Anda di halaman 1dari 46

materi78.co.

nr KIM 1

Sifat Tabel Periodik


A. PENDAHULUAN EI mengalami penyimpangan pada golongan IIA,
VA, dan VIIIA, yaitu nilai EI yang sangat besar,
Sifat periodik adalah sifat pada tabel periodik
lebih besar dari golongan di sebelah kanannya,
yang berubah secara teratur sesuai kenaikan
yaitu golongan IIIA dan VIA.
nomor atom (sistem modern), baik dalam satu
golongan maupun satu periode. Penyimpangan EI terjadi karena konfigurasi
elektron golongan IIA, VA, dan VIIIA yang relatif
Sifat periodik meliputi:
stabil.
1) Sifat fisis, yaitu jari-jari atom, energi ionisasi,
afinitas elektron, keelektronegatifan, dan ENERGI IONISASI
kelogaman. He
2500
2) Sifat kimia, yaitu titik leleh dan titik didih. Ne
B. JARI-JARI ATOM 2000
F
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom hingga Ar
N Kr
1500 H O Cl
kulit elektron terluar. Br Xe
C PSi As
Se I Hg Rn
Ukuran jari-jari atom dipengaruhi oleh: Be
B
Zn Te
Sb Au Po At
1000 Mg Si Cu Ge Sn Re PbBi
1) Jumlah kulit atom V
Ca Ga Zr
Li NaAl Sr Lu Tl
Ba Ra
Ac
K Rb Cs Fr
Setiap bertambahnya jumlah kulit atom, 500
maka bertambah pula panjang jari-jari atom.
2) Muatan inti atom 0

Setiap bertambahnya elektron valensi atom, Kecenderungan EI dalam tabel periodik:


maka gaya tarik/muatan inti makin besar,
sehingga memperkecil jari-jari atom. Makin ke bawah dalam satu golongan makin
kecil, karena jari-jari atom makin besar dan
Jari-jari atom diukur dalam berbagai satuan,
gaya tariknya makin kecil.
diantaranya dengan picometer (pm) dan
Makin ke kanan dalam satu periode makin
amstrong (Å).
besar, karena jari-jari atom makin kecil dan
Kecenderungan jari-jari dalam tabel periodik:
gaya tariknya makin besar.
Makin ke bawah dalam satu golongan makin
EI terbesar dimiliki helium (2He), dan terkecil
besar.
dimiliki cesium (55Cs).
Makin ke kanan dalam satu periode makin
kecil. D. AFINITAS ELEKTRON
Afinitas elektron (AE) adalah besarnya energi
Jari-jari atom terbesar adalah fransium (87Fr) dan
yang dibebaskan dan diserap untuk menerima
terkecil adalah helium (2He).
elektron dari luar atom netral agar menjadi ion
C. ENERGI IONISASI negatif.
Energi ionisasi (EI) adalah besarnya energi yang Harga AE menentukan beberapa hal:
diperlukan/diserap untuk melepas satu elektron Harga AE negatif Harga AE positif
atom netral agar menjadi ion positif.
Penerimaan elektron Penerimaan elektron
Besar EI dipengaruhi oleh jari-jari atom dan
disertai pembebasan disertai penyerapan
muatan inti atom.
energi energi
1) Bila jari-jari atom makin besar, berarti jarak
Ion lebih stabil dari Ion kurang stabil dari
elektron valensi ke inti makin jauh.
atom netralnya atom netralnya
2) Bila jaraknya makin jauh, maka gaya
Makin mudah Makin sulit menerima
tarik/muatan inti makin kecil, sehingga
menerima elektron elektron
elektron semakin mudah untuk ditarik.
Nilai afinitasnya besar Nilai afinitasnya kecil
3) Semakin mudah elektron ditarik oleh inti,
maka EI yang dibutuhkan kecil. AE dinyatakan menggunakan satuan kJmol-1 atau
EI dinyatakan menggunakan satuan kJ mol-1 atau elektronVolt (eV).
elektronVolt (eV).

SISTEM PERIODIK UNSUR-UNSUR 1


materi78.co.nr KIM 1
AE mengalami penyimpangan pada golongan IIA
dan VIIIA (lebih positif dibanding golongan
sebelahnya).
IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA
H He
-73 21
Li Be B C N O F Ne
-60 240 -27 -122 0 -141 -328 29
Na Mg Al Si P S Cl Ar
-53 230 -44 -134 -72 -200 -349 35
K Ca Ga Ge As Se Br Kr Kecenderungan KE dalam tabel periodik adalah:
-48 156 -30 -120 -77 -195 -325 39
Makin ke bawah dalam satu golongan makin
Rb Sr In Sn Sb Te I Xe
kecil, karena jari-jari atom makin besar dan
-47 168 -30 -121 -101 -190 -295 41
gaya tariknya makin kecil.
C Ba Tl Pb Bi Po At Rn
-45 52 -30 -110 -110 -180 -270 41 Makin ke kanan dalam satu periode makin
Kecenderungan AE dalam tabel periodik: besar, karena jari-jari atom makin kecil dan
gaya tariknya makin besar.
Makin ke bawah dalam satu golongan makin
kecil (positif), karena jari-jari atom makin KE terbesar dimiliki fluorin (9F), dan terkecil
besar dan gaya tariknya makin kecil. dimiliki fransium (87Fr).
Makin ke kanan dalam satu periode makin
besar (negatif), karena jari-jari atom makin F. KELOGAMAN (KEELEKTROPOSITIFAN)
kecil dan gaya tariknya makin besar. Kelogaman (KL) adalah sifat keelektro-positifan
atau logam yang dimiliki unsur yang bergantung
AE terbesar dimiliki klor (17Cl), dan terkecil
pada energi ionisasi.
dimiliki berilium (4Be).
Logam adalah unsur yang mudah meng-
E. KEELEKTRONEGATIFAN hantarkan listrik dan melepas elektron.
Keelektronegatifan (KE) atau elektro- Garis perbatasan sifat logam dan non-logam
negativitas adalah ukuran kemampuan atau berbentuk garis tangga. Unsur yang sifatnya
kecenderungan suatu atom untuk menarik perantaraan logam dan non-logam disebut
elektron dalam ikatan kimianya. metaloid.
Persamaan KE dan AE adalah sama-sama Kecenderungan sifat KL dalam tabel periodik
membahas tentang bagaimana suatu atom adalah:
menarik elektron dari luarnya.
Makin ke bawah dalam satu golongan, sifat
Perbedaan KE dan AE adalah, KE hanya
logam makin bertambah, dan sifat non-
mengukur kemampuannya saja, sedangkan AE
logam makin berkurang.
mengaitkannya dengan jumlah energi dan
pembentukan ion. Makin ke kanan dalam satu periode, sifat
logam makin berkurang, dan sifat non-
logam makin bertambah.

H He
B C N O F Ne
Si P S Cl Ar
Ge As Se Br Kr
Sb Te I Xe
Po At Rn

logam non-logam metaloid

SISTEM PERIODIK UNSUR-UNSUR 2


materi78.co.nr KIM 1
G. TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH Kecenderungan sifat TL dan TD dalam tabel
periodik adalah:
Titik leleh (TL) dan titik didih (TD) merupakan
titik dimana suatu unsur mulai berubah wujud Golongan IA – IVA:
menjadi wujud lain. Makin ke bawah dalam satu golongan makin
berkurang.
TITIK DIDIH Makin ke kanan dalam satu periode makin
6000 bertambah sampai puncaknya pada IVA (TL
C
5000 dan TD tertinggi).
4000 Be
SUHU (°C)

B Al Si Golongan VA – VIIIA:
3000
Li Makin ke bawah dalam satu golongan makin
2000 NaMg
P Si Cl bertambah.
1000 N O F Ne Ar
HHe Makin ke kanan dalam satu periode makin
0
berkurang.
-1000
TL dan TD terbesar dimiliki karbon (6C), dan
terkecil dimiliki helium (2He).
H. TREN PERIODIK
Secara keseluruhan, tren/kecenderungan periodik adalah:

ENERGI IONISASI, AFINITAS DAN KEELEKTRONEGATIFAN

ENERGI IONISASI, AFINITAS DAN KEELEKTRONEGATIFAN


JARI-JARI ATOM, KELOGAMAN

TL DAN TD TL DAN TD

JARI-JARI ATOM, KELOGAMAN

SISTEM PERIODIK UNSUR-UNSUR 3


materi78.co.nr KIM 1

Bilangan Kuantum
A. PENDAHULUAN D. BILANGAN KUANTUM MAGNETIK
Bilangan kuantum adalah suatu harga yang Bilangan kuantum magnetik (ml atau m) adalah
menyatakan keadaan orbital suatu atom. suatu harga yang menyatakan banyak dan
Bilangan kuantum terdiri dari: posisi/orientasi orbital.
1) Bilangan kuantum utama (n), menyatakan Harga m yang diijinkan di setiap sub-kulitnya:
tingkat energi/kulit atom.
-l ≤ m ≤ +l
2) Bilangan kuantum azimuth (l), menyatakan
sub-kulit atom dan bentuk geometri orbital. Posisi/orientasi atau orbital adalah tempat
3) Bilangan kuantum magnetik (m), yaitu dimana elektron bergerak di dalam atom, dan
menyatakan banyak dan posisi/orientasi orbital. masing-masing orbital maksimal menampung
4) Bilangan kuantum spin (s), menyatakan sepasang elektron.
kedudukan elektron dalam suatu orbital. Sub-kulit atom dalam keadaan terisi penuh
elektron beserta harga b.k. magnetik:
B. BILANGAN KUANTUM UTAMA
Sub-kulit s p
Bilangan kuantum utama/prinsipal (n) adalah
suatu harga yang menyatakan tingkat energi atau Harga 0 -1 s.d. 1
kulit dalam atom.
Diagram 0 -1 0 1
Bilangan kuantum utama merupakan dasar
penentu harga bilangan kuantum lainnya. Total orbital 1 3
Bilangan kuantum utama antara lain: Elektron maks 2 6
Kulit K L M N Sub-kulit d
Harga 1 2 3 4 Harga -2 s.d. 2

C. BILANGAN KUANTUM AZIMUTH Diagram -2 -1 0 1 2


Bilangan kuantum azimuth/orbital (l) adalah
Total orbital 5
suatu harga yang menyatakan sub-kulit atom dan
bentuk geometri orbital. Elektron maks 10
Harga l yang diijinkan di setiap kulitnya adalah: Sub-kulit f
Harga -3 s.d. 3
0 ≤ l ≤ (n-1)
Diagram -3 -2 -1 0 1 2 3
Sub- Bentuk
Nama Harga
kulit orbital Total orbital 7
s sharp 0 1 balon Elektron maks 14
p principal 1 1 balon terpilin
E. BILANGAN KUANTUM SPIN
d diffuse 2 2 balon terpilin
Bilangan kuantum spin (ms atau s) adalah suatu
f fundamental 3 4 balon terpilin harga yang menyatakan kedudukan dan arah
Kulit-kulit atom dalam keadaan penuh terisi rotasi elektron pada suatu orbital.
elektron beserta harga b.k. azimuth: Bilangan kuantum spin tidak digunakan dalam
Kulit K L menentukan keadaan orbital, hanya untuk
menentukan perbedaan elektron pada orbital.
Harga 0 0, 1
Karena terdapat dua elektron dalam satu
Sub-kulit 1s 2s 2p
orbital, sedangkan keduanya memiliki kutub
Elektron maks 2 8 padanya, maka nilai elektron yang berpasangan
Kulit M N dalam orbital tersebut harus berbeda nilai.
Harga 0, 1, 2 0, 1, 2, 3
Sub-kulit 3s 3p 3d 4s 4p 4d 4f
Elektron maks 18 32

BILANGAN KUANTUM 1
materi78.co.nr KIM 1
Harga bilangan kuantum spin terdiri dari: Orbital atom adalah sebuah fungsi matematika
Harga 1
s = + /2 1
s = - /2 yang menggambarkan perilaku elektron pada
suatu atom sebagai partikel gelombang. Orbital
S S
atom mempunyai tiga buah sumbu, yaitu sumbu
x, y dan z, dan kemungkinan terbesar
U ditemukannya elektron terdapat pada titik
S
Elektron pertemuannya yang disebut daerah orbital.
S
U Orbital s berbentuk satu buah balon atau satu
bola.
U U Fungsi
s
berlawanan searah jarum orbital
Arah
jarum jam jam
Kutub terbalik tidak terbalik
Posisi pada
f g Gambar
orbital

F. BENTUK ORBITAL
Bentuk orbital bergantung pada harga bilangan
kuantum azimuth (l), dan setiap nilai l memiliki
bentuk orbital berbeda.

Orbital p berbentuk satu buah balon yang dipilin atau dua bola.
Fungsi orbital px py pz

Gambar

Orbital d berbentuk dua buah balon yang dipilin atau empat bola.
Fungsi orbital dxy dxz dyz

Gambar

Fungsi orbital dx²-y² dz²

Gambar

BILANGAN KUANTUM 2
materi78.co.nr KIM 1
Orbital f berbentuk empat buah balon yang dipilih atau delapan bola.
Fungsi orbital fxyz fz(x²−y²) fz³

Gambar

Hibridisasi adalah gabungan orbital-orbital


5f12 ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑ ↑ ↑
atom dalam suatu senyawa membentuk orbital
hibrid molekul. (lihat di bagian Bentuk dan Interaksi Molekul) Penyimpangan pengisian sub-kulit terjadi
pada sub-kulit d, karena menginginkan
G. DIAGRAM ORBITAL
kestabilan.
Diagram orbital menggambarkan urutan
Sub-kulit d stabil apabila terisi 5 atau 10
konfigurasi elektron dalam setiap kulit atom.
elektron, sehingga apabila terdapat 4 atau 9
Konfigurasi elektron yang ditulis menggunakan
elektron pada sub-kulit d, maka sub-kulit d
bilangan kuantum harus memenuhi kaidah berikut:
akan ‘meminjam’ elektron dari sub-kulit s.
1) Azas Aufbau
Contoh:
Pengisian elektron pada sub-kulit diisi 4s2 3d4 menjadi 4s1 3d5
dari tingkat energi yang lebih rendah ke Sub-kulit d juga mengalami penyimpangan
tingkat energi yang lebih besar. pada unsur-unsur lantanida dan aktinida,
dimana sebelum mengisi sub-kulit f, terdapat
Aturan pengisian sub-kulit:
satu elektron yang mengisi sub-kulit d
terlebih dahulu.
1s
Contoh:
2s 2p 6s2 4f8 menjadi 6s2 5d1 4f7
3s 3p 3d 3) Larangan Pauli
4s 4p 4d 4f
Tidak ada elektron dengan keempat
5s 5p 5d 5f bilangan kuantum yang sama dalam satu
6s 6p 6d atom.

7s 7p Contoh:
8s Buktikan dari konfigurasi elektron unsur B
bahwa tidak ada elektron dengan keempat
Contoh: bilangan kuantum sama!
8O : 1s2 2s2 2p4 : 1s2 2s2 2p2
6C
2 2 6 2 6 1
19K : 1s 2s 2p 3s 3p 4s
↑↓ ↑↓ ↑ ↑
26Fe : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d8
2) Aturan Hund Elektron
n l m s
ke
Pengisian elektron pada orbital yang satu
sub-kulit, mula-mula elektron mengisi 1 1 0 0 +1/2
satu di tiap orbital, baru kemudian 2 1 0 0 -1/2
berpasangan. 3 2 0 0 +1/2
4 2 0 0 -1/2
Contoh:
5 2 1 -1 +1/2
2p 3 ↑ ↑ ↑ 3p6 ↑↓ ↑↓ ↑↓
6 2 1 0 +1/2
4d7 ↑↓ ↑↓ ↑ ↑ ↑

BILANGAN KUANTUM 3
materi78.co.nr KIM 1
Penulisan konfigurasi elektron dapat
dipersingkat dengan menggunakan notasi gas
mulia.
Contoh:
Unsur halogen dapat dipersingkat konfigurasi
elektronnya dengan:
9F : [He] 2s2 2p5
17Cl : [Ne] 3s2 3p5
35Br : [Ar] 4s2 4p5
53I : [Kr] 5s2 5p5
85At : [Xe] 6s2 6p5
H. GOLONGAN DAN PERIODE PADA TABEL
PERIODIK
Konfigurasi elektron dengan diagram orbital
dapat digunakan untuk menentukan blok,
golongan, dan periode unsur dalam sistem
periodik modern.
Blok unsur merupakan pembagian unsur
berdasarkan sub-kulit terakhir yang diisi oleh
suatu atom.
Penentuan golongan dan periode unsur pada
tabel periodik utama adalah sebagai berikut.
Konfigurasi akhir Golongan Blok
1
ns IA
2
s
ns IIA
ns2 np1 IIIA
2 2
ns np IVA
2 3
ns np VA
2 4
p
ns np VIA
ns2 np5 VIIA
2 6
ns np VIIIA
ns2 (n-1)d1 IIIB
ns2 (n-1)d2 IVB
ns2 (n-1)d3 VB
1 5
ns (n-1)d VIB
2 5
d
ns (n-1)d VIIB
ns2 (n-1)d6 s.d. 8 VIIIB
1 10
ns (n-1)d IB
2 10
ns (n-1)d IIB

Penentuan golongan dan periode unsur pada


tabel periodik unsur lantanida dan aktinida:
1) Unsur-unsur lantanida merupakan blok f
dengan konfigurasi 6s2 5d1 4f1 s.d. 14.
2) Unsur-unsur aktinida merupakan blok f
dengan konfigurasi 7s2 6d1 5f1 s.d. 14.

BILANGAN KUANTUM 4
materi78.co.nr KIM 1

Ikatan Kimia
A. PENDAHULUAN Atom Mg berikatan dengan atom Cl,
Ikatan kimia adalah ikatan antara atom-atom Konfigurasi:
untuk membentuk senyawa, sehingga mencapai 12Mg :2.8.2 Mg akan membentuk ion
kestabilan. positif dan memberi
Atom yang belum stabil menginginkan dirinya elektron kepada Cl agar
mencapai kestabilan.
agar stabil seperti unsur gas mulia.
19Cl :2.8.7 Cl akan membentuk ion
Oleh karena itu, untuk mencapai kestabilan,
negatif dan menerima
suatu atom membentuk konfigurasi gas mulia,
elektron dari Na agar
yaitu:
mencapai kestabilan.
1) Duplet, memiliki elektron valensi 2, seperti
Reaksi yang dapat dituliskan:
He.
Mg d Mg2+ + 2e 2.8
2) Oktet, memiliki elektron valensi 8, seperti Ne,
Cl + e d Cl- 2.8.8
Ar, Kr, Xe, Rn.
Karena kedua atom muatannya tidak seimbang,
Namun, kadang-kadang terjadi penyimpangan
maka hasil akhir dari ikatan dibutuhkan dua atom
oktet, dimana elektron valensi jumlahnya lebih
Cl untuk menerima 2 elektron atom Mg.
dari 8, namun atom tetap stabil.
Reaksi yang dapat dituliskan:
Ikatan kimia terdiri dari tiga jenis: ikatan ion,
Mg d Mg2+ + 2e
ikatan kovalen, dan ikatan logam.
2Cl + 2e d 2Cl-
B. IKATAN ION
Rumus molekul:
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi:
Mg2+ + 2Cl- d MgCl2
1) Berdasarkan serah terima/perpindahan
Hasil akhir adalah terbentuknya senyawa MgCl2
elektron.
yang stabil.
2) Antara ion positif dan ion negatif. Atom Ca berikatan dengan atom S,
3) Antara unsur logam dan non-logam. Konfigurasi:
4) Antara unsur golongan IA dan IIA (+) dan 20Ca :2.8.8.2 Ca akan membentuk ion
golongan VIA dan VIIA (-). positif dan memberi
Contoh senyawa ion antara lain: NaCl, MgCl2, elektron kepada S agar
CaCl2, KOH, KCl, dll. mencapai kestabilan.
Jalan terjadinya ikatan ion: 16S :2.8.6 S akan membentuk ion
Contoh: negatif dan menerima
Atom Na berikatan dengan atom Cl, elektron dari Ca agar
mencapai kestabilan.
Konfigurasi:
Reaksi yang dapat dituliskan:
11Na :2.8.1 Na akan membentuk ion
Ca d Ca2+ + 2e 2.8.8
positif dan memberi
elektron kepada Cl agar S + 2e d S2- 2.8.8
mencapai kestabilan. Rumus molekul:
19Cl :2.8.7 Cl akan membentuk ion Ca2+ + S2- d CaS
negatif dan menerima Hasil akhir adalah terbentuknya senyawa CaS
elektron dari Na agar yang stabil.
mencapai kestabilan. C. IKATAN KOVALEN
Reaksi yang dapat dituliskan: Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi:
Na d Na+ + e 2.8 1) Berdasarkan pemakaian pasangan elektron
Cl + e d Cl- 2.8.8 bersama.
Rumus molekul: 2) Antara unsur non-logam dan non-logam.
+ -
Na + Cl d NaCl 3) Ikatan kovalen terdiri dari tiga jenis: ikatan
Hasil akhir adalah terbentuknya senyawa NaCl kovalen biasa, ikatan kovalen rangkap,
yang stabil. ikatan kovalen koordinat.

IKATAN KIMIA 1
materi78.co.nr KIM 1
Ikatan kovalen dituliskan menggunakan rumus a. Garis satu (−) melambangkan ikatan
Lewis dan rumus bangun/struktur molekul. kovalen biasa.
1) Rumus Lewis (rumus elektron) b. Garis dua (=) atau tiga (≡) melambangkan
Rumus Lewis menggambarkan bagaimana ikatan kovalen rangkap.
keadaan elektron-elektron valensi atom- c. Tanda panah (d) melambangkan ikatan
atom saling berpasangan dan saling kovalen koordinat.
berikatan secara kovalen. Contoh senyawa kovalen antara lain: H2O, HF,
2) Rumus bangun (struktur molekul) HCl, CO2, NH3, Cl2, I2, Br2, O2, dll.
Rumus bangun menggambarkan bagaimana
cara ikatan kovalen yang digunakan atom-
atom.
IKATAN KOVALEN BIASA
Ikatan kovalen biasa adalah ikatan kovalen yang jumlah pemakaian elektron bersamanya adalah satu pasang.
Hidrogen klorida (HCl) Air (H2O)
1H :1 • 1H :1 •
Konfigurasi Konfigurasi
17Cl : 2 . 8. 7 x 8O :2.6 x

Rumus Lewis
H Cl Rumus Lewis H O H
Rumus bangun
H – Cl Rumus bangun
H–O–H
Amonia (NH3) Metana (CH4)
1H :1 • 1H :1 •
Konfigurasi Konfigurasi
7N :2.5 x 6C :2.4 x

H
Rumus Lewis H N H Rumus Lewis H C H
H H
H
H–N–H |
Rumus bangun | Rumus bangun H–C–H
H |
H
IKATAN KOVALEN RANGKAP
Ikatan kovalen rangkap adalah ikatan kovalen yang jumlah pemakaian elektron bersamanya lebih dari satu pasang.
Oksigen (O2) Nitrogen (N2)
Konfigurasi 8O :2.6 Konfigurasi 7N :2.5

Rumus Lewis
O O Rumus Lewis
N N
Rumus bangun
O=O Rumus bangun
N≡N
IKATAN KIMIA 2
materi78.co.nr KIM 1
IKATAN KOVALEN KOORDINAT
Ikatan kovalen koordinat adalah ikatan kovalen yang pemakaian elektron bersamanya hanya berasal dari satu atom.
Amonium (NH4+) Amino boron trifluorida (BF3NH3)

H H F
+
Rumus Lewis
H N H Rumus Lewis
H N B F
H H F
H H F
| | |
Rumus bangun H – N→H Rumus bangun H – N →B – F
| | |
H H F
NH3 + H+ d NH4+ BF3 + NH3 d BF3NH3
NH3 dan H+ menggunakan BF3 dan NH3 menggunakan
elektron valensi bebas dari NH3 elektron valensi bebas dari NH3
bersama. bersama.
Asam sulfat (H2SO4) Asam nitrat (HNO3)

O O
Rumus Lewis
HO S OH Rumus Lewis
H O N
O O
O O
↑ ||
Rumus bangun H–O–S–O–H Rumus bangun H–O–N
↓ ↓
O O
D. KEPOLARAN 2) Senyawa kovalen non-polar
Kepolaran senyawa adalah perilaku suatu zat Adalah senyawa kovalen yang dibentuk oleh
yang menyerupai medan magnet, yaitu terdapat dua unsur sama, dimana keelektronegatifan
kutub sementara yang disebut dipol. pasti sama.
Kepolaran senyawa terdapat pada senyawa Contoh: H2, Cl2, O2, N2, dan senyawa
kovalen, dan dibagi menjadi dua, yaitu: poliatomik lainnya.
1) Senyawa kovalen polar Tingkat kepolaran senyawa dinyatakan dalam
momen dipol dalam satuan Coulumb meter.
Adalah senyawa kovalen yang dibentuk oleh
Senyawa non-polar memiliki momen dipol nol.
dua unsur berbeda, dimana keelektro-
negatifan pasti berbeda, sehingga meng-
hasilkan dipol.
Contoh: HCl, HBr, HI, H2O.

IKATAN KIMIA 3
materi78.co.nr KIM 1
E. PERBEDAAN IKATAN ION DAN KOVALEN F. IKATAN LOGAM
Senyawa ionik dan kovalen memiliki beberapa Ikatan logam adalah ikatan yang terjadi:
perbedaan sifat, antara lain: 1) Antar atom-atom unsur logam.
Senyawa 2) Antara elektron valensi logam yang
Sifat Senyawa ionik
kovalen membentuk lautan valensi.
Titik leleh dan titik Unsur logam kulit terluarnya relatif longgar,
tinggi rendah
didih karena memiliki sedikit elektron valensi. Elektron
Wujud keadaan padat, cair, dan valensi tersebut mengalami delokalisasi.
padat
kamar gas Delokalisasi adalah keadaan dimana posisi
Volatilitas elektron tidak tetap dan berpindah-pindah,
(kemudahan non-volatil volatil sehingga berbaur menyerupai awan/lautan
menguap) valensi.
Kelarutan pada Awan/lautan valensi tersebut bertindak sebagai
larut (pada air) tidak larut perekat atom logam yang saling tarik-menarik
pelarut polar
dan berdekatan satu sama lain.
Kelarutan pada
tidak larut larut Ikatan logam menjadikan logam:
pelarut non-polar
Daya hantar listrik 1) Keras namun lentur.
menghantar menghantar
larutan 2) Tidak mudah patah meski ditempa.
Daya hantar listrik tidak 3) Titik leleh dan titik didih yang tinggi.
menghantar
lelehan menghantar 4) Konduktor listrik dan panas yang baik.

IKATAN KIMIA 4
materi78.co.nr KIM 1

Bentuk dan Interaksi Molekul


A. BENTUK MOLEKUL Bentuk molekul (BM) adalah bentuk akhir
molekul yang ditentukan oleh nilai BGPE, PEI dan
Bentuk molekul adalah susunan ruang atom-
PEB. (lihat di halaman terakhir)
atom suatu molekul. Bentuk molekul hanya
terdapat pada senyawa kovalen. C. KEPOLARAN
B. TEORI DOMAIN ELEKTRON Sebuah atom yang berikatan dengan atom lain
saling tolak menolak sehingga berada dalam
Teori domain elektron (VSEPR) adalah teori
jarak terjauh dengan atom yang diikatnya.
yang menyatakan bahwa:
Kepolaran senyawa adalah perilaku suatu zat
1) Pasangan elektron ikat (PEI) adalah
yang menyerupai medan magnet, yaitu terdapat
pasangan elektron yang terikat antara atom
kutub sementara yang disebut dipol.
pusat dengan atom lain secara kovalen.
Dipol dapat menyebabkan gaya tarik-menarik
2) Pasangan elektron bebas (PEB) adalah
atau tolak-menolak dalam senyawa.
pasangan elektron bebas pada atom pusat
yang tidak terikat dengan atom lain. Dipol (δ) pada suatu senyawa terdiri atas:
3) Domain elektron adalah total dari pasangan 1) Dipol positif (δ+), atom yang berdipol positif
elektron ikat dan bebas. Setiap pasangan adalah yang memiliki keelektronegatifan
elektron bernilai satu domain. lebih kecil dari atom lain.
Bentuk geometri pasangan elektron (BGPE) 2) Dipol negatif (δ–), atom berdipol negatif
adalah domain total yang dimiliki atom pusat adalah yang memiliki keelektronegatifan
suatu molekul, dan menjadi bentuk ruang dasar lebih besar dari atom lain.
molekul. Contoh: Keelektronegatifan H lebih kecil dari Cl,
BGPE sehingga pada HCl, H bertindak sebagai δ+, dan
Jumlah Susunan Sudut Kepolaran
Cl bertindak sebagai δ–.
Domain Ruang Hibridisasi Ikatan Awal
Kepolaran dalam bentuk molekul dipengaruhi:
linear
2 A 180° non-polar 1) Sudut ikatan
sp
Atom yang berikatan akan selalu berada jarak
jauh maksimum dengan atom lainnya
segitiga
membentuk sudut ikatan yang merata, dan
3 planar 120° non-polar
A saling meniadakan kepolaran senyawa.
Namun, jika sudut ikatan tidak tersebar
sp2
merata, maka kepolaran akan muncul.
2) Simetri bentuk molekul
tetrahedron Bentuk molekul simetris bersifat non-polar,
4 A 109,5° non-polar
sedangkan asimetris bersifat polar.
3) Pasangan elektron bebas
sp3
Jika terdapat pasangan elektron bebas yang
tidak saling meniadakan posisinya
segitiga (asimetris), maka kepolaran akan muncul.
90° dan
5 A bipiramid polar Tingkat kepolaran senyawa dinyatakan dalam
120°
momen dipol dalam satuan Coulumb meter.
Senyawa non-polar memiliki momen dipol nol.
sp3d
D. INTERAKSI ANTAR MOLEKUL
Gaya antar molekul adalah gaya yang terjadi
akibat interaksi antar molekul sejenis.
oktahedron gaya London paling lemah
6 A 90° non-polar gaya tarik dipol-dipol
gaya van der Waals
ikatan hidrogen paling kuat
sp3d2

IKATAN KIMIA 1
materi78.co.nr KIM 1
Gaya London atau gaya dipol sesaat/terimbas Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya tarik
adalah gaya tarik-menarik dipol yang terjadi pada dipol-dipol:
molekul non-polar dan/atau berwujud gas. 1) Beda keelektronegatifan (berbanding lurus)
Gaya London terjadi akibat terbentuknya dipol 2) Momen dipol (berbanding lurus)
sesaat, dan memiliki daya tarik-menarik yang Gaya van der Waals atau gaya kohesi adalah
lemah, karena hanya terjadi sesaat. gabungan antara gaya London dan gaya tarik
Contoh: gaya antar molekul O2. dipol-dipol akibat pembentukan dipol.
O=O --- O=O Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya van
dipol molekul der Waals:
molekul
netral sesaat netral lain 1) Massa relatif/Ar/Mr (berbanding lurus)
δ+ δ- 2) Jumlah elektron (berbanding lurus)
O O O O
3) Momen dipol (berbanding lurus)
dipol Ikatan hidrogen adalah ikatan yang terbentuk
terimbas akibat gaya antar molekul polar yang memiliki
δ+ δ- δ+ δ- ikatan antara H dengan N, O, atau F.
Contoh: air (H2O), asam fluorida (HF), amonia
(NH3).

δ+ δ- H H δ-
| | O
kembali dipol O--O H H
netral sesaat | |
H H δ+
Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya London: δ+
1) Massa relatif/Ar/Mr (berbanding lurus) Ikatan hidrogen mengakibatkan penyimpangan
2) Panjang rantai molekul (berbanding lurus) tren periodik titik didih senyawa golongan VA-
3) Titik didih zat (berbanding lurus) VIIA menjadi sangat tinggi.
Gaya tarik dipol-dipol adalah gaya tarik
menarik dipol yang terjadi antar molekul polar
dan/atau wujud padat, cair dan larutan.
Gaya tarik dipol-dipol terjadi karena adanya
dipol pada molekul, dan memiliki daya tarik-
menarik yang lebih kuat dari gaya London.
Contoh: gaya antar molekul HCl.
H–Cl --- H–Cl
δ-
δ- δ+
δ+ H Cl
H Cl
H Cl
δ+
δ-

IKATAN KIMIA 2
materi78.co.nr KIM 1
BENTUK MOLEKUL
Domain Tipe BGPE BM Susunan Ruang Sudut Ikatan Kepolaran Contoh

2 AX2 linear linear A 180° non-polar CO2

AX3 Δ planar 120° non-polar BCl3


A

3 Δ planar

huruf V
AX2E ~120° polar SO2
(bengkok) A

AX4 tetrahedron A 109,5° non-polar CH4

4 AX3E tetrahedron Δ piramid A ~107,5° polar NH3

huruf V
AX2E2 A ~104,5° polar H2O
(bengkok)

AX5 Δ bipiramid A 90° dan 120° polar PCl5

tetrahedron
~90° dan
AX4E terdistrusi A polar SF4
~120°
(jungkat-jungkit)

5 Δ bipiramid

AX3E2 huruf T A ~120° polar BrF3

AX2E3 linear A 180° non-polar XeF2

IKATAN KIMIA 3
materi78.co.nr KIM 1

AX6 oktahedron A 90° non-polar SF6

AX5E □ piramid A ~90° polar IF5

6 AX4E2 oktahedron □ planar A 90° non-polar XeF4

AX3E3 huruf T A ~90° polar -

AX2E4 linear A 180° non-polar -

IKATAN KIMIA 4
materi78.co.nr KIM 1

Tata Nama Senyawa


A. PENDAHULUAN 3) Kation logam transisi yang memiliki lebih
dari satu bilangan oksidasi (biloks) atau
Tata nama senyawa digunakan untuk memberi
muatan diberi angka Romawi dalam kurung
nama berbagai macam senyawa yang didasarkan
setelah nama umumnya.
pada aturan IUPAC (International Union of Pure
and Applied Chemistry). Cara lain adalah dengan diberi akhiran o
(muatan lebih rendah) dan akhiran i (muatan
Tata nama senyawa dibedakan menjadi: tata
lebih tinggi) setelah nama Latinnya.
nama senyawa kovalen, ion, asam basa, dan
organik. Beberapa jenis kation (ion positif)
Ditulis menggunakan nama aslinya.
B. TATA NAMA SENYAWA KOVALEN BINER
Biloks Unsur Biloks Unsur
Tata nama senyawa kovalen biner adalah
gol IA
senyawa yang terbentuk dari dua unsur saja +1 +1 dan +2 Cu, Hg
dalam ikatan kovalen. (H, Na, K)
Aturan dalam pemberian nama senyawa kovalen gol IIA
biner: +2 (Mg, Ca, +1 dan +3 Au
1) Penulisan unsur pada senyawa kovalen biner Sr, Ba)
diurutkan berdasarkan urutan tertentu. +1 Ag +2 dan +3 Fe, Co
B – Si – C – Sb – As – P – N – H – S – I – Br Sn, Pb,
– Cl – O – F +2 Ni, Zn, Cd +2 dan +4
Pt
Contoh: H2O bukan OH2, NH3 bukan H3N
2) Penulisan nama kedua ditambahkan –ida +3 Al
dibelakangnya, dan nama unsur depan dan
belakang diberi angka indeks. Beberapa jenis anion (ion negatif)
Angka Angka Ditulis menggunakan ketentuan tertentu.
Nama Nama
Indeks Indeks Biloks Unsur
1 mono 6 heksa
2 di 7 hepta/septa golongan VIIA + ida
-1
(F, Cl, Br, I)
3 tri 8 okta
4 tetra 9 nona
golongan VIA + ida
5 penta 10 deka -2
(O, S, Se)
Penulisan angka indeks 1 tidak dipakai pada
nama depan, dan tidak wajib pada nama
belakang. Rumus Nama Rumus Nama
Contoh: PO33- fosfit AsO33- arsenit
CO (karbon monoksida), NO (nitrogen
PO43- fosfat AsO43- arsenat
oksida), CO2 (karbon dioksida), N2O3
SO32- sulfit NO2- nitrit
(dinitrogen trioksida), NO5 (nitrogen
pentaoksida). SO42- sulfat NO3- nitrat
-
ClO hipoklorit ClO3- klorat
C. TATA NAMA SENYAWA ION
ClO2- klorit ClO4- perklorat
Tata nama senyawa ion adalah pemberian nama
BrO- hipobromit BrO3- bromat
pada senyawa yang terbentuk dalam ikatan
BrO2- bromit BrO4- perbromat
kation dan anion (ion).
Aturan dalam pemberian nama senyawa ion: MnO4- permanganat CrO42- kromat
2-
1) Penulisan kation didahulukan dari anion, MnO4 manganat Cr2O72- dikromat
- -
tanpa menggunakan angka indeks. CH3COO asetat HCOO format
2) Perbandingan muatan kedua unsur yang S2O32- tiosulfat C2O42- oksalat
membentuk senyawa harus netral. CO32- karbonat SiO32- silikat

TATA NAMA SENYAWA 1


materi78.co.nr KIM 1
D. TATA NAMA ASAM DAN BASA Ketentuan persamaan reaksi:
Tata nama asam merupakan pemberian nama 1) Jumlah atom-atom reaktan dan produk harus
senyawa yang terbentuk karena senyawa sama dan tidak boleh ada satu atom pun yang
berikatan dengan kation H+. hilang.
Aturan dalam pemberian nama asam: 2) Setelah rumus unsur/senyawa reaktan atau
1) Asam memiliki kation H +
dalam produk, ditulis wujud zat sewaktu reaksi.
senyawanya, sehingga ditulis didepan.  Jika berwujud padat ditulis (s) atau solid.
2) Kation H+ biasanya tidak ditulis hidrogen,  Jika berwujud cair ditulis (l) atau liquid.
melainkan asam.  Jika berwujud gas ditulis (g) atau gas.
+
Contoh: H2CO3 mengandung kation H dan anion  Jika berbentuk larutan ditulis (aq) atau
CO32- dan memiliki nama asam karbonat. aqueous.
Tata nama basa merupakan pemberian nama Contoh:
senyawa yang terbentuk karena senyawa Logam natrium bereaksi dengan air
berikatan dengan anion OH-. membentuk larutan natrium hidroksida dan
Aturan dalam pemberian nama basa: gas hidrogen.
1) Basa memiliki anion OH- dalam senyawanya, Na(s) + H2O(l) → NaOH(aq) + H2(g)
sehingga ditulis dibelakang. 3) Penyetaraan reaksi adalah menyamakan
2) Anion OH- ditulis sebagai hidroksida pada jumlah atom di kiri dan kanan persamaan
kata terakhir. reaksi, agar menemukan koefisien reaksi
Contoh: NaOH mengandung kation Na+ dan tersebut.
anion OH- dan memiliki nama natrium hidroksida. Contoh: Reaksi berikut belum setara
E. TATA NAMA SENYAWA ORGANIK Ca(OH)2 (aq) + H3PO4 (aq)
Tata nama senyawa organik adalah tata nama d Ca3(PO4)2 (aq) + H2O(l)
senyawa karbon dengan sifat tertentu, dan ditulis Langkah dalam penyetaraan reaksi:
dengan nama lazim. a. Tentukan atom-atom yang belum setara.
(dipelajari pada Kimia 4)
 Atom Ca belum setara,
Nama Nama  Atom P belum setara,
Rumus Rumus
Organik Organik
 Atom H belum setara,
CH4 metana C2H 4 etena
 Atom O belum setara.
C2H6 etana C3H 6 propena
b. Setarakan atom dengan urutan kation,
C3H8 propana C2H 2 etuna
anion, hidrogen, lalu oksigen.
C4H10 butana C3H 4 propuna
Biasanya, oksigen akan otomatis setara
CHI3 iodoform CHCl3 kloroform setelah seluruh atom setara.
CH3OH metanol CH3CH2OH etanol c. Selain itu, tetapkan salah satu zat apapun
formaldehida asetaldehida untuk memiliki koefisien tetap, dan yang
CH2O CH3CHO
(asam format) (asam asetat) lain memiliki koefisien sementara untuk
C6H6 benzena C6H6COOH asam benzoat mempermudah penyetaraan.
hidroksi metil benzena Hasil penyetaraan reaksi:
C6H5OH C H CH
benzena (fenol) 6 5 3 (toluena)
3 Ca(OH)2 (aq) + 2 H3PO4 (aq)
C6H12O6 glukosa C11H22O11 sukrosa d Ca3(PO4)2 (aq) + 6 H2O(l)
Perbandingan koefisien reaksi 3 : 2 : 1 : 6,
F. PERSAMAAN REAKSI dengan total atom:
Persamaan reaksi menunjukkan perubahan jenis  Atom Ca telah setara (total 3),
jumlah atom yang bereaksi, dan hasil reaksinya.  Atom P telah setara (total 2),
Persamaan reaksi digunakan untuk  Atom H telah setara (total 12),
mempersingkat penulisan bahasa sehari-hari  Atom O telah setara (total 14).
untuk menjelaskan proses reaksi kimia.
pereaksi/reaktan d hasil/produk

TATA NAMA SENYAWA 2


materi78.co.nr KIM 1

Hukum Dasar Kimia dan Konsep Mol


A. PENDAHULUAN itu, unsur O pada ketiga senyawa berbanding 1 :
2 : 3.
Hukum dasar kimia merupakan hukum dasar
yang digunakan dalam stoikiometri (perhitungan E. HUKUM GAY-LUSSAC DAN HIPOTESIS
kimia), antara lain: AVOGADRO
1) Hukum Lavoisier (kekekalan massa) Hukum Gay-Lussac dan Avogadro merupakan
hukum yang berkaitan dengan volume gas.
2) Hukum Proust (perbandingan tetap)
Hukum Gay-Lussac menyatakan per-bandingan
3) Hukum Dalton (kelipatan berganda)
volume atom-atom pada gas.
4) Hukum Gay-Lussac (perbandingan volume)
5) Hipotesis Avogadro Pada suhu dan tekanan yang sama, volume
gas-gas yang terlibat dalam reaksi
B. HUKUM LAVOISIER (KEKEKALAN MASSA) berbandingan sebagai bilangan bulat
Hukum Lavoisier menyatakan kekekalan massa sederhana.
pada reaksi.
Hipotesis Avogadro menjelaskan bahwa
Dalam sistem tertutup, massa zat sebelum perbandingan tersebut berlaku pula dalam
dan sesudah reaksi adalah tetap. molekul secara keseluruhan.

Dalam hal ini, berarti suatu zat yang mengalami Pada suhu dan tekanan yang sama, semua
reaksi kimia tidak berubah massa. gas yang bervolume sama memiliki jumlah
Oleh karena itu, reaktan memiliki massa yang molekul yang sama pula.
sama dengan produk yang dihasilkannya. Perbandingan volume gas pada kedua hukum ini
Pada reaksi kimia, terjadi perubahan warna, suhu, merupakan koefisien dari reaksi tersebut.
pembentukan gas dan endapan. Contoh:
C. HUKUM PROUST (PERBANDINGAN TETAP) Jika 20 L nitrogen direaksikan dengan hidrogen
Hukum Proust menyatakan perbandingan sesuai reaksi berikut,
massa pada reaksi. N2 + 3H2 → 2NH3
Perbandingan koefisien reaksinya 1 : 3 : 2, dan
Perbandingan massa unsur-unsur pembentuk
volumenya pun memiliki perbandingan sama,
suatu senyawa selalu tetap.
jadi volume H2 60 L, dan volume NH3 40 L.
Suatu zat yang direaksikan akan selalu memiliki F. KONSEP MOL
perbandingan yang sama untuk membentuk Mol merupakan satuan yang menunjukkan
suatu senyawa. ukuran jumlah partikel yang ada dalam suatu zat
Contoh: apapun.
Fe2+ dengan S2- dalam membentuk FeS, Nilai mol dinotasikan dengan L yang disebut
perbandingan keduanya berturut-turut selalu 7 : 4. sebagai tetapan Avogadro.
Jadi, dalam pembentukan FeS, apabila terdapat
L = 6,02 x 1023 partikel/atom/molekul
Fe sejumlah 7 gram, sudah pasti terdapat S
sejumlah 4 gram. Jumlah partikel benda dapat dicari
menggunakan konsep mol, dapat dirumuskan:
D. HUKUM DALTON (KELIPATAN BERGANDA)
x = jumlah partikel zat
Hukum Dalton menjelaskan bahwa dua unsur x = n.L n = jumlah mol
atau lebih dapat membentuk lebih dari satu L = tetapan Avogadro
senyawa yang berbeda. Massa molar (mm) adalah massa penyusun suatu
Bila dua unsur dapat membentuk dua atom/senyawa benda.
senyawa atau lebih, unsur pertama massanya Massa molar dapat ditentukan dengan
tetap, unsur kedua akan menghasilkan suatu menjumlahkan Ar penyusun atom atau Mr pada
perbandingan bilangan bulat sederhana. senyawa benda.
Contoh:
Contoh: CO2 memiliki Mr 44 gr/mol, karena Ar C = 12
Unsur C dan O dapat membentuk senyawa CO, gr/mol, dan Ar O = 16 gr/mol.
CO2 dan CO3 dengan nilai C tetap. Oleh karena

STOIKIOMETRI 1
materi78.co.nr KIM 1
Dengan menggunakan massa molar dan konsep DIAGRAM KONSEP MOL
mol, kita dapat mencari massa nyata suatu
atom/senyawa, dapat dirumuskan: PARTIKEL
m = massa nyata zat
m = n.mm n = jumlah mol
mm = massa molar (Ar atau Mr) ×L :L
Volume molar (Vm) adalah volume yang dimiliki
oleh gas berdasarkan keadaan ruang yang × mm
:V
ditempati gas tersebut. MOLARITAS MOL MASSA
Pada Hukum Gay-Lussac dan Hipotesis ×V : mm
Avogadro, telah disebutkan bahwa volume gas
× 22,4 (STP) : 22,4 (STP)
tidak dilihat dari jenis gas, melainkan keadaan
ruang gas. × 24 (RTP) : 24 (RTP)
Nilai volume molar dalam dua keadaan:
1) STP (Standard Temperature & Pressure) VOLUME
STP (keadaan standar) memiliki keadaan
G. STOIKIOMETRI REAKSI
dengan suhu 0°C, tekanan 1 atm.
Stoikiometri reaksi dapat digunakan untuk
Vm = 22,4 L/mol menentukan:
1) Mol setiap zat yang ada pada reaksi
2) RTP (Room Temperature & Pressure)
2) Massa setiap zat yang ada pada reaksi
RTP (keadaan kamar) memiliki keadaan
ruang dengan suhu 25° C, tekanan 1 atm. 3) Volume setiap zat yang ada pada reaksi
4) Massa zat murni yang direaksikan
Vm = 24 L/mol 5) Pereaksi pembatas

Volume nyata gas dalam dua keadaan tersebut 6) Massa dan kadar senyawa dalam cam-puran
dapat dirumuskan: yang direaksikan
V = volume nyata gas Prinsip stoikiometri reaksi umum untuk
V = n.Vm n = jumlah mol menemukan mol, massa dan volume zat yang
Vm = volume molar direaksikan dan dihasilkan:
Apabila gas berada tidak pada keadaan standar 1) Perbandingan koefisien adalah per-
(STP) maupun keadaan kamar (RTP), dapat bandingan jumlah mol zat dalam reaksi.
digunakan persamaan gas ideal yang 2) Segala satuan ukuran zat harus di-
dikemukakan oleh Gay-Lussac. konversikan ke dalam mol.
Contoh:
nRT n1 n
V= = 2 KO2 direaksikan dengan 132 gram CO2, menurut
P v1 v2
reaksi:
V= volume gas (L)
n = jumlah mol (mol) 4KO2(s) + 2CO2(g) → 2K2CO3(s) + 3O2(g)
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm/mol K) (Ar K = 39, O = 16, C = 12)
T = suhu mutlak gas (K)
P = tekanan (atm) Tentukan:
a. Jumlah mol gas karbondioksida
Kemolaran larutan adalah angka yang
menunjukkan banyaknya mol tiap 1 liter larutan. b. Massa kalium superoksida yang direaksikan

Contoh: c. Massa kalium karbonat yang dihasilkan


d. Jumlah liter gas yang dihasilkan jika reaksi
Suatu larutan HCl kemolarannya 1,0 M, berarti
terjadi pada suhu 27oC dan tekanan 3 atm
terdapat 1 mol HCl dalam 1 liternya.
Jawab:
Jumlah mol dalam larutan dapat dihitung
132
dengan: a. n CO2 = = 3 mol
44
n = jumlah mol (mol) 4
b. n KO2 = x 3 = 6 mol
n = V.M V = volume (L) 2
M = kemolaran (M) m KO2 = 6 x (39 + 16.2) = 6 x 71 = 426 gr
c. n K2CO3 = 3 mol
m K2CO3 = 3 x (39.2+12+16.3) = 3 x 138 = 414 gr

STOIKIOMETRI 2
materi78.co.nr KIM 1
3 jumlah zat tidak sama dengan perbandingan
d. n O2 = x 3 = 4,5 mol
2
koefisien,
4,5 × 0,082 × (27+273)
V O2 = = 36,9 L 1,5 2
3 Zn : HCl = : 2 = 1,5 : 1
1
Suatu sampel atau cuplikan unsur dapat
maka HCl merupakan pereaksi pembatas.
diketahui mol dan massa zat murninya bila
direaksikan. Zn + 2HCl d ZnCl2 + H2
Contoh: M 1,5 mol 2 mol - -
Suatu 36 gram cuplikan logam magnesium R 1 mol 2 mol 1 mol 1 mol
dengan kemurnian 90% dimasukkan ke dalam S 0,5 mol - 1 mol 1 mol
larutan asam nitrat 2 M menurut reaksi: m Zn sisa = 0,5 x 65 = 32,5 gr
3Mg(s) + 8HNO3(aq) Suatu campuran dua senyawa atau lebih dapat
d 3Mg(NO3)2(aq) + 4H2O(l) + 2NO(g) diketahui massa dan kadarnya bila direaksikan.
(Ar Mg = 24, H = 1, N = 14, O = 16) Contoh:
Tentukan: Campuran logam Al dan Mg seberat 10,2 gr larut
a. Mol Mg murni dalam larutan H2SO4 2 M sebanyak 250 mL
menurut dua reaksi:
b. Massa Mg murni
R.1: 2Al(s) + 3H2SO4(aq) d Al2(SO4)3(aq) +
c. Volume larutan HNO3 yang dibutuhkan
3H2(g)
d. Volume NO yang dihasilkan pada (p,t) dimana
R.2: Mg(s) + H2SO4(aq) d MgSO4(aq) + H2(g)
massa 1,2 L gas N2 adalah 1,4 gr
(Ar Al = 27, S = 32, Mg = 24)
Jawab:
Tentukan:
36
a. n Mg murni = 90% × = 1,35 mol a. Jumlah mol asam sulfat total
24
b. m Mg murni = 1,35 x 24 = 32,4 gr b. Massa Al dan Mg dalam campuran
8 c. Kadar Al dan Mg dalam campuran
c. n HNO3 = × 1,35 = 3,6 mol
3 Jawab:
3,6 a. n H2SO4 = 2 x 0,25 = 0,5 mol
V HNO3 = = 1,8 L
2
b. Kita misalkan massa Al dan Mg dengan:
2
d. n NO = × 1,35 = 0,9 mol m Al = a gr
3
1,4 m Mg = 10,2 – a gr
n N2 = = 0,05 mol
28 Dengan itu, didapat mol Al dan Mg:
n NO n N2 0,9 0,05 a 10,2 – a
= = n Al = mol n Mg = mol
V NO V N2 V NO 1,2 27 24
0,9 × 1,2 Kemudian mol H2SO4 tiap reaksi dapat
V NO = = 21,6 L
0,05 dihitung menurut perbandingan koefisien:
Suatu pereaksi berlebih dalam reaksi akan 3 a a
n H2SO4 R.1 = × = mol
bersisa karena jumlah zatnya tidak sesuai dengan 2 27 18
perbandingan koefisien. 10,2 – a
n H2SO4 R.2 = mol
24
Pereaksi pembatas adalah pereaksi yang habis
Penjumlahan kedua mol H2SO4 diatas memiliki
lebih dahulu bereaksi.
hasil 0,5 mol, maka:
Cara menentukan pereaksi pembatas adalah
a 10,2 – a
dengan membagi masing-masing mol zat + = 0,5
18 24
pereaksi dengan koefisiennya. Nilai yang lebih 4a + 3(10,2 – a) = 36
kecil merupakan pereaksi pembatas.
4a + 30,6 – 3a = 36
Contoh:
a = 5,4
Pada reaksi berikut, 97,5 gr zink direaksikan Maka massa Al dan Mg adalah:
dengan 500 mL HCl 4 M.
m Al = a = 5,4 gr
Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g)
m Mg = 10,2 – a = 4,8 gr
Tentukan pereaksi pembatas dan massa sisa zat! 5,4
97,5 c. % Al = × 100% = 52,94%
n Zn = = 1,5 mol n HCl = 0,5 x 4 = 2 mol 10,2
65
% Mg = 100% - 52,94% = 47,06%

STOIKIOMETRI 3
materi78.co.nr KIM 1
H. STOIKIOMETRI SENYAWA Massa unsur dalam suatu senyawa dapat
Stoikiometri senyawa dapat digunakan untuk dihitung:
menentukan:
indeks ×Ar X
1) Rumus empiris dan rumus molekul mX= × m total
Mr X
2) Massa dan kadar unsur dalam senyawa
Kadar unsur dalam suatu senyawa dapat
3) Rumus kimia senyawa hidrat
dihitung:
Rumus molekul adalah rumus senyawa yang
nyata sesuai dengan jumlah atom-atom unsur indeks ×Ar X
%X= × 100%
penyusun senyawa. Mr X
Rumus empiris adalah rumus perbandingan Senyawa hidrat adalah senyawa berbentuk
paling sederhana dari atom-atom unsur padat yang mengikat beberapa molekul air
penyusun senyawa. sebagai bagian dari struktur kristalnya.
Contoh: Rumus molekul C6H12O6 mempunyai Contoh: Garam inggris dengan rumus hidrat
rumus empiris CH2O. MgSO4 ·7H2O.
Contoh 1:
Contoh:
Tentukan rumus empiris dan rumus molekul
Tentukan rumus kimia hidrat 1 gram senyawa
senyawa yang mengandung 29,11% D, 40,51% E,
CuSO4 · xH2O yang bila dipanaskan menghasilkan
dan 30,38% F dan memiliki Mr = 316.
0,64 gram padatan!
(Ar D = 23, E = 32, F = 16)
Jawab:
Jawab:
29,11 40,51 30,38 Reaksi yang terjadi adalah:
D : E : F = : :
23 32 16 CuSO4· xH2O d CuSO4(s) + xH2O(g)
= 40,5 : 40,5 : 60,76 1 gr 0,64 gr 0,36 gr
=2:2:3 CuSO4 : H2O = 1 : x
Maka, rumus empiris adalah D2E2F3. 0,64 0,36
(D2E2F3)x = 316 : =1:x
160 18
(23×2+32×2+16×3)x = 316 0,64 : 3,2 = 1 : x
158x = 316 3,2
x = =5
x =2 0,64

Maka, rumus molekul adalah (D2E2F3)2 atau Maka rumus kimia hidrat adalah CuSO4 · 5H2O
D4E4F6.
Contoh 2:
Pada pembakaran sempurna 13,5 gr CxHyOz,
diperoleh 19,8 gr CO2 dan 8,1 gr H2O. Jika Mr
CxHyOz = 180, tentukan rumus molekul CxHyOz!
(Ar C=12, H=1, O=16)
Jawab:
12x + y + 16z = 180
13,5 19,8 8,1
CxHyOz : CO2 : H2O = : :
180 44 18
= 0,075 : 0,45 : 0,45
=1:6:6
Jumlah atom C:
Cx = 6.C x=6
Jumlah atom H:
Hy = 6.H2 y = 12
Jumlah atom oksigen:
(12. 6) + (12) + 16z = 180
16z = 96 z=6
Maka, rumus molekul adalah C6H12O6.

STOIKIOMETRI 4
materi78.co.nr KIM 4

Bahan Bakar Fosil


A. PENDAHULUAN  hidrokarbon suku tinggi
Batu bara
Bahan bakar fosil adalah bahan bakar yang  sedikit S
berasal dari pelapukan sisa makhluk hidup yang  alkana (metana, etana, propana
membentuk minyak bumi/batu bara/gas alam. Gas alam dan butana)
B. KOMPOSISI BAHAN BAKAR FOSIL  CO2, H2S, He
Minyak bumi (petroleum) adalah hidrokarbon
C. PENGOLAHAN MINYAK BUMI
cair yang berasal dari sisa tumbuhan dan hewan
Proses pengambilan minyak bumi:
di lautan dan di daratan.
Batu bara adalah hidrokarbon padat yang 1) Minyak bumi diambil melalui sumur minyak
dengan kedalaman 3-4 km.
berasal dari sisa tumbuhan yang membentuk
batuan sedimen yang dapat terbakar. 2) Minyak bumi mentah (crude oil) lalu di-
tampung atau dialirkan menuju kilang minyak.
Gas alam adalah hidrokarbon gas yang berasal
dari sisa tumbuhan dan hewan di lautan, dan 3) Minyak bumi mentah selanjutnya akan diolah
terbentuk bersamaan dengan minyak bumi. sehingga dapat dimanfaatkan.
Komposisi bahan bakar fosil: Pengolahan minyak bumi mentah dilakukan
melalui dua tahap, yaitu desalting dan destilasi
B.b. fosil Komposisi
bertingkat (refining).
 alkana (n-heptana, n-oktana
Desalting adalah proses penghilangan elektrolit
dan isooktana)
dan senyawa anorganik lainnya dengan
 sikloalkana (siklopentana dan penambahan air, asam dan basa.
Minyak bumi
sikloheksana)
Destilasi bertingkat adalah penyulingan minyak
 benzena bumi mentah yang memisahkan hidrokarbon
 sedikit alkena, S, N dan O menjadi fraksi-fraksi berdasarkan titik didih.

20oC C1 – C5
1 gas
 LPG (Liquified Petroleum Gas)
30oC
 suku makin tinggi  sumber hidrogen
C5 – C7
 titik didih makin tinggi 2 eter petroleum
 massa jenis, viskositas o
150 C  pelarut organik
dan densitas makin  dry cleaning
tinggi C5 – C12
 volatilitas makin turun 3 bensin/gasolin
o
 makin sulit mengalir 200 C  bahan bakar motor (BBM)
 makin sulit terbakar 4 kerosin
C12 – C18
 bahan bakar diesel
300oC  bahan bakar industri
minyak  bahan baku cracking
>C16
bumi  minyak tanah
mentah
370oC  bahan
5 gel petroleum/pelumas
 pelumas kendaraan
400oC >C20
6 parafin
400oC  lilin  korek api
 seni pahat
>C25
tungku 7 residu
pembakaran menara  bahan baku industri dan senyawa lain
fraksionasi  aspal

HIDROKARBON 1
materi78.co.nr KIM 4
Cara kerja destilasi bertingkat: Contoh nilai oktan pada beberapa mutu bensin:
1) Minyak bumi mentah dipanaskan pada suhu Jenis Oktan Jenis Oktan
350-400oC, lalu dimasukkan ke dalam Bensin murni 70 Pertamax 91-92
menara fraksionasi/kolom distilasi.
Premium 88 Pertamax plus 94-95
2) Di dalam menara fraksionasi, terbentuk
campuran yang mendidih pada jangka suhu Nilai oktan dapat dinaikkan dengan cara:
tertentu, akibat perbedaan jumlah atom C, 1) Reaksi isomerisasi, reaksi penyusunan
jumlah cabang, dll. rantai lurus menjadi bercabang pada suhu
3) Fraksi-fraksi hidrokarbon dipindahkan dan tekanan tinggi dengan bantuan katalis.
menuju pipa masing-masing untuk diolah. 2) Proses blending, proses penambahan zat
Di Indonesia, sumur minyak banyak terdapat di berupa bensin hasil cracking dan zat
Aceh, Sumut, Jawa, Riau, Kalimantan dan Papua. antiketukan.
Zat antiketukan adalah zat yang menyebabkan
D. FRAKSI BENSIN DAN RESIDU
reaksi isomerisasi, antara lain:
Fraksi bensin (gasolin/petrol) adalah fraksi
1) TEL/tetraethyl lead (Pb(C2H5)4)
minyak bumi beratom karbon C5 – C12 dengan
C2H5
titik didih 30 – 200oC. |
Bensin adalah fraksi yang paling banyak C2H5 —Pb—C2H5
|
digunakan sebagai bahan bakar motor (BBM). C2H5
BBM paling banyak mengandung isomer dari
Penambahan TEL membutuhkan etilen
heptana (C7H16) dan oktana (C8H18).
bromida (C2H4Br2) agar Pb berubah menjadi gas.
Bensin didapat dari:
Ketika terbakar bersama bensin, akan
1) Distilasi bertingkat, hanya menghasilkan
terbentuk PbBr2 yang sangat berbahaya dan
6% fraksi bensin.
merusak sistem saraf. Oleh karena itu,
2) Reaksi cracking, yaitu perengkahan fraksi penggunaan TEL sudah dilarang.
kerosin untuk membentuk bensin.
2) MTBE/metil tersbutil eter (C5H12O)
Bensin memiliki tingkat mutu atau perilaku yang
CH3
ditentukan oleh nilai oktan. |
CH3 O C — CH3
— —
Ketukan (knocking) adalah perilaku bensin |
akibat tekanan piston berupa pembakaran yang CH3
terlalu cepat dalam mesin. Ketukan mengurangi MTBE dapat meningkatkan jumlah O2 sehingga
efisiensi bahan bakar dan merusak mesin. pembakaran dapat terjadi lebih sempurna.
Nilai oktan adalah nilai yang menunjukkan 3) Etanol (C2H5OH)
kemampuan bensin menghindari ketukan. Etanol dapat dihasilkan dari tumbuhan dan
Isomer rantai bercabang memiliki nilai oktan zat antiketukan paling ramah lingkungan.
yang lebih tinggi daripada isomer rantai lurusnya. Etanol juga dapat meningkatkan jumlah O2
Pembanding nilai oktan adalah: seperti MTBE.
1) Isomer C7H16 yaitu n-heptana dengan nilai Fraksi residu adalah fraksi minyak bumi yang
oktan 0 (ketukan paling banyak), berada di dasar menara fraksionasi.
Fraksi residu digunakan untuk bahan baku
industri, produk petrokimia dan senyawa lain.
2) Isomer C8H18 yaitu isooktana (2,2,4-trimetil Fraksi residu diolah menjadi:
pentana) dengan nilai oktan 100 (ketukan 1) Olefin (alkena dan alkadiena)
paling sedikit). Residu diolah menjadi olefin berupa etilena
(etena), propilena (propena) dan butadiena.
2) Aromatik (benzena dan turunan benzena)
Residu diolah menjadi aromatik berupa
Nilai oktan menunjukkan presentase kadar benzena, toluena dan xilena.
isooktana di dalam bensin. 3) Sin-gas (synthetic gas)
Residu diolah menjadi gas sintesis berupa
campuran CO dan H2.

HIDROKARBON 2
materi78.co.nr KIM 4
E. POLUSI AKIBAT BAHAN BAKAR FOSIL
Polutan Asal Ciri-ciri Bahaya
pembakaran  meningkatkan pemanasan global dan perubahan iklim.
CO2 tidak berwarna
sempurna  menyebabkan hujan asam.
 menyebabkan iritasi mata, saluran pernapasan dan paru-paru, sakit
tidak berbau, tidak kepala pada kadar 100 ppm, kematian pada kadar 1000 ppm.
CO
berwarna, tidak berasa  mengganggu pengikatan O2 oleh Hb dalam darah dengan:
pembakaran
1. berikatan dengan Hb sehingga O2 tidak dapat berikatan dengan Hb,
tidak
Hb4 + CO sd 4HbCO (reaksi tak dapat balik)
sempurna
HbCO + O2 sd (reaksi tidak berjalan)
C jelaga hitam
2. menyerang Hb yang telah berikatan dengan O2.
HbO2 + CO sd HbCO + O2
 membentuk asbut (smog) yang menyebabkan iritasi mata, saluran
berwarna merah coklat, pernapasan dan paru-paru, dan daya pandang berkurang pada kadar 1
NOX
pengotor berbau menyengat ppm, dan kematian pada kadar 20 ppm.
bahan bakar  menyebabkan hujan asam.
tidak berwarna, berbau  dapat larut dalam tubuh membentuk asam sulfit atau asam sulfat.
SOX
menyengat  menyebabkan hujan asam.
 terganggunya pertumbuhan fisik dan mental anak-anak.
PbBr2 zat aditif keabu-abuan  kerusakan otak, hati dan ginjal.
 penyimpangan perilaku, penurunan IQ, depresi dan mudah lelah.

Polusi dari pembakaran bahan bakar fosil Hujan asam menyebabkan beberapa masalah:
dihasilkan oleh pembakaran, pengotor pada 1) Kerusakan hutan dan tanaman.
bahan bakar, dan zat aditif. 2) Kerusakan tanah.
Hujan asam adalah hujan yang didalamnya 3) Kematian biota air.
terlarut oksida nitrogen dan belerang yang
4) Kerusakan bangunan, terutama yang
menyebabkan pH hujan <5,7.
dibangun dari marmer dan beton.
Polutan CO2, SOX dan NOX larut dalam air hujan
Pengubah katalitik (catalytic converter)
membentuk asam.
adalah alat pengubah polutan berbahaya
Karbondioksida menjadi tidak berbahaya yang dipasang pada
CO2(g) + H2O(l) qe H2CO3(aq) knalpot kendaraan bermotor.
Oksida belerang Pengubah katalitik tersusun atas silinder baja
1) Pembakaran S dalam mesin yang mengandung katalis Ni.
S(s) + O2(g) sd SO2(g) Cara kerja pengubah katalitik:
2) Pembentukan belerang trioksida 1) Mengubah CO menjadi CO2
2SO2(g) + O2(g) qe 2SO3(g) 2CO(g) + O2(g) d 2CO2(g)
3) Pembentukan asam sulfit 2) Mengubah NO menjadi N2
SO2(g) + H2O(l) qe H2SO3(aq) 2NO(g) + 2CO(g) d 2CO2(g) + N2(g)
4) Pembentukan asam sulfat 3) Mengubah NO2 menjadi N2
2SO3(g) + H2O(l) qe H2SO4(aq) 2NO2(g) d N2(g) + 2O2(g)
Oksida nitrogen Pengubah katalitik tidak dapat digunakan
1) Pembakaran N2 dalam mesin untuk mengubah partikel timah hitam menjadi
N2(g) + O2(g) sd 2NO(g) tidak berbahaya karena Pb meracuni katalis Ni.

2) Kontak NO dengan udara luar


2NO(g) + O2(g) qe 2NO2(g)
3) Pembentukan asam nitrit dan nitrat
2NO2(g) + H2O(l) qe HNO2(aq) + HNO3(aq)

HIDROKARBON 3
materi78.co.nr KIM 4

Turunan Hidrokarbon
A. PENDAHULUAN Penamaan trivial pada bentuk rantai karbon,
cabang dan posisi gugus fungsi:
Turunan hidrokarbon adalah senyawa turunan
homolog alkana yang mengandung gugus fungsi. 1) Posisi primer (terikat pada atom C primer)
Gugus fungsi turunan hidrokarbon terdiri atas: C — C — C — C — OH
Alkohol (–OH) Eter (–O–) 2) Posisi sekunder (terikat pada atom C sekunder)
R — OH R — O —R C— C— C— C
|
Aldehida (–CHO) Keton/karbonil (–CO–) OH

R — C —H R— C —R 3) Posisi tersier (terikat pada atom C sekunder)


|| || C
O O |
C— C— C
Karboksil (–COOH) Ester (–COO–) |
OH
R — C — OH R— C — O — R
|| || 4) Posisi iso (pada rantai karbon terdapat satu
O O cabang pada nomor kedua)

Halogen (–X) C
|
R— X C — C — C — OH
Homolog turunan hidrokarbon terdiri atas: Posisi iso dapat sama dengan posisi sekunder.
Homolog Gugus fungsi Rumus umum C
|
Alkanol –OH C — C — COO — C
CnH2n+2O
Alkoksi alkana –O– 5) Posisi neo (pada rantai karbon terdapat dua
Alkanal –CHO cabang pada nomor kedua)
CnH2nO
Alkanon –CO– C
Asam alkanoat –COOH |
CnHnO2 C — C — C — OH
Alkil alkanoat –COO– |
C
Haloalkana –X CnH2n+1X
Posisi neo dapat sama dengan posisi tersier.
B. TATA NAMA TURUNAN HIDROKARBON C
|
Tata nama turunan hidrokarbon didasarkan
C — C — OH
atas aturan IUPAC atau menggunakan nama |
trivial (nama umum/dagang). C
Penamaan IUPAC dan trivial pada turunan Penamaan trivial pada suku-suku homolog
hidrokarbon: alkanal, asam alkanoat dan alkil alkanoat:
Gugus fungsi IUPAC Trivial Atom C Nama trivial Atom C Nama trivial
Alkohol alkanol alkil alkohol 1 form- 6 kapro-
Eter alkoksi alkana alkil alkil eter 2 aset- 7 enant-
alkil aldehida 3 propio- 8 kapril-
Aldehida alkanal
trivialdehida 4 butir- 9 pelargon-
Keton/karbonil alkanon alkil alkil keton 5 valer- 10 kapr-
asam trivioat
asam C. KEISOMERAN TURUNAN HIDROKARBON
Karboksil asam alkana
alkanoat Keisomeran turunan hidrokarbon terdiri atas:
karboksilat
Isomer Perbedaan Homolog
Ester alkil alkanoat alkil triviat
Struktur
Halogen haloalkana alkil halida
beda rantai
Rantai/ seluruh turunan
utama/induk
rangka hidrokarbon
atau alkil

HIDROKARBON 1
materi78.co.nr KIM 4
beda posisi Contoh:
Posisi selain asam alkanoat
gugus fungsi CH3—OH
beda homolog, alkanol-alkoksi alkana, IUPAC : metanol
Fungsi namun sama alkanal-alkanon, asam Trivial : metil alkohol (spirtus)
rumus umum alkanoat-alkil alkanoat CH3—CH2—OH
Ruang IUPAC : etanol
beda pemutar alkanol atau mengan- Trivial : etil alkohol (alkohol di pasaran)
Optis
polarimetri dung gugus alkohol CH3—CH2—CH2—OH
Pada isomer optis, dua buah rumus bangun IUPAC : 1-propanol
memiliki nama yang sama, namun berbeda jika Trivial : propil alkohol
dilewatkan cahaya terpolariasi. CH3—CH2—CH2—CH2—CH2—OH
polarisator IUPAC : 1-pentanol
cahaya Trivial : pentil alkohol
terpolarisasi CH3 —CH2 — CH — CH2 — CH3
cahaya tak |
terpolarisasi θ OH
senyawa
IUPAC : 3-pentanol
berisomer
optis Trivial : sekpentil alkohol

Untuk membedakannya, kedua rumus bangun CH3


|
diberi notasi L- dan D-. CH3— CH2— C — CH3
1) Bentuk levo (L-) menyatakan senyawa |
OH
memutar polarimetri ke kiri.
IUPAC : 2-metil-2-butanol
2) Bentuk dekstro (D-) menyatakan senyawa
memutar polarimetri ke kanan. Trivial : terspentil alkohol
CH3— CH — CH2— CH2 — OH
Hubungan dua isomer optis dapat berupa
|
enansiomer (saling mencerminkan), dan CH3
diastereoisomer (tak saling mencerminkan).
IUPAC : 3-metil-1-butanol
Campuran senyawa enansiomer sejenis bersifat Trivial : isopentil alkohol
optis aktif, sedangkan campuran dua senyawa
CH3
enansiomer berbeda (rasemat) bersifat optis tak |
aktif. CH3— C — CH2— OH
|
Keisomeran optis disebabkan oleh atom C kiral CH3
(asimetris), yaitu atom karbon yang mengikat 4 IUPAC : 2,2-dimetil-1-propanol
gugus yang seluruhnya berbeda.
Trivial : neopentil alkohol
Semakin banyak atom C kiral, semakin banyak
CH3
isomer optis. Jika n adalah jumlah atom C kiral: |
n
CH3— CH — CH — CH2 — OH
jumlah isomer optis = 2 |
CH3
D. ALKANOL DAN ALKOKSI ALKANA IUPAC : 2,3-dimetil-1-butanol
Aturan penamaan IUPAC alkanol: Trivial : tidak ada
1) Penamaan didasarkan atas rantai utama dan Aturan penamaan IUPAC alkoksi alkana:
diberi akhiran -ol. Gugus alkohol dianggap 1) Penamaan didasarkan atas gugus karbon di
cabang. sekitar gugus eter.
2) Posisi cabang dan gugus alkohol a. Rantai utama adalah gugus karbon
ditentukan dengan penomoran rantai utama. terpanjang.
Penomoran dilakukan sedemikian rupa b. Gugus karbon yang lebih pendek
sehingga gugus alkohol memiliki nomor kecil. dianggap cabang, diberi akhiran –oksi.
Aturan penamaan trivial alkanol: 2) Posisi cabang dan gugus eter ditentukan
1) Penamaan didasarkan atas gugus alkil dengan penomoran rantai utama.
sebagai cabang gugus alkohol. Penomoran dilakukan sedemikian rupa
2) Penamaan ditulis sebagai alkil alkohol. sehingga gugus eter memiliki nomor kecil.

HIDROKARBON 2
materi78.co.nr KIM 4
3) Gugus eter selalu ditulis paling awal 3. 2-metoksi-2-metilpropana (rantai utama C3)
daripada cabang. C
Aturan penamaan trivial alkoksi alkana:
|
C— O — C — C
1) Penamaan didasarkan atas gugus karbon di |
sekitar gugus eter. C
2) Penamaan gugus diurut berdasarkan abjad Pada isomer posisi, dua buah rumus bangun
(sebelum diberi indeks, sek-, ters-, iso-, dan memiliki rumus molekul yang sama namun
neo-) sesuai nama gugus alkil di sekitar nomor gugus fungsi berbeda (alkanol) atau posisi
gugus eter sebagai alkil alkil eter. gugus fungsi berbeda (alkoksi alkana).
Contoh: Contoh isomer posisi:
CH3—O—CH2—CH2—CH2—CH3 Alkanol
IUPAC : 1-metoksibutana Misalnya 3-pentanol dengan rumus molekul
Trivial : butil metil eter C5H12O, memiliki keisomeran posisi dengan,
CH3 — O — CH2 — CH — CH3 C— C — C —C — C
| |
CH3 OH
IUPAC : 1-metoksi-2-metilpropana 1. 1-pentanol
Trivial : isobutil metil eter C— C— C— C— C—OH
CH3—CH2—O—CH2—CH2—CH3
2. 3-metil-2-butanol
IUPAC : 1-etoksipropana
C OH
Trivial : etil propil eter | |
C — C —C — C
CH3 — CH2 — O — CH — CH3
| 3. 2,2-dimetil-1-propanol
CH3
C
IUPAC : 2-etoksipropana |
Trivial : etil sekpropil eter/etil isopropil eter C — C — C —OH
|
Pada isomer rantai, dua buah rumus bangun C
memiliki rumus molekul yang sama namun rantai
Alkoksi alkana
utama berbeda (alkanol) atau gugus alkil berbeda
(alkoksi alkana). Misalnya 1-metoksipentana dengan rumus
molekul C6H14O, memiliki keisomeran posisi
Contoh isomer rantai:
dengan,
Alkanol, contoh: berikut ini isomer rantai C7H16O,
C— O— C— C— C— C— C
1. 1-heptanol (rantai utama C7)
1. 1-etoksibutana
C— C— C— C— C— C— C—OH
C— C— O— C— C— C— C
2. 5-metil-1-heksanol (rantai utama C6)
2. 1-propoksipropana
C — C — C — C — C — C —OH
| C— C— C— O— C— C— C
C Pada isomer fungsi, dua buah rumus bangun
3. 3,4-dimetil-1-pentanol (rantai utama C5) memiliki rumus umum yang sama namun
C homolog (keluarga) yang berbeda.
| Contoh isomer fungsi:
C — C — C — C — C — OH
| Senyawa dengan rumus molekul C5H12O,
C 1. 1-pentanol
Alkoksi alkana, contoh: berikut ini isomer rantai C— C— C— C— C—OH
C5H12O, 2. 1-metoksi butana
1. 1-metoksibutana (rantai utama C4) C— O— C— C— C— C
C— O— C— C— C— C Pada isomer optis, dua buah rumus bangun
2. 1-metoksi-2-metilpropana (rantai utama C3) memiliki nama yang sama, namun menghasilkan
C— O — C — C— C cahaya terpolarisasi berbeda.
|
C

HIDROKARBON 3
materi78.co.nr KIM 4
Contoh isomer optis: CH3
|
2-butanol
CH3— C — CH2 — CHO
CH3 — CH2 —CH—CH3 |
| CH3
OH
IUPAC : 3,3-dimetilbutanal
H H
Trivial : neokaproaldehida
| |
H5C2 — C*—CH3 H3C — C*—C2H5 CH3— CH2—CH— CHO
| | |
OH HO CH2
|
L-2-butanol D-2-butanol CH3
3-metil-3-heksanol IUPAC : 2-etilbutanal
CH3 Trivial : sekkaproaldehida
|
CH3
CH3 — CH2 —CH2 — C — CH2—CH3
| |
OH CH3— CH2— C — CHO
|
CH3 H3C CH3
| |
H7C3 — C*— C2H5 H5C2— C*—C3H7 IUPAC : 2,2-dimetilbutanal
| | Trivial : terskaproaldehida
OH HO Aturan penamaan IUPAC alkanon:
L-3-metil-3-heksanol D-3-metil-3-heksanol 1) Penamaan didasarkan atas rantai utama dan
E. ALKANAL DAN ALKANON diberi akhiran -on. Gugus keton dianggap
cabang, namun atom karbonnya dihitung
Aturan penamaan IUPAC alkanal:
sebagai rantai utama.
1) Penamaan didasarkan atas rantai utama dan
2) Posisi cabang dan gugus keton ditentukan
diberi akhiran -al. Gugus aldehida dianggap
cabang, namun atom karbonnya dihitung dengan penomoran rantai utama.
sebagai rantai utama. Penomoran dilakukan sedemikian rupa
2) Posisi cabang ditentukan dengan sehingga gugus keton memiliki nomor kecil.
penomoran rantai utama. Aturan penamaan trivial alkanon:
Atom karbon gugus aldehida dihitung 1) Penamaan didasarkan atas gugus karbon di
sebagai rantai utama dan selalu menjadi sekitar gugus keton.
atom karbon nomor 1 (gugus aldehida tidak 2) Penamaan gugus diurut berdasarkan abjad
perlu diberi nomor). (sebelum diberi indeks, sek-, ters-, iso-, dan
Aturan penamaan trivial alkanal: neo-) sesuai nama gugus alkil di sekitar
1) Penamaan didasarkan atas jumlah atom C gugus keton sebagai alkil alkil keton.
dan bentuk rantai. Contoh:
2) Penamaan ditulis sebagai trivialdehida. CH3—CO—CH2—CH2—CH2—CH3
Contoh: IUPAC : 2-heksanon
H—CHO Trivial : butil metil keton
IUPAC : metanal CH3—CH2—CO—CH2—CH2—CH3
Trivial : formaldehida (formalin) IUPAC : 3-heksanon
CH3—CH2—CH2—CH2—CH2—CHO Trivial : etil propil keton
IUPAC : heksanal CH3— CO — CH2— CH —CH3
|
Trivial : kaproaldehida CH3
CH3— CH —CH2 — CH2 — CHO
| IUPAC : 4-metil-2-pentanon
CH3 Trivial : isobutil metil keton
IUPAC : 4-metilpentanal Pada isomer rantai, dua buah rumus bangun
Trivial : isokaproaldehida memiliki rumus molekul yang sama namun rantai
utama berbeda (alkanal) atau gugus alkil berbeda
(alkoksi alkana).

HIDROKARBON 4
materi78.co.nr KIM 4
Contoh isomer rantai: F. ASAM ALKANOAT DAN ALKIL ALKANOAT
Alkanal, contoh: berikut ini isomer rantai C6H12O, Aturan penamaan IUPAC asam alkanoat:
1. heksanal (rantai utama C6) 1) Penamaan didasarkan atas rantai utama dan
C— C— C— C— C—CHO diberi kata asam di depan dan akhiran –oat.
2. 3-metilpentanal (rantai utama C5) Gugus karboksil dianggap cabang, namun
C — C — C — C —CHO atom karbonnya dihitung sebagai rantai
| utama.
C
2) Posisi cabang ditentukan dengan
3. 3,3-dimetilbutanal (rantai utama C4) penomoran rantai utama.
C Atom karbon gugus karboksil dihitung
|
C — C — C —CHO sebagai rantai utama dan selalu menjadi
| atom karbon nomor 1.
C
Aturan penamaan trivial asam alkanoat:
Alkanon, contoh: berikut ini isomer rantai
Nama trivial 1
C6H12O,
1) Penamaan didasarkan atas jumlah atom C
1. 2-heksanon (rantai utama C6)
dan bentuk rantai.
C— CO— C— C— C—C
2) Penamaan ditulis sebagai asam trivioat.
2. 4-metil-2-pentanon (rantai utama C5)
Nama trivial 2
C —CO— C — C — C
| 1) Penamaan didasarkan atas rantai utama
C sebagai alkana yang diberi kata asam
3. 3,3-dimetil-2-butanon (rantai utama C4) didepannya. Gugus karboksil dianggap
C cabang, dan atom karbonnya tidak dihitung
| sebagai rantai utama.
C —CO— C — C
| 2) Posisi cabang dan gugus karboksil
C ditentukan dengan penomoran rantai utama.
Pada isomer posisi, dua buah rumus bangun Penomoran dilakukan sedemikian rupa
memiliki rumus molekul yang sama namun posisi sehingga gugus keton memiliki nomor kecil.
gugus fungsi berbeda. 3) Gugus karboksil selalu ditulis paling akhir
Alkanal tidak mempunyai isomer posisi. dan diberi akhiran –at.
Contoh isomer posisi alkanon: 4) Penamaan ditulis sebagai asam alkana
Misalnya 2-heptanon dengan rumus molekul karboksilat.
C7H14O, memiliki keisomeran posisi dengan, Contoh:
C— CO— C— C— C—C—C H—COOH
1. 3-heptanon IUPAC : asam metanoat
C— C— CO— C— C—C—C Trivial : 1) asam formiat
2. 4-heptanon 2) tidak ada
C— C— C— CO— C—C—C CH3—COOH
Pada isomer fungsi, dua buah rumus bangun IUPAC : asam etanoat
memiliki rumus umum yang sama namun Trivial : 1) asam asetat
homolog (keluarga) yang berbeda. 2) asam metana karboksilat
Contoh isomer fungsi: CH3—CH2—CH2—CH2—CH2—COOH
Senyawa dengan rumus molekul C6H12O, IUPAC : asam heksanoat
1. heksanal Trivial : 1) asam kaproat
C— C— C— C— C—CHO 2) asam pentana-1-karboksilat
2. 3-heksanon CH3— CH —CH2—CH2—COOH
C— C— CO— C— C—C |
CH3
IUPAC : asam 4-metilpentanoat
Trivial : 1) asam isokaproat
2) asam 3-metilbutana-1-karboksilat

HIDROKARBON 5
materi78.co.nr KIM 4
CH3 CH3
| |
CH2 — C —CH2—COOH CH3— C —COO—CH3
| |
CH3 CH3
IUPAC : asam 3,3-dimetilbutanoat IUPAC : metil-2,2-dimetilpropanoat
Trivial : 1) asam neokaproat Trivial : metil neovalerat/metil tersvalerat
2) asam 2,2-dimetil-1-karboksilat Pada isomer rantai, dua buah rumus bangun
CH3 — CH2— CH —COOH memiliki rumus molekul yang sama namun rantai
| utama berbeda (asam alkanoat) atau gugus alkil
CH2— CH3
berbeda (alkil alkanoat).
IUPAC : asam 2-etilbutanoat
Contoh isomer rantai:
Trivial : 1) asam sekkaproat
Asam alkanoat, contoh: berikut ini isomer rantai
2) asam pentana-3-karboksilat
C6H12O2,
Aturan penamaan IUPAC alkil alkanoat:
1. asam heksanoat (rantai utama C6)
1) Penamaan didasarkan atas gugus karbon di
C— C— C— C— C—COOH
sekitar gugus ester.
2. asam 3-metilpentanoat (rantai utama C5)
a. Gugus karbon yang berikatan dengan O
C — C — C — C —COOH
gugus ester adalah rantai utama diberi |
akhiran –oat. C
b. Gugus karbon yang berikatan dengan C Alkil alkanoat, contoh: berikut ini isomer rantai
gugus ester dianggap sebagai alkil dan C6H12O,
diletakkan di depan. 1. metil pentanoat (rantai utama C6)
2) Posisi cabang pada rantai utama C—C— C— C— COO—C
ditentukan dengan penomoran rantai utama. 2. metil-3-metilbutanoat (rantai utama C5)
Atom karbon gugus ester dihitung sebagai C — C — C—COO— C
rantai utama dan selalu menjadi atom karbon |
nomor 1. C
Aturan penamaan trivial alkil alkanoat: Pada isomer posisi, dua buah rumus bangun
memiliki rumus molekul yang sama namun posisi
1) Penamaan didasarkan atas jumlah atom C
gugus fungsi berbeda.
dan bentuk rantai.
Asam alkanoat tidak mempunyai isomer posisi.
2) Penamaan ditulis sebagai alkil trivioat.
Contoh isomer posisi alkil alkanoat:
Contoh:
Misalnya pentil etanoat dengan rumus molekul
CH3—CH2—COO—CH2—CH2—CH3
C7H14O2, memiliki keisomeran posisi dengan,
IUPAC : propil propanoat
C— COO— C— C— C—C—C
Trivial : propil propionat
1. butil propanoat
CH3—CH2—CH2—COO—CH2—CH3
C— C— COO— C— C—C—C
IUPAC : etil butanoat
2. propil butanoat
Trivial : etil butirat
C— C— C— COO— C—C—C
CH3—CH2—CH2—CH2—COO—CH3
Pada isomer fungsi, dua buah rumus bangun
IUPAC : metil pentanoat
memiliki rumus umum yang sama namun
Trivial : metil valerat homolog (keluarga) yang berbeda.
CH3— CH — CH2—COO—CH3 Contoh isomer fungsi:
|
CH3 Senyawa dengan rumus molekul C6H12O2,
IUPAC : metil-3-metilbutanoat 1. asam heksanoat
Trivial : metil isovalerat C— C— C— C— C—COOH
CH3— CH — COO— CH2—CH3 2. propil propanoat
| C— C— COO— C— C—C
CH3
IUPAC : etil-2-metilpropanoat
Trivial : etil isobutirat/etil sek butirat

HIDROKARBON 6
materi78.co.nr KIM 4
G. HALOALKANA 2) Reaksi substitusi
Aturan penamaan IUPAC haloalkana: Adalah reaksi penggantian 1 atom H dengan
1) Penamaan didasarkan atas rantai utama. unsur lain (biasanya halogen).
Halogen dianggap cabang, dan diberi Alkana + Halogen
akhiran –o. d Haloalkana + Asam Halida
2) Posisi cabang dan halogen ditentukan
dengan penomoran rantai utama. 3+2d4+1
a. Penomoran dilakukan sedemikian rupa Reaksi substitusi terjadi pada seluruh
sehingga halogen memiliki nomor kecil. turunan hidrokarbon.
b. Jika terdapat >1 halogen, maka prioritas Contoh reaksi substitusi:
penomoran adalah F > Cl > Br > I. CH4 + Cl2 d CH3Cl + HCl
3) Cabang sejenis yang jumlahnya >1 cukup H H
| |
ditulis sekali, namun diberi indeks (di-, tri-, H–C–H Cl – Cl H – C – Cl H – Cl
tetra-, dst.). | |
H H
4) Jika terdapat lebih dari satu macam jenis
3) Reaksi adisi (reduksi)
cabang, maka urutan penamaan cabang
Adalah reaksi penjenuhan/pemutusan ikatan
diurut berdasarkan abjad dalam bahasa
rangkap oleh H2, X2 atau HX.
Inggris (sebelum diberi indeks, sek-, ters-,
iso-, dan neo-). 3+2d5
Aturan penamaan haloalkana: Reaksi adisi terjadi pada homolog turunan
hidrokarbon selain alkohol dan eter.
1) Penamaan didasarkan atas gugus alkil
sebagai cabang halogen (jika tunggal). Contoh reaksi adisi:
2) Penamaan ditulis sebagai alkil halogen. O— H
O |
Contoh:
|| + H2 d CH3— CH2— C—H
CH3— CH2— C—H |
CH3—Cl H
O— Br
IUPAC : klorometana O |
|| + HBr d CH3— C — O — CH3
Trivial : metil klorida CH3— C — O — CH3 |
CH3—CHBr—CH3 H
IUPAC : 2-bromopropana 4) Reaksi eliminasi
Trivial : isopropil bromida Adalah reaksi pembentukan ikatan rangkap
CH3 Cl dengan melepas dua gugus di sekitar 2 atom C
F F I
| | | | | yang berikatan, dan melepas X2, HX atau H2O.
CH2— CH — C — C — CH Reaksi eliminasi menggunakan dehidrator
| | | berupa H2SO4 pekat pada suhu 180oC.
Cl Br Br
IUPAC : 4,5-dibromo-3,5-dikloro-1,2-difluoro-3- 5d3+2
iodo-4-metilpentana Reaksi eliminasi terjadi pada seluruh
Trivial : tidak ada homolog turunan hidrokarbon.
Pada reaksi eliminasi HX atau H2O berlaku
H. REAKSI-REAKSI TURUNAN HIDROKARBON
aturan Saytzeff tentang arah eliminasi.
Reaksi-reaksi umum pada turunan hidrokarbon
terdiri atas: Atom H yang tereliminasi adalah yang
1) Reaksi pembakaran/redoks terikat pada atom C yang mengikat lebih
sedikit atom H (miskin makin miskin).
Adalah reaksi redoks dengan jalan
pembakaran menggunakan O2. Contoh reaksi eliminasi:
T. Hidrokarbon + O2 d CO2 + H2O CH3 – CH(OH) – CH3 dapat ditulis
OH H H2SO4
Reaksi pembakaran terjadi pada seluruh | | sssd CH3 – CH = CH2 + H2O
homolog turunan hidrokarbon. CH3— CH CH2

Contoh reaksi pembakaran: CH3 – CHBr – CH3 dapat ditulis


C2H5OH + 3O2 d 2CO2 + 3H2O Br H H2SO4
| | sssd CH3 – CH = CH2 + HBr
CH3— CH— CH2

HIDROKARBON 7
materi78.co.nr KIM 4
Reaksi-reaksi alkohol dan eter: Contoh:
1) Reaksi dengan logam alkali C2H5–OH + HCl d C2H5–Cl + H2O
Alkohol CH3–O–C2H5 + HI d CH3–OH + C2H5–I
Alkohol + Logam Alkali CH3–O–C2H5 + 2HI d CH3–I + C2H5–I + H2O
d Alkali Alkoksida + H2 5) Reaksi eliminasi
Disebut juga reaksi dehidrasi alkohol
2R–OH + 2M d 2R–ONa + H2
karena melepas air.
Eter (tidak bereaksi)
Alkohol
Contoh:
H2SO4 p
2C2H5–OH + 2Na d 2C2H5–ONa + H2 Alkohol sssd Eter + H2O
2) Reaksi dengan fosfor trihalogen (PX3) 130-140oC
Alkohol
2R–OH d 2R–O–R + H2O
Alkohol + PCl3/PBr3/PI3
d Haloalkana + H3PO3 H2SO4 p
Alkohol sssd Alkena + H2O
3R–OH + PX3 d 3R–X + P(OH)3 170-180oC
Eter (tidak bereaksi)
R–OH d R=R + H2O
Contoh:
3C2H5–OH + PCl3 d 3C2H5–Cl + H3PO3 Eter (tidak bereaksi)
3) Reaksi dengan fosfor pentahalogen (PX5) Contoh:
Alkohol (menghasilkan asam halida) C3H7–OH dapat ditulis
H OH
Alkohol + PCl5/PBr5/PI5 H2SO4
| | sssd CH3–CH=CH2 + H2O
d Haloalkana + Asam Halida + POX3 CH3— CH—CH2
C2H5–OH dapat ditulis
R–OH + PX5 d RX + HX + POX3
C2H5— OH
Eter (tidak menghasilkan asam halida) H2SO4
sssd C2H5–O–C2H5 + H2O
C2H5— OH
Eter + PCl5/PBr5/PI5
6) Reaksi dengan oksidator (oksidasi)
d Haloalkana 1 + Haloalkana 2 + POX3
Oksidator terdiri atas:
R1–O–R2 + PX5 d R1X + R2X + POX3 a. Oksidator lemah, yaitu tembaga pijar (CuO).
Contoh: b. Oksidator kuat, yaitu ion Cr2O72- dan
C2H5–OH + PCl5 d C2H5–Cl + HCl + POCl3 MnO4- pada suasana asam (H+).
CH3–O–C2H5 + PCl5 d CH3–Cl + C2H5–Cl + POCl3 Alkohol
4) Reaksi dengan asam halida (HX)
Alkohol P. + CuO d Alkanal + Cu + H2O
Alkohol
Alkohol + HF/HCl/HBr/HI Alkohol P. + Cr2O72-/MnO4- + H+
d Haloalkana + H2O d Asam Alkanoat + Cr3+/Mn2+ + H2O

R–OH + HX d RX + H2O Alkohol S. + Cr2O72-/MnO4- + H+


Eter (tidak menghasilkan asam halida) d Alkanon + Cr3+/Mn2+ + H2O
Eter hanya bereaksi dengan asam halida
Alkohol sekunder tidak teroksidasi oleh
terkuat, yaitu HI.
oksidator lemah, sedangkan alkohol tersier
Asam iodida cukup (1 : 1) tidak teroksidasi sama sekali.
Eter + HI d Alkohol + Haloalkana Eter (tidak bereaksi)
Contoh:
R1–O–R2 + HI d R1OH + R2I
CH3-CH2-OH + CuO d CH3-CHO + Cu + H2O
Asam iodida berlebih (1 : 2)
CH3-CH2-OH + Cr2O72- + H+ d
Eter + HI d CH3-COOH + 2Cr3+ + H2O
Haloalkana 1 + Haloalkana 2 + H 2O OH
| + MnO4- + H+ d
CH3—CH—CH3
R1–O–R2 + 2HI d R1I + R2I + H2O
CH3-CO-CH3 + Mn2+ + H2O

HIDROKARBON 8
materi78.co.nr KIM 4
Reaksi-reaksi aldehida dan keton: 2) Reaksi esterifikasi-hidrolisis ester
1) Reaksi adisi H2 Merupakan dua reaksi yang berkebalikan.
Reaksi adisi H2 adalah kebalikan dari reaksi Reaksi esterifikasi
alkohol dengan oksidator.
Asam Alkanoat (Karboksil) + Alkohol
Aldehida d Alkil Alkanoat (Ester) + Air
Aldehida/Alkanal + H2 d Alkohol Primer
Reaksi hidrolisis ester
R–CHO + H2 d R–CH2–OH Alkil Alkanoat (Ester) + Air
Keton d Asam Alkanoat (Karboksil) + Alkohol
Keton/Alkanon + H2 d Alkohol Sekunder
Contoh:
R1–CO–R2 + H2 d R1–CH(OH)–R2 O
Contoh: || + H O—CH d
3
C2H5— C—OH
O OH
|| + H2 d | asam propanoat metanol
CH3—CH2— C — H CH3—CH2—CH2
O
O OH || + H2O
|| + H2 d | C2H5— C—O—CH3
CH3— C —CH3 CH3—CH— CH3
metil propanoat
2) Reaksi dengan oksidator (oksidasi) Reaksi-reaksi haloalkana:
Oksidatornya adalah oksidator lemah berupa 1) Reaksi substitusi
pereaksi Tollens dan pereaksi Fehling.
Adalah reaksi penggantian 1 atom halogen
Pereaksi Tollens (perak amoniakal), [Ag[(NH3)2]+ dengan gugus –OH dari basa kuat,
tereduksi menjadi Ag (cermin perak), menghasilkan alkanol.
sedangkan pereaksi Fehling, Cu(OH)2 te-
reduksi menjadi Cu2O (endapan merah bata). Haloalkana + Basa Kuat
d Alkanol + Garam
Aldehida
Aldehida/Alkanal + Pereaksi Tollens Contoh:
d Asam Alkanoat + Ag + 2NH3 C2H5Cl + KOH d C2H5OH + KCl
CH3I + NaOH d CH3OH + NaI
Aldehida/Alkanal + Pereaksi Fehling
2) Reaksi eliminasi
d Asam Alkanoat + Cu2O
Reaksi eliminasi ini seperti reaksi eliminasi
Keton (tidak bereaksi) umum.
Reaksi-reaksi karboksil dan ester: Contoh:
1) Reaksi dengan basa kuat CH3 – CHF – CH2F dapat ditulis
Reaksi netralisasi (karboksil/asam alkanoat) F F
H2SO4
| | sssd CH3 – CH = CH2 + F2
Asam Alkanoat + Basa Kuat CH3— CH—CH2
d Garam Alkanoat + Air
CH3 – CHBr – CH3 dapat ditulis
R–COO-H+ + Kat+OH- d R–COOKat+ + H+OH- Br H
H2SO4
Reaksi saponifikasi/penyabunan (ester/ | | sssd CH3 – CH = CH2 + HBr
CH3— CH—CH2
alkil alkanoat)
CH3 – CHCl – CH2 – CH3 dapat ditulis
Ester (Lemak) + Basa Kuat
Cl H
d Garam Ester (Sabun) + Alkohol (Gliserol) | | KOH
sssd
CH3— CH—
—CH— CH3
(akan dipelajari di bagian Biokimia)
CH3 – CH = CH – CH3 + HCl
Contoh:
CH3COOH + NaOH d CH3COONa + H2O I. KEGUNAAN TURUNAN HIDROKARBON
C2H5COOH + KOH d C2H5COOK + H2O Kegunaan alkohol dan eter:
1) Bahan bakar spirtus (CH3OH) dan etanol
(C2H5OH).
2) Alkohol rumah tangga 70% (C2H5OH).
3) Sebagai pelarut organik.

HIDROKARBON 9
materi78.co.nr KIM 4
4) Zat antiketukan penambah nilai oktan, yaitu
MTBE (metil tersbutil eter) dan etanol
(C2H5OH).
5) Bahan baku industri, misalnya serat dan
plastik.
6) Bahan baku senyawa lain, misalnya
formaldehida, asetaldehida dan ester.
Kegunaan aldehida dan keton:
1) Formalin (formaldehida) untuk pengawet
biologis (HCHO).
2) Sebagai pelarut organik, misalnya thinner,
aseton/propanon (penghilang kuteks).
3) Bahan baku industri, misalnya plastik
termoset (tahan leleh) dan parfum.
Kegunaan karboksil (asam karboksilat):
1) Asam format sebagai penggumpal lateks/
getah pohon karet dan penyamakan kulit
(HCOOH).
2) Asam cuka sebagai campuran makanan
(CH3COOH).
Kegunaan ester:
Reaksi esterifikasi
Ester Suku
A. alkanoat Alkohol
Buah ≤10 suku rendah suku rendah
Lilin >10 suku tinggi suku tinggi
Lemak >10 suku tinggi gliserol

1) Ester buah-buahan (essence) digunakan


untuk campuran makanan yang
menghasilkan aroma, dan sebagai pelarut
organik.
Ester Aroma
etil format rum
metil salisilat sarsaparila
metil sinamat stroberi
propil asetat pir
etil nonanoat anggur
geranil butirat ceri
isoamil asetat pisang
oktil asetat
jeruk
nonil kaprilat
metil butirat
apel
amil valerat
etil butirat
nanas
amil asetat

2) Ester lilin (wax) digunakan untuk membatik,


pemoles mobil dan lantai.
3) Ester lemak (fat) digunakan untuk
pembuatan sabun, minyak goreng, mentega
dan margarin.

HIDROKARBON 10
materi78.co.nr KIM 4

Benzena
A. PENDAHULUAN B. TATA NAMA TURUNAN BENZENA
Benzena adalah hidrokarbon aromatik (cincin Struktur cincin benzena dasar:
konjugat) yang bersifat tidak jenuh.
H H
C–C
H–C C–H
C= C benzena (C6H6) fenil (C6H5–)

H H C6H6 CH2 CH C
Sifat-sifat benzena (aromatik) antara lain:
1) Memiliki aroma sedap dan bersifat toksik. benzil benzal benzo
2) Memiliki sifat-sifat senyawa organik umum. Substituen adalah cabang yang berikatan
3) Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dengan cincin benzena.
dibanding reaksi adisi. Aturan penamaan IUPAC turunan benzena 1
4) Bersifat jenuh, walau memiliki ikatan rangkap. substituen secara umum adalah cincin benzena
5) Memiliki struktur Kekule (resonansi), merupakan rantai utama, sedangkan subtituen
dimana ikatan rangkap dapat berpindah. dianggap sebagai cabang.
Turunan benzena utama dengan 1 substituen:

Struktur Nama Fungsi Struktur Nama Fungsi

CH3 fenol disinfektan, bahan


toluena pelarut, bahan OH
hidroksibenzena baku zat warna,
metil benzena baku peledak
benzena alkohol pengawet kayu
bahan baku
CH CH2 stirena O CH3 anisol feromon
polistirena
etenil benzena metoksibenzena serangga, obat-
(styrofoam,
vinilbenzena fenil metil eter obatan
plastik)

NH2 benzaldehida
anilina bahan baku zat C H bahan pengawet,
fenil metanal
aminobenzena warna diazo O parfum
benzoat aldehida

NO2 bahan baku C CH3 asetofenon


nitrobenzena
parfum sabun dan fenil etanon bahan baku resin
nitrobenzol O
peledak fenil metil keton

C N C OH bahan baku
sianobenzena
zat warna asam benzoat pengawet, obat-
benzonitril O
obatan
O
S O asam benzena bahan baku C ONa
natrium benzoat bahan pengawet
OH sulfonat detergen O

Cl klorobenzena herbisida, bahan


fenil klorida baku DDT

HIDROKARBON 1
materi78.co.nr KIM 4
Aturan penamaan benzena 2 substituen: Aturan penamaan benzena >2 substituen:
–COOH karboksil 1) Substituen prioritas menjadi rantai utama
–COO– ester bersama cincin benzena.
–SO3H sulfonat 2) Substituen lain dianggap sebagai cabang.
–CHO aldehida 3) Posisi substituen dinyatakan dengan angka.

prioritas menurun
–CO– keton 4) Penomoran cabang dimulai dari atom
–CN siano karbon yang mengikat substituen prioritas
tertinggi. Arah penomoran dilakukan ke
–OH alkohol/hidrokso
substituen prioritas berikutnya.
–NH2 amino
Jika seluruh substituen sama, maka dianggap
–R alkil
tidak ada cabang, namun posisi tetap ditulis.
–O– eter 5) Cabang sejenis yang jumlahnya >1 cukup
–NO2 nitro ditulis sekali, namun diberi indeks.
–X halo 6) Jika terdapat lebih dari satu macam jenis
1) Substituen prioritas menjadi rantai utama cabang, maka urutan penamaan cabang
bersama cincin benzena. diurut berdasarkan abjad dalam bahasa
2) Substituen lain dianggap sebagai cabang. Inggris (sebelum diberi indeks).
Jika kedua substituen sama, maka tidak ada Contoh benzena dengan >2 substituen:
subtituen yang dianggap cabang. CH3
HO
3) Posisi substituen dinyatakan dengan:
H3C
Cl NO2
CH3 CH3
4-kloro-3-metil-2- 1,3,4-trimetilbenzena
orto (o-) meta (m-) para (p-) nitrofenol (mesitilena)
Contoh benzena dengan 2 substituen:
OCH3
H3C CH3
Cl

CH3 H3C CH3


Cl O2N Br
NO
o-diklorobenzena o-nitrotoluena
2 1,2,4,5-
4-bromo-2-
(1,2-diklorobenzena) (1-metil-2-nitrobenzena) tetrametilbenzena
nitrometoksibenzena
(durena)
Cl
H2 NH CHO
N 2

I Cl O2N NO2
m-dianilina m-iodoklorobenzena Cl F
(1,3-diaminobenzena) (1-kloro-3-iodobenzena) 5-fluoro-1,4-
3,4-diklorobenzaldehida
dinitrobenzena
OH
H2N NO2 F
H2N F
p-nitroanilina p-aminofenol Br
(1-amino-4-nitrobenzena) (4-amino-1-hidroksibenzena)
HOOC 3,4-difluorobenzilbromida
H3C CH3
COOH

asam tereftalat (asam p-xilena


1,4-dikarboksilat benzena) (1,4-dimetilbenzena)

HIDROKARBON 2
materi78.co.nr KIM 4
Contoh senyawa umum yang mengandung cincin atau inti benzena:
Struktur Nama Fungsi Struktur Nama Fungsi
fumigan
(pestisida gas),
naftalena fenantrena obat-obatan
kamper kamar
mandi

COOH asam asetil


kumena bahan baku
salisilat aspirin, obat
isopropil fenol, perekat
CO CH3 asam 2- analgesik
benzena dan resin
O asetoksibenzoat

COOH COO CH3


asam salisilat obat penghilang metil salisilat
asam o- rasa sakit, obat metil o- balsem
OH OH
hidroksibenzoat demam hidroksibenzoat

H COOH
O parasetamol obat demam asam amino
H N C fenilalanin
asetaminofen dan penenang NH2 esensial
O CH3

CH3
NO2
O2N NO2 TNT TNB
bahan peledak
2,4,6- bahan peledak 1,3,5-
(lebih eksplosif)
trinitrotoluena trinitrobenzena
O2N NO2
NO2

BHT/BHA CHO
HO HO
vanilin
butil hidroksi
zat antioksidan 4-hidroksi-3- perisa dan
toluena/
minyak metoksi- aroma vanila
butil hidroksi OCH3 benzaldehida
CH3 OCH3 anisol OH

C. REAKSI-REAKSI BENZENA 2) Reaksi halogenasi


Benzena memiliki cincin yang mengalami FeCl3
resonansi, sehingga sukar bereaksi dan diadisi. Benzena + Halogen sssd
Cincin benzena hanya dapat diserang oleh Halobenzena + Asam Halida
pereaksi elektrofil (butuh elektron), misalnya
Contoh:
asam, oksidator dan halogen.
Cl
Benzena lebih mudah mengalami reaksi FeCl3
+ Cl2 sssd + HCl
substitusi dibanding adisi.
Reaksi-reaksi substitusi pertama pada
klorobenzena
benzena:
3) Reaksi nitrasi
1) Reaksi alkilasi Friedel-Crafts
H2SO4
AlCl3
Benzena + Asam Nitrat sssd
Benzena + Alkil Halida sssd
Nitrobenzena + Air
Alkil Benzena + Asam Halida

Contoh: NO2
H2SO4
+ HONO2 sssd + H2O
CH3
AlCl3
+ CH3Cl sssd + HCl
nitrobenzena
toluena

HIDROKARBON 3
materi78.co.nr KIM 4
4) Reaksi sulfonasi D. TURUNAN BENZENA
H2SO4 Turunan benzena utama dibuat melalui reaksi-
Benzena + Asam Sulfat sssd reaksi benzena:
Asam Benzena Sulfonat + Air Hasil Turunan
Reaksi
Benzena
CH3 SO3H
H2SO4
+ H2SO4 sssd + H2O alkilasi Friedel-Crafts toluena
nitrasi nitrobenzena
asam benzena sulfonat reduksi nitrobenzena anilina
Substituen pertama pada benzena sulfonasi asam benzena sulfonat
mempengaruhi tempat substitusi kedua. oksidasi toluena asam benzoat
Kaidah substitusi kedua benzena: halogenasi halobenzena
1) Pengarah orto dan para
Beberapa ciri dan sifat dari beberapa senyawa
–OH, –O–, –NH2, –R, –X turunan benzena:
1) Reaksi oksidasi dan reduksi
Substituen pengarah orto dan para adalah
- Fenol tidak dapat dioksidasi.
substituen pemberi elektron atau yang
memiliki pasangan elektron bebas. - Toluena bila dioksidasi menghasilkan
asam benzoat.
Contoh:
- Nitrobenzena bila direduksi
OH
menghasilkan anilina.
H2SO4
+ HONO2 sssd 2) Sifat asam-basa
- Fenol dan asam benzoat bersifat asam.
fenol OH - Benzaldehida, anilina dan nitrobenzena
OH
bersifat basa.
NO2
+ + H2O

NO2
o-nitrofenol p-nitrofenol
(30%) (70%)
2) Pengarah meta

–NO2, –CN, –SO3H, –CHO, –CO–, –COOH,


–COO–
Substituen pengarah meta adalah substituen
penarik elektron atau yang tidak memiliki
pasangan elektron bebas.
Contoh:
COOH COOH
AlCl3
+ CH3Cl sssd + HCl
CH3
asam asam m-
benzoat metilbenzoat

HIDROKARBON 4
materi78.co.nr KIM 2

Termokimia
A. PENDAHULUAN Dalam kedua reaksi, terjadi perubahan tingkat
energi yang disebut perubahan entalpi reaksi,
Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang
dapat dihitung:
memperhatikan aspek suhu dalam reaksi.
Dalam konsep termokimia dalam reaksi, terdapat ΔH = perubahan entalpi reaksi (J)
ΔH = H2 – H1 H2 = energi produk (J)
istilah sistem dan lingkungan. H1 = energi reaktan (J)
Sistem adalah segala bentuk proses yang
Perbedaan reaksi eksoterm dan endoterm:
menjadi pusat perhatian pengamat.
Reaksi Reaksi
Contoh: keadaan zat, reaksi, perubahan zat. Perbedaan
Eksoterm Endoterm
Sistem terdiri dari:
dibebaskan/ diserap/
1) Sistem terbuka, yaitu sistem dapat
Energi (H) dilepas sistem diterima sistem
mengalami pertukaran energi dan materi
dengan lingkungan. H2 < H 1 H2 > H 1

2) Sistem tertutup, yaitu sistem dapat Suhu


naik/panas turun/dingin
mengalami pertukaran energi dengan lingkungan
Takhir > Tawal Takhir < Tawal
lingkungan, tidak dengan pertukaran materi. (T)

3) Sistem terisolasi, yaitu sistem tidak dapat ΔH reaksi (–) (+)


mengalami pertukaran energi dan materi
Diagram tingkat energi menunjukkan nilai
dengan lingkungan.
perubahan entalpi reaksi.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada
1) Diagram tingkat energi reaksi eksoterm
di luar sistem, dan membantu kerja sistem.
H
Contoh: alat-alat, wadah, tabung reaksi, udara.
B. REAKSI EKSOTERM DAN ENDOTERM
H1
Dalam konsep termokimia, reaksi terbagi
menjadi dua, yaitu reaksi eksoterm dan reaksi ΔH (–)
endoterm.
H2
energi energi

sistem 2) Diagram tingkat energi reaksi endoterm


H
energi energi

1) Reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang H2


sistemnya membebaskan/melepas energi,
sehingga lingkungan menjadi naik ΔH (+)
temperaturnya. H1
Contoh: reaksi diatas suhu kamar
(pembakaran), pelarutan NaOH, reaksi Mg
dengan HCl. C. PERSAMAAN TERMOKIMIA
energi energi Perubahan entalpi reaksi adalah jumlah energi
yang dibutuhkan untuk membentuk atau
sistem mengurai suatu zat dalam reaksi.
energi energi Persamaan reaksi termokimia adalah
persamaan reaksi yang dilengkapi dengan jumlah
2) Reaksi endoterm, yaitu reaksi yang energi (perubahan entalpi) yang digunakan
sistemnya menyerap/menerima energi, dalam reaksi.
sehingga lingkungan menjadi turun
Contoh:
temperaturnya.
1 mol air dibentuk dari hidrogen dan oksigen
Contoh: reaksi Ba(OH)2 dengan NH4Cl,
dengan membebaskan energi sebesar 286 kJ.
pemanasan CuCO3.
H2(g) + 1/2 O2(g) d H2O(l) ΔH = -286 kJ

TERMOKIMIA 1
materi78.co.nr KIM 2
D. ENTALPI STANDAR Entalpi pembakaran standar (ΔH°c) adalah
Entalpi standar (molar) adalah perubahan jumlah energi yang dilepaskan untuk membakar
entalpi yang terjadi pada suhu 25° C (atau 298 K), 1 mol zat.
tekanan 1 atm, pada 1 mol suatu zat, Nilai entalpi pembakaran standar ditentukan
dilambangkan dengan ΔH°. menggunakan data entalpi pembakaran standar.
Entalpi standar secara umum terdiri dari: Ciri utama dari reaksi pembakaran adalah:
1) Entalpi pembentukan standar (formasi) 1) Merupakan reaksi eksoterm.
2) Entalpi penguraian standar (disosiasi) 2) Melibatkan oksigen (O2) dalam reaksinya.
3) Entalpi pembakaran standar (combustion) 3) Karbon terbakar menjadi CO2, hidrogen
Entalpi pembentukan standar (ΔH°f) adalah terbakar menjadi H2O, nitrogen terbakar
energi yang diterima atau dilepas untuk menjadi NO2, belerang terbakar menjadi SO2.
membentuk 1 mol zat dari unsur pembentuknya. Contoh:
Nilai entalpi pembentukan standar ditentukan Tentukan persamaan termokimia reaksi
menggunakan data entalpi pembentukan standar. pembakaran C3H6 jika nilai ΔH°d= -2377 kJ!
Nilai-nilai entalpi pembentukan standar: C3H6(s) + 9/2O2(g) → 3CO2(g) + 3H2O(l)
1) Bernilai positif, jika menerima energi. ΔH° = -2377 kJ
2) Bernilai negatif, jika melepas energi. E. ENTALPI STANDAR LAIN
3) Bernilai nol, jika unsur tersebut sudah Macam-macam entalpi standar lain:
terdapat di alam secara alami. 1) Entalpi atomisasi standar (endoterm)
Bentuk unsur-unsur yang sudah terdapat Yaitu energi yang digunakan untuk
alami di alam, dan nilai ΔH°f nya nol: membentuk 1 mol atom unsur, pada keadaan
Monoatomik Poliatomik standar.
Na(s) Ca(s) Al(s) H2(g) F2(g) I2(s) Contoh:
K(s) C(s) Fe(s) N2(g) Cl2(g) S8(s) 1
/2O2(g) → O(g) ΔH° = +249,16 kJ
Mg(s) S(s) Zn(s) O2(g) Br2(l) P4(s) 2) Entalpi netralisasi standar (eksoterm)
halogen dan gas Yaitu energi yang dihasilkan dari reaksi asam-
logam dan gas mulia
selain gas mulia basa sehingga menghasilkan 1 mol air, pada
keadaan standar.
Contoh:
Contoh:
Pada pembentukan (NH4)2Cr2O7 dalam keadaan
standar, dibebaskan energi sebesar 2780,08 NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
kJ/mol, tentukan persamaan reaksi pembentukan ΔH° = -890,4 kJ
termokimia! 3) Entalpi peleburan standar (endoterm)
Jawab: Yaitu energi yang digunakan untuk
7
N2(g) + 4H2(g) + 2Cr(s) + /2O2(g) meleburkan 1 mol zat padat menjadi zat cair
→ (NH4)2Cr2O7(aq) ΔH°f = -2780,08 kJ pada titik leburnya, pada keadaan standar.
Entalpi penguraian standar (ΔH°d) adalah Contoh:
energi yang diterima atau dilepas untuk meng- H2O(s) → H2O(l) ΔH° = +6,01 kJ
urai 1 mol zat menjadi unsur pembentuknya. 4) Entalpi penguapan standar (endoterm)
Nilai entalpi penguraian standar berlawanan Yaitu energi yang digunakan untuk
dengan nilai entalpi pembentukan standar. menguapkan 1 mol zat cair menjadi gas pada
Pada reaksi penguraian, reaktan berpindah ke titik uapnya, pada keadaan standar.
kanan dan produk berpindah ke kiri. Contoh:
Contoh: H2O(l) → H2O(g) ΔH° = +44,05 kJ
Diketahui entalpi pembentukan standar natrium 5) Entalpi penyubliman standar
klorida adalah -410,9 kJ, buatlah persamaan Yaitu jumlah energi yang digunakan untuk
reaksi penguraian termokimianya! menyublimkan 1 mol zat padat menjadi gas,
NaCl(s) → Na(s) + 1/2 Cl2(g) ΔH°d = +410,9 kJ pada keadaan standar.
Contoh:
C(s) → C(g) ΔH° = +716,6 kJ

TERMOKIMIA 2
materi78.co.nr KIM 2
F. PENENTUAN ENTALPI REAKSI Berarti dalam reaksi, zat reaktan terurai terlebih
Entalpi reaksi ditentukan dengan: dahulu menjadi bentuk dasar, lalu bereaksi
kembali membentuk zat produk.
1) Menggunakan kalorimetri.
Bentuk reaksi umum:
2) Menggunakan hukum Hess (penjumlahan).
3) Menggunakan data entalpi pembentukan. AB + CD AD + CB
ΔHR
4) Menggunakan data energi ikatan. ΔH1 ΔH2
Kalorimetri adalah cara penentuan energi kalor
reaksi dengan kalorimeter. (A + B) + (C + D)
Kalorimeter adalah sistem terisolasi, sehingga ΔHR = ΔH1 + ΔH2
semua energi yang dibutuhkan atau dibebaskan
tetap berada dalam kalorimeter. ΔHR = (ΔH°f produk) - (ΔH°f reaktan)
Dengan mengukur perubahan suhu, kita dapat
Contoh:
menentukan jumlah energi kalor reaksi dan
Tentukan entalpi reaksi berikut,
entalpi reaksi:
BaCl2(aq) + H2SO4(aq) → BaSO4(s) + 2HCl(aq)
- Qreaksi
ΔH = jika diketahui entalpi pembentukan standar dari
Qreaksi = m.c.Δt jumlah mol
BaCl2, BaSO4, H2SO4 dan HCl berturut-turut
Qreaksi = energi kalor reaksi (J) adalah -858,6 kJ/mol, -1473,3 kJ/mol, -909,27
m = massa zat (kg) kJ/mol, -167,1 kJ/mol.
c = kalor jenis zat (J/kg°C)
Δt = perubahan suhu (°C) Jawab:

Menurut hukum Hess, suatu reaksi dapat terjadi Reaksi dapat diubah menjadi:
melalui beberapa tahap reaksi, dan Ba(s) + Cl2(g) + H2(g) + S(s) + 2O2(g)
bagaimanapun tahap atau jalan yang ditempuh → BaSO4(s) + 2HCl(aq)
tidak akan mempengaruhi entalpi reaksi. Masukkan ke dalam rumus:
Perubahan entalpi reaksi menurut hukum Hess: ΔHR = (ΔH°f produk) - (ΔH°f reaktan)
1) Hanya tergantung pada keadaan awal dan = (ΔH°f BaSO4+2ΔH°f HCl)-(ΔH°f BaCl2+ΔH°f H2SO4)
akhir sistem, bukan tahap yang ditempuh. = (-1473,3 - 2 x 167,1) - (-858,6 - 909,27)
2) Merupakan penjumlahan entalpi reaksi dari ΔHR = -39,63 kJ/mol
setiap tahap.
Energi ikatan rata adalah energi rata-rata yang
Contoh: dibutuhkan untuk memutuskan 1 ikatan kovalen
Tentukan perubahan entalpi penguapan air dari tertentu. Setiap ikatan membutuhkan energi yang
wujud padat jika diketahui reaksi-reaksi berikut: berbeda agar dapat terputus.
H2(g) + 1/2O2(g) → H2O(g) ΔH = -241,8 kJ Reaksi berlangsung dalam dua tahap, yaitu
H2O(l) → H2O(s) ΔH = -6,01 kJ pemutusan ikatan reaktan dan pembentukan
H2(g) + 1/2O2(g) → H2O(l) ΔH = -285,8 kJ ikatan produk.
Jawab: Bentuk reaksi umum:
Reaksi yang diinginkan: H2O(s) → H2O(g)
ΔHR = ΣEikatan putus – ΣEikatan terbentuk
Berarti, seluruh H2O(s) diletakkan disebelah kiri
(reaktan), dan H2O(g) diletakkan disebelah kanan Contoh:
(produk), sehingga ketiga reaksi diatas menjadi: Ikatan Energi Ikatan Ikatan Energi Ikatan
1
H2(g)+ /2O2(g) → H2O(g) ΔH =-241,8 kJ C–H 413 kJ/mol C=O 358 kJ/mol
H2O(s) → H2O(l) ΔH = 6,01 kJ O=O 146 kJ/mol O–H 463 kJ/mol
1
H2O(l) → H2(g) + /2O2(g) ΔH = 285,8 kJ+ Tentukan perubahan entalpi reaksi dari
H2O(s) → H2O(g) ΔH = 50,01 kJ pembakaran CH2 dibawah ini!
Dari konsep hukum Hess, energi kalor suatu CH2(g) + 3/2O2(g) → CO2(g) + H2O(g) ΔH = ?
reaksi berarti juga dapat ditentukan dari data 3
(H–C–H)+ /2(O=O)→(O=C=O)+(H–O–H)
entalpi pembentukan reaktan dan produknya. E.I. putus : (2x413) + (3/2x146) = 1045 kJ
E.I. terbentuk : (2x431) + (2x463) = 1788 kJ -
ΔHR = -743 kJ

TERMOKIMIA 3
materi78.co.nr KIM 2

Laju Reaksi
A. KEMOLARAN Laju reaksi pada suatu reaksi yang terjadi melalui
beberapa tahap, tahap yang dijadikan acuan
Dalam laju reaksi, besaran yang digunakan
sebagai laju reaksi adalah tahap yang berjalan
adalah kemolaran benda.
lambat (mudah diamati).
Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut
Laju reaksi dicatat per interval waktu tertentu,
dari tiap liter larutan atau gas, menunjukkan
misalnya per menit.
kekentalan atau kepekatan.
Laju reaksi makin lama akan makin kecil nilainya,
n M = kemolaran/molaritas (mol/L)
karena:
M= n = jumlah mol zat terlarut (mol)
V V = volume larutan/ruangan gas (L) 1) Jumlah reaktan yang semakin berkurang, dan
pada akhirnya bernilai nol (reaksi selesai).
Kemolaran larutan juga dapat diketahui dari
kadar zat terlarut, dapat dirumuskan: 2) Jumlah produk yang semakin bertambah dan
pada akhirnya bernilai tetap (reaksi selesai).
ρ = massa jenis larutan (kg/L) Contoh:
ρ × K × 10
M= K = persen kadar zat terlarut
mm mm = massa molar/Ar/Mr (kg) Pada pembakaran suatu senyawa, tercatat gas X
yang dihasilkan pada tiap menitnya:
Kemolaran larutan dapat diubah dengan
Waktu (menit) Volume X (cm3)
ditambahkan zat terlarut sehingga pekat atau
ditambahkan zat pelarut sehingga encer, dan 0 0
berlaku rumus pengenceran: 1 10
2 19
M1.V1 = M2.V2
3 26
4 32
B. LAJU REAKSI
5 35
Laju reaksi adalah kecepatan proses terjadinya
suatu reaksi, sehingga reaktan habis dan berubah 6 35
menjadi produk reaksi. 7 35
Perbandingan laju reaksi suatu reaksi sama Laju sesaat pada menit ke-1
dengan perbandingan koefisien reaksi. 10-0
v= = 10 cm3/menit
Laju reaksi merupakan perubahan jumlah molar 1-0
zat per satuan waktu. Laju sesaat pada menit ke-2
19-10
v = laju reaksi (M/s) v= = 9 cm3/menit
2-1
∆[x] Δ[x] = perubahan konsentrasi molar
v= zat (M) Laju sesaat pada menit ke-3
∆t Δt = perubahan waktu (s) 26-19
v= = 7 cm3/menit
3-2
Dalam laju reaksi, terjadi:
Laju reaksi rata-rata selama 3 menit
1) Pengurangan konsentrasi zat-zat reaktan
26
karena berubah menjadi produk per satuan v= = 8,67 cm3/menit
3
waktu.
Laju reaksi rata-rata (total)
2) Penambahan konsentrasi zat-zat produk 35
karena perubahan reaktan per satuan waktu. v= = 7 cm3/menit
5
Urutan pengamatan dari yang termudah C. UNGKAPAN LAJU REAKSI
dilakukan untuk mengamati laju reaksi.
Laju reaksi dapat diungkapkan mengguna-kan
1) Laju reaksi diamati dari laju pembentukan
rumus dan perbandingan koefisien reaksi.
gas, dengan mengumpulkannya ke tempat
Laju pengurangan konsentrasi reaktan
lain lalu diukur.
dinyatakan dalam tanda negatif (hanya simbol).
2) Laju reaksi diamati dari laju pengendapan
Laju penambahan konsentrasi produk
zat, yaitu sampai bagian dasar tabung tidak
dinyatakan dalam tanda positif (hanya simbol).
terlihat.
3) Laju reaksi diamati sampai pereaksi padat
hilang (reaksi telah selesai).

LAJU REAKSI 1
materi78.co.nr KIM 2
Contoh: Orde reaksi total adalah penjumlahan orde
Menurut reaksi A + B → C + D reaksi seluruh zat reaktan.
Jawab: Contoh:
Laju reaksi dapat diungkapkan: Tentukan orde reaksi total dari persamaan laju
a. Laju pengurangan [A] reaksi berikut!
∆[A] v = k[A][B] Orde total = 2
v=-
∆t [A]
v=k Orde total = 0
b. Laju pengurangan [B] [B]
∆[B] v = k[A]2[B] Orde total = 3
v=-
∆t -2 1
v = k[A] [B] Orde total = -1
c. Laju penambahan [C]
∆[C] Macam-macam orde reaksi total umum:
v=+
∆t 1) Orde reaksi nol
d. Laju penambahan [D]
v
∆[D]
v=+
∆t
Dalam perbandingan koefisien reaksi, maka konstan
laju reaksi dapat dinyatakan: v = k[x]0

koefisien A
vA = x vB
koefisien B [x]
Contoh: Pada orde reaksi nol, laju reaksi tidak
Menurut reaksi 2N2O5 → 4NO + 3O2 dipengaruhi oleh konsentrasi zat (konstan).
Laju pembentukan NO adalah 5 M/s. Tentukan 2) Orde reaksi satu
laju penguraian N2O5 dan pembentukan O2!
v
Jawab:
v = [x]
Sesuai dengan perbandingan koefisien reaksi,
∆[N2 O5 ] 2 ∆[NO]
v N2O5 = = v = k[x]
∆t 4 ∆t
v N2O5 = 0,5 x 5 = -2,5 M/s
∆[O2 ] 3 ∆[NO]
v O2 = =
∆t 4 ∆t [x]
v O2 = 0,75 x 5 = +3,75 M/s Pada orde reaksi satu, pertambahan laju
D. PERSAMAAN LAJU REAKSI reaksi sama dengan perubahan konsentrasi
Persamaan laju reaksi dikaitkan dengan laju zat.
perubahan konsentrasi reaktan, dan dapat Apabila konsentrasi reaktan reaksi orde satu
dituliskan: dikali faktor n, maka nilai laju reaksinya
Pada reaksi A+B→C+D adalah n1 lebih besar.
Nilai persamaan laju reaksi: 3) Orde reaksi dua

v = k[A]x[B]y
v

k = konstanta/tetapan laju reaksi


x = orde/tingkat reaksi terhadap A
v = k[x]2
y = orde/tingkat reaksi terhadap B
x + y = orde reaksi total

Orde reaksi adalah pangkat konsentrasi yang


menunjukkan tingkat reaksi suatu zat. [x]
Orde reaksi tidak ditentukan dari koefisien Apabila konsentrasi reaktan reaksi orde satu
reaksi, tapi dari data eksperimen. dikali faktor n, maka nilai laju reaksinya
Orde reaksi biasanya merupakan bilangan bulat adalah n2 lebih besar.
positif, namun dapat bernilai pecahan, nol, atau
negatif.

LAJU REAKSI 2
materi78.co.nr KIM 2
Konstanta laju reaksi atau tetapan laju reaksi V1 k. [NO]1 x . [Br2 ]1 y
=
adalah tetapan yang harganya bergantung pada V2 k. [NO]2 x . [Br2 ]2 y
jenis pereaksi, suhu dan katalis. 10 (0,1)x
=
Harga konstanta laju reaksi: 20 (0,4)x
1) Berbanding terbalik dengan perubahan 1 1 x
=( ) x=1
waktu. Makin cepat reaksi berlangsung, maka 2 2
harga k makin besar. Untuk mencari orde reaksi Br2, gunakan data
2) Berbanding lurus dengan perubahan suhu. eksperimen yang memuat konsentrasi NO
Makin tinggi suhu reaksi, maka harga k makin dengan nilai sama.
besar. Karena tidak ada, maka kita gunakan eksperimen
Satuan konstanta laju reaksi berbeda-beda tiap mana saja.
orde. V1 k. [NO]1 x . [Br2 ]1 y 10 (0,1)x .(0,1)y
= x =
1) Reaksi orde nol V3 k. [NO]2 . [Br2 ]2 y
20 (0,3)x .(0,2)y

v M. s-1 1 1 1 1 y 3 1 y
k= 0 = = M. s-1 =( ) . (2) =( )
[A] 1 12 3 12 2
1 1 y
2) Reaksi orde satu =( ) y=2
4 2
v M. s-1 Maka persamaan laju reaksinya adalah:
k= = = s-1
[A] M
v = k[NO][Br2]2
3) Reaksi orde dua Orde reaksi ditentukan dengan logaritma jika
v M. s-1 nilainya bukan hasil pangkat bilangan bulat.
k= = = M-1. s-1
[A]2 M2 Jika data eksperimen berupa waktu, maka nilai
v adalah:
4) Reaksi orde tiga
v M. s-1 1
k= 3 = = M-2. s-1 v=
[A] M3 t

E. PENENTUAN PERSAMAAN LAJU REAKSI F. TEORI TUMBUKAN


Persamaan laju reaksi dapat ditentukan melalui Teori tumbukan adalah teori yang menjelaskan
minimal tiga eksperimen, dengan mengubah pengaruh faktor terhadap laju reaksi.
konsentrasi.
Menurut teori tumbukan, suatu reaksi
Untuk mencari orde reaksi suatu senyawa harus
berlangsung sebagai hasil tumbukan antar
dibandingkan antar dua percobaan, dan senyawa
partikel pereaksi yang memiliki energi cukup
selain itu harus dibuat tetap.
dan arah tumbukan yang tepat.
Konstanta dicari setelah orde reaksi didapat.
Contoh: Berdasarkan teori tumbukan, laju reaksi akan
Pada eksperimen dalam reaksi berikut, bergantung pada tiga hal utama berikut:
didapatkan data: 1) Frekuensi tumbukan
2NO + Br2 → 2NOBr 2) Energi partikel reaktan
[NO] [Br2] v 3) Arah tumbukan
Eksperimen
(M) (M) (M.s-1) Energi aktivasi/pengaktifan adalah energi
minimum yang harus dimiliki reaktan, yang
1 0,1 0,1 10
digunakan untuk mengaktifkan kemampuan
2 0,2 0,1 20
reaksi sehingga reaktan dapat bereaksi.
3 0,3 0,2 120
Makna energi aktivasi:
Tentukan persamaan laju reaksi diatas! 1) Jika bernilai rendah, berarti reaksi dapat
Jawab: terjadi pada suhu rendah.
Untuk mencari orde reaksi NO, gunakan data 2) Jika bernilai tinggi, berarti reaksi dapat
eksperimen yang memuat konsentrasi Br2 terjadi pada suhu tinggi.
dengan nilai tetap (eksperimen 1 dan 2). Energi aktivasi disebut juga energi
penghalang, karena reaktan harus ‘didorong’

LAJU REAKSI 3
materi78.co.nr KIM 2
menuruni ‘bukit’ energi aktivasi sehingga dapat memperbanyak jumlah tumbukan karena
berubah menjadi produk. menurunkan energi aktivasi.
Kurva energi aktivasi reaksi: - Sifat-sifat katalis:
1) Energi aktivasi reaksi eksoterm 1. Terlibat dalam jalannya reaksi, namun
jumlahnya tidak berubah.
2. Mempercepat laju reaksi, namun tidak
energi

mengubah komposisi produk.


3. Menurunkan energi aktivasi, tapi tidak
EA menurunkan perubahan entalpi.
4. Hanya dapat mengkatalisis reaksi
tertentu.
R
5. Dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
ΔE
P 6. Dapat diracuni zat tertentu.
- Kurva energi aktivasi reaksi yang
jalan reaksi
dikatalisis:
2) Energi aktivasi reaksi endoterm Energi aktivasi reaksi eksoterm
energi

energi
EA
EA
EA ’
R
P
ΔE
ΔE P
R
jalan reaksi
jalan reaksi
Energi aktivasi reaksi endoterm
Faktor-faktor yang mempengaruhi teori
tumbukan adalah:
energi

1) Pengaruh konsentrasi dan luas permukaan EA


- Konsentrasi dan luas permukaan
berbanding lurus dengan frekuensi
tumbukan.
EA ’
- Makin besar konsentrasi reaktan, makin
P
banyak jumlah partikel, sehingga partikel ΔE
yang saling bertumbukan makin banyak. R
- Makin luas permukaan bidang, maka jalan reaksi
makin luas pula bidang sentuh tumbukan,
sehingga akan terjadi tumbukan yang tanpa katalis
dikatalisis
lebih banyak.
2) Pengaruh suhu G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU
- Suhu berbanding lurus dengan energi REAKSI
kinetik rata-rata partikel reaktan. Dalam eksperimen untuk membuktikan faktor-
- Peningkatan suhu meningkatkan energi faktor yang mempengaruhi laju reaksi, terdapat:
kinetik rata-rata molekul, sehingga jumlah 1) Variabel bebas/manipulasi, yaitu variabel
molekul yang mencapai energi aktivasi yang dapat diubah-ubah dalam eksperimen.
(bertumbukan) bertambah. Contoh: ukuran keping pualam (faktor luas
3) Pengaruh katalis permukaan), konsentrasi zat (faktor
- Katalis adalah zat yang dapat konsentrasi).
mempercepat laju reaksi. Katalis

LAJU REAKSI 4
materi78.co.nr KIM 2
2) Variabel terkontrol, yaitu variabel yang
∆T
dibuat tetap dalam seluruh eksperimen.
v' = (n) X . v0
Contoh: larutan yang diubah-ubah
konsentrasinya, walaupun konsentrasi-nya v' = laju reaksi akhir
berubah, jenis larutannya tetap. n = kelipatan pertambahan laju tiap Xo suhu
ΔT = T2 - T1 = perubahan suhu
3) Variabel terikat/respons, yaitu variabel X = perubahan suhu tiap kelipatan n
yang dihasilkan eksperimen. v0 = laju reaksi awal
Contoh: dari seluruh eksperimen terhadap Contoh:
faktor-faktor yang mem-pengaruhi laju
Jika setiap 2°C laju reaksi meningkat sebesar 2
reaksi, dihasilkan data berupa laju reaksi dan
kali, dan jika pada suhu 25°C laju reaksi adalah 2,5
lama reaksi (waktu).
x 10-2 M/s, maka pada suhu 33°C laju reaksi
Berdasarkan teori tumbukan, cepat lambatnya nilainya menjadi?
laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan,
Jawab:
konsentrasi reaktan, suhu dan katalis.
n=2
Luas permukaan adalah luas bidang sentuh
X = 2oC
tempat terjadinya reaksi antara dua reaktan. Luas
permukaan berbanding lurus dengan laju reaksi. ΔT = 33-25 = 8°C
8

v' = (2) 2 . 2,5 x 10-2
pertambahan jumlah produk

kepingan halus, konsentrasi v’ = 24. 2,5 x 10-2


tinggi v’ = 4 x 10-1 M/s
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju
reaksi.
Katalis menurunkan energi aktivasi, sehingga
jumlah tumbukan bertambah banyak dan reaksi
dapat diselesaikan lebih cepat.

waktu
Benda yang permukaannya luas/halus
mempercepat laju reaksi, karena bidang sentuh
lebih luas, sehingga lebih banyak tumbukan yang
dapat terjadi.
Benda yang permukaannya sempit/kasar
memperlambat laju reaksi, karena bidang sentuh
lebih sempit, sehingga lebih sedikit tumbukan
yang dapat terjadi.
Konsentrasi reaktan berbanding lurus dengan
laju reaksi.
Semakin besar konsentrasi reaktan, maka
semakin banyak jumlah partikel dalam suatu zat,
sehingga partikel yang saling bertumbukan
makin banyak, dan reaksi berlangsung lebih
cepat.
Suhu berbanding lurus dengan laju reaksi.
Semakin tinggi suhu, maka makin besar energi
kinetik rata-rata partikel reaktan, sehingga
banyak molekul yang mencapai energi aktivasi
(bertumbukan) bertambah, dan mempercepat
laju reaksi.
Pengaruh suhu terhadap laju reaksi dapat
dihitung:

LAJU REAKSI 5

Anda mungkin juga menyukai