Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan
satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air. Tingkat
persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma,
lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai
bersaing.
Gulma merupakan jenis tumbuhan yang hidupnya atau keberadaannya tidak
dikehendaki. Munculnya suatu jenis gulma di sekitar areal tanaman budidaya dapat
dikendalikan dengan menggunakan bahan kimia yang dinamakan herbisida
(Wahyudi, 2008).
Herbisida dalam dunia pertanian saat ini telah mengalami kemajuan yang
cukup pesat. Herbisida adalah senyawa kimia peracun gulma, dapat menghambat
pertumbuhan bahkan mematikan tumbuhan tersebut (Riadi, dkk. 2011).
Penggunaan herbisida secara terus menerus dapat menyebabkan gulma
menjadi resisten. Untuk menghindari hal tersebut, maka diusahakan mencampurkan
dua jenis herbisida dalam mengendalikan gulma (Wahyudi, 2008).
Berbagai bahan kimia dipandang mem-punyai prospek yang baik untuk
mengendalikan gulma, akan tetapi efektif tidaknya suatu herbisida yang digunakan
bergantung pada jenis dan dosis herbisida yang suatu diberikan serta besar kecilnya
pengaruh lingkungan. Penggunaan herbisida sebagai pengendali gulma mempunyai
dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah gulma dapat dikendalikan
dalam waktu yang relatif singkat dan mencakup areal yang luas (Sukman, 1991).
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Herbisida
Salah satu cara pengendalian gulma yaitu secara kimiawi dengan aplikasi
herbisida. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan
efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya
keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan
sebagainya, maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan
pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil
(Noor, 1997).
Herbisida adalah bahan kimia atau kultur hayati yang dapat menghambat
pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida yang diaplikasikan dengan
dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian dan jenis tumbuhan. Pada dosis
yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan tertentu dan tidak
merusak tumbuhan lainnya (Sembodo, 2010).
Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan
untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida ini
dapat mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti pada proses
pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis,
respirasi, metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya) yang sangat
diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Pengertian tersebut mengandung arti bahwa herbisida berasal dari metabolit,
hasil ekstraksi, atau bagian dari suatu organisme. Di samping itu herbisida
bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan penganggu juga terhadap
tanaman. Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan
seluruh bagian yang dan jenis tumbuhan. Pada dosis yang lebih rendah,
herbisida akan membunuh tumbuhan dan tidak merusak tumbuhan yang
lainnya (Riadi, dkk.2011).
terdapat beberapa keuntungan menggunakan herbisida diantaranya :
dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu tanaman budidaya, dapat
mencegah kerusakan perakaran tanaman yang dibudidayakan, lebih efektif
dalam membunuh gulma, dalam dosis rendah dapat berperan sebagai hormon
tumbuh, dan dapat meningkatkan produksi tanaman budidaya dibandingkan
dengan perlakuan pengendalian gulma dengan cara yang lain. Pemakaian suatu
jenis herbisida secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten
sehingga akan sulit mengendalikannya (Sukman dan Yakup, 1991).
Beberapa kondisi seperti karakteristik tumbuhan, lingkungan dan jenis
herbisida sangat menentukan selektivitas herbisida. Hal ini dikarenakan sangat
erat kaitannya dengan dosis herbisida. Pada dosis tertentu suatu herbisida
selektif akan tetapi berubah tidak selektif bila dosis diturunkan atau dinaikkan
(Sukman dan Yakup, 2002).

2.2 Klasifikasi Herbisida


Untuk dapat memakai herbisida dengan baik, kita perlu mengetahui
herbisida tersebut dengan baik pula. Sehingga dilakukan pengolongan
herbisida dengan tujuan untuk mempermudah pengenalan jenis herbisida
yang banyak jenisnya. Dengan adanya penggolongan tersebut akan lebih
mudah mendalami dan mengenal sifat masing-masing herbisida. Secara
umum klasifikasi herbisida ada 3, yaitu :
1. Berdasarkan waktu aplikasi
Herbisida yang digunakan dalam pengendalian gulma pada lahan
pertanian menurut waktu aplikasinya dibedakan menjadi :
a. Herbisida pra-pengolahan tanah, adalah herbisida yang
diaplikasikan pada lahan sebelum lahan tersebut diolah dan
ditumbuhi gulma dengan tujuan membersihkan lahan sebelum
dilakukannya pengolahan tanah, contohnya adalah herbisida
dengan bahan aktif paraquat.
b. Herbisida pra-tanam, adalah herbisida yang diaplikasikan pada
lahan setelah dilakukan pengolahan tanah dan sebelum lahan
tersebut ditanami tanaman budidaya dengan tujuan
mengendalikan serta mencegah 3 biji maupun organ
perbanyakan vegetatif gulma lainnya yang muncul berkat
proses pembalikan tanah ke permukaan tumbuh di lahan,
contohnya adalah herbisida dengan bahan aktif EPTC dan
triazin.
c. Herbisida pra-tumbuh, adalah herbisida yang diaplikasikan
setelah lahan ditanami, namun sebelum tanaman dan gulma
tumbuh di lahan tersebut dengan tujuan menekan pertumbuhan
gulma yang akan tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya
tanaman budidaya, contohnya herbisida dengan bahan aktif
nitralin.
d. Herbisida pasca tumbuh, adalah herbisida yang diaplikasikan
pada lahan setelah tanaman yang dibudidayakan tumbuh di
lahan tersebut dengan tujuan menekan keberadaan gulma
setelah tanaman yang dibudidayakan tumbuh, contohnya
adalah herbisida dengan bahan aktif propanil, glyphosate, dan
dalapon.
2. Berdasarkan cara kerjanya
Herbisida juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerja,
selektifitas, dan sifat kimianya. Berdasarkan cara kerjanya herbisida
yang digunakan untuk mengendalikan gulma secara kimia pada lahan
pertanian dibedakan menjadi:
a. Herbisida kontak
herbisida kontak adalah herbisida yang langsung
mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang
terkena langsung (kontak) larutan herbisida, terutama bagian
gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi
sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas
gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki
sistem perakaran tidak meluas.
Salah satu contoh cara kerja herbisida kontak adalah
dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang
memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi
sel. Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang
lebih besar agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan
gulma dan diperoleh efek pengendalian aktifnya yang lebih
baik. Bagian gulma yang tidak terkena langsung oleh
herbisida ini tidak akan rusak karena di dalam jarinngan
tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada
yang ditranslokasikan ke bagian-bagian gulma lainnya. Jika
ada, bahan tersebut 4 ditranslokasikan melalui phloem.
Herbisida kontak hanya mematikan bagian tanaman hidup
yang terkena larutan, jadi bagian tanaman dibawah tanah
seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi.
Keistimewaannya dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3
jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari
kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman
harus segera dilakukan.
Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara
cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak
menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh
pada gulma. Contohnya herbisida kontak adalah herbisida
yang bahan aktifnya asam sulfat 70 %, besi sulfat 30 %,
tembaga sulfat 40 %, paraquat, gramoxon, herbatop dan
paracol.
b. Herbisida sistemik
herbisida sistemik adalah herbisida yang mematikan
gulma dengan cara bahan aktifnya ditranslokasikan ke
seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun
sampai keperakaran atau sebaliknya. Herbisida ini
membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman
pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak
langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun
bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan
tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan
mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh,
tunas sampai ke perakarannya.
Herbisida sistemik mematikan gulma dengan
menghambat fotosisntesis, seperti herbisida berbahan aktif
triazin dan substitusi urea amida; menghambat pernafasan
(respirasi), seperti herbisida berbahan aktif amitrol dan arsen;
menghambat perkecambahan, seperti herbisida berbahan
aktif tiokarbamat dan karbamat; menghambat pertumbuhan
gulma, seperti herbisida berbahan aktif 2, 4 D, dicamba, dan
picloram. Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas
herbisida sistemik adalah keadaan gulma dalam masa
tumbuh aktif, cuaca yang cerah serta tidak berangin pada saat
penyemprotan, tidak melakukan penyemprotan pada saat
menjelang hujan, areal yang akan disemprot dikeringkan
terlebih dahulu, gunakan air bersih sebagai bahan pelarut.
Keistimewaan dari herbisida sistemik ini yaitu dapat
mematikan tunas-tunas yang ada dalam tanah, sehingga
menghambat pertumbuhan 5 gulma tersebut. Efek terjadinya
hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari
bagian daun sampai perakaran. Proses pertumbuhan kembali
juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat
lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik ini
secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja,
dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan pada
semua jenis alat semprot, termasuk sistem ULV (Micron
Herbi), karena penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma
memerlukan sedikit pelarut.
Noor (1997) menambahkan yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa
kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma,
baik secara selektif maupun non selektif.

Anda mungkin juga menyukai