Anda di halaman 1dari 24

KONSEP BERMAIN PADA ANAK UMUR LIMA TAHUN

Disusun oleh :

Annisa Laras Hati 181440105


Arensy Aprillia 181440106
Citra Larasati 181440108
Fikrie Miliansya Ramadhon 181440115
Kintan ldehia Deninta 181440121
Mela Ismarita 181440127
Wela Apriyani 181440139

Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Anak
Dosen pengampuh
Ns. Kartika, S.Kep.,M.Sc

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


PANGKALPINANG PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat,taufik
dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mandiri dalam
membuat makalah .Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi kita.

Makalah ini disususun berdasarkan hasil dan pengumpulan data dari beberapa buku panduan
yang ada, serta dengan bantuan dari dunia maya yaitu melalui situs internet, dan yang lainnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu dengan
adanya bantuan dari semua pihak yang terkait.

Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha menyajikan semaksimal mungkin, namun
kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, maka kami mengharapkan
masukan ataupun saran dari Dosen pembimbing serta teman-teman lainnya dalam
menyempurnakan penulisan makalah kami agar dapat bermamfaat bagi seluruh pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Pangkalpinang, 3 febuari 2020

penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan .........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
konsep tumbuh kembang....................................................................................7
ciri proses tumbuh kembang..............................................................................7
prinsip tumbuh kembang...................................................................................8
tahap pertumbuhan dan perkembangan.............................................................8
Faktor yang Mempengaruhi Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.....9
tumbuh kembang............................................................................................. .10
konsep bermain ............................................................................................... .11
sasaran umur sekolah....................................................................................... .12
metode bermain.............................................................................................. 13
Tahapan Perkembangan Bermain..................................................................... 13
Fungsi Bermain terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak..................14
Faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain pada Anak ...................................14
karateristik dan klasifikasi dari bermain...........................................................15
pedoman untuk keamanan bermain...................................................................17
terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi..................................................18
prinsip bermain di rumah sakit..........................................................................20
strategi program pelaksaan dan kegiatan bermain.............................................21
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..........................................................................................................24
Saran...................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
tidak disadari ( Miller B.F dan Keane ). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.

Bermain merupakan keinginan dalam mengatasi konflik dari anak yang tidak disadari
serta dialami dengan suatu kepuasan . Bermain merupakan sarana bagi anak–anak untuk
belajar mengenal lingkungan kehidupannya. Pada saat bermain, anak–anak mencobakan
gagasan–gagasan mereka, bertanya serta mempertanyakan berbagai persoalan, dan
memperoleh jawaban atas persoalan – persoalan mereka. Melalui permainan menyusun balok
misalnya anak – anak belajar menghubungkan ukuran suatu obyek dengan lainnya. Mereka
belajar memahami bagaimana balok yang besar menopang balok yang kecil. Mereka belajar
konsep bagaimana hal-hal yang lebih besar mampu menopang hal – hal yang lebih kecil.

Anak yang sakit dirumah sakit umumnya mengalami krisis dikarenakan perubahan
lingkungan yang terjadi pada dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor
seperti usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, dan ancaman
perawatan. Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah sakit perlu mendapatkan
perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak mengetahui dan kooperatif
menghadapi permasalahan yang terjadi saat dirawat. Salah satu cara untuk menghadapi
permasalahan tersebut adalah bermain dengan tujuan mengurangi rasa sakit akibat tindakan
invansif yang diterima.

Dari pernyataan diatas, telah mendasari kelompok kami untuk membuat proposal tentang
terapi bermain yang pada nantinya akan diberikan pada anak usia sekolah yaitu usia 6 sampai
dengan 12 tahun. Kelompok akan mencoba menguraikan teori tentang konsep bermain,
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia sekolah serta jenis permainan yang dapat
diberikan pada anak sekolah.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai konsep tumbuh kembang?
2. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai ciri proses tumbuh kembang?
3. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai prinsip tumbuh kembang?
4. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)?
5. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Tahap
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak?
6. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai teori tumbuh kembang?
7. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai konsep bermain?
8. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai sasaran umur sekolah?
9. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai metode bermain?
10. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai Tahapan Perkembangan Bermain?
11. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai Fungsi Bermain terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak?
12. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola
Bermain pada Anak ?
13. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai karateristik dan klasifikasi dari bermain?
14. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai pedoman untuk keamanan bermain?
15. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai terapi bermain pada anak yang
dihospitalisasi?
16. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai prinsip bermain di rumah sakit?
17. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai strategi pelaksanaan program dan kegiatan
bermain?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami konsep tumbuh kembang.
2. Mahasiswa mampu memahami ciri proses tumbuh kembang.
3. Mahasiswa mampu memahami prinsip tumbuh kembang.
4. Mahasiswa mampu memahami tahap pertumbuhan dan perkembangan.

5
5. Mahasiswa mampu memahami Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Tahap Pertumbuhan
dan Perkembangan Anak.
6. Mahasiswa mampu memahami tumbuh kembang.
7. Mahasiswa mampu memahami konsep bermain
8. Mahasiswa mampu memahami sasaran umur sekolah.
9. Mahasiswa mampu memahami metode bermain.
10. Mahasiswa mampu memahami Tahapan Perkembangan Bermain
11. Mahasiswa mampu memahami Fungsi Bermain terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak.
12. Mahasiswa mampu memahami Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain pada
Anak .
13. Mahasiswa mampu memahami karateristik dan klasifikasi dari bermain.
14. Mahasiswa mampu memahami mengenai pedoman untuk keamanan bermain.
15. Mahasiswa mampu memahami terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi.
16. Mahasiswa mampu memahami prinsip bermain di rumah sakit.
17. Mahasiswa mampu memahami strategi program pelaksaan dan kegiatan bermain.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Tumbuh Kembang


Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling
berkaitan dan sulit untuk dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah besar, jumlah, ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ, maupun individu, yang bias diukur. Sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur sebagai hasil dari proses kematangan (Soetjiningsih, 1995).
Whaley dan Wong dalam Supartini (2004), mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu
peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan
yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan
kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran.
Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memeberikan pelayanan dari mulai
manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang
apapun tindakan yang diberikan akan sangat berbeda karena setiap orang adalah unik,
sehingga seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang.Tumbuh kembang
merupakan hasil dari 2 faktor yang berinteraksi yaitufaktor herediter dan faktor
lingkungan.Manusia dalam tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh kondisi:
a. Fisik
b. Kognitif
c. Psikologis
d. Moral
e. Spiritual
2.2 Ciri Proses Tumbuh Kembang
Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa konsepsi sampai dewasa
memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas atau
dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan

7
2. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses tumbuh
kembang pada setiap organ tubuh berbeda
3. Pola perkembangan anak adalah sama tapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan
lainnya
4. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap organ.
2.3 Prinsip Tumbuh Kembang
Prinsip tumbuh kembang menurut Potter dan Perry (2005)
1. Perkembangan adalah hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu
2. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus menerus dalam pola
sebagai berikut :
- Cephalocaudal, pertumbuhan berlansung terus menerus dari kepala ke arah bawah
bagian tubuh
- Proximodistal., perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat (proksimal)
tubuh ke arah luar tubuh (distal)
- Differentiation, ketika perkembangan berlangsung terus yang mudah ke arah yang
lebih kompleks
3. Perkembangan adalah hal yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi dengan pola yang
konsisten dan kronologis
2.4 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)
1. Motorik
Lebih mampu menggunakan otot-otot kasar daripada otot –otot halus. Misalnya loncat tali,
badminton, bola volly, pada akhir masa sekolah motorik halus lebih berkurang, anak laki-
laki lebih aktif daripada anak perempuan.
2. Sosial emosional
Mencari lingkungan yang lebih luassehingga cenderung sering pergi dari rumah hanya
untuk bermain dengan teman, saat ini sekolah sanggat berperan untuk membentuk pribadi
anak, disekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain selain keluarga sehingga peran
guru sangatlah besar.
3. Pertumbuhan fisik
BB meningkat 2-3 Kg/tahun dan TB meningkat 6-7 cm/tahun.

8
2.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1. Faktor herediter
Keturunan merupakan faktor yang tidak dapat untuk diubah ataupun dimodifikasi, ini
merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses tumbang anak. Melalui
instruksi genetic yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi dapatlah ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk dalam faktor genetic ini adalah jenis
kelamin dan suku bangsa /ras. Misalnya, anak keturunan bangsa eropa akan lebih tinggi
dan lebih besar jika dibandingkan dengan keturunan asia termasuk indonesia, pertumbuhan
postur tubuh wanita akan berbeda dengan laki-laki.
2. Faktor lingkungan
1) Lingkungan internal
Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada tiga hormon yang
mempengaruhi pertumbuhan anak, hormon somatotropin merupakan hormon yang
mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada masa
pertumbuhan,berkurangnya hormon ini dapat menyebabkan gigantisme. Hormon tiroid
akan mempengaruhi pertumbuhan tulang, kekurangan hormon ini akan menyebabkan
kretinesme dan hor,on gonadotropin yang berfungsi untuk merangsang perkembangan
seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa, sedangkan esterogen merangsang
perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur. Jika kekurangan hormon
gonadotropin ini akan menyebakan terhambatnya perkembangan seks.
Terciptanya hubungan yang hangat dengan orang lain seperti ayah, ibu, saudara, teman
sebaya, guru dan sebagainya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan emosi,
sosial, dan intelektual anak. Cara seseorang anak dalam berinteraksi dengan orang tua
akan mempengaruhi interaksi anak diluar rumah. Pada umumnya anak yang
perkembangannya baik dan mempunyai intelegensi yang tinggi dibandingkan dengan
anak yang tahap perkembangannya terhambat.
2) Lingkungan eksternal
Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang mempengaruhi, diantaranya adalah
kebudayaan. Kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan, adat
kebiasaan dan tingkah laku dalam bagaimana oarang tua mendidik anaknya.status sosial
ekonomi keluarga juga berpengaruh, orang tua yang ekonominya menengah ke atas

9
dapat dengan mudah menyekolahkan anaknya disekolah-sekolah berkualitas. Sehingga
mereka dapat menerima dan mengadopsi cara-cara baru bagimana cara merawat anak
dengan baik. Status nutrisi pengaruhnya juga sangat besar, orang tua dengan status
ekonomi lemah bahkan tidak mampu memberikan makanan tambahan buat bayinya,
sehingga bayi akan kekurangan asupan nutrisi yang akibat selanjutnya daya tahan tubuh
akan menurun dan akhirnya bayi/anak akan jatuh sakit.
Olahraga yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, aktifitas
fisiologis dan stimulasi terhadap perkembangan otot-otot, posisi anak dalam keluarga
juga berpengaruh, anak pertama akan menjadi pusat perhatian orang tua, sehingga
semua kebutuhan dipenuhi baik itu kebutuhan fisik, emosi, maupun sosial.
3) Faktor pelayanan kesehatan
Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada disekitar lingkungan dimana anak
tumbuh dan berkembang. Diharapkan tumbang anak dapat dipantau. Sehingga apabila
terdapat sesuatu hal yang sekiranya meragukan atau terdapat keterlambatan dalam
perkembangannya. Anak dapat segera mendapatkan pelayanan kesehatan dan diberikan
solusi pencegahannya.

2.6 Teori Tumbuh Kembang


Tahapan perkembangan :
Industry Vs Inferiority (School age, 6 – 11 tahun)
1. Anak senang menyelesaikan ssesuatu dan menerima pujian
2. Anak tidak berhasil menyelesaikan tugasnya akan menjadi inferior
3. Perilaku positif: memiliki perasaan untuk bekerja atau melaksanakan
tugas,mengembangkan kompetisi sosial dan sekolah, melakukan tugas yang nyata
Teori perkembangan Piaget
Jean Piaget lebih menekankan kepada perkembangan kognitif atau intelektual. Piaget
menyatakan perkembangan kognitif berkembang dengan proses yang teratur dengan 4
urutan/tahapan melalui proses ini:
1. Assimilasi, adalah proses pada saat manusia ketemu dan berekasi dengan situasi baru
dengan mengunakan mekanisme yang sudah ada. Pada tahap ini manusia
mendapatkan pengalaman dan keterampilan baru termasuk cara pandang terhadap
dirinya dan duania disekitarnya

10
2. Akomodasi, merupakan proses kematangan kognitive untuk memecahkan masalah
yang sebelumnya tidak dapat dipecahkan. Tahap ini dapat tercapai karena ada
pengetahuan baru yang menyatu.
3. Adaptasi, merupakan kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan.

2.7 Konsep Bermain


A. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
memersiapkan diri untuk berperan dan menjadi dewasa.(Aziz Alimul Hidayat,2008).
Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadari( Miller B.F dan Keane, 1983 ). Bermain adalah kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan ( Foster, 1989 ).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan
berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara. (Wong, 2000). Dari beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang
dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan
diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental
serta sosial anak.
Anak dalam keadaan sakit atau yang mendapat perawatan dirumah sakit umumnya
mengalami krisis dikarenakan perubahan lingkungan yang terjadi pada dirinya. Krisis
tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti usia perkembangan anak, pengalaman
masa lalu tentang penyakit, dan rasa terancam karena perawatan.

Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah sakit perlu mendapatkan
perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak mengetahui dan kooperatif
menghadapi permasalahan yang terjadi saat dirawat. Salah satu cara untuk menghadapi
permasalahan tersebut adalah bermain dengan tujuan mengurangi rasa sakit akibat
tindakan invansif yang diterima.

11
Gibon dan Boren mendeskripsikan 3 tipe permainan yang bermanfaat untuk mengurangi
rasa stress anak, yaitu:

1. Bermain rekreasi atau bermain dengan tujuan bersenang-senang yaitu bermain


bemain spontan yang tidak terstruktur.
2. Bermain terapetik yaitu bila orang dewasa menstruktur aktifitas untuk tujuan
tertentu, biasanya sebelum atau sesudah pengobatan
3. Bermain dengan tujuan Terapi yaitu, bermain yang bertujuan meninterprestasiakan
permainan anak dan merekomendasikan intervensi yang sesuai. Tipe bermain ini
bertujuan untuk untuk memberikan pengalaman pada anak menyelesaiakan konflik
internal, dan tipe ini merupakan komponen penting pendekatan psikososial untuk
merawat anak.

2.8 Sasaran Usia Sekolah ( 6-12 tahun )

Dalam usia sekolah tuntutan yang dihadapi oleh anak semakin banyak. Tekanan sekolah,
lingkungan sebaya (peer group), serta tuntutan belajar yang semakin tinggi membuat anak
harus lebih mampu menghadapi tuntutan sosial masyarakat. Bahkan tidak jarang orang tua
menuntut anak untuk berprestasi tinggi, dan adakalanya harapan orang tua melebihi kapasitas
anak untuk dapat mencapainya. Berbagai kondisi sosial yang penuh tuntutan baik dari
sekolah, teman sebaya maupun orang tua dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi
anak salah satunya dalam proses belajar anak sulit berkonsentrasi, perstasi anak menurun
bahkan motivasi anak untuk belajar menurun. Berbagai keluhan tersebut merupakan sebagian
kecil keluhan rutin yang kerap disampaikan oleh para orang tua pada konselor. Tidak jarang
bahakan orang tua justru menekankan keluhan bahwa anak-anak mereka terlalu senang
bermain, sehingga kurang belajar. Padahal justru melalui bermain, mereka bisa belajar lebih
banyak lagi. Usia sekolah adalah usia 6 sampai 12 tahun.

2.9 Metode Bermain


Permainan untuk anak-anak tidak perlu memakai alat yang sulit dijangkau tempatnya
apalagi harganya. Cukup dengan barang-barang atau alat-alat di sekitar kita bisa kita gunakan
untuk memperkaya permainan anak. Misal ; bola, lompat tali, kertas origami, dan lain-lain.
Yang terpenting kita bisa meramu dan menggunakan alat sesuai dengan keinginan anak.

12
Pelatihan anak dengan metode bermain, menoton film dan diskusi dapat membuat anak
lebih berani tampil di depan umum, percaya diri, dapat menghargai orang lain, dan dapat
melihat kekurangan diri.
Acara pementasan juga dapat menjadi salahsatu pilihan yang sangat efektif untuk
membentuk kerja sama anak, mengekspresikan diri, dan anak dapat memberikan apresiasi
terhadap karya orang lain. Nilai-nilai yang diajarkan dalam model pendidikan ini dapat
diterapkan oleh anak dalam kegiatan sehari-hari.
2.10 Tahapan Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permaianan mereka terutama terdiri atas melihat
orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda yang diasungkan
dihadapannya. Selanjutnya mereka akan mengendalikan tangan sehingga cukup
memungkinkan bagi mereka untuk mengambil, memegang dan memperlajari benda
kecil. Setelah mereka dapat merangkak atau berjalan, mulai memperhatikan apa saja
yang berada dalam jarak jangkauannya
b. Tahap permainan
Bermain barang mainan dimuali pada tahun pertama dan mencapai puncaknya pada
usia antar 5 dan 6 tahun. Pada mulanya anak hanya mengeksplorasi mainannya. Antara
2 dan 3 tahun mereka membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat hidup, dapat
bergerak, berbicara dan merasakan.
Dengan semakin berkembangnya kecerdasan anak, mereka tidak lagi mengangap
benda mati sebagai sesuatu yang hidup dan hal ini mengurangi minatnya pada barang
mainan.
Faktor lain yang mendorong penyusutan minat dengan barang mainan ini adalah
bahwa permaianan itu sifatnya menyendiri sedangkan mereka menginginkan teman.
Setelah masuk sekolah, kebanyakan anak mengangap bermaian barang sebagai
“permaianan bayi”
c. Tahap bermain
Setelah masuk sekolah, jenis permainan mereka sangat beragam. Semula mereka
meneruskan bermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian, selain itu mereka

13
merasa tertarik dengan permainan, olahraga, hobi dan bentuk permaianan matang
lainnya.
d. Tahap melamun
Semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan minat pada peramainan
yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan waktu dengan melamun.
Melamun yang merupakan ciri khas anak remaja adalah saat berkorban, saat mereka
mengangap dirinya tidak diperlakukan dengan baik dan tidak dimengerti oleh
siapapun.
2.11 Fungsi Bermain terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan
merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang
perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi
(Soetjiningsih, 1995).
2.12 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain pada Anak
a. Status kesehatan, pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotorik/ kognitif
terganggu. Sehingga ada saat-saat anak sangat ambisius pada permainannya dan ada
saat-saatanak sama sekali tidak punya keinginan untuk bermaian.
b. Jenis kelamin, pada saat usia sekolah biasanya anka laki-laki engan bermain dengan
anak perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunikasi sendiri, dimana anak
wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki bermain sesama laki-laki.
Tipe dan alat permainanpun akan berbeda, misalnya anak laki-laki suka bermain bola,
pada anak permpuan suka main boneka.

c. Lingkungan, lokasi dimana anak berada sangat mempengaruhi pola permainan anak.
Dikota-kota besar anak jarang sekali yang bermain layang-layangan. Paling mereka
bermain game karena memang tidak ada/jarang ada tanah lapang/lapangan untuk
bermain, berbeda dengan yang masih terdapat tanah-tanah kosong.

d. Alat permainan yang cocok, disesuaikan dengan tahap perkembangan sehingga anak
menjadi senang untuk menggunakannya.

14
2.13 Karakteristik dan Klasifikasi dari Bermain
1. Menurut karakteristik sosial
a) Solitary play
Bermaian sendiri walaupun disekitarnya orang lain. Misalnya pada bayi dan
toddler, dia akan asyik dengan mainnya sendiri tanpa menghiraukan orang-orang
yang ada disekitarnya.
b) Pararel play
Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya, pada masing-masing anak
mempunyai mainan yang sama tetapi tidak ada interaksi di antara mereka. Mereka
tidak ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.
Misalnya, masing-masing anak punya bola, maka dia akan bermain dengan bolanya
sendiri tanpa menghiraukan bola temannya. Biasanya terjadi pada usia toddler dan
pre school.
c) Associative play
Bermain dalam kelompok , dalam suatu aktivitas yang sama tetapi masih belum
terorganisir, tidak ada pembagian tugas, mereka bermain sesuai keinginannya.
Misalnya, anak bermain hujan-hujanan di teras rumah, berlari-lari dan sebagainya.
Hal ini banyak dialami pada anak pre school.
d) Cooperative play
Anak bermain secara bersama-sama, permaianan sudah terorganisir dan
terencana, didalamnya sudah ada aturan main. Misalnya, anak bermain kartu, petak
umpet, terjadi pada usia sekolad dan adolescent.
1. Menurut isi
a) Sosial afektive play
Anak mulai belajar memberikan respon melalui orang dewasa dengan cara
merajuk/berbicara sehingga anak menjadi senang dan tertawa.
b) Sense of pleasure play
Anak mendapatkan kesenagan dari suatu objek disekelilingnya. Misalnya, anak
bermain pasir atau air sehingga anak tertawa bahagia.
c) Skill play

15
Memperoleh keterampilan sehingga anak akan melaksanakannya secara
berulang-ulang. Misalnya, anak bermain sepeda-sepedaan dan sedikit mulai
merasa bisa, maka dia akan berusaha untuk mencobanya lagi
d) Dramatic play
Melakukan peran sesuai keinginannya atau dengan apa yang dia lihat dan dia
dengar, sehingga anak akan membuat fantasi dari permaianan itu. Misalnya,
anak pernah berkunjung kerumah sakit waktu salah satu tetangganya sakit, dia
melihat perawat dan dokter . sesampainya dirumah dia berusaha untuk
memerankan dirinya sebagai seorang perawat maupun dokter, sesuai dengan apa
yang dia lihat dan diterima tentang peran tersebut.
2.14 Pedoman untuk Keamanan Bermain
Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:
a. Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan
untuk melakukan permainan.
b. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang
diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat
tidur.
e. Pengetahuan cara bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan
anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut.
f. Teman bermain

16
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu
anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan
orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.

Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE merupakan
alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan
perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat
mengembangkan kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi
sosialnya. Dalam mencapai fungsi perkembangan secara optimal,maka alat permainan ini
harus aman,ukurannya sesuai dengan usia anak,modelnya jelas,menarik,sederhana,dan
tidak mudah rusak.

Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat
kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan tanpa
memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek tersebut,sehingga
terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya sama.

Untuk mengetahui alat permainan edukatif, ada beberapa contoh jenis permainan yang
dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga atau dua, bola,
mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan dalam pertumbuhan
fisik atau motorik kasar,kemudian alat permainan gunting,pensil,bola,balok,lilin jenis alat
ini dapat digunakan dalam mengembangkan motorik halus, alat permainan buku
bergambar, buku cerita, puzzle, boneka , pensil warna, radio dan lain-lain, ini dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau kecerdasan anak, alat
permainan seperti buku gambar, buku cerita, majalah, radio, tape dan televise tersebut
dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas
plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat digunakan dalam mengembangkan
kemampuan menolong diri sendiri dan alat permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat
digunakan secara bersama dapat dilakukan untuk mengembangkan tingkah laku social.

Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua atau
pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan dan
kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan

17
bermain seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai, memberikan kesempatan
untuk mandiri.

2.15 Terapi Bermain pada Anak yang Dihospitalisasi

Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas


bermain. Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas
perkembangan secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan,
kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott, 1999).

Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan


memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak
menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif.
Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif,
regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di
rumah sakit.

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di suatu
rumah sakit, antara lain:

1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar


2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan control
3. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan
prosedur medis
6. Memberi peralihan dan relaksasi
7. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
8. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan
9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif
terhadap orang lain
10. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
11. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).

18
2.16 Prinsip Bermain di Rumah Sakit
1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
3. Kelompok umur yang sama.
4. Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan
5. Semua alat permainan dapat dicuci
6. Melibatkan orang tua.
Dukungan dari orang tuapun merupakan faktor penting yang harus diberikan untuk
memotivasi anak. Hal-hal yang perlu diberikan sebagai orang tua antara lain:

a. Memberikan dukungan
Dukungan positif dapat berupa menjaga anak saat dirawat di rumah sakit, mendampingi
anak saat diperiksa petugas medis, atau memberikan beberapa treatment pengobatan. Yang
tak kalah penting, memberi sentuhann lembut, seperti pelukan atau mengelus saat anak
mengalami kesakitan.

b. Bersikap optimis dan tidak menampakkan kecemasan didepan anak.


Orang tua yang menampakkan wajah ceria, meski beban yang ditanggungnya cukup berat,
akan membuat anak bersikap tabah dan ceria dalam menghadapi kondisi sakitnya.

c. Menanamkan pengertian bahwa proses pengobatan dan perawatan dirumah sakit


adalah proses menuju kesembuhan.

Perlu diingat, beri pengertian kepada anak bahwa dokter atau petugas medis lainnya adalah
orang-orang yang menolongnya untuk sembuh

2.17 Strategi Pelaksanaan Program

 Leader :
 Co-Leader :
 Fasilitator :
 Observer :
 Jenis permainan :
 Jenis kelamin :
 Usia :

19
 Waktu permainan :
 Tempat permainan :
 Alat yang digunakan :
 Tujuan :
a. Meningkatkan hubungan perawat – klien.
b. Meningkatkan kreativitas pada anak.
c. Sosialisasi dengan teman sebaya / orang lain.
d. Melatih perkembangan motorik kasar pada anak.
 Strategi permainan :

2.18 Kegiatan Bermain

Kegiatan
No Tahapan Waktu
Perawat Klien

1. Fase Pra-Interaksi 5 menit a. Mempersiapkan diri


b. Mempersiapkan media &
alat yang akan
digunakan
c. Mempersiapkan tempat
untuk bermain
d. Mempersiapkan klien

2. Fase Orientasi 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawabsal


b. Memperkenalkan diri am
c. Kontrak waktu b. Menyimak
d. Menyampaikan c. Menyepakati
tujuanbermain d. Menyimak
e. Meyampaikan e. Menyimak
permainan yang akan
dilakukan

20
f. Menjawab
pertanyaan
3. Fase Kerja a.
15 Menyampaikan
m cara a. Menyimak
permainan
e yaitu
mewarnai
n gambar
b. Membimbing
i klien
dalam
t mewarnai gambar
4. Fase Terminasi 5 menit a. Menyimpulkan manfaat a. Menyimak
dari aktivitas bermain
anak
b. Memberi evaluasi secara b. Menjawab
lisan
c. Memberi rencana tindak c. Menyimak
lanjut
d. Memberi reward kepeda d. Klien merasa
klien jika dapat membuat senang
sebuah karya dari kertas
origami

a) Sebelum bermain berikan contoh dahulu kepada anak.


b) Buat anak duduk membentuk sebuah lingkaran.
c) Fasilitator memberikan kertas bergambar yang telah disediakan pada masing-
masing anak, kemudian leadermembimbing anak untuk mewarnainya.
d) Selama jalannya permainan semua fasilitator wajib membimbing masing-masing
anak untuk mewarnai gambar
e) Setelah leader selesai membimbing anak mewarnai gambar, semua fasilitator
mengecek semua kertas gambar yang telah diwarnai anak.
f) Berikan reward positif pada semua anak yang telah menyelesaikan tugas untuk
mewarnai gambarnya.

21
 Evaluasi
1) Kaji respon anak secara verbal maupun non verbal dalam kemampuan anak mengikuti
permainan selama permainan berlangsung
2) Pantau keadaan anak selama bermain
3) Kaji tercapainya tujuan bermain

Denah Permainan

Keterangan:

Leader fasilitator

Co leader

Anak observer

Denah :

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan adalah hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu. Bermain merupakan
proses dinamis yang sesungguhnya tidak menghambat anak dalam proses belajar, sebaliknya
justru menunjang proses belajar anak. Orang tua yang keberatan terhadap aktivitas bermain
anak justru menghambat kemampuan kreativitas anak untuk mengenal dirinya sendiri serta
lingkungan hidupnya.Dalam usia sekolah tuntutan yang dihadapi oleh anak semakin banyak.

3.2 Saran

Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memeberikan pelayanan dari mulai


manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang
apapun tindakan yang diberikan akan sangat berbeda karena setiap orang adalah unik,
sehingga seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang.

23
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A.Aziz.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta : Salemba Medika

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Ed 6. Jakarta : Erlangga

Perry, A,G & Potter, P.A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC.

Perry,A,G.& Potter,P.A. 1999.Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Riyadi, Sujono & Sukatmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak Ed Pertama. Yogyakara :
Graha Ilmu

Soetjiningsih 1998.Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta.

Soetjiningsih. 2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:Idai

Wong,D.L. 1995. Nursing Care of Instants and Children,St. Louis Mosby

24

Anda mungkin juga menyukai