Anda di halaman 1dari 36

MODUL PEMBELAJARAN

BLOK DENTAL SCIENCE II


SEMESTER II
2019

8 MEI 2019 – 17 JUNI 2019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
VISI, MISI DAN TUJUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Visi program studi

Visi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
adalah sebagai institusi pendidikan kedokteran gigi yang mampu menghasilkan
lulusan yang unggul, mandiri dan berbudaya serta mempunyai daya saing ditingkat
nasional pada tahun 2021.

Misi program studi

A. Misi Umum
Memberdayakan Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana sebagai perguruan tinggi yang melaksanakan Tri Dharma Perguruan
Tinggi berlandaskan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bernilai budaya.

B. Misi Khusus
a. Menjamin Relevance, Academic atmospher, Internal management,
Sustainability, Eficiencies (RAISE) pendidikan lewat penyelenggaraan pendidikan
Kedokteran Gigi berbasis kompetensi untuk menghasilkan tenaga Dokter Gigi
yang profesional, memiliki keunggulan spesifik dan kompetitif dalam mengelola
bidang kesehatan, khususnya bidang kesehatan gigi dan mulut.
b. Menghasilkan tenaga Dokter Gigi yang mampu bekerja sama dalam tim
dengan profesi lain terkait baik nasional maupun internasional, untuk
melaksanakan pelayanan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut guna
mengembalikan sistem stomatognatik dalam rangka meningkatkan taraf
kesehatan masyarakat.
c. Mengembangkan penelitian dan pengabdian masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan stakeholders dan pengembangan serta penerapan ilmu dan teknologi
kedokteran gigi.
d. Mengerahkan dan mengarahkan potensi yang ada secara efektif dan efisien
untuk mencapai kualitas managemen dan organisasi yang profesional, terbuka
dan kompetitif
e Mengembangkan dan membina suasana kampus yang kondusif bagi sivitas
akademika untuk menghasilkan kinerja yang optimal.

Tujuan program studi

Program Studi Pedidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana


memiliki Tujuan yaitu :
1. Menghasilkan tenaga profesional yang memiliki pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dalam bidang Kedokteran Gigi sehingga lulusan PSPDG - FK UNUD
mampu bersaing di tingkat nasional.
2. Menghasilkan tenaga Dokter Gigi yang menguasai dasar-dasar ilmiah sehingga
mampu berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai kaum terpelajar.
3. Meningkatkan dan mengembangkan penelitian berbagai aspek Kedokteran Gigi.
4. Mengembangkan pendidikan Kedokteran Gigi yang mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Kedokteran Gigi dan atau Kedokteran yang tepat
guna.
5. Menghasilkan tenaga Dokter Gigi yang memiliki kompetensi sesuai dengan
bidangnya, mampu mengatasi masalah-masalah kesehatan gigi dan mulut baik
yang bersifat promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif bagi masyarakat
dari berbagai latar belakang kebudayaan, tradisi, adat istiadat, kepercayaan, dan
agama melalui penerapan dan pengembangan Iptek Kedokteran Gigi.
6. Mengembangkan kemampuan Dokter Gigi sebagai sumber informasi dan inovasi
untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat dalam bidang kesehatan, khususnya
kesehatan gigi dan mulut.
KOMPETENSI YANG INGIN DICAPAI

DOMAIN
1. Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi
2. Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik
3. Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik

KOMPETENSI UTAMA
1. Memahami ilmu kedokteran dasar dan klinik, kedokteran gigi dasar dan
kedokteran gigi klinik yang relevan sebagai dasar profesionalisme serta
pengembangan ilmu kedokteran gigi.
2. Mengintegrasikan ilmu pengetahuan biomedik yang relevan sebagai sumber
keilmuan dan berbagai data penunjang untuk diagnosis dan tindakan medik
kedokteran gigi.
3. Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi klinik sebagai dasar untuk melakukan
pelayanan klinis kesehatan gigi dan mulut yang efektif dan efisien.

KOMPETENSI PENUNJANG
Menegakkan diagnosis dan menetapkan prognosis penyakit-penyakit/
kelainan gigi dan mulut melalui interpretasi, analisis dan sintesis hasil
pemeriksaan pasien. (C4, P4, A4)
KURIKULUM

1. Kariologi
a. Definisi
b. Teori
c. Etiologi
d. Epidemiologi
e. Jenis
f. Prosedur diagnosa dan rencana perawatan

2. Penyakit Pulpa dan Periapikal


a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Jenis
e. Prosedur Diagnosa dan Rencana Perawatan

3. Resorbsi Internal dan Eksternal

4. Diskolorisasi Enamel

5. Bakteri Anaerob dan Aerob

6. Penyakit Jaringan Penyangga Gigi


a. Penyakit Gingiva
b. Penyakit Periodontal
c. Hubungan Endo-Perio

7. Keradangan dan Infeksi Orofasial


a. Review Inflammation and Repair dan Infeksi
b. Porte de entre Infeksi Odontogen
c. Pola Penyebaran Infeksi Odontogen ( 3 cara)

8. Infeksi Perikorona + Impaksi


a. Epidemiologi
b. Patofisiologi
c. Tanda-tanda Perikoronitis
d. Penyebaran dan Perluasan Infeksi

9. Perluasan Infeksi Odontogen


a. Perluasan infeksi pada medulla tulang rahang
b. Perluasan infeksi pada tulang rahang
c. Perluasan infeksi pada sinus maksilaris
d. Perluasan infeksi pada facial spaces
e. Selulitis, Phlegmon, dan Ludwig Angina

10. Osteomyelitis Rahang


a. Osteomyelitis Odontogen
b. Ostemyelitis Non-odontogen
11. Tumor & Neoplasia
a. Gambaran klinis
b. Prosedur diagnosa

12. Tumor Odontogen


a. Tumor epithelial
b. Tumor mesensimal
c. Mixed tumor

13. Tumor Non Odontogenik Jinak


a. Ossifying Fibroma
b. Fibrous Dysplasia
c. Cementoossesus displasia
d. Osteoblastoma / Osteoid Osteoma
e. Osteoma
f. Desmoplastik Fibroma
g. Chondroma
h. Central Giant Cell Granuloma
i. Giant Cell Tumor
j. Hemangioma
k. Langerhans cell Disease

14. Tumor Ganas Rongga Mulut


a. Squamous cell carcinoma
b. Osteosarcoma ( parosteal dan periosteal )
c. Chondrosarcoma
d. Ewing’s Sarcoma dan Primitif
e. Neuroectodermal Tumor
f. PlasmaCell Neoplasia ( Multiple Myeloma,Solitary Plasmacytoma of Bone)
g. Metastatik Carcinoma

15. Kista Rongga Mulut


a. Kista rahang
b. Kista jaringan rongga mulut

16. Fraktur wajah dan rahang


a. Fraktur mandibula
b. Fraktur sepertiga tengah wajah

17. Obat Anti Kanker/Kemoterapi

NARASUMBER
NO NAMA BAGIAN NOMOR HP

1 drg. Putu Ratna Kusumadewi Giri,Sp.KG PSPDG 0811 380 970

2 dr. I Gusti Ayu Artini, MSc. Farmakologi 0812 3650 481

3 drg. Steffano Aditya Handoko, MPH PSPDG 0811 3999 865

4 dr. Budi Setiawan,Sp.B(K)Onk RS Sanglah/Bedah 0812 3923 956

5 drg. IGA Dyah Ambarawati, M.Biomed PSPDG 0896 1092 7914

6 drg. Eka P. Ramadhany, Sp.Perio PSPDG 0818 0558 5151

7 drg. L. Cinthia Hutomo, Sp.Ort PSPDG 0858 5737 3714

FASILITATOR

NO NAMA KLP NOMOR HP

1 drg. Steffano Aditya Handoko, MPH 1 0811 3999 865

2 drg. Putu Ika Anggaraeni, Sp.Ort 2 0858 6893 5557

3 drg. Putri Rejeki 3 0811 803 903

4 drg. Sari Kusumadewi, M.Biomed 4 0812 3837 084

5 drg. Ni Kd Fiora Rena P., M.Biomed 5 0818 0533 3658

PEMBIMBING TUGAS KELOMPOK (STUDENT PROJECT)

NO NAMA KLP NOMOR HP

1 drg. Steffano Aditya Handoko, MPH 1 0811 3999 865

2 drg. Putu Ika Anggaraeni, Sp.Ort 2 0858 6893 5557

3 drg. Putri Rejeki 3 0811 803 903

4 drg. Sari Kusumadewi, M.Biomed 4 0812 3837 084

5 drg. Ni Kd Fiora Rena P., M.Biomed 5 0818 0533 3658

TOPIK TUGAS KELOMPOK (STUDENT PROJECT)


SP 1 : Kista rongga mulut (SGD 1)
SP 2 : Penyakit periodontal (SGD 2)
SP 3 : Penyakit pulpa dan periapikal (SGD 3)
SP 4 : Resorpsi internal/eksternal (SGD 4)
SP 5 : Osteomyelitis atau Fraktur wajah/rahang (SGD 5)

Keterangan :

 Student Project berupa Case Report sesuai topik yang sudah ditentukan.

 Presentasi dan diskusi Student Project akan dinilai oleh dosen dari bidang
bersangkutan.

 Format penulisan Student Project:


I. PENDAHULUAN
II. LAPORAN KASUS
III. KAITAN DENGAN TEORI
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
V. DAFTAR PUSTAKA
VI. LAMPIRAN

Ketua Blok : drg Putu Ika Anggaraeni, Sp.Ort (085868935557)


Asisten Blok : Putu Masayu Angie Puspayanthi (081239017482)

JADWAL PERKULIAHAN
BLOK DENTAL SCIENCE II
SEMESTER II TAHUN 2019
HARI /
JAM KEGIATAN NARASUMBER TE
TANGGAL
08.00 -
I 09.00 Belajar Mandiri
09.00 -
Rabu 10.00 Topik 1 : KARIOLOGI
drg. Ratna Kusumadewi Giri, Sp.KG
10.00 -
R
8 Mei 2019 11.00 Topik 2 : PENYAKIT PULPA DAN PERIAPIKAL
11.00 -
drg. IGA Dyah Ambarawati. M.Biomed
12.00 Topik 3 : BAKTERI AEROB DAN ANAEROB
12.00 -
13.00 Istirahat
13.00 -
14.00
Tugas Kelompok/Student Project
14.00 -
15.00
08.00 -
II 09.00 Belajar Mandiri
09.00 -
Kamis 10.00 SGD Topik 1
10.00 -
Fasilitator R.
9 Mei 2019 11.00 SGD Topik 2
11.00 -
12.00 SGD Topik 3
12.00 -
13.00 Istirahat
13.00 -
14.00
Tugas Kelompok/Student Project
14.00 -
15.00
08.00 -
III 09.00
Kewarganegaraan
09.00 -
Jumat 10.00
R
10.00 -
10 Mei 2019 11.00 Pleno Topik 1
drg. Ratna Kusumadewi Giri, Sp.KG
11.00 -
12.00 Pleno Topik 2
12.00 -
13.00 Istirahat
13.00 -
R
14.00 Pleno Topik 3 drg. IGA Dyah Ambarawati, M.Biomed
14.00 -
Tugas Kelompok/Student Project
15.00
08.00 -
09.00 Belajar Mandiri
09.00 -
IV 10.00 Topik 6 : PERLUASAN INFEKSI ODONTOGEN
drg. Eka P. Ramadhany, Sp.Perio R
10.00 -
Senin 11.00 Topik 7 : KISTA RM & TUMOR ODONTOGEN
11.00 -
13 Mei 2019 12.00 Istirahat
12.00 -
13.00 SGD Topik 6
Fasilitator R
13.00 -
14.00 SGD Topik 7

Tugas Kelompok/Student Project


14.00 -
15.00
08.00 -
09.00 Belajar Mandiri
V 09.00 - Topik 4 : RESORPSI INTERNAL DAN EKSTERNAL drg. IGA Fienna Novianthi S., Sp.KG R. ku
10.00
10.00 -
Selasa 11.00 Topik 5 : DISKOLORASI EMAIL
11.00 -
14 Mei 2019 12.00 Istirahat
12.00 -
13.00 Pleno Topik 6
drg. Eka P. Ramadhany, Sp.Perio R. ku
13.00 -
Pleno Topik 7
14.00
14.00 -
Tugas Kelompok/Student Project
15.00
08.00 -
09.00 Belajar Mandiri
09.00 -
VI 10.00 Topik 8 : KERADANGAN & INFEKSI OROFACIAL
10.00 -
drg. Steffano Aditya H., MPH R
Kamis 11.00 Topik 9 : INFEKSI PERIKORONA & IMPAKSI
11.00 -
16 Mei 2019 12.00 Topik 10 : OSTEOMYELITIS RAHANG
12.00 -
13.00 Istirahat
13.00 -
14.00 SGD Topik 4
Fasilitator R
14.00 -
15.00 SGD Topik 5
08.00 -
09.00
Kewarganegaraan
09.00 -
10.00
10.00 -
VII 11.00 SGD Topik 8
11.00 -
SGD Topik 9 Fasilitator R
Jumat 12.00
12.00 -
SGD Topik 10
17 Mei 2019 13.00
13.00 -
14.00 Istirahat
14.00 -
15.00 Belajar Mandiri
08.00 -
09.00 Belajar Mandiri
09.00 -
10.00 Topik 11 : PENYAKIT GINGIVA
10.00 -
drg. Eka P. Ramadhany, Sp. Perio R
VIII 11.00 Topik 12 : PENYAKIT PERIODONTAL
11.00 -
Senin 12.00 Topik 13 : HUBUNGAN ENDO-PERIO
12.00 -
20 Mei 2019 13.00 Istirahat
13.00 -
Pleno Topik 4
14.00
drg. IGA Fienna Novianthi S., Sp.KG R
14.00 -
Pleno Topik 5
15.00
08.00 -
IX 09.00 Belajar Mandiri
09.00 -
Selasa 10.00 SGD Topik 11
10.00 -
Fasilitator R.
21 Mei 2019 11.00 SGD Topik 12
11.00 -
12.00 SGD Topik 13
12.00 -
13.00 Istirahat
13.00 -
PJ Blok R
14.00 Kuis Topik 1-5
14.00 -
Tugas Kelompok/Student Project
15.00
08.00 -
09.00 Belajar Mandiri
09.00 -
drg. Steffano Aditya H., MPH R
X 10.00 Pleno Topik 8
10.00 -
Rabu 11.00 Pleno Topik 9
11.00 -
Pleno Topik 10
22 Mei 2019 12.00
12.00 -
13.00 Istirahat
13.00 -
14.00
Tugas Kelompok/Student Project
14.00 -
15.00
08.00 -
09.00 Belajar Mandiri
09.00 -
XI 10.00 Topik 14 : TUMOR NON ODONTOGEN JINAK
dr. Budi Setiawan, Sp.B (K) Onk R
10.00 -
Kamis 11.00 Topik 15 : TUMOR NON ODONTOGEN JINAK
11.00 -
23 Mei 2019 12.00 Istirahat
12.00 -
13.00 SGD Topik 14
Fasilitator R
13.00 -
14.00 SGD Topik 15
14.00 -
15.00 Tugas Kelompok
08.00 -
09.00
Kewarganegaraan
09.00 -
XII 10.00
R
10.00 -
Jumat 11.00 Topik 18 : FRAKTUR WAJAH & RAHANG drg. L.Cinthia Hutomo, Sp.Ort
11.00 -
24 Mei 2019 12.00 Kuis Topik 6-10
12.00 -
13.00 Istirahat
13.00 -
14.00
Tugas Kelompok/Student Project
14.00 -
15.00
08.00 -
09.00 Belajar Mandiri
09.00 -
10.00 Topik 16 : TUMOR DAN NEOPLASIA
10.00 -
XIII 11.00 Topik 17 : TUMOR GANAS RONGGA MULUT
dr. Budi Setiawan, Sp.B (K) Onk R
11.00 -
Senin 12.00 Pleno Topik 14
12.00 -
27 Mei 2019 13.00 Pleno Topik 15
13.00 -
14.00

Tugas Kelompok/Student Project

14.00 -
15.00
08.00 -
09.00 Belajar Mandiri
09.00 - drg. Eka P. Ramadhany, Sp. Perio R
XIV 10.00 Pleno Topik 11
Selasa 10.00 - Pleno Topik 12
11.00
11.00 -
28 Mei 2019 12.00 Pleno Topik 13
12.00 -
Istirahat
13.00
13.00 -
SGD Topik 16
14.00
Fasilitator R
14.00 -
SGD Topik 17
15.00
08.00 -
09.00 Belajar Mandiri
09.00 -
XV 10.00 Topik 19 : OBAT ANTIKANKER/KEMOTERAPI dr. IGA Artini, MSc.
10.00 -
R
Rabu 11.00 Pleno Topik 16
dr. Budi Setiawan, Sp.B (K) Onk
11.00 -
29 Mei 2019 12.00 Pleno Topik 17
12.00 -
13.00 Istirahat
13.00 -
14.00
Tugas Kelompok/Student Project
14.00 -
15.00
08.00 -
09.00 Belajar Mandiri
09.00 -
XVI 10.00 SGD Topik 18
Fasilitator R
10.00 -
Senin 11.00 SGD Topik 19
10 Juni 11.00 -
drg. L.Cinthia Hutomo, Sp.Ort R
2019 12.00 Pleno Topik 18
12.00 -
13.00 Istirahat
13.00 -
Pleno Topik 19 dr. IGA Artini, MSc. R
14.00
14.00 -
Tugas Kelompok/Student Project
15.00
08.00 -
09.00 Belajar Mandiri
09.00 -
10.00 Presentasi SP 1 Penguji SP 1
R
10.00 -
XVII 11.00 Presentasi SP 2 Penguji SP 2
11.00 -
Selasa 12.00 Istirahat
11 Juni 12.00 -
2019 13.00
13.00 -
Praktikum Carving Pembimbing praktikum/Fasilitator Lab Pre
14.00
14.00 -
15.00
08.00 -
09.00 Belajar Mandiri
09.00 -
XVIII 10.00 Kuis Topik 11-13
PJ Blok R
10.00 -
Rabu 11.00 Kuis Topik 18-19
12 Juni 11.00 -
2019 12.00 Istirahat
12.00 - Praktikum Carving Pembimbing praktikum/Fasilitator Lab Pre
13.00
13.00 -
14.00
14.00 -
15.00
08.00 -
09.00 Belajar Mandiri
09.00 -
XIX 10.00
10.00 -
Praktikum Carving Pembimbing praktikum/Fasilitator Lab Pre
Kamis 11.00
13 Juni 11.00 -
2019 12.00
12.00 -
13.00 Istirahat
13.00 -
14.00
Tugas Kelompok/Student Project
14.00 -
15.00
08.00 -
09.00
Kewarganegaraan
09.00 -
XX 10.00
10.00 -
R
Jumat 11.00 Presentasi SP 3 Penguji SP 3
14 Juni 11.00 -
2019 12.00 Presentasi SP 4 Penguji SP 4
12.00 -
13.00 Presentasi SP 5 Penguji SP 5
13.00 -
14.00
14.00 -
15.00

09.00 -
Senin 11.00 CBT Rua
17 Juni
2019
ABSTRAK

TOPIK 1
KARIOLOGI
drg. Putu Ratna Kusumadewi Giri, Sp.KG

ABSTRAK
Kariologi mempelajari segala sesuatu tentang karies, suatu penyakit gigi yang
merupakan penyakit kronis yang banyak diderita di dunia ini. Penyebab penyakit karies gigi
ini berhubungan dengan konsumsi makanan dan lingkungan sekitar gigi didalam rongga
mulut. Karies gigi adalah salah satu kerusakan yang terjadi pada jaringan keras gigi dan bila
tidak dirawat akan mengakibatkan kematian jaringan pulpa dan infeksi menyebar ke
jaringan periapikal sehingga menimbulkan rasa sakit, sedangkan usaha-usaha untuk
menanggulangi masih belum memberikan hasil yang baik. Ditinjau dari proses terjadinya
karies maka karies gigi memiliki etiologi multifaktorial yang dapat terbentuk bila terdapat
berbagai syarat yaitu harus ada : dental plaque, gigi, karbohidrat, waktu,fluoride, saliva,
faktor sosial dan demografi.

TUGAS :
1. Jelaskan etiologi dan proses terjadinya karies gigi
2. Jelaskan cara identifikasi karies gigi
3. Jelaskan klasifikasi karies gigi
4. Jelaskan teknik pencegahan karies

TOPIK 2
PENYAKIT PULPA DAN PERIAPIKAL
drg. Putu Ratna Kusumadewi Giri, Sp.KG

ABSTRAK
Proses karies yang telah menembus enamel dan dentin yang telah membentuk kavitas
harus dilakukan perawatan, bila tidak maka invasi bakteri akan berlanjut ke jaringan pulpa
serta infeksinya akan terus berlanjut ke jaringan periapikal sehingga menyebabkan rasa
nyeri. Pentingnya melakukan diagnosa yang tepat pada reaksi peradangan pulpa yang
ringan dapat mencegah meluasnya peradangan pulpa sampai ke daerah periapikal.
Peradangan pada pulpa bisa disebabkan karena perluasan proses karies maupun faktor
trauma akibat pembersihan kavitas dengan dilakukannya preparasi.

TUGAS :
Kasus 1 :
Seorang pasien laki-laki umur 20 th 16datang ke klinik dengan keluhan gigi belakang
kiri terasa nyeri saat minum-minuman dingin. Pada pemeriksaan klinis tampak gigi
berlubang pada gigi 36, tes termal dengan menggunakan tes dingin (+). Sesaat setelah tes
dingin dihilangkan rasa ngilu juga hilang, tidak ada nyeri spontan.
Pada kasus diatas jelaskan :
1. Apakah 16diagnose dari keadaan tersebut?
2. Apakah yang menyebabkan terjadinya rasa 16nyeri16 pada minuman dingin?

Kasus 2 :
Seorang pasien wanita umur 25 thn ke klinik dengan keluhan gigi belakang kanan
terasa sakit cekot-cekot kira-kira sejak 2 hari yang lalu, pasien minum obat penghilang
nyeri dan hanya bertahan sebentar dan kemudian gigi sakit lagi. Gigi yang sakit tersebut
berlubang besar dan sering kemasukan makanan, pasien merasakan sakit sampai tidak bisa
tidur. Pada pemeriksaan klinis gigi 45 berlubang dan nyeri spontan, tidak ada
pembengkakan gingiva maupun perubahan warna gigi.
Pada keadaan tersebut :
1. Apakah 17diagnose dari keadaan tersebut?
2. Apakah yang menyebabkan terjadinya rasa sakit yang hebat pada gigi tersebut ?

TOPIK 3
BAKTERI AEROB DAN ANAEROB
drg. I G A Dyah Ambarawati

ABSTRAK
Bakteri dapat diklasifikasikan menjadi aerob dan anaerob. Perbedaan utama antara
kedua adalah kenyataan bahwa bakteri aerob membutuhkan oksigen untuk tetap hidup,
sementara bakteri anaerob tidak bergantung pada oksigen untuk proses metabolisme dan
kelangsungan hidup. Sedangkan aerob dapat berkembang di habitat yang memiliki oksigen
berlimpah, anaerob dapat mati dalam dengan adanya oksigen. Jenis bakteri memang
memiliki keunggulan pertumbuhan area tubuh tidak terpapar oksigen, dan mereka bisa
menjadi patogen virulen. Perbedaan kapasitas untuk memanfaatkan oksigen antara aerob
dan anaerob penting dalam pengobatan infeksi tubuh. Bakteri yang bersifat fakultatif
anaerob dapat hidup dengan adanya atau tidak adanya oksigen, tetapi lebih memilih untuk
menggunakan oksigen. Dua klasifikasi lain adalah bakteri mikroaerofilik dan bakteri
aerotolerant. Mikroaerofil bisa hidup di habitat yang memiliki kadar oksigen jika
dibandingkan dengan udara.
Rongga mulut merupakan tempat masuknya makanan ke dalam tubuh sekaligus merupakan
tempat pertukaran infeksi salah satunya infeksi bakteri. Bakteri – bakteri penyebab
kelaianan pada jaringan keras rongga mulut seperti : Streptococcus mutans dan Lactobacilli
Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus, No cardia spp.

Learning Task
1. Jelaskan perbedaan antara bakteri aerob, anaerob dan fakultatif anaerob!
2. Sebutkan dan jelaskan bakteri-bakteri Flora normal rongga mulut
3. Jelaskan mengapa bakteri flora normal bisa menjadi patogen?
4. Sebutkan bakteri-bakteri aerob dan bagimana bakteri aerob bisa terdapat pada
jaringan periodontal?
5. Jelaskan langkah-langkah dalam melakukan identifikasi bakteri pada pasien karies!
6. Apa peranan melakukan identifikasi bakteri pada pasien gigi?
TOPIK 4
RESORPSI AKAR INTERNAL DAN EKSTERNAL
drg. Fienna Novianthi S., Sp.KG

ABSTRAK
Resorpsi akar merupakan kerusakan yang menyebabkan kehilangan struktur gigi akibat
diferensiasi makrofag menjadi odontoklas yang akan meresorpsi sementum didaerah akar
gigi. Resorpsi akar dapat disebabkan oleh tekanan pada permukaan akar gigi. Tekanan
tersebut dapat berasal dari trauma, erupsi gigi ektopik yang mengenai akar gigi tetangga,
infeksi, beban oklusal yang berlebihan, pertumbuhan tumor yang agresif, maupun idiopatik.
Resorpsi akar dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu resorpsi akar internal yang dimulai
dari pulpa dan resorpsi akar eksternal yang dimulai dari luar gigi.

TUGAS :
1. Jelaskan perbedaan resorpsi akar internal dan eksternal secara radiografis
2. Jelaskan penyebab terjadinya resorpsi akar

TOPIK 5
DISKOLORASI EMAIL
drg. Fienna Novianthi S., Sp.KG

ABSTRAK
Gigi dapat berubah warna karena berbagai sebab, diantaranya seperti trauma, ruang
pulpa yang kurang bersih sewaktu dilakukannya perawatan saluran akar, tumpatan yang
bocor pada gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar, maupun obat-obatan yang
digunakan sewaktu perawatan saluran akar yang dapat mewarnai gigi. Keadaan ini sering
disebut dengan pewarnaan intrinsik, dimana ada partikel-partikel warna dari luar yang
menyusup ke dalam struktur gigi dan menyebabkan gigi berubah warna.
Diskolorasi atau perubahan warna pada gigi dapat terjadi secara ekstrinsik yaitu pada
lapisan terluar gigi yaitu enamel, atau dapat terjadi secara intrinsik yaitu pada enamel dan
dentin. Tingkat keparahan diskolorisasi tergantung banyaknya stain atau pigmen yang
melekat maupun penyebab terjadinya diskolorisasi.

Learning Task :
Wanita usia 30 th seorang sosialita datang ke klinik dengan keluhan gigi-gigi
depannya berubah warna menjadi kecoklatan. Pasien ingin melakukan perawatan pemutihan
gigi. Dari anamnesis diketahui pasien merupakan perokok dan mempunyai kebiasaan minum
kopi dua gelas sehari.
Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gigi 14,13,12,11,21,22,23 dan 24 serta gigi
34,33,32,331,41,42,43 dan 44 berwarna kecoklatan dan pada sisi palatal dan lingual
nampak stain hampir diseluruh permukaan gigi.
Dari kasus tersebut jelaskan hal dibawah ini :
1. Apakah etiologi dari dikolorisasi gigi?
2. Apa hubungannya pasien perokok dan minum kopi dengan adanya stain?
3. Jelaskan bagaimana proses perubahan warna gigi ?

DAFTAR PUSTAKA
1. Neville, B.D., et al., 2002, Oral and Maxillofacial Pathology, ed. 2nd, W.B.
Saunders Company, Philadelphia
2. Walton &Torabinejad.,1998, Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi ,edisi ke 2,
EGC, Jakarta
3. Fejerskov and Edwina Kidd., 2008, Dental Caries The Disease and its
Clinical Management.,Blackwell Ltd
4. Linda Greenwall., 2001, Bleaching Techniques in Restorative Dentistry,
Martin Dunitz Ltd.,London

TOPIK 6
PERLUASAN INFEKSI ODONTOGEN
drg. Eka Pramudita Ramadhany, Sp.Perio

ABSTRAK
Sebagian besar peradangan di rongga mulut berasal dari infeksi gigi (odontogen).
Radang dapat berasal dari apeks gigi, tepi gusi, atau jaringan lunak yang mengelilingi
mahkota gigi impaksi. Jika hal ini tidak dilakukan perawatan dengan baik, maka dapat
terjadi perluasan infeksi pada struktur yang membentuk tulang rahang, sinus maksilaris
(khusus untuk gigi rahang atas), serta dapat menyebar ke organ-organ lain melalui
pembuluh darah (fokal infeksi). Apabila perluasan telah memasuki jaringan lunak pada facial
spaces dapat terjadi selulitis, abses, dan phlegmon atau Ludwig Angina yang dapat
menyebabkan kematian.
Faktor yang berpengaruh terhadap perluasan infeksi odontogen ini antara lain: faktor
organisme, faktor daya tahan tubuh penderita, dan faktor anatomi jaringan. Pemeriksaan
harus dilakukan dengan teliti sebelum dilakukan pemberian obat, yang meliputi: anamnese
pembuatan riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh, serta
pemeriksaan tambahan seperti: pemeriksaan laboratorium dan rongent foto.

Kata kunci: odontogen, tulang rahang, sinus maksilaris, pembuluh darah, fokal infeksi,
anamneses

Learning Task
Seorang laki-laki umur 40 th dating ke poliklinik gigi dengan keluhan, bengkak pada pipi
kanan dan kiri, meluas sampai ke dagu disertai kesulitan makan dan membuka mulut. Pada
pemeriksaan klinis ditemukan lidah terangkat, palpasi pada dagu terasa keras seperti papan.
Pemeriksaan intra oral sulit dilakukan karena keterbatasan pembukaan mulut. Terdapat
riwayat sakit gigi belakang bawah sebelumnya. Ro foto panoramik menunjukan bahwa gigi
molar tiga kanan bawah karies profunda. Keadaan umum lemah, suhu 38 derajad Celsius.
1. Sebutkan diagnose dari penyakit tersebut
2. Bagaimana penanganan dari penyakit tersebut

Daftar Pustaka
1. Archer, W.H., 1975, Oral and Maxillofacial Surgery, 5th ed., W.B. Saunders Co.,
Philadelphia, London
2. Farmer, E.D., and Lawton, F.E., 1966, Stone’s Oral and Dental Disease, 5th ed.,
The English Language Book Society
3. Greenberg, M.S., Glick, M., 2003, Burket’s Oral Medicine, Diagnosis and
Management, ed. 10, BC Decker Inc., Philadelphia
4. Cawson, R.A., Odel, E.W., Porter, J., 2002,Cawson’s Essentials of Oral Pathology
and Oral Medicine, 7th ed., Elsevier, Science, Limited, Edinburgh
5. Kruger, G.O., 1984, Oral and Maxillofacial Surgery, 6th ed., The C.V. Mosby Co.,
Saint Louis
6. Lynch, M.A., 1977, Burket’s Oral Medicine, 7th ed., J.B. Lippincott Co., Toronto
7. Neville, B.D., et al., 2002, Oral and Maxillofacial Pathology, ed. 2nd, W.B. Saunders
Company, Philadelphia
8. Peterson, L.J., 2003, Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, ed. 4, Mosby
Company, Ohio
9. Thoma and Goldman, H.M., 1960, Oral Pathology, 5th ed., The C.V. Mosby Co., Saint
Louis
10. Scully C., 2004, Oral and Maxillofacial Medicine, 1st Ed, Elsevier Science Ltd.,
London

TOPIK 7
(I) KISTA RONGGA MULUT
drg. Eka Pramudita Ramadhany, Sp.Perio

ABSTRAK
Kista adalah rongga atau kantong tertutup berdinding membran yang berisi cairan/
semi cairan yang berlapis epithel, serta tumbuh tidak normal di dalam suatu organ. Kista ini
tidak akan menimbulkan keluhan bila ukurannya masih kecil kecuali jika terinfeksi dan
timbul pus akan terasa sakit. Sedangkan jika besar akan menimbulkan deformitas wajah,
penipisan kortek tulang sehingga timbul fenomena bola pingpong dan pada perabaan
terdapat fluktuasi maupun krepitasi. Pada foto rontgen tampak gambaran radiolusen yang
berbatas tegas.
Dalam perkembangannya kista dapat berasal dari benih gigi, antara lain; kista
radikuler, kista periodontal, kista dentinogerous, kista primordial dan lain lain serta berasal
bukan dari benih gigi, seperti; kista nasoalveolar, kistaglobulomaksilaris, kista dermoid dan
lain lain. Secara umum perawatan dari kista adalah enukleasi untuk menghilangkan seluruh
kapsul kista dan melakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk memastikan jenis kista
tersebut.

Kata kunci: rongga, ephitel, deformitas wajah, fluktuasi, krepitasi, radiolusen, batas tegas,
enukleasi dan patologi anatomi

Learning Task
Seorang perempuan datang ke poli gigi RS sanglah dengan keluhan pembengkakan pada
pipi kiri, tidak terasa sakit tetapi mengakibatkan deformitas atau asimetri bentuk wajah.
Pada palpasi terdapat fluktuasi. Keluhan ini sudah dirasakan beberapa bulan yang lalu
tetapi karena tidak sakit maka tidak diperiksakan. Karena bentuk wajah berubah maka
kemudian pasien dating untuk memeriksakan diri. Pemeriksaan intra oral gigi geligi dalam
keadaan normal dan kebersihan mulut cukup baik. Pada rontgen foto panoramic terlihat
area radiolusen yang berbatas tegas dengan diameter 3x3 cm dan terlihat gigi 38 impaksi
berada di dalam kapsul tersebut. Basis mandibula dan nervus alveolaris inferior belum
terlibat. Keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
1. Sebutkan diagnose dari keluhan pasien tersebut.
2. Perawatan dan tindakan apa yang harus dilakukan.
3. Pemeriksaan apa yang harus dikerjakan.

Daftar Pustaka
1. Archer, W.H., 1975, Oral and Maxillofacial Surgery, 5th ed., W.B. Saunders Co.,
Philadelphia, London
2. Farmer, E.D., and Lawton, F.E., 1966, Stone’s Oral and Dental Disease, 5th ed.,
The English Language Book Society
3. Greenberg, M.S., Glick, M., 2003, Burket’s Oral Medicine, Diagnosis and
Management, ed. 10, BC Decker Inc., Philadelphia
4. Cawson, R.A., Odel, E.W., Porter, J., 2002,Cawson’s Essentials of Oral Pathology
and Oral Medicine, 7th ed., Elsevier, Science, Limited, Edinburgh
5. Kruger, G.O., 1984, Oral and Maxillofacial Surgery, 6th ed., The C.V. Mosby Co.,
Saint Louis
6. Lynch, M.A., 1977, Burket’s Oral Medicine, 7th ed., J.B. Lippincott Co., Toronto
7. Neville, B.D., et al., 2002, Oral and Maxillofacial Pathology, ed. 2nd, W.B. Saunders
Company, Philadelphia
8. Peterson, L.J., 2003, Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, ed. 4, Mosby
Company, Ohio
9. Thoma and Goldman, H.M., 1960, Oral Pathology, 5th ed., The C.V. Mosby Co., Saint
Louis
10. Scully C., 2004, Oral and Maxillofacial Medicine, 1st Ed, Elsevier Science Ltd.,
London .
(II) TUMOR ODONTOGEN
drg. Eka Pramudita Ramadhany, Sp.Perio

ABSTRAK
Tumor/ neoplasma di rongga mulut dapat berasal dari sel odontogen atau non
odontogen. Terjadinya tumor odontogen sama seperti pembentukan gigi normal, yaitu
merupakan interaksi antara epithel odontogen dan jaringan ektomesenkim odontogen.
Dengan demikian proses pembentukan gigi sangat berpengaruh dalam tumor ini..
Sedangkan tumor non odontogen rongga mulut dapat berasal dari epithel mulut, nevus/
pigmen jaringan ikat mulut dan kelenjar ludah.
Gejala yang timbul biasanya terlihat pembengkakan tanpa disertai rasa sakit
sehingga penderita sering tidak berobat pada fase-fase awal. Anamnese dan pembuatan
riwayat penyakit penting dilakukan untuk melacak jenis tumor dan perawatan yang akan
dilakukan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan klinis dan radiologis. Tindakan
operatif biasanya dilakukan untuk mengilangkan massa tumor dengan prognosa yang cukup
baik.

Kata kunci: tumor, odontogen, epithel, ectomesenkim, pembengkakan, anamnese,


pemeriksaan klinis dan radiologis

Learning Task
1. Sebutkan jenis-jenis tumor odontogen dan jelaskan
2. Apa yang disebut mixed tumor dan jelaskan
3. Sebutkan jenis-jenis tumor mesenchymal dan jelaskan

Daftar Pustaka

1. Archer, W.H., 1975, Oral and Maxillofacial Surgery, 5th ed., W.B. Saunders Co.,
Philadelphia, London
2. Farmer, E.D., and Lawton, F.E., 1966, Stone’s Oral and Dental Disease, 5th ed.,
The English Language Book Society
3. Greenberg, M.S., Glick, M., 2003, Burket’s Oral Medicine, Diagnosis and
Management, ed. 10, BC Decker Inc., Philadelphia
4. Cawson, R.A., Odel, E.W., Porter, J., 2002,Cawson’s Essentials of Oral Pathology
and Oral Medicine, 7th ed., Elsevier, Science, Limited, Edinburgh
5. Kruger, G.O., 1984, Oral and Maxillofacial Surgery, 6th ed., The C.V. Mosby Co.,
Saint Louis
6. Lynch, M.A., 1977, Burket’s Oral Medicine, 7th ed., J.B. Lippincott Co., Toronto
7. Neville, B.D., et al., 2002, Oral and Maxillofacial Pathology, ed. 2nd, W.B. Saunders
Company, Philadelphia
8. Peterson, L.J., 2003, Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, ed. 4, Mosby
Company, Ohio
9. Thoma and Goldman, H.M., 1960, Oral Pathology, 5th ed., The C.V. Mosby Co., Saint
Louis
10. Scully C., 2004, Oral and Maxillofacial Medicine, 1st Ed, Elsevier Science Ltd.,
London .
TOPIK 8
KERADANGAN DAN INFEKSI OROFACIAL
drg. Steffano Aditya Handoko, MPH

ABSTRAK

Keradangan dan infeksi orofasial biasanya menimbulkan gejala awal: rasa sakit,
pembengkakan, kemerahan, timbulnya pus, dan gangguan pengecapan serta bau mulut
(pada abses). Apabila infeksi tidak diobati, akan terjadi peningkatan rasa sakit dan
pembengkakan disertai trismus, disfagia, limfadenitis, selulitis, serta demam dan malaise.
Pengenalan tahap-tahap proses penyakit infeksi sangat penting untuk menganalisa bahaya
potensial yang akan timbul dan efektifitas perawatan.
Sebagian besar infeksi orofasial adalah polimikrobial dan biasanya melibatkan
bakteri aerob dan anaerob. Untuk mengisolasi bakteri-bakteri tersebut digunakan teknik
smear dan kultur, sehingga bisa dilakukan tes sensitivitas untuk menentukan antibiotik yang
tepat.
Pengetahuan umum yang luas tentang obat-obatan antibiotik, meliputi:
keefektifannya, efek sampingnya, dan farmakologisnya sangat diperlukan untuk perawatan
infeksi. Sebelum memberikan obat, perlu ditinjau apakah pasien alergi atau tidak. Penisilin
merupakan obat pilihan untuk sebagian besar infeksi orofasial pada pasien yang tidak alergi,
sebelum didapatkan data bakteriologi yang lengkap. Keberhasilan perawatan infeksi
orofasial dapat dicapai dengan pemakaian antibiotik yang benar, tindakan bedah yang
sesuai (insisi dan drainase), dan terapi pendukung yang memadai.

Kata kunci: orofasial, tes sensitivitas, antibiotik, incisi dan drainage.

Learning Task
1. Sebutkan ruang-ruang atau facial spaces yang dipisahkan oleh jaringan ikat longgar
di daerah kepala leher beserta batas-batasnya.
2. Sebutkan jenis-jenis infeksi orofasial beserta tanda dan gejalanya, perawatan dan
penangannya.

Daftar Pustaka
1. Archer, W.H., 1975, Oral and Maxillofacial Surgery, 5th ed., W.B. Saunders Co.,
Philadelphia, London
2. Farmer, E.D., and Lawton, F.E., 1966, Stone’s Oral and Dental Disease, 5th ed.,
The English Language Book Society
3. Greenberg, M.S., Glick, M., 2003, Burket’s Oral Medicine, Diagnosis and
Management, ed. 10, BC Decker Inc., Philadelphia
4. Cawson, R.A., Odel, E.W., Porter, J., 2002,Cawson’s Essentials of Oral Pathology
and Oral Medicine, 7th ed., Elsevier, Science, Limited, Edinburgh
5. Kruger, G.O., 1984, Oral and Maxillofacial Surgery, 6th ed., The C.V. Mosby Co.,
Saint Louis
6. Lynch, M.A., 1977, Burket’s Oral Medicine, 7th ed., J.B. Lippincott Co., Toronto
7. Neville, B.D., et al., 2002, Oral and Maxillofacial Pathology, ed. 2nd, W.B. Saunders
Company, Philadelphia
8. Peterson, L.J., 2003, Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, ed. 4, Mosby
Company, Ohio
9. Thoma and Goldman, H.M., 1960, Oral Pathology, 5th ed., The C.V. Mosby Co., Saint
Louis
10. Scully C., 2004, Oral and Maxillofacial Medicine, 1st Ed, Elsevier Science Ltd.,
London .

TOPIK 9
INFEKSI PERIKORONA DAN IMPAKSI
drg. Steffano Aditya Handoko, MPH

ABSTRAK
Perikoronitis didefinisikan sebagai keradangan pada sekitar jaringan lunak mulut di
sekitar gigi yang mengalami erupsi sebagian atau impaksi. Keradangan ini dapat
mengakibatkan pembengkakan yang disertai rasa nyeri. Kondisi ini biasa terjadi pada usia
dewasa muda yaitu di masa erupsi gigi molar tiga. Sedangkan impaksi adalah kondisi gigi
yang tumbuhnya tidak sempurna karena terhalang struktur keras di atasnya, sehingga
tidak dapat erupsi atau hanya erupsi sebagian.
Penyebab umum perikoronitis adalah terjebaknya makanan di bawah operkulum di
atas gigi yang impaksi. Bakteri yang bertanggung jawab atas kejadian ini adalah:
streptococcus dan beberapa bakteri anaerob seperti; prevotella intermedia, fusobacterium
sp, actinomycetemcomitans, dan tannerella forythia.
Pengobatan perikoronitis tergantung dari keparahan keradangan, komplikasi
sistemik, dan gigi impaksi yang terlibat, yaitu dari membersihkan area dengan air hangat
atau irigasi, kumur-kumur dengan larutan antiseptik, pemberian obat-obatan antibiotik serta
anti radang dan analgesik, pemotongan operculum di atas gigi impaksi, atau pencabutan
gigi impaksi/ odontektomi itu sendiri.

Kata kunci: perikoronitis, impaksi, operculum, antiseptik dan antibiotik, anti radang dan
analgesik, odontektomi

Learning Task
1. Bagaimana penatalaksanaan perawatan perikoronitis yang disebabkan oleh gigi
impaksi.
2. Sebutkan macam-macam komplikasi yang bisa terjadi paska operasi pengambilan
gigi impaksi/ odontektomi. Jika hal ini terjadi apa yang harus dilakukan.

Daftar Pustaka
1. Archer, W.H., 1975, Oral and Maxillofacial Surgery, 5th ed., W.B. Saunders Co.,
Philadelphia, London
2. Farmer, E.D., and Lawton, F.E., 1966, Stone’s Oral and Dental Disease, 5th ed.,
The English Language Book Society
3. Cawson, R.A., Odel, E.W., Porter, J., 2002,Cawson’s Essentials of Oral Pathology
and Oral Medicine, 7th ed., Elsevier, Science, Limited, Edinburgh
4. Kruger, G.O., 1984, Oral and Maxillofacial Surgery, 6th ed., The C.V. Mosby Co.,
Saint Louis
5. Neville, B.D., et al., 2002, Oral and Maxillofacial Pathology, ed. 2nd, W.B. Saunders
Company, Philadelphia
6. Pedersen, G.W., 1988, Oral surgery, ed. 1, W.B. Saunders Company, Philadelphia
7. Peterson, L.J., 2003, Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, ed. 4, Mosby
Company, Ohio
8. Thoma and Goldman, H.M., 1960, Oral Pathology, 5th ed., The C.V. Mosby Co., Saint
Louis
9. Scully C., 2004, Oral and Maxillofacial Medicine, 1st Ed, Elsevier Science Ltd.,
London

TOPIK 10
OSTEOMYELITIS RAHANG
drg. Steffano Aditya Handoko, MPH

ABSTRAK
Osteomyelitis rahang adalah peradangan dari bagian-bagian atau struktur yang
membentuk tulang, yaitu: medulla, kortek, periosteum, serta pembuluh darah dan saraf
dalam tulang rahang. Peradangan dimulai di dalam sumsum tulang dan meluas ke
spongiosa tulang, kemudian menyebar ke pembuluh darah, jaringan fibroblast sampai ke
periosteum sehingga tulang akan mati atau nekrosis dan terjadi sequester. Infeksi ini
disebabkan terutama oleh staphylococcus aureus (hemolitikus) dan dalam beberapa kasus
disebabkan oleh staphylococcus albus dan pneumococus.
Gejala yang timbul hamper sama dengan radang akut lainnya, yaitu: dolor, kalor,
tumor, rubor, dan fungsio laesa. Pada fase osteomyelitis rahang akut, hasil radiologis tidak
menunjukkan ciri-ciri yang khas. Gejala radiologis baru tampak setelah 2-3 minggu
setelahnya (osteomyelitis rahang khronis), yaitu terlihat sequester yang mengelilingi tulang
mati/ nekrosis.
Perawatan osteomyelitis rahang meliputi anamnese pembuatan riwayat penyakit
yang lengkap, pemeriksaan yang teliti dan pemeriksaan radiologis. Obat-obat yang diberikan
meliputi: antibiotik, anti radang, analgetik, dan roburansia. Tindakan operatif dilakukan
untuk membuang jaringan tulang yang mati/ nekrosis beserta jaringan sequester yang telah
terjadi (squesterektomi).

Kata kunci: osteomyelitis, peradangan, sumsum tulang, staphylococcus aureus,


squesterektomi

Learning Task
1. Jelaskan bagaimana proses terjadinya osteomyelitis rahang.
2. Sebutkan tanda dan gejala serta perawatan osteomyelitis
Daftar Pustaka
1. Archer, W.H., 1975, Oral and Maxillofacial Surgery, 5th ed., W.B. Saunders Co.,
Philadelphia, London
2. Farmer, E.D., and Lawton, F.E., 1966, Stone’s Oral and Dental Disease, 5th ed.,
The English Language Book Society
3. Greenberg, M.S., Glick, M., 2003, Burket’s Oral Medicine, Diagnosis and
Management, ed. 10, BC Decker Inc., Philadelphia
4. Cawson, R.A., Odel, E.W., Porter, J., 2002,Cawson’s Essentials of Oral athology
and Oral Medicine, 7th ed., Elsevier, Science, Limited, Edinburgh
5. Kruger, G.O., 1984, Oral and Maxillofacial Surgery, 6th ed., The C.V. Mosby Co.,
Saint Louis
6. Lynch, M.A., 1977, Burket’s Oral Medicine, 7th ed., J.B. Lippincott Co., Toronto
7. Neville, B.D., et al., 2002, Oral and Maxillofacial Pathology, ed. 2nd, W.B. Saunders
Company, Philadelphia
8. Peterson, L.J., 2003, Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, ed. 4, Mosby
Company, Ohio
9. Thoma and Goldman, H.M., 1960, Oral Pathology, 5th ed., The C.V. Mosby Co., Saint
Louis
10. Scully C., 2004, Oral and Maxillofacial Medicine, 1st Ed, Elsevier Science Ltd.,
London .

TOPIK 11 : PENYAKIT GINGIVA

TOPIK 12 : PENYAKIT PERIODONTAL

TOPIK 13 : HUBUNGAN ENDO - PERIO

drg. Eka Pramudita Ramadhany, Sp.Perio

ABSTRAK

Gingivitis merupakan perubahan patologis yang terjadi pada gingiva yang


dihubungkan dengan sejumlah mikrorganisme dalam sulkus gingiva. Gambaran klinis dan
klasifikasi gingivitis sebagai pengetahuan dasar yang sangat diperlukan pada saat penetapan
diagnosis dari penyakit jaringan periodontal. Oleh karena itu pentingnya mengetahui
gambaran klinis dan klasifikasi gingivitis maupun histologinya supaya dapat menegakkan
diagnosis dari suatu kelainan jaringan periodontal serta dapat menentukan perawatan
selanjutnya.
Periodontitis merupakan suatu kelanjutan dari gingivitis, penyakit inflamasi yang
tidak hanya melibatkan gingiva, tetapi juga struktur periodontal pendukung, yang biasanya
diawali oleh akumulasi plak serta mikroorganisme tertentu yang menyebabkan terjadinya
destruksi ligamen periodontal dan tulang alveolar, disertai dengan pembentukan poket
periodontal, resesi, atau keduanya. Inflamasi gingiva merupakan awal dari periodontitis,
Dalam lesi periodontal endodontik, infeksi bakteri dari poket periodontal yang
berhubungan dengan kehilangan perlekatan dan terbukanya akar dapat menyebar melalui
kanalis pulpa, sehingga terjadi nekrosis pulpa. Dalam kasus penyakit periodontal, infeksi
dapat mencapai pulpa melalui foramen apikal.

LEARNING TASK
Kasus 1 :

Seorang wanita berusia 35 tahun dengan keluhan semua gigi terasa goyang, pada
pemeriksaan klinis terdapat poket 5-6 mm, plak skor 90%, pada posterior rahang bawah
terdapat tumpatan. Pada pemeriksaan radiografi terlihat adanya resobpsi tulang secara
horisontal.

Pertanyaan:

1. Apakah diagnosa kasus tersebut ?


2. Jelaskan Etiologi ?
3. Sebutkan Perbedaan Periodontitis Generalisata dan Periodontitis Agrasif Generalisata ?
4. Selain gambaran resobpsi tulang hal apa saja yang saudara bias lihat dari gambaran
radiografi tersebut ?
5. Adakah diagnosa banding dari kasus tersebut ?

Kasus 2 :

Seorang laki-laki berusia 23 tahun dating dengan keluhan gigi depan bawah goyang, pada
pemeriksaan klinis di temukan poket dengan kedalaman 6 mm, mobility grade 2 , plak skor
5% dan pasien tidak memiliki penyakit sistemik. Pada pemeriksaan radiografi terlihat adanya
resobpsi creater pada gigi 31 dan 41.

Pertanyaan :

1. Apa diagnosa kasus tersebut ?


2. Jelaskan etiologi dari kasus tersebut ?
3. Bakteri apa yang paling berperan dalam penyakit tersebut ?
4. Apakah ada diagnosa banding ? jika ada sebut dan jelaskan ?

Kasus 3 :
Seorang wanita berusia 35 tahun dengan keluhan gusi sering berdarah, adanya oedema
hampir diseluruh regio, pada pemeriksaan klinis terdapat poket 5mm diseluruh regio. Plak
skor 75% . pada pemeriksaan radiografi belum terjadi resobpsi tulang.

Pertanyaan :

1. Apakah diagnosa kasus tersebut ?


2. Sebutkan etiologinya ?
3. Bakteri apa yang paling berperan dalam kasus ini ?
4. Jelaskan mekanisme terjadinya penyakit tersebut ?

Kasus 4

Seorang pasien wanita berusia 55 tahun dating dengan keluhan adanya benjolan pada gusi
bawah kanan , pemeriksaan klinis tampak adanya resesi gusi, terdapat poket 5 mm , adanya
rasa sakit. Pada permukaan oklusal gigi tersebut terlihat adanya karies.

Pertanyaan :

1. Apakah diagnose kasus tersebut ?


2. Jelaskan secara singkat mekanisme terjadinya penyakit ini ?
3. Apakah diagnose bandingnya ?

DAFTAR PUSTAKA

1. Rateitschak KH, Rateitschak EM, Wolf HF, Hassel TM. Color atlas of periodontology,
Newyork, Thieme Inc, 3rd ed.2002: 95-118;133-154.
2. Michael G. Newman, Henry H. Takei, Perry R. Klokkevold, Fermin A. Carranza. Carranza’s
Clinical Periodontology. 10th ed. St. Louis: Elsevier Inc; 2006; P. 434-578.
3. J.D. Manson, B.M. Eley. Buku Ajar Periodonti. Alih bahasa: drg. Anastasia S. Jakarta:
Penerbit Hipokrates; 1983; P.146-162.
4. Kinane DF. Causation and pathogenesis of periodontal disease, Periodontology 2000,
2001; 25: .8-20
5. Thomas JG,. Nakaishi LA. Managing the complexity of a dynamic biofilm, J Am Dent
Assoc, 2006;137;10S-15S
6. Ranney RR. Classification of periodontal diseases, Periodontology 2000, 1993; 2:13-25
7. Armitage GC. Development of a classification system for periodontal diseases and
conditions, Ann Periodontol, 1999; 4: 1-6, 39-53.
8. Novak JM, Chronic Periodontitis., in : Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology, 9
th edition, Philadelphia, Saunders Elsevier Inc. 1996;336-511.
9. Guyton A. Fisiologi Kedokteran .Eke -9. Penerjemah : Setiawan I. Jakarta,EGC .Penerbit
Buku Kedokteran ; 1996; 841 – 5,1221-34.
10. Ganong WF.1995. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-17 .Penerjemah: Widjajakusuma D.
Jakarta,EGC Penerbit Buku Kedokteran :hlm 183-6,328-37,349-50,485
11. Tjokroprawiro A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi ke-3 Jakarta, Gaya
Baru:1996;606-7.
12. Mealey BL. Periodontal disease and diabetes : A two-way street, JADA 2006; 137;10 :
26S-31S.
13. Donoseputro. Kumpulan makalah Basic Mol Biology course on Mitochondrial.2003;1-7
14. Cohen DW. Diabetes Mellitus and Periodontal Disease. J Periodontal 41 :1990;709.
15. Hasan Rusepno. Husein Alatas. Kelainan kromosom. dalam: Ilmu Kesehatan Anak1.
Cetakan ke 8. Bagian Ilmu kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 1985: 217-219
16. Dermatology Onlinde Jurnal Vol. 10 No. 1, Papillon Leferve Sindrom: Laporan Kasus dan
Kajian Literatur. Shahbaz Janjua. 2004.
17. Arvin, Behrman Klirgman, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, EGC,2000;58-64
18. Basuki S. Petunjuk praktik sterilisasi instrumen dan pengendalian infeksi silang. Jakarta :
EGC, 1993 : 1-43
19. Carranza FA, Rapley JW, Haake SK. Clinical of Periodontology. 9th Ed. Philadhelphia. WB
Saunders.; 2002.
20. Carranza FA, Rapley JW, Haake SK. Clinical of Periodontology. 10th Ed. Philadhelphia.
WB Saunders.;2006.
21. Hassel T, Herbert F.W. Color Atlas of Dental Hygiene Periodontology. Newyork. Thieme
Inc.; 2006.
22. Rateitschak, K.H, Edith M., H.F.Wolf. Color Atlas of Dental Medicine Periodontology . 3th
Ed. Newyork, Thieme Inc.;2005.
23. Manson JD, Eley B.M. Outline of Periodontics. Oxford. Wright.; 1995.

TOPIK 14 – 15 : TUMOR NON ODONTOGEN JINAK


TOPIK 16 : TUMOR DAN NEOPLASIA
TOPIK 17: TUMOR GANAS RONGGA MULUT

dr. I Gede Budhi Setiawan, SpB(K)Onk

ABSTRAK
Tumor atau neoplasma merupakan pertumbuhan yang abnormal dari jaringan dalam
tubuh, umumnya dibagi menjadi tumor atau neoplasma jinak (benign) dan ganas (maligna).
Neoplasma di kepala dan leher dapat berasal dari sel epitel yang dalam bentuk ganas akan
menghasilkan karsinoma, sel mesenchim yang dalam bentuk ganas akan menghasilkan
sarcoma, atau sel erithropoetin yang dapat menghasilkan keganasan hematologik, salah
satunya menyebabkan keganasan sel limfoid yaitu limfoma.
Neoplasma di rongga mulut dapat berasal dari sel odontoid maupun bukan, sehingga dapat
dibagi menjadi odontogenik dan non odontogenik. Neoplasma jinak non odontogenik dapat
berasal dari jaringan keras dalam hal ini tulang, umumnya tulang maxila dan mandibula atau
jaringan tulang rawan. Neoplasma non odontogenik dari jaringan lunak dapat berasal dari
jaringan lemak, jaringan fibrous atau campuran.
Karsinoma di kepala leher umumnya dan rongga mulut khususnya berupa karsinoma sel
squamous/head and neck squamous cell carcinoma/HNSCC. Karsinoma kepala leher selain
primer dapat merupakan sekunder atau metastasis dari tempat lain.

Learning Task I
1. Sebutkan klasifikasi dan jenis neoplasma jinak non odontogenik.
2. Identifikasi etiologi, patogenesis dan predileksinya.
3. Jelaskan gambaran klinis dan sifat/ perilakunya (pathophysiology)
4. Jelaskan managementnya (diagnosis dan terapi).

Learning Task II
1. Sebutkan klasifikasi dan jenis neoplasma ganas rongga mulut.
2. Identifikasi etiologi, patogenesis dan predileksinya.
3. Jelaskan gambaran klinis dan sifat/ perilakunya (pathophysiology)
4. Jelaskan managementnya (diagnosis dan terapi).
Learning Task III
Kasus jinak
 Wanita, 16 tahun, mengeluh benjolan di rahang bawah kiri, sejak 1-2 tahun yang
lalu. Membesar lambat, tidak nyeri, keras. Datang ke RS atau praktek karena bentuk
rahang tidak sama kanan dan kiri.
 Pada pemeriksaan tampak asimetri wajah. Benjolan di Angulus Mandibula S,
konsistensi keras, fixed, mukosa rongga mulut licin. Tampak bulging di mukosa di
atas tumor.

1. Jelaskan kemungkinan diagnostik/DD penderita tersebut.


2. Jelaskan tindakan diagnostik penderita tersebut.
3. Jelaskan management atau terapi penderita tersebut.

Learning Task IV
Kasus ganas
 Laki-laki, 46 tahun, datang dengan benjolan di rahang bawah kanan. Mengeluh
nyeri, mulut bau, kadang berdarah. Benjolan sejak 1 tahun yang lalu, makin besar.
Sejak 1 bulan yang lalu benjolan pecah, menyebabkan borok dan berbau.
 Pada pemeriksaan tampak ulkus di ginggiva Molar 1-3 kanan bawah, vaskularized,
disertai jaringan nekrotik dan rapuh. Teraba pembesaran kelenjar getah bening di
leher atas kanan, single, diameter 2 x 3cm, kenyal-keras.

1. Jelaskan kemungkinan diagnostik/DD penderita tersebut.


2. Jelaskan faktor resiko penderita tersebut.
3. Jelaskan tindakan diagnostik penderita tersebut.
4. Jelaskan management atau terapi penderita tersebut.

TOPIK 18
FRAKTUR WAJAH DAN RAHANG
Drg. L Cinthia Hutomo, Sp.Ort

ABSTRAK
Fraktur maksilofasial adalah trauma fisik maupun proses patologis yang mengenai
wajah dan jaringan di sekitarnya yang menyebabkan hilangnya kontiunitas tulang-tulang
wajah . Faktor penyebab kasus ini bervariasi dan terjadi sekitar 6 % dari seluruh trauma.
Regio maksilofasial terbagi menjadi 3 bagian yaitu ; 1/3 muka atas ( os frontalis,
sinus frontalis, region supra orbital dan rima orbital ), 1/3 muka tengah ( tulang nasal, os
vomer, ethmoid, zygomatic dan tulang maksila ) dan 1/3 muka bawah ( mandibula ).
Klasifikasi fraktur maksilofasial ditentukan oleh batas-batas dari bagian-bagian tersebut di
atas sedangkan diagnosa fraktur maksilofasial meliputi; keluhan subyektif, riwayat trauma,
pemeriksaan klinis serta radiologis.
Terdapat dua macam penyembuhan fraaktur yaitu primary bone healing dan
secondary bone healing. Selama proses penyembuhan berlangsung dapat terjadi komplikasi
berupa; infeksi, delayed union, malunion, fibrous union dan nonunion.

Learning Task
1. Sebutkan apa saja yang menjadi faktor etiologi dari fraktur dan berikan contohnya !
2. Ada berapa klasifikasi fraktur dan jelaskan !
3. Ada berapa macam fraktur pada maksila, sebutkan dan jelaskan batasannya !
4. Ada berapa macam komplikasi pada saat proses penyembuhan fraktur, sebutkan dan
jelaskan !

TOPIK 19
OBAT ANTIKANKER / KEMOTERAPI
dr. I G A Artini, MSc.

ABSTRAK
Cancer is a disease characterized by a loss in the normal control mechanisms that
govern cell survival, proliferation, and differentiation. Cells that have undergone neoplastic
transformation usually express cell surface antigens that may be of normal fetal type, may
display other signs of apparent immaturity, and may exhibit qualitative or quantitative
chromosomal abnormalities, including various translocations and the appearance of
amplified gene sequences. The invasive and metastatic processes as well as a series of
metabolic abnormalities associated with the cancer result in tumor-related symptoms and
eventual death of the patient unless the neoplasm can be eradicated with treatment. With
present methods of treatment, about one third of patients are cured with local treatment
strategies, such as surgery or radiotherapy, when the tumor remains localized at the time of
diagnosis. Earlier diagnosis might lead to increased cure rates with such local treatment;
however, in the remaining cases, early micro metastasis is a characteristic feature of these
neoplasms, indicating that a systemic approach with chemotherapy is required for effective
cancer management. In patients with locally advanced disease, chemotherapy is often
combined with radiotherapy to allow for surgical resection to take place, and such a
combined modality approach has led to improved clinical outcomes. Chemotherapy is
presently used in three main clinical settings: (1) primary induction treatment for advanced
disease or for cancers for which there are no other effective treatment approaches, (2)
neoadjuvant treatment for patients who present with localized disease, for whom local forms
of therapy such as surgery or radiation, or both, are inadequate by themselves, (3) adjuvant
treatment to local methods of treatment, including surgery or radiation therapy, or both.
The use of combination chemotherapy is important for several reasons. First, it provides
maximal cell kill within the range of toxicity tolerated by the host for each drug as long as
dosing is not compromised. Second, it provides a broader range of interaction between
drugs and tumor cells with different genetic abnormalities in a heterogeneous tumor
population. Finally, it may prevent or slow the subsequent development of cellular drug
resistance.

LEARNING TASKS
Vignette
A 55-year-old man presents with increasing fatigue, 15-pound weight loss, and a microcytic
anemia. Colonoscopy identifies a mass in the ascending part of the colon, and biopsy reveals
well-differentiated colon cancer. He is found to have stage III colon cancer and he
undergoes surgical resection. The patient receives a combination of 5-fluorouracil,
irinotecan, and oxaliplatin for his adjuvant therapy. One week after receiving his first cycle
of therapy, he experiences significant toxicity in the form of myelosuppression, diarrhea, and
altered mental status.

Learning Tasks
1. What are the mechanisms of action of each drugs?
2. List the toxicity effects of each drugs
3. What is the most likely explanation for this increased level of toxicity?
4. What group are those each drug belongs in anticancer agent?

Self Assessments
1. Please explain the mechanism of action of each drug of anticancer agents.
2. Please list important toxicities of each drug for anticancer drug.
3. Please list important drugs for each group of anticancer drug.
4. Please explain what are the criteria for anticancer combination.

REFERENCES
Standard textbook
1. Trevor AJ, Katzung BG, and Masters SB. Katzung & Trevor’s Pharmacology
Examination & Board Review. Seventh Ed. Singapore: McGraw Hill 2005.

Additional Readings
1. Moroi SE, Lichter PR. Ocular Pharmacology in Goodman & Gillman’s: The
Pharmacology Basis of Therapeutics. 10th Ed. New York: McGraw Hill. 2001.

Anda mungkin juga menyukai