Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA (F207)

“Uji Disolusi – Pengaruh Kecepatan Pengadukan”

Disusun oleh :

Kelompok 2

Dewi Nurani Putri P17335119043 Nadya Hasanah P17335119056


Fathan Tsani M.R. P17335119049 Nizella Syahla P17335119057
Mari’an Azka R. P17335119054 Nur Puji Rahma P17335119058

Kelas : 1B

Dosen Pembimbing :

Siska Tri Apriyoanita, S.Farm

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

JURUSAN FARMASI

2020
A. JUDUL PRAKTIKUM
Uji Disolusi – Pengaruh Kecepatan Pengadukan

B. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM


Hari : Senin
Tanggal : 17 Februari 2020

C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan kecepatan disolusi suatu zat dengan menggunakan alat
2. Menjelaskan pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi suatu zat.

D. DASAR TEORI (Nizella Syahla/P17335119057)


Disolusi merupakan proses kinetik, sehingga untuk mengetahui prosesnya
dilakukan pengamatan terhadap jumlah zat aktif yang terlarut ke dalam medium sebagai
fungsi waktu (Fudholi, 2013). Uji disolusi dilakukan sebagai tahap awal untuk
mengetahui ketersediaan hayati suatu bentuk sediaan sebelum uji pelepasan obat secara
in vivo dilakukan. Korelasi antara data in vitro dan in vivo sering digunakan selama
pengembangan bentuk sediaan dengan tujuan untuk efisiensi waktu dan mendapatkan
formula optimal (Cardot dkk., 2007). Tahap disolusi meliputi proses pelarutan zat pada
permukaan partikel padat yang membentuk larutan jenuh di sekeliling partikel yang
dikenal sebagai lapisan diam (stagnant layer). Kemudian zat yang terlarut dalam lapisan
diam ini berdifusi ke dalam pelarut dari daerah konsentrasi zat yang tinggi ke daerah
konsentrasi zat yang rendah (Hadisoewignyo L. dan Fudholi A., 2013)

Analisis kecepatan disolusi zat aktif dari sediaannya merupakan analisis yang
penting dalam pengujian mutu untuk sediaan-sediaan obat. Analisis disolusi telah masuk
persyaratan wajib USP untuk persyaratan tablet dankapsul, sejak tahun 1960. Berbagai
studi telah berhasil dalam korelasi disolusiinvivo dengan disolusi invitro. Namun,
disolusi bukan merupakan suatu peramal koefisien terapi, tetapi disolusi lebih merupakan
parameter mutu yang dapat memberikan informasi berharga tentang ketersediaan hayati
dari suatu produk (Martin, 2008).

Pengembangan dan penggunaan uji disolusi invitro untuk mengevaluasi dan


menggambarkan disolusi dan absorbsi invitro bertujuan (Martin, 2008):
1. Untuk mengetahui kepentingan bahwa sifat-sifat fisiko kimia yang ada dalam model
disolusi dapat berarti atau berpengaruh dalam proses invivo apabila dikembangkan
suatu model yang berhasil meniru situasi invivo
2. Untuk menyaring zat aktif penting dikaitkan dengan formulasinya dengan sifat
disolusi dan absorbsinya sesuai.
3. Sistem uji disolusi invitro dapat digunakan sebagai prosedur pengendalianmutu untuk
produk akhir
4. Menjamin kesetaraan hayati (bioekivalen) dari batch yang berbeda dari bentuk
sediaan solid apabila korelasi antara sifat disolusi dan ketersdiaan hayati telah
ditetapkan.
5. Metode yang baik sekali dan handal untuk memantau proses formulasi dan
manufaktur.
6. Penetapan kecepatan disolusi intrinsik berguna untuk mengetahui sifat disolusi zat
aktif yang baru.
Faktor yang mempengaruhi Disolusi (Martin, 2008):
1. Suhu
Suhu akan mempengaruhi kecepatan melarut zat. Perbedaan sejauh lima persen
dapat disebabkan oleh adanya perbedaan suhu satu derajat.
2. Medium
Media yang paling umum adalah air, buffer dan 0,1 N HCl. Dalam beberapa hal
zat tidak larut dalam larutan air, maka zat organik yang dapat merubah sifat ini atau
surfaktan digunakan untuk menambah kelarutan. Gunanya adalah untuk membantu
kondisi “sink” sehinggan kelarutan obat di dalam medium bukan merupakan faktor
penentu dalam proses disolusi. Untuk mencapai keadaan “sink” maka perbandingan
zat aktif dengan volume medium harus dijaga tetap pada kadar 3-10 kali lebih besar
daripada jumlah yang diperlukan bagi suatu larutan jenuh. Masalah yang mungkin
mengganggu adalah adanya gas dari medium sebelum digunakan. Gelembung udara
yang terjadi dalam medium karenasuhu naik dapat mengangkat tablet, sehingga dapat
menaikkan kecepatan melarut.
3. Kecepatan Perputaran
Kenaikan dalam pengadukan akan mempercepat kelarutan. Umumnya kecepatan
pengadukan adalah 50 atau 100 rpm. Pengadukan di atas 100rpm tidak menghasilkan
data yang dapat dipakai untuk membeda-bedakanhasil kecepatan melarut. Bilamana
ternyata bahwa kecepatan pengadukan perlu lebih dari 100 rpm maka lebih baik
untuk mengubah medium daripada menaikkan rpm. Walaupun 4% penyimpangan
masih diperbolehkan, sebaiknya dihindarkan.
4. Ketepatan Letak Vertikal Poros
Disini termasuk tegak lurusnya poros putaran dayung atau keranjang, tinggi dan
ketepatan posisi dayung atau keranjang yang harus sentris. Letak yang kurang sentral
dapat menimbulkan hasil yang tinggi, karena hal iniakan mengakibatkan pengadukan
yang lebih hebat di dalam bejana.
5. Goyangnya poros
Goyangnya poros dapat mengakibatkan hasil yang lebih tinggi karena dapat
menimbulkan pengadukan yang lebih besar di dalam medium. Sebaiknya digunakan
poros dan bejana yang sama dalam posisi sama bagisetiap percobaan karena masalah
yang timbul karena adanya poros yang goyang akan dapat lebih mudah dideteksi.
6. Vibrasi
Bilamana vibrasi timbul, hasil yang diperoleh akan lebih tinggi. Hampir semua
masalah vibrasi berasal dari poros motor, pemanas penangas airatau adanya penyebab
dari luar. Alas dari busa mungkin dapat membantu,tetapi kita harus hati-hati
akibatnya yaitu letak dan kelurusan harus dicek.
7. Gangguan pola aliran
Setiap hal yang mempengaruhi pola aliran di dalam bejana disolusi
dapatmengakibatkan hasil disolusi yang tinggi. Alat pengambil cuplikan serta adanya
filter pada ujung pipet selama percobaan berlangsung dapatmerupakan penyebabnya.
8. Posisi pengambil cuplikan
Posisi yang dianjurkan untuk pengambilan cuplikan adalah di antara bagian
puncak dayung (atau keranjang) dengan permukaan medium (codeof GMP). Cuplikan
harus diambil 10-25mm dari dinding bejana disolusi, karena bagian ini diperkirakan
merupakan bagian yang paling baik pengadukannya.
9. Formulasi bentuk sediaan
Penting untuk diketahui bahwa hasil kecepatan melarut yang aneh tidaklah selalu
disebabkan oleh masalah peralatan saja, tetapi beberapa mungkin juga disebabkan
oleh kualitas atau formulasi produknya sendiri. Beberapa faktor yang misalnya
berperan adalah ukuran partikel dari zat berkhasiat, Mg stearat yang berlebih sebagai
lubrikan, penyalutan terutama dengan shellak dan tidak memadainya zat penghancur.
10. Kalibrasi alat disolusi
Kalibrasi alat disolusi selama ini banyak diabaikan orang, ternyata hal ini
merupakan salah satu faktor yang paling penting. Tanpa melakukannya tidak dapat
kita melihat adanya kelainan pada alat. Untuk mencek alatdisolusi digunakan tablet
khusus untuk kalibrasi yaitu tablet prednisolon 50mg dari USP yang beredar di
pasaran. Tes dilakukan pada kecepatan dayung atau keranjang 50 dan 100 rpm.
Kalibrasi harus dilakukan secara teratur minimal setiap enam bulan sekali.

Laju dimana suatu padatan melarut di dalam suatu pelarut setelahdiajukan


dalam batasan-batasan kuantitatif. Oleh Noyes dan Whitney padatahun 1897 dan
telah dikerjakan dengan teliti oleh peneliti-peneliti lain, persamaan tersebut bisa
dituliskan sebagai berikut (Martin,2008):

𝑑𝑚 𝐷𝑠
= (𝐶3 − 𝑡)
𝑑𝑡 ℎ

Atau

𝑑𝑡 𝐷𝑠
= (𝐶 − 𝐶)
ℎ 𝑉ℎ 3

𝑑𝑡
Dimana M adalah massa terlarut yang dilarutkan pada waktu t. adalah
𝑑𝑚

koefisien laju disolusi dari massa tersebut (massa/waktu). D adalah koefisien


difusi dari zat terlarut dalam larutan, h merupakan ketebalan lapis difusi, 𝐶3
kelarutan dari zat padat, yakni konsentrasi larutan jenuh dari senyawa tersebut
pada temperature percobaan, C adalah konsentrasi zat terlarut pada waktut.
𝑑𝑡
Besarnya 𝑑𝑐 adalah laju disolusi dan K adalah volume larutan.
Menurut Farmakope Edisi V (2014), ada 2 metode uji disolusi, yaitu:

a. Metode basket

Alat terdiri atas wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain
yang inert, dilengkapi suatu batang logam yang digerakan dengan suatu alat
penggerak. Wadah tercelup sebagian dalam penangas sehingga dapat
mempertahankan suhu di dalam wadah pada 37°𝐶 ± 0,5°𝐶. Alat diletakan di
tempat yang datar, tidak menimbulkan gerakan, goncangan, atau getaran sigifikan
yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Wadah disolusi
dianjurkan berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160-175 mm,
diameter dalam 98-106 mm, dengan volume sampai 1000 ml. batang logam
berada pada posisi tertentu sehingga sumbuhnya tidak lebih drai 2 mm, berputar
dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur
mempertahankan kecepatan alat.

b. Metode dayung
Sama seperti metode basket, tetapi pada alat ini digunakan dayung yang terdiri
atas dayung dan batang seperti pengaduk. Batang dari dayung tersebut sumbunya
tidak lebih dari 2 mm dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti.
Jarak antara daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama pengujian
berlangsung. Daun dan batang logam yang merupakan satu kesatuan dapat disalut
dengan suatu panyalut inert yang sesuai. Sediaan dibiarkan tenggelam ke dasar
wadah sebelum dayung mulai berputar.

E. ALAT DAN BAHAN ( Fathan Tsani Mahardhika R / P17335119049)


Alat Bahan
Magnetic stirrer Aquadest
Beaker glass 500 mL Asam Benzoat
Pipet volume 5mL Fenolftalien
Erlenmeyer NaOH
Buret
Klem
F. PROSEDUR KERJA (Mari’an Azka Rahmani / P17335119054)
1. Beaker glass diisi dengan 300ml aquadest dan diletakan di atas pengaduk magnetik
yang dilengkapi pengatur suhu..
2. Suhu diatur hingga sesuai atau sama dengan suhu ruang.
3. Asam benzoat sebanyak 2 gram dimasukan ke dalam beaker glass setelah suhu
larutan telah mencapai suhu ruang. Pengaduk magnetik dihidupkan pada kecepatan
100 rpm. Waktu pada saat memasukkan asam benzoat dicatat.
4. Pada rentan waktu 1, 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit setelah pengadukan, larutan
diambil sebanyak 10 ml menggunakan spuit. Setiap selesai pengambilan sampel,
segera digantikan dengan 10 ml aquadest.
5. Kadar asam benzoat yang terlarut ditentukan dengan cara titrasi seb agai berikut : 10
ml larutan sampel dipipet sebanyak 3ml lalu dimasukan ke dalam labu elenmeyer,
ditetesi 3 tetes indikator fenolftalein lalu dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai timbul
warna merah muda, lakukan pengukuran triplo. Dilakukan koreksi perhitungan kadar
yang diperoleh setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena
penggantian larutan dengan aquadest.
6. Prosedur 1-5 dilakukan untuk kecepatan pengadukan 200 rpm.
7. Hasil yang diperoleh ditabelkan.
8. Dibuat kurva antara kadar asam benzoat yang diperoleh terhadap waktu untuk setiap
kecepatan pengadukan (dalam satu grafik)

G. DATA HASIL PENGAMATAN (Nur Puji Rahma / P17335119058)


Penimbangan Asam Benzoat

Jumlah (gram) Jumlah yang


Asam Benzoat
teoritis ditimbang (gram)
100 rpm 2 2,000
200 rpm 2 2,000
Standarisasi NaOH

Larutan V1 V2 V3 V Rata – rata

Asam oksalat 10,40 ml 10,60 ml 10,50 ml 10,50 ml

Perhitungan N:
V1.N1 = V2.N2
10.0,1 = 10,50.N2
1
N2 =
10,50
N2 = 0,0952 N
Perhitungan Kadar Asam Benzoat – 100 rpm

Waktu Volume Konsentrasi Asam Benzoat Faktor Koreksi

ml titrasi x BM x N NaOH x 100%


0,1 ml volume pemipetan x 1000
0,1 ml 10 ml
300 ml
x 0,0388 %
0,1 ml 0,1ml x 122,12 x 0,0952 N x 100% 116,258
1’ = =
3 x 1000 3000
0,3 ml 0,0388 % = 0,0013%
= 0,1 ml
3
Ct + 1’ = 0,0388% + 0 = 0,0388%

ml titrasi x BM x N NaOH x 100%


0,4 ml volume pemipetan x 1000
0,4 ml 10 ml
300 ml
x 0,1563 %
0,4 ml 0,4ml x 122,12 x 0,0952 N x 100% 465,0330
5’ = =
3 x 1000 3000
0,12 ml 0,1550 % = 0,0052%
3
= 0,4 ml
Ct + 5’ = 0,1550% + 0,0013% = 0,1563%
ml titrasi x BM x N NaOH x 100%
0,5 ml volume pemipetan x 1000
0,6 ml 10 ml
300 ml
x 0,2377 %
0,7 ml 0,6ml x 122,12 x 0,0952 N x 100% 697,5494
10’ = =
3 x 1000 3000
1,8 ml 0,2325 % = 0,0079%
3
= 0,6 ml
Ct + 10’ = 0,2325% + 0,0052% = 0,2377%

ml titrasi x BM x N NaOH x 100%


0,8 ml volume pemipetan x 1000
0,9 ml 10 ml
300 ml
x 0,3294 %
0,8 ml 0,83ml x 122,12 x 0,0952 N x 100% 964,9433
15’ = =
3 x 1000 3000
2,5 ml 0,3216 % = 0,0111%
3
= 0,83 ml
Ct + 15’ = 0,3216% + 0,0079% = 0,3294%

ml titrasi x BM x N NaOH x 100%


0,9 ml volume pemipetan x 1000
0,8 ml 10 ml
300 ml
x 0,3444 %
0,9 ml 0,86ml x 122,12 x 0,0952 N x 100% 999,8209
20’ = =
3 x 1000 3000
2,6 ml 0,3333 % = 0,0115%
3
= 0,86 ml
Ct + 20’ = 0,3333% + 0,0111% = 0,3444%

ml titrasi x BM x N NaOH x 100%


1,0 ml volume pemipetan x 1000
0,9 ml 10 ml
300 ml
x 0,3719 %
0,9 ml 0,93ml x 122,12 x 0,0952 N x 100% 1081,2016
25’ = =
3 x 1000 3000
2,8 ml 0,3604 % = 0,0124%
3
= 0,93 ml
Ct + 25’ = 0,3604% + 0,0115% = 0,3719%

ml titrasi x BM x N NaOH x 100%


1,0 ml volume pemipetan x 1000
1,1 ml 10 ml
x 0,4387 %
1,2 ml 1,1ml x 122,12 x 0,0952 N x 100% 1278,8406 300 ml
30’ = =
3 x 1000 3000
3,3 ml 0,4263 % = 0,0146%
3
= 1,1 ml
Ct + 30’ = 0,4263% + 0,0124% = 0,4387%
Perhitungan Kadar Asam Benzoat – 200 rpm

Waktu Volume Konsentrasi Asam Benzoat Faktor Koreksi

ml titrasi x BM x N NaOH x 100%


0,7 ml volume pemipetan x 1000
0,85 ml 10 ml
300 ml
x 0,2790 %
0,6 ml 0,72ml x 122,12 x 0,0952 N x 100% 837,0593
1’ = =
3 x 1000 3000
2,5 ml 0,2790 % = 0,0093%
3
= 0,72 ml
Ct + 1’ = 0,2790% + 0 = 0,2790%

ml titrasi x BM x N NaOH x 100%


0,8 ml volume pemipetan x 1000
0,9 ml 10 ml
300 ml
x 0,3464 %
0,9 ml 0,87ml x 122,12 x 0,0952 N x 100% 1011,4467
5’ = =
3 x 1000 3000
2,6 ml 0,3371 % = 0,0115%
3
= 0,87 ml
Ct + 5’ = 0,3371% + 0,0093% = 0,3464%

ml titrasi x BM x N NaOH x 100%


0,7 ml volume pemipetan x 1000
0,75 ml 10 ml
300 ml
x 0,275 %
0,6 ml 0,68ml x 122,12 x 0,0952 N x 100% 790,5560
10’ = =
3 x 1000 3000
2,05 ml 0,2635 % = 0,0092%
3
= 0,68 ml
Ct + 10’ = 0,2635% + 0,0115% = 0,275%

ml titrasi x BM x N NaOH x 100%


0,7 ml volume pemipetan x 1000
0,8 ml 10 ml
300 ml
x 0,3115 %
0,85 ml 0,78ml x 122,12 x 0,0952 N x 100% 906,8143
15’ = =
3 x 1000 3000
2,9 ml 0,3023 % = 0,0104%
3
= 0,78 ml
Ct + 15’ = 0,3023% + 0,0092% = 0,3115%
ml titrasi x BM x N NaOH x 100%
0,85 ml volume pemipetan x 1000
0,9 ml 10 ml
300 ml
x 0,4289 %
0,95 ml 0,9ml x 122,12 x 0,0952 N x 100% 1046,3242
20’ = =
2,5 x 1000 2500
2,7 ml 0,4185 % = 0,0143%
3
= 0,96 ml
Ct + 20’ = 0,4185% + 0,0104% = 0,4289%

ml titrasi x BM x N NaOH x 100%


1,05 ml volume pemipetan x 1000
0,9 ml 10 ml
300 ml
x 0,5723 %
0,95 ml 0,96ml x 122,12 x 0,0952 N x 100% 1116,0791
25’ = =
2 x 1000 2000
2,9 ml 0,5580 % = 0,0191%
3
= 0,96 ml
Ct + 25’ = 0,5580% + 0,0143% = 0,5723%

ml titrasi x BM x N NaOH x 100%


0,6 ml volume pemipetan x 1000
0,7 ml 10 ml
x 0,4086 %
0,7 ml 0,67ml x 122,12 x 0,0952 N x 100% 778,9302 300 ml
30’ = =
2 x 1000 2000
2 ml 0,3895 % = 0,0136%
3
= 0,67 ml
Ct + 30’ = 0,3895% + 0,0191% = 0,4086%

Tabel Hasil Pengamatan Perhitungan Konsentrasi Dan Faktor Koreksi

Kecepatan
Waktu Konsentrasi Faktor koreksi
putaran

1' 0,0388% 0,0013%


5’ 0,1563% 0,0052%
10’ 0,2372% 0,0079%
100 rpm 15’ 0,3294% 0,0111%
20’ 0,3444% 0,0115%
25’ 0,3719% 0,0124%
30’ 0,4387% 0,0146%
1' 0,2790% 0,0093%
5’ 0,3464% 0,0115%
10’ 0,2750% 0,0092%
200 rpm 15’ 0,3115% 0,0104%
20’ 0,4289% 0,0143%
25’ 0,5723% 0,0191%
30’ 0,4086% 0,0136%
Kurva Antara Konsentrasi Asam Benzoat Yang Diperoleh terhadap Waktu Untuk
Setiap Kecepatan Pengadukan

0.7

0.6 0.5723
Konsentrasi Asam Benzoat

0.5
0.4289 0.4387

0.4 0.3719
0.3464 0.3444 0.4086 100 rpm
0.3294
0.279 0.275 200 rpm
0.3
0.3115
0.2 0.2377

0.1 0.1563
0.0388

0
1 5 10 15 20 25 30
Waktu Absorbansi (Menit)

H. PEMBAHASAN (Nadya Hasanah / P17335119056)


Pada praktikum ini, dilakukan uji disolusi, pengaruh kecepatan
pengadukan terhadap kecepatan disolusi suatu zat. Kecepatan disolusi merupakan suatu
ukuran yang menyatakan banyaknya suatu zat terlarut pada pelarut tertentu dengan setiap
satuan waktu. kecepatan pengadukan akan mempengaruhi kecepatan pelarutan obat,
semakin cepat pengadukan maka gerakan medium akan semakin cepat sehingga dapat
menaikkan kecepatan pelarutan. Cepatnya partikel berdisolusi dibuktikan dengan
tingginya kadar Asam Benzoat saat titrasi. Saat kecepatan pengadukan dinaikkan, ukuran
partikel akan mengecil dan luas permukaan partikel akan semakin luas sehingga hal
tersebut dapat meningkatkan laju disolusi dari suatu zat. Semakin tinggi kecepatan
pengadukan, maka kelarutan asam benzoat semakin tinggi. Akibatnya, konsentrasi Asam
Benzoat dalam larutan semakin tinggi pula. Selain kecepatan pengadukan, suhu dan lama
pengadukan juga mempengaruhi kelarutan Asam Benzoat. Semakin lama waktu
pengadukan, semakin tinggi kelarutan Asam Benzoat (Martin,2006).
Zat yang digunakan pada praktikum ini yaitu Asam Benzoat. Alat yang digunakan untuk
uji disolusi ini yaitu magnetic stirrer. Magnetic stirrer ini digunakan untuk
menghomogenkan larutan Asam Benzoat dengan cara pengadukan. Magnetic stirrer yang
digunakan pada praktikum ini berjumlah 2 buah yang mana masing-masing diatur dengan
kecepatan 100 rpm dan 200 rpm.
Pertama-tama, beaker glass 500 ml diisi dengan aquadest sebanyak 300
ml, kemudian diletakkan di atas magnetic stirrer, kemudian magnetic strirrer dihidupkan
dengan kecepatan 100 rpm dan 200 rpm. Seharusnya ketika sudah diletakkan di atas
magnetic strirrer dilengkapi dengan pengatur suhu. Namun, pada praktikum ini tidak
dilengkapi pengatur suhu. Sehingga hasil yang diperoleh tidak teratur. Karena suhu
dalam uji disolusi akan mempengaruhi kecepatan suatu zat untuk larut. Setelah magnetic
strirrer dihidupkan, Asam Benzoat dimasukkan ke dalam beaker glass yang sudah diisi
aquadest. Pada rentang waktu 1, 5, 10, 15, 25 dan 30 menit setelah pengadukan diambil
larutan dalam beaker glass tersebut sebanyak 10 ml menggunakan spuit. Setelah
pengambilan sampel, segera digantikan dengan aquadest sebanyak 10 ml dengan
menggunakan pipet volume 10 ml. Hal ini dilakukan karena adanya perbedaan
konsentrasi yang akan mempengaruhi kadar larutan Asam Benzoat sehingga
menimbulkan faktor koreksi.
Larutan asam benzoat yang sudah dipipet sebanyak 10 ml dimasukkan ke
dalam 3 labu Erlenmeyer masing-masing sebanyak 3 ml. Kemudian larutan sampel
ditambahkan dengan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes. Lalu, dititrasi dengan NaOH
0,1 N. Tujuan ditambahkannya indikator fenolftalein ini yaitu untuk mengetahui titik
akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna
merah muda. Titrasi ini dilakukan untuk mengetahui kadar Asam Benzoat yang terlarut
pada setiap waktu. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap larutan yang diambil
pada rentang waktu 1, 5, 20, 15, 20, 25, dan 30 menit. Prosedur tersebut dilakukan untuk
kecepatan 200 rpm.
Berdasarkan titrasi yang telah dilakukan, diperoleh kadar yang berbeda di
setiap waktunya. Untuk Asam Benzoat yang diaduk pada kecepatan 100 rpm, pada menit
ke-1 diperoleh kadar Asam Benzoat 0,0388% dengan faktor koreksi sebesar 0,0013%.
Pada menit ke-5, kadar Asam Benzoat yang diperoleh yaitu 0,1563% dengan faktor
koreksi 0,0052%. Pada menit ke-10, kadar Asam Benzoat yang diperoleh yaitu 0,2377%
dengan faktor koreksi 0,0079%. Pada menit ke-15, kadar Asam Benzoat yang diperoleh
yaitu 0,3294% dengan faktor koreksi 0,011%. Pada menit ke-20, kadar Asam Benzoat
yang diperoleh yaitu 0,3444% dengan faktor koreksi 0,0115%. Pada menit ke-25, kadar
Asam Benzoat yang diperoleh yaitu 0,3719% dengan faktor koreksi 0,0124%. Pada menit
ke-30, kadar Asam Benzoat yang diperoleh yaitu 0,4387% dengan faktor koreksi
0,0146%. Pada kecepatan pengadukan 100 rpm, menunjukkan bahwa semakin lama
waktu pengadukan, maka semakin besar pula kadar Asam Benzoat yang dihasilkan.
Semakin lama pula waktu pengadukan, semakin tinggi kelarutan Asam Benzoatnya.
Pada titrasi yang dilakukan untuk asam benzoat yang diaduk pada
kecepatan 200 rpm, diperoleh kadar Asam Benzoat pada menit ke-1 yaitu 0,2790%
dengan faktor koreksi 0,0093%. Pada menit ke-5, kadar Asam Benzoat yang diperoleh
yaitu 0,3464% dengan faktor koreksi 0,0115%. Pada menit ke-10, kadar Asam Benzoat
yang diperoleh yaitu 0,2750% dengan faktor koreksi 0,0092%. Pada menit ke-15, kadar
Asam Benzoat yang diperoleh yaitu 0,3115% dengan faktor koreksi 0,0104%. Pada menit
ke-20, kadar Asam Benzoat yang diperoleh yaitu 0,4289% dengan faktor koreksi
0,0143%. Pada menit ke-25, kadar Asam Benzoat yang diperoleh yaitu 0,5723% dengan
faktor koreksi 0,0791%. Pada menit ke-30, kadar Asam Benzoat yang diperoleh yaitu
0,4086% dengan faktor koreksi 0,0136%. Pada kecepatan 200 rpm, kadar Asam Benzoat
dan faktor koreksi yang diperoleh naik turun. Hal ini disebabkan karena pada saat akan
memasukkan Asam Benzoat ke dalam beaker glass 500 ml, suhu ruang tidak diatur
terlebih dahulu. Dengan demikian, kecepatan disolusinya tidak teratur. Kemudian, ketika
pengambilan sampel di setiap rentang waktu, masih terdapat serbuk yang ukuran
partikelnya cukup besar. Sehingga mempengaruhi banyaknya volume ml titrasi yang
digunakan. Terakhir, volume pemipetan sampel pada setiap rentang waktu memiliki
volume berbeda, sehingga mempengaruhi hasil titasi yang diperoleh.

I. KESIMPULAN (Dewi Nuani Putri / P17335119043)


Dari hasil praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar larutan dipengaruhi waktu pengadukan, semakin lama waktu pengadukan,
maka semakin besar pula kadar asam benzoat yang dihasilkan.
2. Pada kecepatan 100 rpm, kadar asam benzoat dan faktor koreksi pada menit ke-30
paling tinggi diantara yang lain.
3. Pada kecepatan 200 rpm, kadar asam benzoat dan faktor koreksi naik turun. Hal ini
dipengaruhi oleh suhu, ukuran partikel dan volume pemipetan sampel.
DAFTAR PUSTAKA ( Nizella Syahla / P17335119057)
Alfred, Martin. 2008. Farmasi Fisika Dasar-Dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetika

Edisi Ketiga Jilid 2. UI-Press. Jakarta

Cardot, J.M., Beyssac, E., dan Alric, M., 2007. In Vitro–In Vivo Correlation: Importance of

Dissolution in IVIVC. Dissolution Technologies.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia, ed V. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Fudholi A., 2013. Disolusi dan Pelepasan Obat In Vitro. Cetakan I. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Hadisoewignyo L. dan Fudholi A., 2013, Sediaan Solida. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
LAMPIRAN ( Fathan Tsani M.R. / P17335119049)

Hasil Titrasi larutan asam benzoat menit 1 Hasil Titrasi larutan asam benzoat menit 5

Hasil Titrasi larutan asam benzoat menit 10 Hasil Titrasi larutan asam benzoat menit 15

Hasil Titrasi larutan asam benzoat menit 20 Hasil Titrasi larutan asam benzoat menit 25

Hasil Titrasi larutan asam benzoat menit 30 Larutan asam benzoat yang diaduk di atas magnetic
stirrer

Anda mungkin juga menyukai