Anda di halaman 1dari 20

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) / CRF

A. PENGERTIAN

Chronic Kidney Disease (CKD) / CRF merupakan gangguan ginjal yang


progresif dan irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif


dan lambat, biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson,
1995: 812).

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah


merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

Anemia pada penyakit ginjal dengan gejala-gejala sebagai berikut:


 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi

B. KLASIFIKASI GGK atau CKD (Cronic Kidney Disease) :

Stage Gbran kerusakan ginjal GFR (ml/min/1,73 m2)

1 Normal atau elevated GFR ≥ 90

2 Mild decrease in GFR 60-89

3 Moderate decrease in GFR 30-59

4 Severe decrease in GFR 15-29

5 Requires dialysis ≤ 15
C. ETIOLOGI

CKD / CRF dapat disebabkan oleh penyakit sistemik diantaranya adalah sebagai
berikut:

1. DM.
2. Glomerulonefrtitis kronis
3. Pielonefritis
4. Agen toksis
5. Hipertensi yang tidak terkontrol
6. Obstruksi traktus urinalisis
7. Gangguan vaskuler
8. Infeksi

Terdapat 8 kelas sebagai berikut :

Klasifikasi penyakit Penyakit

Infeksi Pielonefritis kronik

Penyakit peradangan Glomerulonefritis

Penyakit vascular Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis maligna

Hipertensif Stenosis arteri renalis

Gangguan jaringan Lupus eritematosus sistemik Poliarteritis nodus

Penyambung Skelrosis sistemik progresif

Gangguan kongenital dan Penyakit ginjal polikistik, Asidosis tubulus ginjal


herediter

Penyakit metabolic DM, Gout, Hiperparatiroidisme, Amiloidosis

Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesic, Nefropati timbale

Nefropati obstruktif Saluran kemih atas : kalkuli, neoplasma fibrosis


retroperitoneal

Saluran kemih bawah : hipertropi prostat, striktur


uretra, anomaly congenital pada leher kandung kemih
dan uretra
D. PATOFISIOLOGI

Perjalanan umum GGK melalui 3 stadium:

1. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal

 Kreatinin serum dan kadar BUN normal

 Asimptomatik

 Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR

2. Stadium II : Insufisiensi ginjal

 Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)

 Kadar kreatinin serum meningkat

 Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)

Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:

a. Ringan

40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal

b. Sedang

15% - 40% fungsi ginjal normal

c. Kondisi berat

2% - 20% fungsi ginjal normal

3. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia

 kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat

 ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit

 air kemih/urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010

CLINICL PATHWAY Hipotesis Bricker (hipotesis nefron yang utuh)


“Bila nefron terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur, namun
sisa nefron yang masih utuh tetap berja normal”

E. MANIFESTASI KLINIK
1. Sistem kardiovaskuler: mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), gagal jantung
kongestif dan edema pulmoner (akibat cairan berlebih) dan perikarditis (akibat
iritasi pada lapisan perikardial oleh toksin uremik).
2. Sistem integrumenurum: rasa gatal yang parah (pruritus). Butiran uremik
merupakan suatu penunpukkan kristal urin di kulit, rambut tipis dan kasar.
3. Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah.
4. Sistem neurovaskuler: perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi, kedura otot dan kejang.
5. Sistem pulmoner: krekels, sputun kental, nafas dalam dan kusmaul.
6. Sistem reproduktif: amenore, atrifi testikuler.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal : ureum kreatinin, asam urat serum

Identifikasi etiologi gagal ginjal : analisis urin rutin, mikrobiologi urin, kimia
darah, elektrolit, imunodiagnosis

Identifikasi perjalanan penyakit : progresifitas penurunan fungsi ginjal, ureum


kreatinin, klearens kreatinin test : CCT = (140 – umur ) X BB (kg), 72 X
kreatinin serum

wanita = 0,85, pria = 0,85 X CCT

- hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan

- elektrolit

- endokrin : PTH dan T3,T4

- pemeriksaan lain: infark miokard

2. Diagnostik : Etiologi GGK dan terminal :

- Foto polos abdomen, USG, Nefrotogram

- Pielografi retrograde, Pielografi antegrade

- mictuating Cysto Urography (MCU)


Diagnosis pemburuk fungsi ginjal : retogram, USG

G. MANAJEMEN TERAPI

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan


homeostasis selama mungkin.

Intervensi diit. Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik
merupakan hasil pemecahan protein yang akan menumpuk secara cepat dalam
darah jika terdapat gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus
bernilai biologis (produk susu, telur, daging) di mana makanan tersebut dapat
mensuplai asam amino untuk perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan
diperbolehkan 300-600 ml/24 jam. Kalori untuk mencegah kelemahan
dari KH dan lemak. Pemberian vitamin juga penting karena pasien dialisis
mungkin kehilangan vitamin larut air melalui darah sewaktu dialisa.

Hipertensi ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume


intravaskule. Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner perlu pembatasan
cairan, diit rendah natrium, diuretik, digitalis atau dobitamine dan dialisis.
Asidosis metabolik pada pasien CKD biasanya tanpa gejala dan tidak perlu
penanganan, namun suplemen natrium bikarbonat pada dialisis mungkin
diperlukan untuk mengoreksi asidosis.

Anemia pada CKD ditangani dengan epogen (erytropoitin manusia


rekombinan). Anemia pada pasaien (Hmt < 30%) muncul tanpa gejala spesifik
seperti malaise, keletihan umum dan penurunan toleransi aktivitas. Abnormalitas
neurologi dapat terjadi seperti kedutan, sakit kepala, dellirium atau aktivitas
kejang. Pasien dilindungi dari kejang.

Pada prinsipnya penatalaksanaan Terdiri dari tiga tahap :


Penatalaksanaan konservatif : Pengaturan diet protein, kalium, natrium, cairan

Terapi simptomatik : Suplemen alkali, transfusi, obat-obat local & sistemik, anti
hipertensi

Terapi pengganti : HD, CAPD, transplantasi

H. KOMPLIKASI

1. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan


masukan diit berlebih.
2. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
6. Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati perifer,
Hiperuremia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GAGAL GINJAL KRONIK (CKD)


A. PENGKAJIAN
1. Biodata

Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda, dapat
terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.

2. Keluhan utama

Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan (anoreksi),
mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), gatal pada
kulit.

3. Riwayat penyakit
a. Sekarang: Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis,
renjatan kardiogenik.
b. Dahulu: Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,
payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik,
Benign Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.
c. Keluarga: Adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus (DM).

4. Tanda vital: Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi,
nafas cepat dan dalam (Kussmaul), dyspnea.

5. Body Systems :
a. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Gejala : nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa
sputum, kental dan banyak,
Tanda ; takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk produktif dengan /
tanpa sputum.
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau angina
dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda : Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki,
telapak tangan, Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi
ortostatik, friction rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning.kecendrungan perdarahan.
c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma.
d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat,
tidak dapat kencing.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)
abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau
anuria.
e. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva dan
Diare
f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat
malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis pada
kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan
lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.
6. Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal
kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan
kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan
yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah
dimengerti pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolisme : Anoreksi, mual, muntah dan rasa pahit pada
rongga mulut, intake minum yang kurang. dan mudah lelah. Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat
mempengaruhi status kesehatan klien.
Gejala ; Peningkatan berat badan cepat (oedema) penurunan berat badan
(malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut (amonia)
Penggunaan diuretik.
Tanda : Gangguan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut
tipis, kuku rapuh.
c. Pola Eliminasi
Eliminasi uri :
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat,
tidak dapat kencing.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)
abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau
anuria.
Eliminasi alvi : Diare.
d. Pola tidur dan Istirahat : Gelisah, cemas, gangguan tidur.
e. Pola Aktivitas dan latihan : Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas
menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal.
Gejala : kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise,.
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
f. Pola hubungan dan peran.
Gejala : kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran).
g. Pola sensori dan kognitif.
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati / mati rasa
pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu melihat
dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami disorientasi/ tidak.
h. Pola persepsi dan konsep diri.
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan
dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
i. Pola seksual dan reproduksi.
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.

j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping.


Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress,
perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan klien
tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta gagal
ginjal kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah maupun
mempengaruhi pola ibadah klien.
7. Pemeriksan fisik :
a. Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum.
b. Dada: Pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada.
c. Perut: Adanya edema anasarka (ascites).
d. Ekstrimitas: Edema pada tungkai, spatisitas otot.
e. Kulit: Sianosis, akaral dingin, turgor kulit menurun.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk


sampah dan prosedur dialysis.

2. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,
perikarditis

3. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin, retensi cairan dan
natrium.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan


yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).

5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b.d kurangnya


informasi kesehatan.

6. Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh primer, tindakan invasive

7. PK: Insuf Renal

8. PK : Anemia

9. Sindrom defisit self care b.d kelemahan, penyakitnya.

RENPRA CKD / CRF

No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi


1 Intoleransi aktivitasSetelah dilakukan askep ...NIC: Toleransi aktivitas
B.d jam Klien
 Tentukan penyebab intoleransi aktivitas &
ketidakseimbangan dapatmenoleransi
tentukan apakah penyebab dari fisik,
suplai & kebutuhanaktivitas &melakukan
psikis / motivasi
O2 ADL dgn baik
 Kaji kesesuaian aktivitas & istirahat klien
Kriteria Hasil:
sehari-hari
 Berpartisipasi dalam
 Tingkatkan aktivitas secara bertahap,
aktivitas fisik dgn TD,
biarkan klien berpartisipasi dapat
HR, RR yang sesuai
perubahan posisi, berpindah& perawatan
 Warna kulit diri
normal,hangat & kering
 Pastikan klien mengubah posisi secara
 Memverbalisasikan bertahap. Monitor gejala intoleransi
pentingnya aktivitas secara aktivitas
bertahap
 Ketika membantu klien berdiri, observasi
 Mengekspresikan gejala intoleransi spt mual, pucat, pusing,
pengertian pentingnya gangguan kesadaran & tanda vital
keseimbangan latihan &
 Lakukan latihan ROM jika klien tidak
istirahat
dapat menoleransi aktivitas
 Meningkatkan toleransi
aktivitas

2 Pola nafas tidakSetelah dilakukan askep .....Monitor Pernafasan:


efektif b.djam pola nafas klien
Monitor irama, kedalaman dan frekuensi
hiperventilasi, menunjukkan ventilasi yg
pernafasan.
penurunan energi,adekuat dg kriteria :
kelemahan  Perhatikan pergerakan dada.
 Tidak ada dispnea
 Auskultasi bunyi nafas
 Kedalaman nafas
normal  Monitor peningkatan ketidakmampuan
istirahat, kecemasan dan sesag nafas.
 Tidak ada retraksi
dada / penggunaan otot
bantuan pernafasan
Pengelolaan Jalan Nafas
 Atur posisi tidur klien untuk maximalkan
ventilasi

 Lakukan fisioterapi dada jika perlu

 Monitor status pernafasan dan oksigenasi


sesuai kebutuhan

 Auskultasi bunyi nafas

 Bersihhkan skret jika ada dengan batuk


efektif / suction jika perlu.

3 Kelebihan volumeSetelah dilakukanFluit manajemen:


cairan b.d.askep ..... jam pasien
 Monitor status hidrasi (kelembaban
mekanisme mengalamikeseimbangan
membran mukosa, nadi adekuat)
pengaturan melemah cairan dan elektrolit.
 Monitor tanda vital
Kriteria hasil:
 Monitor adanya indikasi overload/retraksi
 Bebas dari edema
anasarka, efusi  Kaji daerah edema jika ada

 Suara paru bersih

 Tanda vital dalam batasFluit monitoring:


normal
 Monitor intake/output cairan

 Monitor serum albumin dan protein total

 Monitor RR, HR

 Monitor turgor kulit dan adanya kehausan

 Monitor warna, kualitas dan BJ urine

4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan askepManajemen Nutrisi


nutrisi kurang dari….. jam klien
 Kaji pola makan klien
kebutuhan tubuh menunjukanstatus nutrisi
adekuatdengan kriteria  Kaji adanya alergi makanan.
hasil :
 Kaji makanan yang disukai oleh klien.
 BB stabil  Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan
nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan
 Tidak terjadi mal
klien.
nutrisi
 Anjurkan klien untuk meningkatkan
 Tingkat energi
asupan nutrisinya.
adekuat
 Yakinkan diet yang dikonsumsi
 Masukan nutrisi
mengandung cukup serat untuk mencegah
adekuat
konstipasi.

 Berikan informasi tentang kebutuhan


nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien

Monitor Nutrisi

 Monitor BB setiap hari jika


memungkinkan.

 Monitor respon klien terhadap situasi yang


mengharuskan klien makan.

 Monitor lingkungan selama makan.

 jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak


bersamaan dengan waktu klien makan.

 Monitor adanya mual muntah.

 Monitor adanya gangguan dalam proses


mastikasi/input makanan misalnya
perdarahan, bengkak dsb.

 Monitor intake nutrisi dan kalori.

5 Kurang pengetahuanSetelah dilakukan askep … Pendidikan : proses penyakit


tentang penyakit,jam Pengetahuan klien /
 Kaji pengetahuan klien tentang
perawatan dan keluarga meningkat dg
penyakitnya
pengobatan nya b.d.KH:
kurangnya sumber  Jelaskan tentang proses penyakit (tanda
informasi, Pasien mampu: dan gejala), identifikasi kemungkinan
terbatasnya kognitif penyebab.
 Menjelaskan kembali
penjelasan yang diberikan  Jelaskan kondisi klien

 Mengenal kebutuhan Jelaskan tentang program pengobatan dan


perawatan dan pengobatan alternatif pengobantan
tanpa cemas
 Diskusikan perubahan gaya hidup yang
 Klien / keluarga mungkin digunakan untuk mencegah
kooperatif saat dilakukan komplikasi
tindakan
Diskusikan tentang terapi dan pilihannya

 Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa


digunakan/ mendukung

 Instruksikan kapan harus ke pelayanan

 Tanyakan kembali pengetahuan klien


tentang penyakit, prosedur perawatan dan
pengobatan

6 Resiko infeksi b/dSetelah dilakukan askep ...Kontrol infeksi


tindakan invasive,jam risiko infeksi
 Ajarkan tehnik mencuci tangan
penurunan daya tahanterkontrol dg KH:
tubuh primer  Ajarkan tanda-tanda infeksi
 Bebas dari tanda-tanda
infeksi  Laporkan dokter segera bila ada tanda
infeksi
 Angka leukosit
normal( 4-10.000 )  Batasi pengunjung

 Ps mengatakan tahu  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak


tentang tanda-tanda dan denganps
gejala infeksi
 Tingkatkan masukan gizi yang cukup

 Anjurkan istirahat cukup

 Pastikan penanganan aseptic daerah IV

 Berikan PEN-KES tentang risk infeksi


proteksi infeksi:

 Monitor tanda dan gejala infeksi

 Pantau hasil laboratorium

 Amati faktor-faktor yang bisa


meningkatkan infeksi

 Monitor VS

7 PK: Insuf Renal Setelah dilakukan askep ...  Pantau tanda dan gejala insuf renal
jam Perawat akan ( peningkatan TD, urine <30 cc/jam,
menangani atau mengurangi peningkatan BJ urine, peningkatan
komplikasi dari insuf renal natrium urine, BUN Creat, kalium, pospat
dan amonia, edema).

 Timbang BB jika memungkinkan

 Catat balance cairan

 Sesuaikan pemasukan cairan setiap hari =


cairan yang keluar + 300 – 500 ml/hr

 Berikan dorongan untuk


pembatasan masukan cairan yang ketat :
800-1000 cc/24 jam. Atau haluaran urin /
24 jam + 500cc

 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam


pemberian diet, rendah natrium (2-4g/hr)

 pantau tanda dan gejala asidosis metabolik


( pernafasan dangkal cepat, sakit kepala,
mual muntah, Ph rendah, letargi)

 Kolaborasi dengan timkes lain dalam


therapinyadan HD

 Pantau perdarahan, anemia,


hipoalbuminemia

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan


Edisi 2; EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan


Edisi 6; EGC. Jakarta.
Doengoes, Marylin E. (1989) Nursing Care Plans. F.A Davis Company.
Philadelphia. USA.

Haznam M. W. (1992). Kompendium Diagnostik & Terapi Ilmu Penyakit Dalam


Edisi II. Bandung.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. EGC. Jakarta:

Price, Sylvia Anderson. (1985). Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses


Penyakit. EGC. Jakarta.

Smith, Cindy Grennberg. (1988). Nursing Care Planning Guides for Children.
Baltimore. Williams & Wilkins

Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. FKUI. Jakarta.

SMF UPF Anak. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai