Acara : 06 Batuan Sedimen Non Klastik Nama : GUNAWAN
Hari/Tanggal : Selasa,15 Oktober 2019 NIM : F 121 18 044 DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK 1. No Sampel : 04 2. Warna Segar : Hitam 3. Warna Lapuk : Coklat 4. Tekstur : Non - klastik( Amorf ) 5. Struktur : Berlapis 6. Komposisi Kimia : C (karbon) 7. Jenis Batuan : Non klastik 8. Nama Batuan : Batubara lignit 9. Genesa : Terbentuknya batubara terdiri dari dua tahapan. Tahap pertama yaitu penggambutan (peatification) adalah tahap dimana bagian - bagian tumbuhan yang telah mengalami pelapukan dan tersimpan di dalam daerah rawa, dengan sistem pengeringan yang selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – 10 meter. Material tumbuhan yang membusuk berubah menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobic merubah bentuk humus menjadi gambut. Tahap kedua pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut. Lingkungan pengendapan batubara yaitu terbentuk di lingkungan paralik yaitu rawa-rawa yang berdekatan dengan pantai.
ASISTEN PRAKTIKAN
YOHILIN DEMETRI RIRIN GUNAWAN
NIM. F 121 16 093 NIM: F 121 18 044 PRAKTIKUM PETROLOGI Acara : 06 Batuan Sedimen Non Klastik Nama : GUNAWAN Hari/Tanggal : Selasa,15 Oktober 2019 NIM : F 121 18 044 DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK 1. No Sampel : 05 2. Warna Segar : Putih 3. Warna Lapuk : Putih kekuningan 4. Tekstur : Non – Klastik (Amorf) 5. Struktur : Tidak berlapis 6. Komposisi Kimia : CaCO3 7. Jenis Batuan : Non klastik 8. Nama Batuan : Batu Gamping Terumbu 9. Genesa : Proses pembentukan batuan gamping terumbu terjadi di alam secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang atau rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Jadi gamping terumbu berasal dari organisme. Batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3) terbentuk karena aktivitas dari coral atau terumbu pada perairan yang hangat dan dangkal dan terbentuk sebagai hasil sedimentasi organik. Lingkungan pengendapan batu gamping yaitu di laut dangkal, tenang, dan pada perairan yang hangat. Lingkungan ini merupakan lingkungan ideal di mana organisme mampu membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton sebagai sumber bahan pembentuk batugamping. Ketika organisme tersebut mati, cangkang dan skeleton mereka akan menumpuk membentuk sedimen yang selanjutnya akan terlitifikasi menjadi batugamping. Sebagai bahan dasar pembuatan semen dan untuk bahan bangunan lainnya KLASIFIKASI BATUAN KARBONAT (Dunham,1962)
1. Persentase matrix : 10% allochems
2. Nama batuan : Wackestone
Wackestone adalah matriks yang didukung batuan karbonat yang mengandung lebih dari 10% allochems dalam matriks lumpur karbonat.
ASISTEN PRAKTIKAN
YOHILIN DEMETRI RIRIN GUNAWAN
NIM. F 121 16 093 NIM: F 121 18 044 PRAKTIKUM PETROLOGI Acara : 06 Batuan Sedimen Non Klastik Nama : GUNAWAN Hari/Tanggal : Selasa,15 Oktober 2019 NIM : F 121 18 044 DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK 1. No Sampel : 06 2. Warna Segar : Hitam kemerahan 3. Warna Lapuk : hitam 4. Tekstur : Kristaline 5. Struktur : Tidak berlapis 6. Komposisi Kimia : Monomineralik (SiO2) 7. Jenis Batuan : Non klastik 8. Nama Batuan : Rijang 9. Genesa : Rijang dapat terbentuk ketika mikrokristal silikon dioksida (SiO2) tumbuh dalam sedimen lunak yang akan menjadi batu kapur. Dalam sedimen tersebut, jumlah yang sangat besar dari mikrokristal silikon dioksida akan tumbuh menjadi nodul yang berbentuk tidak teratur atau konkresi silika terlarut terangkut oleh air ke sebuah lingkungan pengendapan. Jika nodul-nodul atau konkresi tersebut bergabung dalam jumlah yang besar maka akan membentuk lapisan rijang dalam suatu massa sedimen. Rijang yang terbentuk dengan cara seperti ini biasa disebut sebagai batuan sedimen kimia. Beberapa silikon dioksida dalam rijang diperkirakan memiliki asal biologis. dibeberapa tempat baik itu di lingkungan "laut dalam" maupun "laut dangkal", dimana di lingkungan tersebut terdapat diatom dan radiolaria yang hidup di air. Organisme ini memilik cangkang kaca silika yang licin (glassy silica skeleton). Beberapa spons juga menghasilkan "spikula" yang terdiri dari silika. Ketika organisme ini mati, skeleton silika mereka akan terlepas, larut, mengkristal dan kemudian menjadi bagian dari nodul rijang atau lapisan rijang. Rijang yang terbentuk dengan cara ini bisa dianggap sebagai batuan sedimen biologis. Rijang saat ini memiliki sangat sedikit manfaat. Namun, pada masa lalu rijang memiliki 2 sifat yang membuatnya sangat berguna yaitu : 1) Sifat serpihannya yang berbentuk konkoidal dapat membentuk benda yang sangat tajam, dan 2) Sifat kekerasannya yang berada pada 7 Skala Mohs. Serpihan rijang yang patah akan cenderung mempertahankan ketajamannya karena rijang merukan batuan yang sangat keras, resisten, dan tahan lama.