh penjumlahan biner.
8
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
12
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
VII. ANALISIS
VIII. SIMPULAN
IX. SARAN
X. DAFTAR PUSTAKA
13
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
I. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
Menjelaskan prinsip kerja rangkaian multivibrator sebagai pembangkit clock
Membedakan rangkaian multivibrator astable danmonostable
Membuat rangkaian multivibrator astable dari IC 555
Mengukur frekuensi dan siklus kerja dari 555 astable
Mengukur lebar pulsa dari timer 555 monostable
14
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
15
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
Rangkaian ini paling sering digunakan sebagai osilator gelombang kotak / pembangkit pulsa,
terdapat perhitungan untuk nilai frekuensi output yang kita inginkan :
f = 1 / { ln (2) . (R1 + 2.R2) . C }
atau
karena nilai ln (2) ~ 0,7 sering juga dirumuskan sebagai berikut :
f = 1 / { 0,7 . (R1 + 2.R2) . C } (nilai 0,7 dari ln (2)).
sedangkan nilai frekuensi adalah
f = 1 / T atau T = 1 / f
dengan keterangan sbb. :
f = frekuensi (Hz)
T = periode gelombang (detik/sekon)
C = kapasitor rangkaian (Farad/F)
R1 dan R2 = resistor rangkaian (Ohm)
Sedangkan bentuk gelombang yang dihasilkan oleh IC555 sebagai Multivibrator Astable
adalah sebagai berikut :
16
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
Dalam pengaplikasiannya selain nilai frekuensi yang kita cari masih ada parameter lain yang
harus kita perhatikan yaitu duty cycle. Duty Cycle ialah perbandingan pulsa high dan pulsa
low pada satu gelombang. jika dalam suatu rangkaian astable MV dikatakan memiliki
frekuansi output 2 KHz dengan duty cycle 70% berarti dalam sebuah periode gelombang
output rangkaian 70% -nya adalah pada periode High.
Rumus duty cycle :
D = 1 - R2 / (R1 + 2.R2)
Untuk periode high dan low
Th = D . T
R1 = {T / (0,7 . C)} – 2.R2
dan
Tl = T - Th
R2 = Tl / (0,7 . C)
Keterangan :
D = Duty cycle (%)
T = periode (detik/sekon)
Th = periode pulsa High (detik/sekon)
Tl = periode pulsa Low (detik/sekon)
C = kapasitor rangkaian (Farad/F)
R1 dan R2 = resistor rangkaian (Ohm)
17
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
Dalam pengukuran diatas periode gelombang pada saat pulsa high adalah 352,5 us.
Duty Cycle = (352,5/508,7) x 100% = 69,92% atau kira-kira 70%
18
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
Td = 1,1 RC
keterangan :
Td = time delay / waktu tunda (sekon)
R = resistor rangkaian (Ohm)
C = kapasitor rangkaian (Farad)
Seperti yang sudah kita ketahui sifat dari resistor adalah penghambat arus maka untuk nilai
tunda akan sebanding dengan nilai resistor begitupun untuk kapasitornya.
Pada rangkaian monostable ini IC 555 memerlukan trigger/picu pada kaki no. 2 yaitu kaki
TRIG, untuk memberi picu ada beberapa cara akan tetapi yang paling mudah adalah
menggunakan tombol. berikut contoh rangkaian pemicunya :
V. LANGKAH KERJA
1. a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan
b) Buatlah rangkaian 1.
2. a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan
b) Buatlah rangkaian 2.
20
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
100
470
VIII. ANALISIS
IX. SIMPULAN
X. SARAN
XI. DAFTAR PUSTAKA
21
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
I. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
Menjelaskan prinsip kerja rangkaian multivibrator sebagai pembangkit clock
Membuat rangkaian multivibrator astable dari IC 555
Memahami cara kerja rangkaian up counterdan down counter
Memahami cara kerja rangkaian up counter
Memahami cara kerja rangkaian down counter
22
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
Untuk memudahkan pemilihan operasi apakah pencacah naik atau pencacah turun
maka dibuat suatu rangkaian kendali yang memanfaatkan gerbang-gerbang logika. Dengan
memanfaatkan sifat gerbang NAND, yaitu apabila salah satu input berlogika 0 maka output
akan selalu 1, sehingga kondisi ini dapat mengunci output pada satu kondisi meskipun
kondisi input kaki yang lain berubah-ubah. Dengan demikian rangkaian kendali up/down
counter bisa direalisasikan. Rangkaian ini diperlihatkan pada Gambar Rangkaian 1.
Walaupun IC 74192 merupakan pencacah dekade, namun bila kita menginginkan
untuk membentuk pencacah MOD-n, dengan n < 10, kita dapat mewujudkannya, seperti
diperlihatkan pada gambar rangkaian 3. Adanya kaki Carry Out dan Borrow Out
memungkinkan lebih dari satu IC 74192 dirangkai cascade untuk membentuk pencacah 0-99,
0-999, dan seterusnya, seperti diperlihatkan di gambar rangkaian 4. Selain itu IC 74192 juga
23
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
mempunyai kaki masukan A, B, C, D, dan Loadyang memungkinkan kita mempunyai nilai
awal pencacah tertentu, tidak harus 0.
MERANCANG PEMBANGKIT IC TIMER 555
Jika semisal kita akan membuat sebuah osilator gelombang kotak dengan fout = 20 Hz dengan
duty cycle = 60%, berikut adalah langkah-langkahnya :
Tentunkan nilai kapasior (C) yang akan dipakai : misal 1 nF
(kita sebenarnya dapat memilih menentukan besar C atau R2 terlabih dahulu tetapi penulis
menyarankan menentukan C saja karena jika yang dihitung adalah C biasanya nilainya sulit
dicari di pasaran sedangkan R dapat menggunakan R variabel)
cari periode gelombang
T = 1/f = 1/20000 = 50 us
cari periode masing-masing keadaan
Th = D . T = 60% . 50 us = 30 us
Tl = T - Th = 50 - 30 = 20 us
hitung nilai R2
R2 = Tl / 0,7 . C
R2 = 0,00002 / 0,7 . 0,000000001
R2 = 2000 / 0,7
R2 = 28571 Ohm ~ 29K
hitung nilai R1
R1 = (T / 0,7 . C) - 2 . R2
R1 = (0,00005 / 0,7 . 0,000000001) - 2 . 28571
R1 = 71428 - 57142
R1 = 16986 Ohm ~ 17K
24
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
V. LANGKAH KERJA
1. a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan
b) Buatlah rangkaian 1.
25
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
2. a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan
b) a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan.
b) Buatlah rangkaian gabungan rangkaian 2 dan rangkaian 3.
c) Berikan input dengan menggunakan Logic Switch.
d) Bacalah output rangkaian dengan melihat pada logic monitor 7-segment.
e) Ubahlah input sesuai dengan tabel 1 dan masukkan hasil pengamatan pada tabel tersebut.
f) Buatlah rangkaian 4 dan masukkan hasil pengamatan pada tabel 2.
26
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
BAHAN DISKUSI
1. Jelaskan bagaimana rangkaian pengendali up/down counterbekerja.
2. Jelaskan perbedaan keluaran seven segment pada masukan dari pembangkit pulsa dengan
frekuensi berbeda-beda
27
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
Catatan:
- jelaskan apakah pencacah menaik atau menurun, dan seberapa cepat pencacah beroperasi
(dapat dilihat dari seberapa cepat angkapada tampilan 7-segment berubah)
Tabel 2. Percobaan pencacah MOD-6
Catatan:
- jelaskan pencacah menaik atau menurun hingga angka berapa.
VII. ANALISIS
VIII. SIMPULAN
IX. SARAN
X. DAFTAR PUSTAKA
28
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
I. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
Memahami perubahan anolog ke digital
Merangkai hubungan komponen dari ADC
Menganalisa keluaran dari ADC
temperatur, tekanan, intensitas cahaya, dan lain-lain. Ketika sebuah sistem digital seperti komputer
digunakan untuk memantau dan/atau mengendalikan sebuah proses fisik, kita harus menangani
perbedaan antara sifat digital dari komputer dan sifat analog dari variabel proses.
Gambar 1 memperlihatkan lima komponen yang terlibat ketika sebuah komputer digunakan
untuk memantau dan mengendalikan sebuah variabel fisik analog.
30
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
Koefisien-koefisien a di atas menggunakan kata biner, a = 1 atau 0, jika bit bit ke-n adalah 1atau 0.
Tegangan Vref adalah tegangan acuan stabil yang digunakan dalam rangkaian. Bit paling berarti
(Most Significant Bit/ MSB) adalah bit yang bersesuaian dengan an-1, dan bobotnya adalah Vref/
2, sedangkan bit paling tak berarti (LSB) bersesuaian dengan a0, dan bobotnya sama dengan Vref
/ (2n). Rangkaian DAC mempunyai banyak jenis dan tipe, salah satunya adalah DAC tipe tangga.
Susunan tangga dalam rangkaian ini merupakan piranti pembagi arus, dan karena itu perbandingan
hambatannya merupakan hal yang paling penting dari harga mutlaknya. Konfigurasi DAC tipe
tangga adalah penguat jumlah, dengan R masukan yang naik 2n kalinya.
Logika digital diwujudkan dengan nilai tegangan D0, D1, D2, D3= 0 Volt untuk logika “0”
(Low) dan 5 Volt untuk logika “1” (High).
31
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
DAC yang lain adalah tipe R-2R seperti gambar berikut. Rangkaian DAC tipe ini lebih sederhana
dan mudah dibangun karena nilai-nilai resistor yang digunakan dalam rangkaian hanya R dan 2R.
32
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
langkah. Pada gambar di bawah ini, resolusi atau step sizebesarnya adalah 1 V. pada contoh
tersebut, saat pencacah memberikan masukan 1111, maka keluaran DAC adalah 15 V, nilai ini
disebut keluaran skala-penuh(full-scale output). Dengan demikian keluaran analog dari sebuah
DAC dapat dirumuskan sebagai:
keluaran analog = step sizex masukan digital
Cara lain untuk menghitung resolusi ataustep size dari sebuah DAC adalah:
dengan Afs adalah keluaran analog skala penuh dan n adalah cacah bit nilai digital. Untuk ADC,
pada dasarnya resolusi (step size) dapat dihitung dengan cara yang sama, hanya sinyal analog
adalah masukan dan sinyal digital adalah keluaran.
DAC0808
Pada praktikum ini akan digunakan IC 0808 sebagai DAC untuk mengkonversi tegangan digital
yang diberikan melalui toogle pada DT, untuk kemudian diukur tegangan analognya menggunakan
multimeter. Output dari DAC ini masih berupa arus. Oleh karena itu outputnya disambung dengan
OpAmp sebagai buffer untuk mendapatkan output berupa tegangan yang lebih mudah diukur.
Vref+ yang digunakan adalah 5V sedangkan Vref- nya adalah -15V. Pada OpAmp digunakan
Vref+ 15V dan Vref- -15V. Untuk melakukan konversi, kita hanya perlu memasukkan logika
inputan pada pin input dan outputnya akan keluar secara langsung.
33
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
Rangkaian DAC
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8
Io Iref
2 4 8 16 32 64 128 256
34
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
Rentang tegangan sinyal input analog adalah batas nilai tegangan sinyal input analog yang
bisa terbaca oleh ADC. Apabila tegangan sinyal input analog di luar dari batas ini maka hasil
konversi akan error atau terjadi kesalahan pembacaan.
Resolusi ADC adalah ukuran ketelitian pembacaan. Makin besar resolusinya maka makin
tinggi ketelitian pembacaannya. Resolusi ADC biasanya sama dengan jumlah bit outputnya.
Misalkan jumlah output bitnya adalah n bit, maka resolusinya adalah:
Resolusi ADC = 2n …………………………………………………….(1)
1 LSB (Step Size) adalah besarnya perubahan tegangan sinyal input analog yang bisa
terbaca oleh ADC. Nilai 1 LSB adalah:
……………………………(2)
Waktu konversi (conversion time) adalah lamanya waktu konversi yang diperlukan ADC
sampai proses konversi selesai.
ADC0808
ADC0808 memiliki delapan jalur input analog dan satu jalur output digital 8 bit. Pemilihan
jalur input dilakukan oleh jalur address ADD A, ADD B dan ADD C. Cara pemilihan jalur input
35
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
bisa dilihat pada lampiran datasheet ADC0808 Table 1 hal.5. Beberapa jalur kontrol lainnya yang
diperlukan dalam proses konversi adalah CLOCK, ALE, START, EOC dan OE.
(a) (b)
Gambar 2.4 (a) Konfigurasi kaki ADC0808 (b) Simbol ADC0808
36
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
4. Proses konversi dimulai keitka kondisi START menjadi low dan selesai ketika kondisi
EOC menjadi high.
5. Sinyal digital 8 bit hasil konversi di keluarkan ke jalur outkput dengan cara memberi
sinyal high pada kaki OE.
Timing diagram cara dan proses konversi bisa dilihat pada lampiran datasheet ADC 0808 .
V. LANGKAH KERJA
Percobaan ke 1 ADC
1. a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan.
b) Buatlah rangkaian 1.
Percobaan ke 2 DAC
1. a) Gunakan bagian Basic Logic Gates pada digital trainer kit yang disediakan.
b) Buatlah rangkaian 1.
38
Modul Praktikum TEKNIK DIGITAL II
Catatan:
Step sizedihitung dengan rumus berikut :
VII. ANALISIS
VIII. SIMPULAN
IX. SARAN
X. DAFTAR PUSTAKA
39