Anda di halaman 1dari 3

10 Wasiat Rasulullah SAW kepada Putrinya

“Yang pertama kali ditanyakan kepada seorang wanita pada hari kiamat nanti adalah mengenai sholat
lima waktu dan ketaatannya terhadap suami.” (HR.Ibnu Hibbab dari Abu Hurairah)

———————–

10 Wasiat Rasulullah SAW kepada Putrinya, Fathimah Az-Zahra:

1. Ya Fathimah, kepada wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah pasti akan
menetapkan kebaikan baginya dari setiap biji gandum, melebur kejelekan dan meningkatkan derajat
wanita itu.

2. Ya Fathimah, kepada wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-
anaknya, niscaya Allah menjadikana dirinya dengan neraka tujuh ta’bir pemisah.

3. Ya Fathimah, tiadalah seorang yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan mencuci
pakaiannya, melainkan Allah akan menetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu
org yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

4. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang menahan kebutuhan tetangganya, melainkan Allah akan
menahannya dari minum telaga kautsar pada hari kiamat nanti.

5. Ya Fathimah, yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhaan suami terhadap istri.
Andaikata suamimu tidak ridho kepadamu, maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai
Fathimah, kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.

6. Ya Fathimah, apabila wanita mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah
menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika wanita merasa
sakit akan melahirkan, Allah menetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang di jalan
Allah. Jika dia melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari
kandungan ibunya. Bila meninggal ketika melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikitpun.
Didalam kubur akan mendapat pertamanan indah yang merupakan bagian dari taman sorga. Dan Allah
memberikan pahala kepadanya sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan
umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.

7. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang melayani suami selama sehari semalam dengan rasa senang serta
ikhlas, melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya di hari kiamat
berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu
kebaikan. Dan Allah memberikan kepadanya pahala seratus kali beribadah haji dan umrah.

8. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang tersenyum di hadapan suami, melainkan Allah memandangnya
dengan pandangan penuh kasih.

9. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suami dengan rasa senang hati,
melainkan para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wannita itu agar menyaksikan pahala
amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

10. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggot
dan memotong kumisnya, serta memotong kukunya, melainkan Allah memberi minuman arak yang
dikemas indah kepadanya yang didatangkan dari sungai-sungai sorga. Allah mempermudah sakaratul-
maut baginya, serta kuburnya menjadi bagian dari taman sorga. Dan Allah menetapkan baginya bebas
dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal-mustaqim dengan selamat.[]

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku, bahwa


sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan
padaku?

Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?


Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta
kembali oleh-Nya ?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,


kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah, lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan, Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :


aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya
yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah...
"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama
saja"

Anda mungkin juga menyukai