Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) merupakan suatu kondisi medis,
yang ditandai oleh hiperaktivitas, ketidakmampuan memusatkan perhatian dan impulsivitas,
yang terdapat secara persisten (menetap). Sebagian anak dapat menunjukkan gejala
hiperaktif, yang lainnya menunjukkan gejala kesulitan memusatkan perhatian, dan ada pula
yang menunjukkan impulsivitas, atau ketiga gejala tersebut terdapat secara bersamaan. Anak
dengan GPPH jenis predominan ketidakmampuan memusatkan perhatian, seringkali tampak
sebagai anak yang suka melamun, pasif dan sulit untuk ikut beraktivitas dengan teman-
temannya.1
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM), definisi GPPH telah
mengalami beberapa kali perubahan sesuai dengan perubahan konsep tentang penyakit
tersebut. Sesuai dengan DSM IV, terdapat tiga gejala utama yaitu inattentiveness atau tidak
mampu memusatkan perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas.2
Prevalensi GPPH tipe kombinasi lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi gangguan
pemusatan perhatian saja atau hiperaktif saja. 2 Pada umumnya berbagai ahli mengemukakan
prevalensi GPPH pada anak sekolah berkisar 3%-10%.3 Di Amerika Serikat para ahli
mempunyai kesepakatan bahwa prevalensi GPPH adalah 3%-5% pada populasi anak.
Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan prevalensi gangguan ini berkisar dari 1% sampai
29,2%.2 Di Jakarta, prevalensi GPPH diantara anak Sekolah Dasar 26,2%, proporsi terbesar
adalah jenis gangguan tidak mampu memusatkan perhatian yaitu sebesar 15,9 %.4
GPPH adalah gangguan yang bersifat heterogen dengan manisfestasi klinis yang beragam.
Sampai saat ini belum ada satu jenis terapi yang dapat di akui untuk menyembuhkan anak
dengan GPPH secara total. Berdasarkan evidence based, dan National Intistute of Mental
Health, serta organisasi professional lainnya di dunia seperti AACAP (American Academy of
Child and Adolescent Psychiatry), penanganan anak dengan GPPH yang terbaik adalah
dengan pendekatan komprehensif berdasarkan prinsip pendekatan yang multidisiplin.5
Terapi standar anak dengan GPPH terdiri dari medikasi (farmakologi), terapi perilaku, terapi
kognitif dan latihan keterampilan sosial (non farmakologi). Disamping itu perlu pula
memberikan psikoedukasi kepada orang tua, pengasuh serta guru yang sehari-harinya
berhadapan dengan anak tersebut. Penanganan anak dengan GPPH merupakan gabungan dari
kerjasama antara pemberi pelayanan kesahatan, orang tua atau pengasuh dengan anak itu
sendiri.
Pemberian obat pada anak dengan GPPH sudah dimulai sejak kurang lebih 50 tahun yang
lalu. Obat yang merupakan pilihan pertama adalah obat golongan psikostimulan. Dikenal ada
3 macam obat golongan psikostimulan, yaitu : golongan metilfenidat (satu-satunya yang
dapat ditemukan di Indonesia), golongan deksamfetamin, golongan pemolin. Sementara obat-
obatan saja merupakan pengobatan yang terbukti untuk GPPH, penelitian Multi-modal
Treatment Study of Children with ADHD (the MTA study) yang dilakukan oleh National
Institute of Mental Health (NIMH) menemukan bahwa menggabungkan terapi perilaku
dengan obat efektif dalam membantu keluarga, guru, dan anak belajar untuk mengelola dan
memodifikasi perilaku yang menyebabkan masalah di rumah dan di sekolah. Selain itu,
beberapa anak yang mendapatkan pengobatan kombinasi dapat meminum obat mereka
dengan dosis yang lebih rendah.5
Saat ini rekomendasi penanganan GGPH oleh AACP mengharuskan pengobatan utntuk terus
diminum seumur hidup tanpa jeda pengobatan, dan pengobatan hanya dapat dihentikan
apabila terjadi efek samping obat yang serius. Hal ini seringkali membuat orangtua khawatir
mengenai dampak dan manfaat jangka panjang pengobatan, mengingat durasi pengobatan
tersebut. Pada usia sekolah anak dengan GPPH sering mangalami kesulitan mengikuti proses
pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah, pencapaian akademik yang rendah, interaksi
yang tidak adekuat baik dengan orang tua, teman sebaya maupun gurunya, menjadi topik
yang sering ditanyakan oleh orangtua anak dengan GPPH.6,7
Berdasarkan paparan masalah tersebut, dilakukan penelusuran bukti untuk melihat luaran
jangka panjang dari terapi GPPH, yang secara khusus diukur dengan melihat performa
akademik dan fungsi sosial anak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. NIMH, Attention deficit hyperactivity disorder, diakses tanggal 23 Februari 2020.
2. American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, Fourth Edition (DSM-IV-TR). Washington, DC: American Psychiatric
Association, 2004.
3. Brown, R. T., Freeman W.S., Perrin J.M., Stein M.T., Amler R.W., Feldman H.M,
Pierce K., et al. “Prevalence and Assessment of Attention-Deficit/Hyperactivity
Disorder in Primary Care Settings”. 2001. PEDIATRICS, vol. 107, no. 3, hlm. 43.
4. Saputro D. Gangguan hiperkinetik pada anak di DKI Jakarta, penyusunan instrumen
baru, penentuan prevalensi, penelitian patofisologi dan upaya terapi. Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada, 2004. Disertasi.
5. American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, ADHD Parents Medication
Guidelines. Washington, DC: American Psychiatric Association, 2013.
6. American Academy of Pediatrics, Committee on Quality Improvement and
Subcommittee on Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder Diagnosis and evaluation
of the child with attention-deficit/hyperactivity disorder. 2000. Pediatrics 105:1158–
1170.
7. Furman R.A. “Attention Deficit/Hyperactivity Disorder: An Alternative Viewpoint.”
Journal of Infant, Child, and Adolescent Psychotherapy, vol. 2, no. 1, 2002, hlm. 125–
44

Anda mungkin juga menyukai