Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.
Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air diperlukan untuk
kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup, sehingga sangat essensial
(Solichatun et, 2005).
Pemasukan air dari dalam tanah ke dalam  jaringan tanaman melalui sel-
sel akar secara difusi dan osmosis. Dengan masuknya aie melalui sel akan
tentulah akan terbawa ion-ion yang terdapat di dalam tanah karena larutan
tanah mengandung ion (Dwijoseputro, 1985).
Pertumbuhan juga bergantung pada pengambilan air, dan banyak hal
dalam hubungan air tumbuhan bergantung pada interaksi antara sel dengan
lingkungan. Tumbuhan memang merupakan sistem yang dinamis dan sangat
rumit, fungsi yang satu berinteraksi dengan fungsi yang lain. Dengan kata lain,
tumbuhan adalah sistem multidimensi (Salisbury dan Ross, 1995).
Praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kadar air dalam suatu bahan
seperti daun dan buah mahkota dewa, kangkung serta akar kangkung. Metode
yang digunakan adalah oven pengering. Pengeringan adalah suatu metode
untuk mengeluarkan atau menghilangakan sebagian air dari suatu bahan
dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas.
Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai suatu batas agar
mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya (Poerwowidodo. 1991).
Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang terkandung
dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu
105o C selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah
dipanaskan adalah kadar air (Jumin, 1997).
Pengukuran kadar air dalam suatu bahan sangat diperlukan dalam
berbagai bidang. Salah satu bidang yang memerlukan pengukuran kadar air
adalah bidang pertanian . Komoditi pertanian yang cukup penting untuk

1
diketahui kadar airnya adalah beras. Mutu beras terutama ditentukan oleh
kadar airnya, semakin tinggi kadar air beras, mutunya semakin jelek.
Tingginya kadar air beras dapat berakibat tumbuhnya jamur-jamur penghasil
mikotoksin (racun) yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Kadar air
juga perlu diketahui untuk biji-bijian yang lain (Sri, 2010).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah mengetahui status “water
deficit” tanaman cukup dan kurang air.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Air Bagi Tumbuhan


Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, dimana air menyusun
60-90 % dari berat daun. Jumlah air yang dikandung tiap tanaman berbeda-
beda, hal ini bergantung pada habitat dan  jemis spesies tumbuhan tersebut.
Tumbuhan herba lebih banyak mengandung air daripada tumbuhan perdu.
Tumbuhan yang berdaun tebal mempunyai kadar air antara 85-90 %,
tumbuhan hidrofik 85-98 % dan tumbuhan mesofil mempunyai kadar air
antara 100-300 % (Fitter dan Hay, 1981). Kuantitas air yang dibutuhkan oleh
tanaman sangat berbeda-beda sesuai dengan jenis dan lingkungan dimana
tumbuhan itu hidup. Tanaman herba menyerap air lebih banyak dibandingkan
tanaman perdu. Tumbuhan golongan efemera yang hidup di daerah gurun,
akan memanfaatkan hujan yang datang sekali dalam setahun untuk mulai
hidup dan berkecambah, berbunga, berbuah dan mati sebelum air yang ada
dalam tanah habis. Pertumbuhan yan gcepat dan pendeknya umur tanaman
tersebut merupakan suatu usaha untuk menghindari diri dari kekurangan air
yang menimpanya (Dwijoseputro, 1985).
Air mampu melarutkan lebih banyak bahan dari zat cair lainnya. Hal ini
sebagian disebabkan karena air memiliki tetapan dielektrik yang termasuk
tinggi yaitu suatu ukuran kemampuan untuk menetralkan tarik-menarik antara
muatan listrik. Jika air mengandung elektrolit terlarut makalarutan ini
membawa muatan, dan air menjadi penghantar listrik yang baik. Tapi jika air
benar-benar murni, maka ia adalah penghantar listrik yang buruk. Ikatan
hydrogen membuatnya terlalu kuat sehingga tidak mudah baginya untuk
membawa muatan (Salisbury and Ross, 1995).
Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat
jelas, misalnya pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi
oleh dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat
diakomodasikan oleh elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis
(tekanan turgor) berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan

3
permukaan dalam dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola.
Dengan naiknya tekanan turgor, sel-sel yang berdekatan saling menekan,
dengan hasil bahwa sehelai daun yang mulanya dalam keadaan layu menjadi
bertambah segar (turgid). Pada keadaan seimbang, tekanan turgor menjadi
atau mempunyai nilai maksimum dan disini air tidak cenderung mengalir dari
apoplast ke vakuola (Fitter dan Hay, 1981).
Pemasukan air dari dalam tanah ke dalam  jaringan tanaman melalui sel-
sel akar secara difusi dan osmosis. Dengan masuknya air melalui sel akan
tentulah akan terbawa ion-ion yang terdapat di dalam tanah karena larutan
tanah mengandung ion (Dwijoseputro, 1985).
Bila persedian air dalam tanah sedikit maka tumbuhan akan menyerap
air sedikit pula, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhannya. Jika
persediaan air tanah makin kurang maka tumbuhan tersebut akan mengalami
kelayuan. Air merupakan factor utama pertahanan tumbuhan (Bidwell, 1979).
Fungsi lain dari air adalah menjaga turgiditas yang penting bagi
perbesaran sel dan pertumbuhan, serta membentuk tanaman herba. Turgor
penting dalam membuka dan menutupnya stomata, Pergerakan daun dan
pergerakan korola bunga dan terutama dalam variasi struktur tanaman.
Kekurangan air dalam jumlah yang besar menyebabkan kurangnya tekanan
turgor pada/ dalam tumbuhan vegetative (Kramer, 1980).
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah
dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar
airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya.
Kadar air bahan ini disebut dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban
relatif tertentu dapat menghasilkan kadar air seimbang tertentu pula. Dengan
demikian dapat dibuat hubungan antara kadar air seimbang dengan
kelembaban relatif. Pada istilah kadara air, terdapat juga kadar air
keseimbangan. Kadar air keseimbangan adaalah kadar air dimana laju
perpindahan air dari bahan ke udara sama dengan laju perpindahan air dari
udara ke bahan. Kadar air keseimbangan dapat digunakan untuk mengetahui
kadar air terendah yang dapat dicapai pada proses pengeringan dengan tingkat
suhu dan kelembaban udara relatif tertentu atau bias juga disebut dengan kadar

4
air minimum yang dapat dicapai pada kondisi udara pengeringan yang tetap
atau pada suhu dan kelembaban relatif yang tetap (Herwati, 2007).
Sedangkan pada tanaman berat basah adakah berat mula-mula. Berat
kering adalah berat bahan setelah dilakukan pengeringan. Pengeringan ini
dapat dilakukan dengan cara mengoven bahan sehingga seluruh airnya
menguap. Saat air menguap, otomatis berat bahan akan berkurang. Jumlah
pengurangan ini dianggap sebagai selisih antar berat basah dan berat kering.
Perbandingan dari pengurangan berat dan berat awal inilah yang kemudian
diubah menjadi persen dan kadar air ditemukan. Pada organ tumbuhan, kadar
air sangat bervariasi, tergantng dari jenis tumbuhan, struktur dan usia dari
jaringan organ (Eliakim et, 2008).

2.1 Transpirasi
Transpirasi ialah suatu proses hilangnya air dari tumbuhan ke atmosfer
dalam bentuk uap air. Air diserap dari rambut akar tumbuhan dan air itu
kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun.
Selain digunakan untuk proses fotosintesis, air yang berlebih akan dibuang
melalui proses transpirasi (Campbell, 1977)
Berdasarkan tempatnya, transpirasi dibedakan menjadi tiga macam yaitu
transpirasi kutikula, transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Namun hampir
97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata. (Mudakir, 2004).
Menurut Sudjeja (1991) tiga tipe transpirasi yaitu:
A. Transpirasi Kutikula
Adalah evaporasi (penguapan) air yang tejadi secara langsung
melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus
air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula
hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang
melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang
terjadi melalui stomata.
B. Transpirasi Stomata
Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara
sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh

5
dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari
dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air
kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke
atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat
ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi
uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri
sama-sama lembab.
C. Transpirasi Lentikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang
tersusun lepas yang dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang
hilang melalui jaringan ini sebesar 0,1 % dari total transpirasi.

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 25 Oktober 2018 jam 09.10
sampai dengan selesai yang bertempat di Laboratorium Bioteknologi
Agroekoteknoloogi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
neraca analitik, keertas saring, map coklat, kertas HVS, aquades, cutter,
gunting, tanaman uji, cawan petri, alumuium foil dan oven.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah :
1. Dua kelompok tanaman disiapkan. Satu kelompok tanaman yang selalu
kecukupan air, dan satukelompok tanaman dengan keadaan agak layu
(kurang air)
2. Daun dibuat 10 buah potongan dengan diameter 1 cm
3. Berat segar (BS) 10 potongan daun dari 2 kelompok tanaman tersebut
diukur sebagai BS-1 dan BS-2 ( BS+ berat total – berat botol) dengan
neraca analitik. Potongan daun dari tanaman kurang air pun ditimbang
4. Kedua kelompok potongan daun tersebut di tempatkan dalam cawan petri
yang berisi air selama 1 jam, dibawah penerangan lampu neon
5. Potongan daun ditiriskan dengan kertas saring, kemudian kedua
kelompok tanaman tersebut diukur berat segarnya sebagai berat turgid
(BT). BT-1 = berat turgid potongan daun kelompok tanaman cukup air.
BT-2 = berat turgin dari kelompok tanaman kurang air
6. Kedua kelompok potongan daun itu beserta tajuk dan akar dikeringkan
dalam oven pada suhu 70 – 80 ◦C selama 20 jam. Setelah itu berat
keringnya ditimbang (BK, sebagai BK-1 dan BK-2)

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Bobot Basah Tajuk (Daun+Batang) (gram)
Perlakuan Kelompok Praktikum dan Ulangan
1 2 3 4 5 6
Pemberian
U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2
Air (A)
A1 3,07 1,37 3,63 - 4.7 2,33 5,54 3,26 4,34 1,29 4,35 2,49
A5 1,54 0,58 1,35 2 0,46 - 0,56 0,96 6,32 0.86 5,35 1,92

Tabel 2. Bobot Basah Akar (gram)


Perlakuan Kelompok Praktikum dan Ulangan
1 2 3 4 5 6
Pemberia
U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2
n Air (A)
A1 0,2 0,97 0,3 - 0,37 0,3 1,38 0,3 0.8 0.1 0,56 0,20
3 2 3 4 0 0
A5 0,0 0,05 0,1 0,1 0,047 - 0,18 0,1 1.9 0.1 0,62 0,15
9 3 1 4 7 1

Tabel 3. Bobot Kering Tajuk (Daun+Batang) (gram)


Perlakuan Kelompok Praktikum dan Ulangan
1 2 3 4 5 6
Pemberia
U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2
n Air (A)
A1 0,4 0,14 0,76 - 0.791 0,372 0,6 0,2 0,55 0,1 0,652 0,30
9 8 4 4 1
A5 0,2 0,2 0,25 0,305 0,183 - 0,3 0,2 0,98 0,3 0,913 0,33
6 3 2 1

Tabel 4. Bobot Kering Akar (gram)


Perlakua Kelompok Praktikum dan Ulangan
1 2 3 4 5 6
n
U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2
Pemberia
n Air (A)
A1 0,05 0,02 0,12 - 0,01 0,05 0,2 0,2 0,1 0.00 0,14 0,77

8
6 7 4 8 1 0 7 0 8 5
A5 0,01 0,01 0,02 0,03 0,01 - 0,0 0,0 0,2 0,02 0,18 0,04
4 5 8 6 8 2 2 2 7

Tabel 5. Turgiditas Relatif (TR)


Perlakua Kelompok Praktikum dan Ulangan
1 2 3 4 5 6
n
U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2
Pemberia
n Air (A)
A1 75 65 31,3 - 72 79 73% 63 80 78 70,6 73,3
% % % % % % % % % %
A5 27 19 67% 74 19 - 0,8 27 81 67 69,5 47,5
% % % % % % % % % %

Tabel 6. Water Defisit (WD)


Perlakuan Kelompok Praktikum dan Ulangan
1 2 3 4 5 6
Pemberia
U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2
n Air (A)
A1 24 34 68% - 27 20 27 36 20 21 29,4 26,6%
% % % % % % % % %
A5 72 8% 31,9 29 81 - 99 72 18 33 30,4 52,6%
% % % % % % % % %

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali kelompok tiga melakukan pengamatan kekurangan
air pada tumbuhan kacang kedelai, praktikan melakukan penanaman kacang
kedelai dengan media tanam tanah yang sudah diberi pupuk dengan
menempatkannya dalam dua polybag dan terdapat empat ulangan benih, pada
pengamatan diketahui bahwa tanaman yang tumbuh hanya ada dua dan dua
benih lainnya membusuk, hal ini dapat saja terjadi karena beberapa factor
seperti kurangnya air yang diberikan pada benih untuk proses imbibisi,
terserang pathogen yang mengakibatkan benih tidak tumbuh, atau dapat saja
daya vigor benih yang jelek, banyak factor yang dapat mengakibatkan benih
tidak tumbuh. Benih yang tidak tumbuh diakali dengan melakukan
penyulaman pada benih yaitu menanam benih baru di tempat yang sama dan

9
diharapkan tumbuh dengan baik, tetapi dapri proses penyulaman tersebut
didapat bahwa tanaman hanya tumbuh satu dari dua ulangan. Proses
pengamatan dilakukan dengan dua tanaman tetap disiram sepanjang hari dan
dua tanaman lagi disiram sepanjang hari tetapi lima hari sebelum praktikum
tanaman di biarkan mongering.
Pada data tabel diatas menunjukan bahwa tanaman yang kekurangan air
memiliki pertumbuhan tanaman yang lebih besar dan tinggi dibandingkan
dengan tanaman dengan perlakuan yang cukup air, ini dikarena tanaman yang
diberi perlakuan dengan disiram setiap hari pada saat penanaman benih
tersebut tidak tumbuh dan menyebabkan terjadinya penanaman ulang.
Sedangkan untuk tanaman kacang kedelai yang kekurangan air, tanaman
sehat, tetapi warna daunnya agak kekukingan dan layu. Hal ini sejalan dengan
apa yang dikemukakan oleh Burhan (1997) mengatakan bahwa kebutuhan air
pada tanaman adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu
periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Selain itu air juga
digunakan untuk proses fotosintesis sehingga apabila tanaman kekurangan air
maka akan mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.
Pada praktikum dalam laboratorium tanaman A1U1, A1U2, dan A5U1.
Dibersihkan terlebih dahulu, tanaman dipisahkan tajuk dengan akar untuk
menimbang didapat hasil bahwa bobot basah A1U1 akar 0,37g dan tajuk 4,7g.
A1U2 akar 0,33g dan 2,33g, dan pada A5U1 akar 0,047, dan tajuk 0,46,.
Lalu praktikan mencari berat kering daun, tajuk dan akar dengan cara
mengoven selama 20 jam dengan suhu 85ºC dan di dapat hasil A1U1 akar
0,131g, tajuk 0,791.. A1U2 akar 0,051g, tajuk 0,372. dan pada A5U1 akar
0,018g, tajuk 0,183. Dan dapat diketahui bahwa bobot basah lebih besar massa
dibandingkan bobot kering akar dan tajuk hal ini karena pada bobot basah
tanaman kacang masih menyimpan air yang cukup banyak dinbandingkan
bobot kering yang sudah mengalami transpirasi berlebih dan sudah mongering
mengakibatkan massa tanaman berkurang.
Pada tabel kelima, dibahas mengenai turgiditas relatif (TR). Menurut
Bayer (1976) Turgor adalah penentu utama pertumbuhan, perluasan daun dan
berbagai aspek metabolisme tanaman. Penutupan dan pembukaan stomata

10
banyak dikendalikan oleh tersedianya air. Tanaman yang cukup air, stomata
dapat dipertahankan selalu membuka untuk menjamin kelancaran pertukaran
gas-gas di daun termasuk CO2 yang berguna dalam aktivitas fotosisntesis,
aktivitas yang tinggi menjamin pula tingginya kecepatan pertumbuhan
tanaman. Keadan turgiditas dapat diketahui menggunakan perhitungan rumus
sebagai berikut. TR = (BS - BK)/ (BT - BK) x 100. Dengan TR (Turgiditas
Relatif ), BS (Berat Segar/ berat 10 potongan sebelum direndam), BK (Berat
Kering/ berat 10 potongan setelah dioven), dan BT (Berat Turgid/ berat 10
potongan setelah direndam).
Dan dicari data bobot segar dan bobot basah daun dengan membolongi
daun berdiameter 1cm sebanyak 10 daun, untuk bobot segar daun setelah
dibolongi ditimbang dengan neraca analitik didapat data A1U1 0,77g, A1U2
0,085g, dan A5U1 0,029g. Lalu setelah didapat data bobot segar daun
direndam dalam larutan aquades dengan diberi pembatas atas setiap ulangan
atau percobaan dan ditunggu selama sejam dalam perendaman setelah itu daun
ditiriskan dan ditimbang kembali untuk mendapatkan bobot basah A1U1
0,099g, A1U2 0,103g, dan A5U1 0,93g. Dari hasil perhitungan menggunakan
rumus tersebut diperoleh data yakni, pada perlakuan cukup air untuk sampel
A1U1 turgiditas relatifnya ialah 72% dan pada A1U2 79%. Sedangkan pada
perlakuan kekurangan air untuk sampel A5U1 turgiditas relatifnya ialah 19%
Pada tabel keenam, membahas mengenai water deficit (WD). Dalam
menentukan data water deficit pada tanaman kedelai dengan melalui
perhitungan rumus sebagai berikut. WD = (BT - BS) / (BT - BK) x 100, dari
rumus tersebut didapatkan hasil yakni, pada perlakuan cukup air untu sampel
A1U1 nilai water defisit-nya ialah 27% dan A1U2 20%. Sedangkan pada
perlakuan kekurangan air untuk sampel A5U1 water defisit-nya ialah 81%.

11
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Simpulan praktikum kali ini yaitu air merupakan unsur paling
penting dalam petumbuhan dan perkembangan untuk tanaman. Air menjadi
indikator dominan apakah tanaman tersebut tumbuh dengan baik atau tidak.
Fungsi air dalam tanaman yaitu sebagai pelarut, sebagai penjaga tekanan
turgor, dan lain sebagainya. Dari data diatas disimpulkan bahwa kadar air
pada bagian tajuk lebih besar dibanding dengan kadar air dibagian akar,
turgiditas relatif pada jaringan tumbuhan yang tidak disiram selama 5 hari
memiliki nilai yang lebih besar daripada tanaman yang disiram. Water deficit
pada jaringan tumbuhan yang tidak disiram selama 5 hari bernilai lebih
rendah dibandingkan dengan tanaman yang tidak disiram. Sehingga turgiditas
relatif berbanding terbalik dengan water deficit.

5.2 Saran
Saran saya dianjurkan untuk praktikan sebelum praktikum belajar
terlebih dahulu mengenai materi yang akan dipraktikumkan agar tidak terjadi
kendala saat melakukan praktikum. Serta tak lupa untuk mendengarkan
penjelasan asisten laboratorium dengan baik mengenai praktikum yang
sedang berlangsung agar tidak terjadi kekeliruan pada saat pembuatan
laporan hasil praktikum.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bayer, J. 1976. Water deficits and photosisnthesis in water. New York: Acaemic
Press Inc.
Bidwell, R.G.S.1979. Plant Physiology. New York: Millan Publishing.
Burhan, B. 1997. Pengaruh Kekurangan Air Terhadap Pertumbuhan Tanaman.
Jakarta: Erlangga
Campbell, 1977. Biologi Umum. Vol.2. Jakarta: Erlangga.
Dwidjoseputro, D.1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Eliakim et, al. 2008. Pengaruh kelebihan Air Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Fitter A. H. Dan Hay, R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Harwati, T. 2007. Pengaruh Kekurangan Air (Water Deficit) Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Tembakau. Jurnal Inovasi Pertanian. Vol 6(1): 44-51
Jumin, H. B. 1992. Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi. Jakarta:
Rajawali Press
Kramer.1972. Plant and Soil Water Relationship. New York: Mc Graw Hill
Company.
Mudakir, I. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia
Poerwowidodo. 1991. Gatra Tanah dalam Pembangunan Hutan Tanaman di
Indonesia. Bandung: Penerbit Rajawali
Salisbury, 1995. Fisiologi tumbuhan Hubungan Air Dengan Tanah. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Solichatun et. Al. 2005. Pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan
kandungan bahan aktif sponin tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum
Gaertn). Biofarmasi. Vol 3(2): 47-51
Sri, A. 2010. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga
Sudjeja, 1991. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Negeri Lampung.

13
LAMPIRAN

Neraca Analitik Gunting

Tanaman Kekurangan Air Tanaman Cukup Air

Oven

14

Anda mungkin juga menyukai