Anda di halaman 1dari 10

2.

7 Indikasi pemeriksaan USG Trimester 1 : 9

a. Penentuan adanya kehamilan intrauterine

b. Penentu adanya denyut jantung mudigah atau janin

c. Penentu usia kehamilan

d. Penentuan kehamilan kembar

e. Perdarahan pervaginam

f. Terduga kehamilan ektopik

g. Nyeri pelvik

h. Terduga kehamilan mola

i. Penentu adanya anomali janin, seperti anensefal

j. Penentu umur kehamilan

k. Penentu vaiabilitas janin

i. Terduga adanya tumor pelvic atau kelainan uterus

j. Membantu tindakan invasif, seperti pengambilan sampel jaringan vili koriales,


pengangkatan IUD

2.8 Utrasonografi kehamilan Trimester 1

a. Kantung Gestasi / Gestational sac (GS)

Kantung gestasi tampak seperti struktur kistik anekoik berdinding hiperekoik dengan
bentuk bulat atau oval. Kantung gestasi akan terlihat 4-5 minggu setelah mulai kehamilan dan
diameter  5 mm dengan USG tranvaginal. Sementara dengan USG Transabdominal kantung
gestasi konsisten terlihat saat diameter telah mencapai 10 mm, 6 minggu setelah mulai
kehamilan. Struktur ini berasal dari kantung korion yang berisi cairan korion. Gambaran
hiperekoik dinding KG berasaL dari lapisan korion, jaringan trofoblast, dan desidua kapsularis.2
Gambar 2.1 Kantung Gestasi kehamilan 4 minggu.

Perhitungan umur kehamilan dengan mengukur kantong kehamilan dapat diperoleh dengan
cara2 : Umur kehamilan (hari) = Diameter kantung kehamilan + 30

b. Yolk sac

Diagnosis kehamilan intrauterine dapat ditegakkan jika sudah terlihat struktur yolk sac di
dalam kantung gestasi. Yolk sac terlihat seperti cincin berdinding tipis terletak di dalam ruang
korion. Yolk sac mulai terlihat saat usia kehamilan 5,5 minggu dengan diameter KG  10 mm
dengan USG tramvagina, sementara dengan USG transabdominal yolk sac akan tampak satu
minggu setelah itu dengan diameter KG  20mm.2

Selama kehamilan 5-10 minggu diameter yolk sac mencapai 5-6 mm. Setelah itu yolk sac
akan menyusut dan pada kehamilan 12 minggu yolk sac tidak terlihat lagi.2

Gambar 2.2 Yolk sac pada usia kehamilan 5 minggu.


c. Crown Rumph Length (CRL)

CRL adalah ukuran terpanjang janin dari kepala sampai bokong. Dengan USG-TV
struktur janin pertama kali dapat terlihat pada kehamilan 5,5 minggu, berupa penebalan pada
dinding yolk sac. Panjang janin akan bertambah sekitar 1-2 mm perhari. Setelah CRL mencapai
5 mm dan diameter KG sekitar 18 mm. Sejak itu struktur janin dan aktivitas denyut jantung akan
konsisten terlihat dengan USGTV. Dengan USG TA struktur mudigah akan konsisten terlihat
setelah diameter KG > 25 mm.4

2.9 Indikasi pemerikaan USG pada kehamilan trimester 2 dan 3.9

a. Voleme cairan amnion

b. Deteksi anomali janin

c. Penentu posisi plasenta dan janin

d. Penentu viabilitas janin jika dilakuakan kelahiran prematur

2.10 Utrasonografi kehamilan Trimester 2&3

Pemeriksaa USG pada kehamilan trimester II dan III dilakukan dengan cara
transabdominal tanpa persiapan kandung kemih.4

a. Diameter Biparietal (BPD) dan Lingkar kepala

Pengukuran BPD diperoleh dari penghitungan jarak dua antara tulang parietal, tegak
lurus dengan falx pada diameter maksimum. Pengukuran lingkar kepala dilakukan dengan
mengukur DBP dan diameter fronto-oksipital (DFO). Lingkar kepala = (DBP + DFO) x
1,57.Kedua pengukuran ini dapat digunakan untuk mengkonfirmasi usia kehamilan.2,10

b. Diameter abdomen

Pengukuran dilakukan setinggi hepar pada bidang axial, karna akan diperoleh bidang
abdomen terbesar. Pada penampang axial akan tampak vertebre dibagian posterior, lambung
dibagian lateral dan vena umbilical pada bagian depan. Diameter abdomen didapatkan dengan
menggunakan rumus, Diameter Transversa + Diameter Antero-posterior) x 1,57. Hasil
penjumlahan kemudian dimasukkan kedalam tabel biometri janin.2,10
Gambar 2.4 Diameter abdomen10

c. Panjang Femur

Pengukuran dilakukan terhadap diafisis tulang femur yang berada pada posisi
horizontal.10

Gambar 2.5 Femur10


Tabel 2.1 Biometri Janin

d. Penentuan Pertumbuhan dan Besar Janin

Pertumbuhan janin terhambat terdiri dari tipe asimetrik dan tipe simetrik. Pertumbuhan
janin terhambat tipe asimetrik terlihat pada besar atau berat janin yang berkurang, sedangkan
panjang janin hanya sedikit terpengaruh, ini ditandai dengan lingkar abdomen yang mengecil.
Pada pertumbuhan janin terhambat tipe simetrik terlihat pada berat dan panjang janin berkurang.
Ditandai dengan lingkar perut dan kepala yang berkurang.2,11

e. Jenis Kelamin

Alat kelamin eksternal dinilai dengan melihat dua arah. Gambar pertama adalah gambar
mid-sagital dari perut bagian bawah menunjukkan adanya penis dan skrotum. Gambar kedua
melintang, tepat di bawah kandung kemih, dan diambil dengan lutut terpisah. Tampak penis
terlihat antara paha, dan tampak skrotum. Pada semester ini testis belum terlihat/ undecendent
testis.9

Gambar 2.6 Potongan Sagital dan Axial Jenis Kelamin Laki-laki. (1) Penis (2) Skrotum
(3)Paha9

Seperti dengan alat kelamin pria alat kelamin eksternal perempuan dinilai dengan melihat
dari dua arah. Gambar pertama adalah gambar mid-sagital dari perut bagian bawah menunjukkan
mons pubis datar ekor untuk penyisipan kabel. Gambar kedua melintang, tepat di bawah
kandung kemih, dan diambil dengan lutut terpisah. Tidak ada penis terlihat antara paha, ada tiga
baris yang mewakili labia terlihat.9

Gambar 2.7 Potongan Sagital dan Axial Jenis Kelamin Perempuan. (1) Bladder (2) Mon Pubis
(3)Umbilical Cord (4) Labia (5) Paha9

f. Malformasi Janin

Sebagian besar sering diketahui sebelum usia kehamilan 20 minggu. Pertandanya adalah
volume cairan amnion yang abnormal, pertumbuhan janin terhambat, kelainan morfologi bentuk
tubuh dan struktur organ, ukuran biometri janin abnormal, arteri umbilikal tunggal, aktifitas
biofisik janin berkurang.2,11

g. Plasenta

Gambar 2.6. Plasenta dan tali pusat.11

Gambar 2.8 Plasenta dan tali pusat

a. Ukuran Plasenta

Sampai kehamilan 20 minggu plasenta menempati sekitar ¼ luas permukaan miometrum,


dan ketebalannya tidak lebih dari 2-3 cm. Menjelang kehamilan aterm plasenta menempati
sekitar 1/8 luas permuakaan miometrium, dan ketebalannya dapat mencapai 4-5 cm, ketebalan
plasenta normal jarang melebihi 4 cm. Plasenta yang menebal (plasentomegali) dapat dijumpai
pada ibu yang menderita diabetes melitus, ibu anemia (Hb < 8 g%), hidrops fetalis, tumor
plasenta, kelainan kromosom, infeksi (sifilis, CMV), dan perdarahan plasenta. Plasenta yang
menipis dapat dijumpai pada preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat (PJT), infark plasenta,
dan kelainan kromosom.Belum ada batasan yang jelas mengenai ketebasan minimal plasenta
yang dianggap normal. Beberapa penulis memakai batasan tebal minimal plasenta normal 1,5-2,5
cm dan berat plasenta rata-rata 500 gram.2,11

b. Letak (posisi) Plasenta

Plasenta bisa berkembang dibagian mana saja pada permukaan endometrium, sesuai
dengan letak implantasi blastosis. Letak plasenta yang menutupi ostium uteri internum (OUI)
pada kehamilan trmester I tidak akan selamanya menjadi plasenta previa. Dengan bertambahnya
usia kehamilan, sebagian besar vili akan mengalami atrofi, uterus semakin membesar, dan
segmen bawah uterus akan terbentuk, plasenta yang semula menutupi OUI akan bergeser keatas,
sehingga letaknya menjadi normal. Dahulu pergeseran letak plasenta ini dikenal sebagai migrasi
plasenta. Plasenta previa dijumpai pada sekitar 7,5% kehamilan trimester II. Akan tetapi hanya
0,5% yang akan tetap menjadi plasenta previa pada kehamilan aterm. Oleh sebab itu, setiap
tindakan section cessaria elektif yang dilakukan atas indikasi plasenta previa sebaiknya
didasarkan atas diagnosis yang ditegakkan pada kehamilan aterm.2,11

c. Bentuk Plasenta
Plasenta merupaka organ fetomaternal yang bentuknya menyerupai cakram (discoid).2,11

d. Perlekatan abnormal plasenta

Beberapa isitilah yang digunakan untuk menyatakan perlekatan abnormal plasenta pada
dinding uterus, seperti plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta pankreta.Dalam
perkembangannya plasenta melekat pada dinding uterus melalui desidua basalis. Kadang-kadang
desidua basalis tidak terbentuk sempurna sehingga vili korionik melekat langsung pada
miometrum (plasenta akreta), menginvasi lapisan myometrium (plasenta inkreta), bahkan
menembus lapisan myometrium dan serosum uterus (plasenta perkreta).2

Gambar 2.9 Plasenta Previa

e. Tali Pusat

Tali pusat adalah penghubung janin dengan ibunya. Tali pusat terdiri dari 2 arteri umbilical
yang mengalirkan darah kotor (berisi zat metabolic) dan sebuah vena umbilical yang
mengalirkan darah segar yang kaya oksigen dan nutrien dari plasenta ke janin. Kelainan yang
dapat terlihat dalam USG contohnya adalah melilitnya tali pusar pada leher. Hal ini akan
berbahaya karena dapat mencekik janin. Pemeriksaan lilitan tali pusar dapat dilakukan dengan
colour dopler. Jika terlihat warna disekeliling leher janin, mungkin itu adalah lilitan tali pusat.12

f. Cairan Amnion

Cairan amnion mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan dan
pertumbuhan janin.Kelainan jumlah cairan amnion dapat menjadi petanda yang paling awal pada
janin yang mengalami gangguan. 2,11 Pengukuran cairan amnion melalui pemeriksaan USG dapat
dilakukan dengan cara subjektif ataupun semikuantitatif.2

Pada keadaan normal, janin tampak bergerak bebas dan dikelilingi oleh cairan amnion.
Struktur organ janin, plasenta dan tali pusat dapat terlihat jelas. Kantung-kantung amnion terlihat
dibeberapa tempat terutama pada daerah di antara kedua tungkai bawah dan di antara dinding
depan dan belakang uterus. Pada kehamilan trimester II biasanya terlihat sebagian dari tubuh
janin bersentuhan dengan dinding depan uterus.

Pada keadaan polihidramnion, janin menjauh dari dinding depan uterus sehingga tidak ada
bagian tubuh janin yang bersentuh dengan dinding depan uterus. Janin berada diluar daya
penetrasi gelombang ultrasonic sehingga sulit terlihat melalui USG.2,11 Pada keadaan
oligohidramnion cairan amnion disebut berkurang bila kantung amnionnya hanya terlihat di
daerah tungkai bawah dan disebut habis bila tidak terlihat lagi kantung amnion. Pada keaadaan
ini, aktivitas gerakan janin menjadi berkurang. Struktur janin sulit untuk diketahui, dan
ekstremitas tampak berdesakan.Penilaian ini disebut penilaian subjektif.2,11

Penilaian Semi kuantitatif a. Pengukuran diameter vertical yang terbesar pada salah satu
kantong amnion . b. Pengukuran indeks cairan amnion. Pengukuran 1 kantung amnion dilakukan
dengan mencari kantung amnion terbesar, bebas dari bagian tali pusat dan ekstremitas janin yang
dapat ditemukan melalui transduser yang diletakkan tegak lurus terhadap kontur dinding
abdomen ibu.Pengukuran dilakukan pada diameter vertical kantung amnion.

Pemeriksaan cairan amnion juga dapat dilakukan dengan cara metode AFI (Amniotic Fluid
Indeks) yang diperkenalkan oleh Phelan :

1. Abdomen dibagi atas 4 kuadran

2. Setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya

3. Pengukuran harus tegak lurus dengan bidang horizontal dan tidak adaboleh ada bagian
janin diantaranya.

Tabel 2.2. Interpretasi Pengukuran cairan amnion dengan metode AFI

1. Oligohidramnion

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan kongenital,


PJT, ketuban pecah, kehamilan postterm, insufisiensi plasenta, dan obat-obatan (misalnya dari
golongan antiprostaglandin). Kelainan kongenital paling sering yang menimbulkan
oligohidramnion adalah kelainan saluran kemih (kelainan ginjal bilateral dan obstruksi uretra)
dan kelainan kromosomm (triploidi, trisomy 18 dan 13). Insufisiensi plasenta oleh sebab apapun
dapat menyebabkan hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronis akan memicu
mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi penurunan aliran darah ke
ginjal, produksi urin berkurang, dan terjadi oligohidrmanion. Oligohidramnion yang terjadi oleh
sebab apapun akan berpengaruh akan beroengaruh buruk kepada janin. Komplikasi yang sering
terjadi adalah PJT, hypoplasia paru, deformitas pada wajah dan skelet, kompresi tali pusat, dan
aspirasi meconium pada masa intrapartum, dan kematian janin.2,11

2. Polihdramnion

Polihidramnion dapat terjadi akibat kelainan kongenital, diabetes mellitus, janin besar,
kehamilan kembar, kelainan pada plasenta dan tali pusat, dan obatobatan. Kelainan kongenital
yang sering menimbulkan polihidrmanion adalah defek tabung neural, obstruksi traktus
gastrointestinal bagian atas, dysplasia skelet, dan kelainan kromosom (trisomy 21,18,dan 13).
Komplikasi yang sering terjadi pada polihidramnion adalah malpresentasi janin, ketuban pecah,
prolapse tali pusat, persalinan preterm, dan gangguan pernapasan ibu.2,11

DAFTAR PUSTAKA

9. AIUM-ACR-ACOG-SMFM-SRU. Practice Parameter For The Performance of


Standard Diagnostic Obstetric Ultrasound Examinations.J Ultrasound Med 2018;9999:1-12

10. Bethune M, Alibrahim E, Davies B, Yong E. A pictorial guide for the second
trimester ultrasound.AJUM.2013;16:(3)

11. Cunningham, Leveno, Bloom dkk. Obstetri William Edisi 23 Volume 2. Jakarta :
EGC, 2010

12. Macdougall J, 2003. Ultrasonografi. Dalam: Macdougall, Jane ed. Kehamilan Minggu
demi Minggu. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai