Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

A. PENGERTIAN

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat saat lahir adalah

berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir (Manuaba et al., 2007;

Damanik, 2008). Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat pada

Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Dalam pedoman tersebut

bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari

2500 gram diukur pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir (Putra,

2012).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan istilah lain untuk bayi

prematur hingga tahun 1961.Istilah ini mulai diubah dikarenakan tidak seluruh

bayi dengan berat badan lahir rendah lahir secara prematur (Manuaba et al., 2007).

World Health Organization (WHO) mengubah istilah bayi prematur (premature

baby) menjadi berat bayi lahir rendah (low birth weight) dan sekaligus mengubah

kriteria BBLR yang sebelumnya ≤ 2500 gram menjadi < 2500 gram (Putra, 2012).

B. ETIOLOGI

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah

(Proverawati dan Ismawati, 2010), yaitu:

1. Faktor ibu

a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan

antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung

kemih.

2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,

hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,

Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),

danpenyakit jantung.

3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

b. Ibu

1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan

pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari

1 tahun).

3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

c. Keadaan sosial ekonomi

1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah.

Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal

yang kurang.

2) Aktivitas fisik yang berlebihan

3) Perkawinan yang tidak sah.

2. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin

kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan

kembar.
3. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta

previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom

parabiotik), ketuban pecah dini.

4. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat

tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

C. KLASIFKASI

Bayi Berat Lahir Rendah dapat digolongkan menjadi 2, yaitu

(Merenstein, 2002):

a. Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan

Masa gestasi  37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat

badan untuk masa gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang

bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).

b. Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa

gestasi itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya tersebut

(KMK). Berat badan kurang dari seharusnya yaitu dibawah

persentil ke-10 (kurva pertumbuhan intra uterin Usher

Lubchenco) atau dibawah 2 Standar Deviasi (SD) (kurva

pertumbuhan intra uterin Usher dan Mc. Lean).

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi

berat lahir rendah dibedakan dalam:

a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.

b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram
c. Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000

gram

D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Merenstein (2002) tanda dan gejala dari BBLR meliputi:

a. Berat badan lahir  2500 gram, panjang badan  45 Cm, lingkar

dada  30 Cm, lingkar kepala  33 Cm.

b. Masa gestasi  37 minggu

c. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya

gestasi; kepala relatif lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan,

banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit, osifikasi tengkorak

sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, Alat kelamin : pada bayi laki –

laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum turun

ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia

minora tertutup oleh labia mayora., otot masih hipotonik sehingga

tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap

satu jurusan.

d. Lebih banyak tidur dari pada bangun, tangis lemah, pernafasan

belum teratur dan sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan,

dan batuk belum sempurna

E. PATOFISIOLOGI

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan

yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan

dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),


tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya,

yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena faktor

ibu, janin, plasenta, ataupun lingkungan. BBLR memerlukan perawatan

khusus karena mempunyai permasalahan yang banyak sekali pada sistem

tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil (Surasmi, dkk.,

2002).

a. Termoregulasi

Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan

36,5°C- 37,5°C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan

pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.

Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan

panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena

kemampuan untuk mempertahankan panas dan

kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas

karena pertumbuhan otototot yang belum cukup memadai,

ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak

subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat

yang tidak memadai, belum matangnya sistem saraf

pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif

lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah

kehilangan panas.
b. Gangguan pernafasan

Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan

otot respirasi yang lemah sehingga mudah terjadi periodik

apneu. Disamping itu lemahnya reflek batuk, hisap, dan

menelan dapat mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi.

c. Imaturitas imunologis

Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG

maternal melalui plasenta selama trimester ketiga

kehamilan karena pemindahan substansi kekebalan dari ibu

ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan.

Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi

terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak

memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga

bayi mudah menderita infeksi.

d. Masalah gastrointestinal dan nutrisi Lemahnya reflek

menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun,

lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang

larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada

jonjot usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein,

dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC

(Necrotizing Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi

yang tidak adekuat dan penurunan berat badan bayi.

e. Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin

menyebabkan timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin

K sehingga mudah terjadi perdarahan. Kurangnya enzim

glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin direk

belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan

dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar

berkurang.

f. Hipoglikemi

Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari

kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta

dan janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa.

Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula

darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini

disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.

Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan hipoglikemi

karena stress dingin akan direspon bayi dengan melepaskan

noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi paru.

Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen

darah berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa

dan menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat pada

penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi

hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan

pemasukan kalori yang rendah juga dapat memicu

timbulnya hipoglikemi.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Masjoer, dkk (2007) ada beberapa pemeriksaan

penunjang dari BBLR meliputi:

a. Radiologi

1. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan

usia kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada

umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi

dengan penyakit membran hyalin karena

kekurangan surfaktan berupa terdapatnya

retikulogranular pada parenkim dan bronkogram

udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran

white lung (Masjoer, dkk, 2007).

2. USG kepala terutama pada bayi dengan usia

kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari

untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau

perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi

ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan

fontanel anterior yang terbuka (Merenstein, 2002).

b. Laboratorium

1. Darah rutin\

2. Tes kocok/shake test\

Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1

jam dengan mengambil cairan amnion yang tertelan

di lambung dan bayi belum diberikan makanan.


Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c,

kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur

dalam tabung kemudian dikocok 15 detik, setelah

itu didiamkan 15 menit dengan tabung tetap berdiri.

Interpretasi hasil:

1) (+) : Bila terdapat gelembung-

gelembung yang membentuk cincin

artinya surfaktan terdapat dalam paru

dengan jumlah cukup.

2) (-) : Bila tidak ada gelembung atau

gelembung sebanyak ½ permukaan artinya

paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.

3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak

ada cincin. Jika hasil menunjukkan ragu

maka tes harus diulang.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara

lain :

1. Hipotermia

2. Hipoglikemia

3. Gangguan cairan dan elektrolit

4. Hiperbilirubinemia

5. Sindroma gawat nafas

6. Paten duktus arteriosus


7. Infeksi

8. Perdarahan intraventrikuler

9. Apnea of Prematurity

10. Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan

berat lahir rendah (BBLR) antara lain :

1. Gangguan perkembangan

2. Gangguan pertumbuhan

3. Gangguan penglihatan (Retinopati)

4. Gangguan pendengaran

5. Penyakit paru kronis

6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

H. PENATALAKSANAAN

Menurut Wong (2003), penatalaksanaan BBLR konsekuensi dari

anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan bayi BBLR

cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi

dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan yang dilakukan

bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis. Adapun

penatalaksanaan BBLR meliputi:

1. Dukungan respirasi

Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan

mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen

suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan

suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada

BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu.

Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas,


merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi,

posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan

oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan

kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat

memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.

2. Termoregulasi Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah

tercapainya respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal.

Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat dibutuhkan

karena produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan

sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat

dalam suhu lingkungan yang netral Neutral Thermal

Environment/NTE yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen

dan pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilar

optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan menurut

Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C.

Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat

dilakukan melalui beberapa cara menurut Kosim Sholeh (2005) antara


lain

a. Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi

dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain

sebagai penggantinya.

b. Pemancar pemanas

c. Ruangan yang hangat

d. Inkubator

Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat

Berat bayi Suhu inkubator (°C)


3. Perlindungan terhadap infeksi

Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua

bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR

imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan denan

penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi

antara lain :

a. Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus

melakukan cuci tangan terlebih dahulu.

b. Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan

secara teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga

kebersihannya.

c. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh

memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh

atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker

ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.

1. Hidrasi

Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan


tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting

pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi

(70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini

dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik

diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang

sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.

2. Nutrisi

Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi

terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena

berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya


berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan

oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral

ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya. Bayi preterm menuntut

waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam pemberian makan

dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu

oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak

membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima

makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi

menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung,

saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan

stress dan keletihan. Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi

mengisap, menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi,

dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan

menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung.

Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami

distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan.

3. Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat

energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang

dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya

membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan

memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat

dilakukan tanpa harus membuka pakaian. Bayi yang tidak menggunakan

energi tambahan untuk aktivitas bernafas, minum, dan pengaturan suhu

tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan dan

perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan dan cahaya

yang tidak terlalu terang meningkatkan kenyamanan dan ketenangan


sehingga bayi dapat beristirahat lebih banyak. Posisi telungkup

merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan menghasilkan oksigenasi

yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, pola tidur-istirahatnya lebih

teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik dan penggunaan energi lebih

sedikit bila diposisikan telungkup. PMK akan memberikan rasa nyaman

pada bayi sehingga waktu tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi

stress pada bayi sehingga mengurangi penggunaan energi oleh bayi.

4. Stimulasi Sensori

Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus.

Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang

diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual.

Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang

bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara

yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter,

perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong,

atau membelai memberikan rangsang sentuhan. Rangsangan suara dan

sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena selama pelaksanaan


PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung bayi dan

mengajak bayi berbicara atau dengan memperdengarkan suara musik

untuk memberikan stimulasi sensori motorik, pendengaran, dan

mencegah periodik apnea.

5. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga

Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan

membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya

memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di

unit perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah dari ibunya.

Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah terhadap kondisi
bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut wajar,

tetapi memerlukan dukungan dari perawat. Perawat dapat membantu

keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi krisis emosional, antara

lain dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk melihat,

menyentuh, dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan

melalui metode kanguru karena melalui kontak kulit antara bayi dengan

ibu akan membuat ibu merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam

merawat bayinya. Dukungan lain yang dapat diberikan perawat adalah

dengan menginformasikan kepada orang tua mengenai kondisi bayi

secara rutin untuk meyakinkan orang tua bahwa bayinya memperoleh

perawatan yang terbaik dan orang tua selalu mendapat informasi yang

tepat mengenai kondisi bayinya.


ASUHAN KEPERAWATAN BBLR

A. PENGKAJIAN

a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu
a. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau
suhu tubuh rendah
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu
,berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1
sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6
kegawatan sedang, dan 7-10 normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti
DM,TB Paru, tumor kandungan, kista, hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang,
daya absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi
terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah
mekonium, produksi urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun
sampai 120-140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai
40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama
jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung
(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat,
pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung,
penggunaan otot aksesoris, cuping hidung, interkostal;
frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing
atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah
(jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah,
warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks
menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia,
hipospadia, urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi,
refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi
atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala
kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga
belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu
lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda
lahir, lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit
kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau
kurang dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau
kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau
kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau
kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan
wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada
laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung
dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan
ke 5, kulit keriput. (Pantiawati, 2010)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.
C. RENCANA TINDAKAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
1) Tujuan: pola napas menjadi efektif
2) Kriteria hasil:
- RR 30-60 x/mnt - Sianosis (-)
- Sesak (-) - Retraksi dada (-)
- Ronchi (-)
- Whezing (-)
3) Rencana tindakan:
- Observasi pola Nafas.
- Observasi frekuensi dan bunyi nafas
- Observasi adanya sianosis.
- Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
- Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
- Beri O2 sesuai program dokter
- Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi
O2.
- Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
- Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
1) Tujuan: suhu tubuh dalam rentang normal
2) Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C.
- Kulit hangat.
- Sianosis (-)
- Ekstremitas hangat
3) Tindakan keperawatan:
- Observasi tanda-tanda vital.
- Tempatkan bayi pada incubator.
- Awasi dan atur control temperature dalam incubator
sesuai kebutuhan.
- Monitor tanda-tanda Hipertermi.
- Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan
suhu tubuh.
- Ganti pakaian setiap basah
- Observasi adanya sianosis.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi
karena imaturitas.
1) Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi
2) Kriteria hasil:
- Reflek hisap dan menelan baik
- Muntah (-)
- Kembung (-)
- BAB lancar
- Berat badan meningkat 15 gr/hr
- Turgor elastis
3) Tindakan keperawatan:
- Observasi intake dan output.
- Observasi reflek hisap dan menelan.
- Beri minum sesuai program
- Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak
ada.
- Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi
parenteral.
- Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral
- Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.
- Timbang BB setiap hari.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis
yang kurang.
1) Tujuan: tidak terjadi infeksi
2) Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Leukosit 5.000-10.000
3) Tindakan keperawatan:
- Kaji tanda-tanda infeksi.
- Isolasi bayi dengan bayi lain.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
- Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
- Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
- Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi
dalam keadaan bersih/steril.
- Kolaborasi dengan dokter.
- Berikan antibiotic sesuai program
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).2004. Bayi berat lahir rendah. Dalam :

standar pelayanan medis kesehatan anak. Ed I. Jakarta.

Kosim Sholeh, M. 2003. Buku panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir

untuk Dokter, Bidan, dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: IDAI Depkes RI.

Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta

Mansjour, Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media

AeusCalpius.

Merenstein, G.B. et all. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika.

Jakarta

Pilliteri Adele. 2003. Maternal and Child Health Nursing: Care of The

Childbearing Family. Fourth Edition . Philadelphia: Lippincott Williams

and Wilkins.

Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S. 2010. BBLR : Berat Badan Lahir

Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika

Wong, L. D. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC. Jakarta

Wilkinson. J.M, dan Ahern. N.R, 2011, Buku Saku Diagnosis Keperawatan :

diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai