Makalah BTQ Al Balad
Makalah BTQ Al Balad
KELOMPOK 1
Anggota :
1. RACHMAWATI ( )
2. JAMILATUN NIKMAH ( )
3. M. LUTFI ( )
4. M. HABIBI ( )
5. M. MUHYIDIN ( )
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat allah swt karena dengan rahmat dan taufik dan
hidayah-Nya kami menyusun makalah tentang Qs.Al-Balad.
Makalah ini mengacu pada beberapa sumber. Penyusun makalah ini disajikan dengan bahasa
yang komunikatif dan penjelasannya yang ringkas, padat, serta jelas dimaksud untuk membantu
mempermudah rekan siswa dalam menelaah bahan makalah tentang Qs.Al-Balad ini.
Penyusun sudah berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menyajikan makalah ini agar
benar-benar bermanfaat, mudah dipahami dan dapat diterima oleh rekan siswa. Demikian kami
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna karena itu yang berupa saran dan kritik
membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
1. Lafadz dan terjemahan Qs. Al-Balad
2. Arti Al Balad perkata
3. Tafsir
4. Fiqhul ayat
BAB III Penutup
1. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Surah Al-Balad (bahasa Arab: )البلدadalah surah ke-90 dalam al-Qur'an. Ulama sepakat bahwa
surat ini adalah surat Makkiyah yang artinya surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke
Madinah.Jumlah ayatnya ada 20 ayat.
Alasan disebut dengan surat Al-balad adalah karena Allah SWT bersumpah pada awal surat
ini dengan menggunakan kata Al-balad yaitu Al-baladul (harom)…negeri yang
harom,negeri yang mulia,yang dimaksud disini mayoritas ulama mengatakan adalah Makkah.
Kemudian koleralasi antara surat ini dengan surat sebelumnya yaitu surat Al-Fajr,Allah SWT
menyebutkan tentang kehinaan bagi orang-orang yang mencintai harta dengan cara yang
berlebihan..(mala hubban jamma) yaitu Allah SWT menghinakan orang-orang yang mencintai
harta lebih dari cintanya kepada Allah SWT,sehingga cintanya kepada Allah ,cintanya kepada
Islam terkuras porsinya.Maka,orang-orang tersebut adalah orang-orang yang terhinakan,dihina
oleh Allah SWT.Maka,pada surat ini korelasinya adalah Allah SWT menganjurkan kepada orang-
orang yang berharta itu,yang suka dengan harta itu agar memberikan makan kepada orang
miskin,memerdekan budak,menggunakan hartanya untuk dijalan Allah SWT.
Sebab sebab turunnya surat ini dijelaskan dalam ayat yang ke lima yakni ; “Apakah manusia
itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya”, turun kepada Abu al-
Asyad bin Kaldah yang bangga dan sombong akan kekuatan, kekuasaan dan kekayaan. Ia
termasuk orang yang sangat sombong dan terpedaya dengan kekuatannya. Ia menggelar dan
membentangkan selendang kulitnya di bawah kedua telapak kakinya serya berkata: “Barang
siapa yang mampu menggelincirkanku dari selendang ini maka ia akan mendapatkan hadiah.”
Lalu ada sepuluh orang yang mencoba menariknya akan tetapi semua sia-sia dan ia masih tetap
berada di atas selendangnya. Dan si kafir ini juga berkata: “Aku telah menghabiskan harta yang
banyak untuk memusuhi Muhammad SAW.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir al-Alusi, Tafsir
Khozin dan Tafsir Jami’ul Bayan at-Thobary)
BAB II
PEMBAHASAN
Yakni penuh dengan penderitaan dan merasakan berbagai musibah di dunia, di alam barzakh
dan pada hari Kiamat. Oleh karena itu, sepatunya ia berusaha melakukan perbuatan yang dapat
menghilangkan penderitaan itu dan mendatangkan kegembiraan serta kesenangan selama-
lamanya. Jika ia tidak melakukannya, maka ia akan senantiasa dalam penderitaan. Bisa juga
maksudnya, bahwa Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; dia
ditakdirkan untuk dapat bertindak dan melakukan pekerjaan yang berat, namun sayang dia tidak
bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala terhadap nikmat yang besar itu, bahkan bersikap
angkuh dan sombong dengan keadaannya kepada Penciptanya. Cukuplah sebagai bukti
kebodohan dan kezalimannya ketika ia menyangka bahwa keadaan itu akan tetap langgeng
padanya dan bahwa kemampuannya akan terus dimilikinya. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu
wa Ta'aala berfirman, “Apakah dia (manusia) itu mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang
berkuasa atasnya?”
Ayat 5-10: Menceritakan kaum kafir Mekah yang menentang kebenaran dan mendustakan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Apakah dia (manusia) itu mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang berkuasa atasnya?
Ia bersikap melampaui batas dan berbangga diri dengan harta yang dikeluarkannya dalam jumlah
besar untuk memuaskan hawa nafsunya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebut di ayat ini
mengeluarkan harta untuk memuaskan hawa nafsu dan bermaksiat dengan ‘ihlaak’
(membinasakan atau menghabiskan), karena pengeluaran tersebut tidak bermanfaat bagi orang
yang mengeluarkannya, bahkan hanya membuatnya menyesal, rugi, kelelahan dan membuat
hartanya berkurang. Berbeda dengan orang yang mengeluarkan hartanya untuk mencari
keridhaan Allah di jalan-jalan kebaikan, maka ia akan mendapatkan keuntungan dari infaknya itu
dan Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan menggantinya dengan berlipat ganda.
Apakah dia mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang melihatnya?
Yakni apakah ia mengira ketika berbuat demikian, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak
akan melihatnya dan menghisab amalnya baik yang kecil maupun yang besar? Bahkan Allah
Subhaanahu wa Ta'aala melihatnya, menjaga amalnya dan menyerahkannya kepada para
malaikat yang mencatatnya (Al Kiraamul Kaatibuun) untuk kemudian diberikan balasan.
Ayat 11-20: Peristiwa besar pada hari Kiamat, dimana seseorang tidak dapat melintasinya
kecuali dengan amal saleh.
Kemudian menjadi termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk
bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
Kepada makhluk, seperti memberi orang yang membutuhkan, mengajarkan orang yang tidak
tahu, membantu mereka untuk maslahat agama dan dunia mereka, mencintai kebaikan untuk
mereka seperti mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri, membenci sesuatu yang tidak disukai
menimpa mereka sebagaimana ia membenci hal itu menimpa dirinya.
D. Fiqhul ayat
Manusia diciptakan Allah untuk berjuang menghadapi kesulitan; janganlah manusia terpedaya
oleh kekuasaan dan harta benda yang banyak yang telah dibelanjakannya; beberapa peringatan
kepada manusia atas beberapa nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya dan bahwa Allah
telah menunjukkan jalan-jalan yang akan menyampaikannya kepada kebAhagiaan dan yang akan
membawanya kepada kecelakaan. Manusia mukmin harus mengerahkan seluruh daya dan
potensi dirinya untuk mampu meniti “aqabah” (jalan terjal) kehidupan.
Surat Al Balad mengutarakan bahwa manusia haruslah bersusah payah mencari kebahagiaan
dan Allah sendiri telah menunjukkan jalan yang membawa kepada kebaikan, dan jalan yang
membawa kepada kesengsaraan. Tuhan menggambarkan bahwa jalan yang membawa kepada
kebahagiaan itu lebih sulit menempuhnya daripada yang membawa kepada kesengsaraan.
Manusia yang beriman dan beramal saleh akan masuk pada golongan “as-habul maimanah”
sedangkan orang yang tidak beriman dan menghambur-hamburkan hartanya di jalan setan adalah
masuk golongan “as-habul masy-amah”
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Surah ini mengandung isyarat tentang kedudukan mulia Kota Makkah sekaligus menjelaskan
bahwa manusia diciptakan dengan kodrat serta potensi menghadapi berbagai tantangan. Salah
satu bentuk perjuangan tersebut adalah perjuangan mengangkat taraf hidup orang lemah seperti
anak-anak yatim. Tujuan utama surat ini adalah menunjukkan betapa manusia sangat lemah dan
bahwa kuasa dan kekuatan hanya dimiliki oleh Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, al-Ustadz Muhammad, Tafsir Juz ‘Amma, Sinar Baru, Bandung, 1993, hlm. 167
Shihab, Quraish, M., Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Lentera Hati,
Jakarta, 2002, hlm. 261-265
Ibid., hlm. 271
Ibid., hlm. 275
Ibid., hlm. 280
http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an diperoleh tanggal 20 November 2012.
http://asifauqolbi-islamiblog9-aburidza.blogspot.com/2011/07/tafsir-surat-al-balad.html
H.p Akhmad Yasin. 2002. Modul Pendidikan Islam. Diponegoro