Anda di halaman 1dari 8

Iklim memiliki sifat yang sangat kompleks baik dalam ruang dan waktu.

Gambaran mengenai iklim


dapat dilihat atau dianalisis dari data unsur-unsur iklim. Jadi data memegang peranan yang sangat
besar untuk mendapatkan iklim yang akurat. Masalah penanganan data iklim mencakup hal-hal dari
metode mendapatkan data yang merupakan sumber gambaran iklim yang dapat dipercaya,
pencatatan (pengarsipan), pengolahan data, hingga penyajian informasi iklim yang dapat
dimanfaatkan bidang-bidang lain.

Metode statistik dan persamaan matematika dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam
menelaah sifat-sifat iklim yang kompleks. Dengan analisis statistik dan matematik data dapat
disederhanakan, ciri-ciri unsur iklim dapat dipelajari dan dianalisis sehingga mempermudah
penelaahan informasi yang terkandung dalam data. Dari manfaat penggunaan analisis statistik
tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan ketepatan dalam peramalan yang akhirnya akan
dapat menyediakan informasi iklim yang lengkap dan akurat.

Rumus kimia dapat baaerupa rumus empiris ataupun rumus molekul. Rumus empiris adalah rumus
kimia yang paling sederhana, rumus ini ditulis dengan memperkecil subkrip dalam rumus molekul
menjadi bilangan bulat terkecil yang mungkin. Rumus molekul adalah rumus yang sebenarnya untuk
molekul. Untuk kebanyakan molekul, rumus molekul dan rumus empirisnya sama. Beberapa
contohnya adalah air (H2O), amonia (NH4), karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Untuk
menyatakan komposisi bahan yang molekulnya terdiri dari atom-atom yang lebih banyak, dipakai
rumus empiris. Ini terdiri dari lambang unsur-unsur yang membentuk zat tersebut. Jumlah atom
suatu unsur tertentu dalam molekul itu, ditulis sebagai subkrip.

Selain itu rumus empiris suatu senyawa dapat digunakan untuk menentukan rumus molekul dari
suatu zat murni yang merupakan tujuan dari analisis kualitatif. Suatu zat antara rumus empiris dan
rumus molekul mempunyai hubungan yang erat ataupun saling berkaitan. Terdapat tiga
kemungkinan hubungan yang perlu dipertimbangkan, yaitu rumus empiris dan rumus molekul dapat
identik, rumus molekul dapat merupakan pengendapan atau kelipatan dari suatu senyawa dalam
keadaan padat memiliki rumus empiris dan tidak memiliki rumus molekul. Rumus kimia dapat
menyatakan jenis atau jumlah relatif atom yang menyusun zat tersebut. Berdasarkan penjabaran
teori diatas untuk dapat mengetahui penentuan rumus empiris suatu senyawa maka dilakukan
percobaan ini.

Anonim. 2015.www.tokohtokohduniaku.blogspot.com. Diakses pada tanggal 17 pukul 11.57 WIB.


Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Kenaan, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta. Erlangga.
Khopkar, SM. 2003. Konsep Kima Dasar Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta.
S. Syukri, G.1985. Vogel Analisis Organik Kualitatif. Media Pustaka. Indonesia.

 adalah karakteristik cuaca pada suatu wilayah yang didasarkan atas data yang terkumpul selama
kurun waktu yang lama (sekitar 30 tahun). Klimatologi adalahIlmu yang mempelajari tentang iklim.
Menelaah tentang karakteristik iklim antar wilayah. Kajiannya ditekankan pada aras rata-rata dari
unsur-unsur iklim yang menjadi ciri dari suatu wilayah. Cuaca pada dasarnya merupakan kondisi
atmosfer yang dinamis yang kapan saja bisa mengalami perubahan.
Dalam pengamatan data iklim, perlu diperhatikan tentang macam dan kondisi alat, cara pencatatan,
waktu pengamatan, dan tata letak atau lay out alat-alat yang digunakan, sehingga dapat mewakili
kondisi fisik lingkungan.

Dalam agroklimatologi terdapat beberapa peralatan yang digunakan dalam proses mengetahui
unsure-unsur iklim.Metode statistik dan persamaan matematika dapat juga dimanfaatkan dalam
agroklimatologi untuk mempermudah dalam menelaah sifat-sifat iklim yang kompleks. Dengan
analisis statistik dan matematik data dapat disederhanakan, ciri-ciri unsur iklim dapat dipelajari dan
dianalisis sehingga mempermudah penelaahan informasi yang terkandung dalam data.

Setiap masalah dalam meteorology dan klimatologi dapat dianalisis dengan menggunakan suatu
model dapat berupa konsepsi mental, hubungan empirik atau kumpulan pernyataan-pernyataan
matematik statistik. Model-model dalam meteorologi  umumnya dapat dikelompokkan dalam
model-model deterministik, parametrik, stokastik atau kombinasinya.

Pembagian menjadi kelompok-kelompok tersebut tidak selalu dapat dilakukan dengan tegas , kita
dapat membayangkan model-model sebagai tersusun dari berbagai komponen yang masing-masing
seolah-olah merupakan sebuah titik dalam suatu spectrum kontinu tipe yang satu hingga stokastik
murni pada ujung lain.

Salah satu hal yang penting untuk memperkirakan unsure cuaca pada satu wilayah yang mempunyai
data terbatas adalah dengan menggunakan rumus empiris. Rumus empiris ini biasanya digunakan
pada satu wilayah belum bisa mengelola data meteorology yang mungkin dan bahkan terjadi di
lingkungan Kabupaten atau Kecamatan.

Oleh karena itu semua hubungan antar unsure cuaca yang satu dengan yang lainnya adalah data
yang sangat penting untuk memperkirakan salah satu data meteorology apabila data tersebut belum
diamati.

Ada beberapa macam rumus empiris, diantaranya adalah:

1.        Rumus empiris prosentase lama penyinaran bulanan berdasarkan jumlah air hujan bulanan.

  

Dimana:

S = prosentase lama penyinaran bulanan.

2.        Rumus empiris untuk menentukan energy radiasi matahari

Banyak stasiun meteorology hanya mencatat panjang lama penyinaran matahari dan radiasi serta
jumlah penyinaran matahari. Angstrom menyatakan hibungan dengan kedua variabel tersebut
sebagai berikut:

Dimana:

·         I : energy radiasi matahari sampai dibumi (cal/cm2)

·         I0 : energy radiasi matahari pada puncak atmosfer (cal/cm2)


·         n : jumlah jam penyinaran matahari actual (jam)

·         N : panjang penyinaran matahari (jam).

·         a dan b : konstanta. Untu daerah Tropis (a) = 0,23 dan (b) = 0,48 dan akan berubah sesuai
dengan latitude dan massa udara daerah tersebut.

3.        Rumus empiris untuk menentukan tekanan uap air berdasarkan wet bulb dan dry bulb:

Dimana:

·         Ed = tekanan uap air dari udara (mbar)

·         Es = tekanan uap jenih pada wet bulb temperature (mbar)

·         P = tekanan udara (°C)

·         Ta = dry bulb temperature (°C)

·         Tw = wet bulb temperature (°C)

Pembahasan

il praktikum yang sudah dilakuakn, praktikan jadi mengetahui kegunaan rumus empiris dalam dunia
klimatologi maupun dalam agroklimatologi. Rumus empiris merupakan salah satu hal yang penting
yang digunakan untuk memperkirakan unsure cuaca dari suatu wilayah yang dimana wilayah
tersebut tidak mempunyai alat-alat kliamtologi maupun agroklimatologi.

Kegunaan rumus empiris ini merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan data
anasir iklim berdasarkan data meteorology yang sudah tersedia. Oleh karena itu hubungan antara
cuaca yang satu dengan cuaca yang lainnya sangat penting untuk memperkirakan salah satu data
meteorology apabila data tersebut belum diamati.

Selain itu, menggunakan rumus empiris dapat mempermudahkan bagi para pengguna data
meteorology yang tidak memiliki alat-alat klimatologi secara lengkap. Data meteorology yang
didapatkan dari cara perhitungan menggunakan rumus empiris merupakan data yang penting bagi
para pengguana data meteorology yang tidak tersedia alat klimatologi yang lengkap.

Ada beberapa rumus empiris yang digunakan dalam kegiatan perkiraan anasir data, diantaranya
rumus empiris prosentase lama penyinaran bulanan berdasarkan jumlah hujan bulanan. Rumus
empiris ini digunakan untuk mengetahui penyinaran bulanan berdasarkan jumlah hujan bulanan.
Dengan rumus tersebut, kita jadi dapat mengtahui lamanya penyinaran dalam satuan persen (%).
Hasil lama penyinaran kita dapatkan dengan cara menggunakan rumus  Dimana S adalah prosentase
lama penyinaran bulanan, dan HH adalah hari hujan.

Dengan menggunakan rumus tersebut, kita dapat mengtahui berapa jumlah prosentase lama
penyinaran perhitungan matahari. Hasil yang didapatkan berbeda prosentase penyinaran yang
berdasarkan pengamatan. Perbedaan ini terjadi karena kita hanya menggunakan acuan rumus
sebagai penduga bahawa prosentase lama penyinaran, sedangkan hasil pengamatan terbukti karena
dilalukan langsung dengan pengamatan dilapangan. Selian itu, faktor yang mempengaruhi
prosentase penyinaran perhitungan bisa dikarekan berbedanya jumlah hari hujan pada masing-
masing bulan.

Selain rumus empiris prosentase lama penyinaran bulanan, ada pula rumus empiris yang digunakan
yaitu, rumus empiris untuk menentukan energy radiasi matahari. Rumus empiris ini digunakan untuk
menentukan energy radiasi matahari. Banyak stasiun meteorology yang hanya mencatat panjang
penyinaran metahari dan radiasi serta jumlah penyinaran mataharinya saja. Angstrom menyatakan
hubungan kedua variabel tersebut dengan  .

Dimana I adalah energy radiasi matahari yang samapai kebumi (cal/cam2), Io adalah energy
matahari yang sampai puncak atmosfer (cal/cam2), n adalah jumlah jam penyinaran matahari aktual
(jam), N adalah panjang penyinaran matahari (jam), sedangkan a dan b merupakan sebuah
konstanta bagi daerah Tropis a = 0,23 dan Tropis b = 0,48. Nilai konstanta ini dapat berubah sesuai
dengan latitude dan massa udara daerah tersebut.

Dalam menggunakan rumus empiris ini, kita terlebih dahulu mencari nilai Io yang sesuai dengan
tanggal dan bulan yang sudah ditentukan. Jika nilai Io sudah ditemukan akan mudah bagi kita
mengtahui nila I (energy radiasi matahari yang sampai kebumi).

Data hasil yang didapatkan berbeda-beda karena dipengarahi oleh faktor berbedanya nilai yang
jumlah jam penyinaran matahari aktula dan panjang penyinrana matahari pada tiap harinya. Ini jelas
membuat hasil yang didapatkan berbeda. Selain itu faktor yang mempengaruhi juga ada suhu udara.
Jika suhu udara berbeda dipermukaan berbeda maka akan membuat jam penyinaran dan jumlah
penyinaran semakin besar. Selian itu kelembaban juga dapat mempengaruhi energy radiasi
matahari.

Bukan hanya faktor yang sudah disebutkan diatas hasil perhitungan dan hasil pengamatan berbeda,
faktor lain yang mempengaruhi adalah data yang kami gunakan dalam rumus empiris ini merupakan
data yang digunakan sebagai penduga untuk mengtahui hasilnya dengan menggunakan rumus
empiris tanpa melakukan pengamatan dilapangan. Sedangkan data yang dihasilkan dari hasil
pengamatan merupakan data yang benar-benar diperoleh dari pengamatan dilapangan sehingga
membuat hasil dari perhitungan dan pengamatan berbeda.

Rumus empiris untuk mementukan tekana uap air berdasarkan wet bulb dan dry bulb juga
digunakan dalam perkiraan anasir iklim. Dengan rumus ini kita dapat mengetahui tekana uap dalam
perkiraan anasir iklim. Bisa dikatakan jumlah wey bulb dan dry buld salah satu faktor yang
dapat  mempengaruhi pada tekanan uap air. Penggunaan rumus empiris yang dilakukan pada saat
praktikum kami hanya digunakan sebagai penduga atau perhitungan saja sedangkan data hasil
pengamatan merupakan merupakan data yang didapatkan sesuai dengan yang terjadi dilapangan.

Satuan pada wet bulb dan dry bulb yaitu °C. selain itu hasil pengamatan berbeda juga dipengaruhi
nilai yang dihasilkan dari tekakan udara, tekakan uap jenuh, dan tekanan uap air diudara.

Iklim adalah karakteristik cuaca pada suatu wilayah yang didasarkan atas data yang terkumpul
selama kurun waktu yang lama (sekitar 30 tahun). Klimatologi adalahIlmu yang mempelajari tentang
iklim. Menelaah tentang karakteristik iklim antar wilayah. Kajiannya ditekankan pada aras rata-rata
dari unsur-unsur iklim yang menjadi ciri dari suatu wilayah.
Salah satu hal yang penting untuk memperkirakan unsure cuaca pada satu wilayah yang mempunyai
data terbatas adalah dengan menggunakan rumus empiris. Rumus empiris ini biasanya digunakan
pada satu wilayah belum bisa mengelola data meteorology yang mungkin dan bahkan terjadi di
lingkungan Kabupaten atau Kecamatan.

Rumus empiris yang digunakan dalam perikiraan anasir iklim diantaranya adalah rumus empiris
prosentase lama penyinaran bulanan berdasrkan jumlah hari hujan bulanan, rumus empiris untuk
menentukan energy radiasi matahari, dan rumus untuk menentukan tekanan uap air berdasarkan
wet bulb dan dry bulb.

Perbedaan hasil perhitungan dengan hasil pengamatan bisa dikarena faktor pada tiap unsure rumus
empiris yang digunakan, dan bisa juga terjadi karena rumus yang kami gunakan adalah hanya
sebagai penduga seberapa besar hasil dari tiap perhitungan yang didapatkan dengan menggunakan
rumus empiris. Sedangkan hasil pengamatan  merupakan hasil yang benar-benar menggunakan
rumus empiris yang diabntu  dengan data-data hasil pengamatan dilapangan sehingga berbeda
dengan hasil perhitungan tanpa melakukan pengamatan dilapangan.

5.2. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya diharapkan dapat berjalan dengan lancar, efektif, efisien dan
kondusif seperti yang sudah dilakukan pada praktikum sebelumnya.

Benyamin, Lakitan. 1994 Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Guslim. 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.

Ritawati, Sri. dkk. 2013. Petunjuk Praktikum Klimatologi Pertanian Fakultas Pertanian. UNTIRTA :


Banten.

Sarwani, Aris . 2013.http://ries091.blogspot.com/2012/10/laporan-praktikum-agroklimatologi-


acara.html(diakes pada hari Rabu tanggal 5 November 2014).

lalu berbeda di setiap waktu. Oleh karena itu salah satu tugas penting prakirawan adalah melakukan
pengamatan unsur-unsur cuaca yang selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk
mempertimbangkan keadaan cuaca yang akan terjadi. Tujuan dilakukannya pengamatan tersebut
adalah untuk mengetahui keadaan atmosfer pada setiap saat dan mengingat atmosfer demikian
luas, maka tidak mungkin setiap orang melakukan pengamatan dan mengukur setiap unsur disetiap
titik secara keseluruhan tanpa menggunakan peralatan berteknologi tinggi. Kini pengamatan dan
proses pembuatan prakiraan cuaca sudah menggunakan peralatan yang merupakan kombinasi
antara manusia dengan komputer. Dalam hal membuat prakiraan cuaca salah satu metodenya
dengan memanfaatkan model numerik prakiraan cuaca yang dilakukan dengan komputer (Choir dan
Zakir, 2008).

Setiap masalah dalam meteorology dan klimatologi dapat dianalisis dengan menggunakan suatu
model dapat berupa konsepsi mental, hubungan empirik atau kumpulan pernyataan-pernyataan
matematik statistik. Model-model dalam meteorologi umumnya dapat dikelompokkan dalam model-
model deterministik, parametrik, stokastik atau kombinasinya. Pembagian menjadi kelompok-
kelompok tersebut tidak selalu dapat  dilakukan dengan tegas , kita dapat membayangkan model-
model sebagai tersusun dari berbagai komponen yang masing-masing seolah-olah merupakan
sebuah titik dalam suatu spectrum kontinu tipe yang satu hingga stokastik murni pada ujung lain
( Bey , 1991).

Probabilitas dan prakiraan data curah hujan lebih praktis mendapatkan perhatian karena hal ini
dapat mengubah hasil panen tanaman, permintaan evaporasi, dan tipe tanah. Pada faktanya periode
dengan kalkulasinya dibutuhkan untuk mengubah nilai kritik dari curah hujan dalam suatu periode.
Permasalahan yang ada seperti ketidaktepatan dalam perubahan kalkulasi dengan jangka waktu
yang pendek dan curah hujan yang rendah (Jackson, 1984).

Jumlah curah hujan tidak menunjukkan informasi yang dibutuhkan untuk mengukur pengikisan dari
badai hujan. Kekuatan yang digunakan di permukaan tanah dengan setiap tetesan air hujan dapat
diperlihatkan dengan kekuatan yang meliputi badai hujan. Untuk menghitung nilai ini, informasi yang
harus tersedia adalah besar dan lamanya hujan badai, ukuran dan kecepatan pada tiap tetesan hujan
dan penyaluran ukuran tiap tetes (Linder,1981).

            Agar data dalam analisis data meteorologi agar lebih bermanfaat maka dilakukan
pengorganisasian dan analisis data secara sistematis dari seluruh jaringan pengamatan cuaca.
Misalnya analisis data berdasarkan time series (pengamatan jangka panjang), penafsiran terhadap
suatu parameter yang sukar dilakukan dengan cara didekati dengan parameter yang mempunyai
hubungan dan berdasarkan rumus antara hubungan-hubungan parameter tersebut (Wisnubroto,
1999).

            Pada analisa regresi terdapat analisa regresi logistik yang dapat diterpkan dalam berbagai
skala data. Model regresi logistik menghasilkan nilai probabilitas yang dipakai sebagai dasar untuk
klasifikasi. Pengklasifikasian merupakan salah satu analisis statistika yang diperlukan jika ada
beberapa kelompok yang kemudian ingin diketahui apakah kelompok-kelompok tersebut memang
berbeda secara statistika. Kelompok-kelompok ini terjadi karena ada pengaruh satu atau variabel
lain yang merupakan variabel independen (Wibowo, 2002).

 A. 1991. Kapita Selekta Dalam Agroklimatologi. Direktorat Jendral Tinggi Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Bogor. 226p.

Choir, U. dan A. Zakir. 2008. Kajian Indeks Stabilitas Udara Model KMA di Wilayah Indonesia Bulan
April dan Mei 2008. <http://meteo.bmg.go.id/arsippdf/KAJIAN_KMA.pdf>. Diakses pada tanggal 10
Oktober 2011.

Jackson, I. J. 1984. Climate, Water, and Agriculture. John Wiley and Sons, Inc. New  York.

Linder, Van der. 1981. An Input-Output analysis with respect to water and it’s load for


atropical watershed. The Indonesia Journal of Geography,  11 (42): 19-39.

Wibowo, W. 2002. Perbandingan hasil klasifikasi analisis diskriminan dan regresi logistik pada
pengklasifikasian data respon biner. Kappa Jurnal Sains. III ( 1 ). 36-37.
Wisnubroto. 1999. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya.Yogyakarta.

Ragam iklim pada berbagai tempat di muka bumi ditentukan oleh beberapa gabungan
proses atmosfer yang berbeda sehingga perlu ada pengidentifikasian dan pengklasifikasian jenis
iklim. Meskipun semua unsur iklim penting, hubungan yang menyatakan kecukupan panas dan air
banyak mempengaruhi klasifikasi iklim. Faktor yang menentukan kondisi atmosfer dapat dipakai
dalam klasifikasi iklim, akan tetapi kriteria yang dipakai untuk membedakan jenis iklim sebaiknya
mencerminkan iklim itu sendiri. Pemahaman yang lebih baru tentang klasifiaksi iklim yaitu dengan
melihat hubungan sistematis antara unsur iklim dengan pola tanam dunia. Klasifikasi iklim berdasar
pola tanaman biasanya dikaitkan dengan hutan, hujan, padang rumput, dan tundra (Bayong, 1999).

Rata-rata atau series iklim bisa digunakan untuk membuat tipe (klasifikasi) iklim di suatu
daerah. Kegunaan klasifikasi ikilm adalah untuk memperoleh efisiensi informasi dalam bentuk yang
umum dan sederhana. Oleh karena itu, analisis statistik unsur-unsur iklim yang digunakan dapat
dilakukan untuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara kuantitatif, umum dan
sederhana (Anonim, 2004).

Tiga istilah evaporasi yang sering digunakan di dalam studi agroklimatologi adalah (1)
evaporasi (Epan), yang menggambarkan jumlah air menguap dari permukaan air langsung ke
atmosfir (misalnya dari danau dan sungai), (2) evapotrasnpirasi aktual (ETa), yang menggambarkan
jumlah air pada permukaan tanah yang berubah menjadi uap air pada kondisi normal, dan (3)
evapotranspirasi potensial (ETp) adalah kehilangan air yang terjadi untuk memenuhi kebutuhan
vegetasi yang terjadi pada saat kondisi air tanah jenuh (Xu and Chen,2005).

Sistem klasifikasi iklim ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan serta
sudah sangat dikenal di Indonesia.Kriteria yang digunakan adalah dengan penentuan nilai Q, yaitu
perbandingan antara bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 100% (Q = BK / BB x 100%).

Pada dasarnya klasifikasi iklim menurut metode Koppen dapat diterapkan di Indonesia tapi
mengingat variasi curah hujan suatu stasiun di Indonesia sangat besar maka hasil dari klasifikasi
Koppen kurang dapat memberi gambaran yang memuaskan (Wisnubroto. et. al., 1983).

Kegunaan klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk memperoleh efisiensi informasi dalam
bentuk yang umum dan sederhana. Oleh karena itu, analisis statistik unsur-unsur iklim yang
digunakan dapat dilakukan untuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara
kuantitatif. Beberapa diantara klasifikasi iklim yaitu metode klasifikasi Koppen digunakan untuk iklim
pada tumbuhan atau vegetasi, metode klasifikasi Schmidt dan Fergusson digunakan untuk iklim
kehutanan dan perkebunan. Metode klasifikasi Oldeman digunakan untuk iklim lahan pertanian
pangan, dan metode klasifikasi Mohr (Anonim, 2008).

Iklim telah terbagi sesuai lokasi atau daerah yang telah di determinasikan tidak hanya untuk
satu elemen saja tetapi dengan variasi kombinasi variable meteorologi. Dua tempat mungkin
memililki temperatur yang sama tapi ada perbedaan curah hujan di sana. Beberapa karakteristik dari
distribusi iklim telah diketahui melalui klasifikasi secara astronomi. Ada beberapa klasifikasi iklim
sesuai parameter pengukurannya yaitu klasifikasi menurut Mohr, Schmidt dan Fergusson, Oldeman,
dan Koppen. Di antara keempat jenis klasifikasi iklim ini terdapat persamaan dan perbedaan
(Harwizt et .al., 1994).

Boyong, T . 1999. Klimatologi Umum. Penerbit Bandung. Bandung.


Harwitz, Benhard, and james M Austin.1994. Climatology. Mc Graw-Hill Book Company, inc. New York and
London.

Wisnubroto, S. S. L, Aminah, N. Rulyono.1983. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada


Yogyakarta.

  Xu, C-Y. and D. Chen.2005.Comparison of seven models for estimation


of                           evapotranspiration and  ground water  recharge using lysimetermeasurement data in
Germany. Hydrol.Processes. 19 : 3717-3734.

Anda mungkin juga menyukai