Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap makhluk hidup terlahir dari gen yang berbeda-beda, dari
perbedaan ini lah yang menyebabkan setiap makhluk hidup tidak memiliki
kesamaan satu sama lainnya. Gen adalah perintah-perintah yang membuat
manusia, hewan, tumbuhan dan makhluk hidup lainnya bekerja, gen
ditemukan dalam sel-sel yang menyusun semua makhluk hidup. Gen terdiri
atas suatu zat kimia yang disebut DNA, dna diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya dalam gen disebut sifat genetika (Campbell, 1999).
Genetika tanaman merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari
tentang perwarisan sifat, keanekaragaman genetik, dan hereditas pada tanaman.
Terbentuknya individu hasil perkawinan yang dapat dilihat dalam wujud
fenotip, pada dasarnya hanya merupakan kemungkinan-kemungkinan
pertemuan gamet jantan dan gamet betina. Keturunan hasil suatu perkawinan
atau persilangan tidak dapat dipastikan begitu saja, melainkan hanya diduga
berdasarkan peluang yang ada. Konsep gen pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1865 oleh Gregor Mendel. Hingga saat ini percobaan yang dilakukan
Gregor Johann Mendel banyak digunakan untuk konsep dasar dalam bidang
genetika, bahkan Gregor Johann Mendel disebut sebagai bapak genetika untuk
bidang genetika modern.
Praktikum kali ini akan dilakukan simulasi perkawinan silang antara
individu dengan individu lainnya yang memiliki satu sifat yang beda yaitu
warna dan membandingkannya dengan prinsip-prinsip hokum mendel
termasuk filiusnya. Oleh sebab itu praktikum ini sangat perlu dilakukan karena
berisi ilmu-ilmu tentang hereditas yang merupakan kejadian pasti terjadi
dalam kehidupan makhluk hidup.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menjelaskan prinsip-
prinsip dan proses perpaduan bebas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Genetika Tanaman


Gen adalah perintah - perintah yang membuat manusia, hewan,
tumbuhan dan makhluk hidup lainnya bekerja, gen ditemukan dalam sel-sel
yang menyusun semua makhluk hidup. Gen terdiri atas suatu zat kimia yang
disebut DNA, dna diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam
gen yang disebut sifat genetika. Genetika tanaman merupakan cabang ilmu
biologi yang mempelajari tentang perwarisan sifat, keanekaragaman genetik,
dan hereditas pada tanaman (Campbell, 1999).
Kemampuan organisme untuk memproduksi jenisnya merupakan
salah satu karakteristik yang paling bisa membedakan antara makhluk hidup
dengan benda mati. Kemampuan yang unik untuk memnghasilkan keturunan
ini, seperti semua fungsi biologis, memiliki dasar seluler, kelangsungan
kehidupan didasarkan pada reproduksi sel atau pembelahan sel, kehidupan sel
dimulai dari asal usulnya dalam pembelahan sel induk hingga pembelahan
dirinya sendiri menjadi dua bagian (Setjo, 2004).
Teori kemungkinan merupakan peristiwa yang mungkin terjadi pada
suatu objek umumnya digunakan untuk menyatakan peristiwa yang belum
dapat dipastikan. Di dalam kehidupan kita sehari-hari sering sekali kita jumpai
banyak peristiwa dimana kemungkinan atau probabilitas. Teori kemungkinan
digunakan untuk menyatakan suatu pernyataan yang tidak diketahui akan
kebenarannya, diduga berdasarkan prinsip teori peluang yang ada. Nilai antara
0 dan 1 akan menggambarkan besarnya peluang munculnya suatu hal atau
kejadian pada kondisi tertentu. Jika nilai peluang sama dengan 0 maka
kejadian itu tidak pernah muncul atau mustahil terjadi. Jika nilai peluang 1
maka kejadian itu dapat disebut selalu ada atau pasti akan terjadi (Suryo,
1984).
Terbentuknya individu hasil perkawinan yang dapat dilihat dalam
wujud fenotip, pada dasarnya hanya merupakan kemungkinan-kemungkinan
pertemuan gamet jantan dan gamet betina. Keturunan hasil suatu perkawinan
atau persilangan tidak dapat dipastikan begitu saja, melainkan hanya diduga
berdasarkan peluang yang ada. Sehubungan dengan itu, peranan teori
kemungkinan sangat penting dalam mempelajari genetika (Rahardi, 2009).

2.2 Hukum Mendel


Hukum mendel merupakan hukum hereditas yang menjelaskan tentang
prinsip-prinsip penurunan sifat pada organisme. Sebelum menjadi suatu
hukum, banyak ahli biologi yang belum mengakui pendapat atau teori mendel
tentang hereditas. Pada tahun 1865, mendel menulis sebuah makalah berjudul
“ experiment in Plant Hybridization”. Makalah tersebut berisi hasil percobaan
persilangan-persilangan tanaman serta hipotetsisi mendel tentang pewarisan
material genetic dari induk (tertua) kepada anaknya. Berdasarkan percobaan
mendel,tersebut lahirlah konsep genetika adanya factor yang menentukan sifat
organisme (Hafni, 2014).
Persilangan monohibrida adalah persilangan sederhana yang hanya
memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Percobaan ini akan diujikan pada
lalat Drosophila dengan maksud untuk membuktikan Hukum Mendel I. Kasus
dominant penuh, keturunan yang didapat pada F2 kan menunjukkan
perbandingn fenotip dominan dan resesif 3:1 atau perbandingan genotip 1:2:1.
Analisa dengan uji X2 hanya dilakukan untuk perbandingan fenotipnya.
Persilangan ini bersifat resiprokal, artinya penggunaan individu jantan dan
betina dengan satu tanda beda tertentu dapat sesuka hati tanpa ada
pengaruhnya dalam rasio fenotip generasi kedua (F2) (Suprihati, 2007).
Orang yang pertama yang mengadakan percobaan perkawinan silang
ialah Gregor Mendel, seorang rahib Australia yang hidup pada tahun 1822-
1884, dan dia dikenal sebagai pencipta atau Bapak Genetika. Beliau
melakukan serangkaian percobaan persilangan pada kacang ercis (Pisum
sativum). Dari percobaan Mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip
pewarisan sifat yang kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan
genetika. Dalam percobaan Mendel, dikenal beberapa macam perkawinan
yaitu perkawinan respirok, back cross, dan tets cross. Perkawinan respirok
(perkawinan kebalikan) ialah perkawinan yang merupakan kebalikan dari
perkawinan yang semula dilakukan. Perkawinan backcross atau perkawinan
balik merupakan perkawinan antara individu F1 dengan induknya betina atau
jantan. Sedangkan perkawinan testcross atau uji silang merupakan perkawinan
antara individu H1 (dihibrid) dengan individu yang dobel resesif (Suryo,
2008).
Hukum Mendel Pewarisan sifat pada persilangan dua individu dapat
diterangkan dengan hukum Mendel I dan II. Hukum Mendel I (Hukum
Segregasi) hukum mendel I menjelaskan tentang persilangan monohibrid.
Persilangan monohibrid adalah persilangan sederhana yang hanya
memperhatikan satu sifat atau sifat beda. Hukum mendel I disebut dengan
hukum segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan – pasangan
kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set
kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen
secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari
persilangan monohibrid (Syamsuri, 2004).
Hukum Mendel I berlaku pada gametosis F1. F1 memiliki genotif
heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam
gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam
perkawinan (Wildan, 1996).
Menurut Murti et,al. (2004), uji kecocokan warna polong
menggunakan metode Chi-Kuadrat untuk melihat besarnya nilai perbandingan
data percobaan yang diperoleh dari persilangan yang telah dilakukan dengan
hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis.
Pengaruh tetua betina merupakan faktor lain yang mempengaruhi
pewarisan sifat di luar kromosom yang diturunkan lewat sitoplasma (Oktarina,
2013).
Dalam hubungan ini pula jelas terlihat bahwa jumah pautan pada
makhluk hidup diploid adalah sebanyak jumlah pasangan kromosom (Natsir,
2018).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin 25 Februari 2019 jam 9.10
sampai dengan selesai yang bertempat di Laboratorium Agroekoteknologi
lantai 3 Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kancing
genetika, plastik hitam, alat tulis, dan kertas hvs.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Ditandai kancing merah dengan lambang M untuk gen penentu warna
merah dan kancing purih dengan lambang m untuk penentu gen warna
putih.
2. Dipisahkan 50 kancing merah dan 50 kancing putih, kemudian masukkan
masing-masing kancing kedalam kantung plastik hitam.
3. Diaduk isi kantung plastik dengan cara menggoyangkan agar keadaan acak
tercapai, dengan demikian begitu peluang pengambilan kancing merah dan
kancing putih dalam kantong plastik hitam.
4. Diambil satu buah kancing dari kantung plsatik hitam pertama dan kedua
secara bersamaan, dan catat kombinasi alel yang diperoleh sampai 50
pengambilan.
5. Diulangi pengambilan sebanyak tiga kali pengulangan dengan prosedur
yang sama.
6. Ditentukan perbandingan genotip dan fenotipe kombinasi yang diperoleh.
7. Dibandingkan data pengamatan kelompok dengan data yang seharusnya
menurut Mendel menggunakan uji X2, lalu tarik kesimpulan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Data Kelompok
Kombinasi Fenotip Ulangan Frekuensi £F
1. lllll lllll lll 13
Merah-Merah
Merah 2. lllll lllll ll 12 35
(MM)
3. lllll lllll 10
1. lllll lllll lllll lllll llll 24
Merah-Putih
Merah 2. lllll lllll lllll lllll lllll l 26 80
(Mm)
3. lllll lllll lllll lllll lllll lllll 30
1. lllll lllll lll 13
Putih-Putih
Putih 2. lllll lllll ll 12 35
(mm)
3. lllll lllll 10

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini kami melakukan praktikum tentang hukum mendel,
hokum mendel berkaitan erat dengan genetika. Genetika adalah suatu cabang
ilmu biologi yang mempelajari tentang pewarisan sifat, keanekaragaman
genetika, hereditas. Dalam bidang genetika kita pasti tidak asing lagi dengan
istilah gen, gen adalah suatu unit fungsional dasar hereditas yang merupakan
titik fatal dalam ilmi genetika modern. Gen merupakan benang merah
menyatukan keberagaman dalam perlaksanaan percobaan, didalam gen
terdapat zat kimia yang disebut DNA. Dna ini berperan penting dalam
perwarisan sifat yang berasal dari induknya kepada generasi berikutnya. Ilmu
genetika pertama kali dikemukaan oleh seorang pastur yang berasal dari
Austria pada abad ke-19 yang bernama Gregor Johann Mendel. Mendel
melakukan percobaan persilangan pada tanaman kacang ercis (Pisum sativum)
dengan karakteristik dan bentuk yang berbeda jenisnya, hal ini sependapat
dengan pendapat Suryo (2008) yang menyatakan dalam percobaan Mendel,
dikenal beberapa macam perkawinan yaitu perkawinan respirok, back cross,
dan tets cross. Perkawinan respirok (perkawinan kebalikan) ialah perkawinan
yang merupakan kebalikan dari perkawinan yang semula dilakukan.
Perkawinan backcross atau perkawinan balik merupakan perkawinan antara
individu F1 dengan induknya betina atau jantan. Sedangkan perkawinan
testcross atau uji silang merupakan perkawinan antara individu H1 (dihibrid)
dengan individu yang dobel resesif.
Pada praktikum ini kami melakukan simulasi hukum mendel dengan
menggunakan kancing genetika sebagai pengganti tanaman kacang ercis, pada
hasil penelitian tersebut Mendel menekukan prinsip genetka yang dikenal
dengan hukum Mendel I dan hukum Mendel II. Hukum Mendel I disebut juga
hukum segregasi sedangkan hokum Mendel II dikenal dengan hukun
Independent Assortment, hal ini seperti yang dinyatakan oleh Syamsuri (2004),
Hukum Mendel Pewarisan sifat pada persilangan dua individu dapat
diterangkan dengan hukum Mendel I dan II. Hukum Mendel I (Hukum
Segregasi) hukum mendel I menjelaskan tentang persilangan monohibrid.
Sedangkan hukum Mendel II menyatakan bila dua individu berbeda satu
dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sidat
uang sepasang itu tidak tergantung pad sifat pasangan lainnya, hukun ini
berlaku untuk persilangan dihibrid yang ditulis oleh Ishahi pada tahun 2010
dibuku yang berjudul Teknologi Genetika.
Pada praktikum hukum mendel, kami menggunakan kancing genetika
sebagai penganti kacang ercis, dua kantung plastic hitam. Kami melakukan
simulasi hukum mendel dengan memasukkan 50 kancing merah yang diberi
lambang M kedalam kantung platik hitam pertama, dan 50 kancing putih yang
diberi lambang m kedalam kantung plastic hitam kedua. Barulah kami
melakukan percobaan kemungkinan atau peluang dalam percobaan
persilangan hukum Mendel dengan tiga kali pengulangan, dan didapatkan
hasil dengan hasil kombinasi alel Merah-Merah (MM), Merah-Putih (Mm),
dan Putih-Putih (mm). sedangkan fenotipenya Merah Putih dengan frekuensi
total sebanyak 35 untuk kombinasi alel Merah-Merah (MM), 80 untuk
kombinasi alel Merah-Putih (Mm), dan 35 untuk kombinasi alel Putih-Putih.
Setelah didapatkan hasil simulasi hukum mendel barulah data hasil percobaan
dibandingkan dengan teori hukum Mendel menggunanakan metode uji X2,
hasil data dimasukkan kedalam table kemudian dihitung menggunakan rumus
(0−𝐸)2
X2 = ∑ . Setelah dimasukkan kedalam rumus tersebut, untuk mencari E
𝐸
1
atau ekspektasi dapat menggunakan rumus E = 𝑋 150 , sehingga dapat
4

dijelaskan untuk mencari E angka hasil perhitungan dimasukkan kedalam


rumus. 1 dibagi 4 kemudian dikali 150 dan diperoleh hasil 37,5. Lalu hasil
perhitungan sigma (0-E)2 yaitu 37,5 dibagi dengan sigma E yaitu 150, dan
diperoleh hasil 0,25. Sehingga diperoleh X2 hitung sebesar 0,25, kemudian
hasil perhitungan X2 dibandingkan dengan X2 tabel, X2 tabel yang digunakan
sebesar 5,99 dengan ketentuan ( ∝= 0,05 dan 𝑑 = 3 − 1 = 2) . Sehingga X2
hitung lebh kecil dari pada X2 tabel, maka H0 diterima dan HI ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa percobaan hukum Mendel yang dilakukan
sesuai dengan teori hukum mendel.
Mengapa demikian, karena selain mengacu kepada teori Hukum
Mendel, kami juga menggunakan teori kemungkinan dalam melakukan
persilangan atau perkawinan kancing genetika. Teori kemungkinan merupakan
suatu teori yang mengacu kepada peristiwa yang belum dapat dipasti terjadi,
hal ini sependapat dengan pendapat Suryo (1984), yang menyatakan bahwa
teori kemungkinan merupakan peristiwa yang mungkin terjadi pada suatu
objek umumnya digunakan untuk menyatakan peristiwa yang belum dapat
dipastikan. Terbentuknya suatu individu hasil persilangan yang dapat dilihat
dalam wujud fenotip, seperti yang dapat dilihat pada tebel hasil jika fenotipe
menentukan warna kancing atau bunga yang mengdominasi. Jika dilihat dari
table peluang kemungkinan terbentuknya warna bunga Merah lebih besar
dibandingkan dengan warna putih, sehingga dapat disimpulkan bahwa gen
Merah lebih dominan dibandingkan dengan gen Putih. Seperti hasil penelitian
yang dilakukan oleh Oktarisna et,al.(2013), menyatakan bahwa hasil
persilangan varietas introduksi I1 dengan varietas lokal L1, L2, L3, masing-
masing memiliki perbandingan yang sesuai dengan nisbah teoritis Mendel,
sedangkan resiprok tidak sesuai dengan nisbah teoritis Mendel. Hal ini
menunjukkan bahwa persilangan pada introduksi I1 (Cherokee Sun) dengan
varietas lokal dipengaruhi oleh maternal effect (tetua betina).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap
makhluk hidup terdiri atas gen, gen itu sendiri adalah perintah - perintah yang
membuat manusia, hewan, tumbuhan dan makhluk hidup lainnya bekerja, gen
ditemukan dalam sel-sel yang menyusun semua makhluk hidup. Gen terdiri
atas suatu zat kimia yang disebut DNA, dna diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya dalam gen yang disebut sifat genetika. Genetika
merupakan ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat, hasil persilangan
yang telah kami lakukan mendapatkan bahwa kancing dengan warna merah
(M) lebih dominan dibandingkan dengan kancing dengan warna putih (m)
dengan hasil perbandingan 1:2:1, dan hasil hitung X2 hitung lebih kecil dari
pada X2 tabel sehingga dapat disimpulkan kembali bahwa percobaan
persilangan yang kami lakukan ini sesuai dengan teori Hukun Mendel .

5.2 Saran
1. djeddiwdhwd
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil. 1999. Biologi Jilid 1. Jakarta. Erlangga.


Hafni. 2014. Biologi Kelas 12. Jakarta: Erlangga.
Ishahi. 2010. Teknologi Genetika. Bandung: Ramaja Rosdakarya.
Murti, R.H., T. Kumiawati dan Nasrullah. 2004. Pola Pewarisan Karakter Buah
Tomat. Jurnal Zuriat. Vol 15, No. 2 : 140-149.
Natsir, N. Alim. 2018. Fenomena Pautan Kelamin Pada Persilangan Drosophila
melanogaster Strain N♂ x w♀ dan N♂ x b♀ Beserta Resiproknya.
Jurnal Biologi Sel. Vol 2, No.2 : 159.
Oktarisna, Frizal., Soegianto, Andy., Sugiharto, A. Noor. 2013. Pola Pewarisan
Sifat Warna Polong Pada HAsil Persilangan Tanaman Buncis
(Phaseolus vulgaris L.) Varietas Introduksi Dengan Varietas Lokal.
Jurnal Produksi Tanaman. Vol 2, No. 1.
Rahardi. 2009. Genetika. Bandung. Tarsito.
Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang. JICA.
Suprihati. 2007. Genetika. Jakarta. Erlangga.
Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Suryo. 2008. Genetika. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Syamsuri, I. 2004. Biologi. Jakarta. Erlangga.
Wildan, Y. 1996. Genetika. Bandung. Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai