PUNTIR (TORSI)
1. Pendahuluan
Masalah puntir (torsi) pada batang elastik penampang bulat pertama kali dipelajari oleh
Coulomb sekitar tahun 1775.
Secara umum puntiran terjadi bila balok atau kolom mengalami perputaran terhadap
sumbunya. Perputaran demikian dapat diakibatkan oleh beban dengan titik kerja yang
tidak terletak pada sumbu simetri.
Bila balok mengalami puntiran, maka lapisan-lapisan pada penampang balok cenderung
bergeser satu dengan yang lain. Karena kohesi maka bahan akan melawan pergeseran
tersebut sehingga timbullah tegangan geser puntir pada balok. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan memuntir sebatang rokok pada sumbu memanjang, akan timbul kerutan kerutan
berbentuk spiral pada permukaan rokok, kerutan ini menunjukkan garis geseran yang
terjadi. Contoh lain adalah sebatang kapur tulis yang dipuntir pada sumbu memanjang,
kapur akan terputus, bidang patahan adalah bidang geser puntir.
½b
P
L
T = P.1/2b
M = P.L
P
D
A C
A T
B
Perhatikan balok CD, terjadi momen jepit pada C dan pada D. Momen jepit di C akan
mengakibatkan momen puntir pada balok AC, momen jepit di D akan mengakibatkan
momen puntir pada balok BD.
Pada dasarnya untuk keperluan perencanaan setiap balok harus diperiksa apakah balok
tersebut mengalami puntir atau tidak. Sebab puntir akan mempengaruhi perencanaan
penampang balok yang bersangkutan.
maks
r /r maks
O B C
dA
Gaya-gaya dalam:
Tegangan geser puntir = maks
r
Luas = dA
Gaya = tegangan x luas = maks .dA
r
Momen puntir dalam = gaya x lengan = maks .dA.
r
Gaya-gaya luar:
Momen puntir luar = T
Gaya gaya dalam = Gaya gaya luar
maks .dA. = T
r
maks
r 2 dA T
2
Dari bab sebelumnya dA = Ip (momen inersia polar), sehingga
maks
Ip T
r
T .r
maks (5.1)
Ip
dengan:
maks : tegangan geser puntir maksimum
T : momen torsi
r : jari-jari lingkaran
Ip : momen inersia polar
r 4
Ip = (penampang lingkaran)
2
dx
49
dx
B
A
O
maks D
d
50
5. Puntir Pada Penampang Non Circular
Puntir pada penampang non circular telah dikembangkan oleh Saint Venant tahun 1853.
Secara matematis analisis puntir pada penampang non circular lebih rumit.
Dua asumsi dasar pertama pada penampang lingkaran, tidak berlaku pada penampang
segi empat. Pada penampang lingkaran, tegangan geser puntir akan maksimum pada
jarak yang terjauh dari pusat penampang. Sedangkan pada penampang segiempat
tegangan geser puntir justru nol pada jarak terjauh dari pusat penampang. Pada
penampang segi empat, tegangan pada sudut-sudut penampang adalah nol dan tegangan
maksimum berada pada tengah-tengah sisi panjang dari penampang, seperti terlihat pada
Gambar 5.5.
maks
b = sisi panjang
h h = sisi pendek
T
maks (5.3)
.b.h 2
Sudut puntir:
TL
(5.4)
.b.h 3 .G
b
1,00 1,50 2,00 3,00 6,00 10,00
h
0,208 0,231 0,246 0,267 0,299 0,312 0,333
0,141 0,196 0,229 0,263 0,299 0,312 0,333
51
6. Contoh-Contoh
Contoh 5.1.
1,15 kN
A
C
3m 1m
B
Balok horizontal AB dijepit di A. Batang BC juga horizontal tetapi tegak lurus dengan
batang AB. Pada titik C bekerja gaya vertikal sebesar 1,15 kN
a. Hitung tegangan geser puntir maksimum penampang pada batang AB dan
sudut puntir pada ujung B apabila penampang batang AB adalah lingkaran
dengan diameter 55 mm.
b. Hitung tegangan geser puntir maksimum penampang pada batang AB dan
sudut puntir pada ujung B apabila penampang batang AB adalah persegi
dengan tinggi 60 mm dan lebar 40 mm
Modulus geser bahan (G) = 77,5 GPa
Penyelesaian:
Momen puntir pada batang AB
TAB = 1,15x1 = 1,15 kNm
a. Penampang lingkaran
Tegangan Geser puntir maksimum pada penampang
T .r 1,15.10 6 27,5
AB 35,2 MPa
Ip 1 .27,5 4
2
52
Contoh 5.2.
0,75 kN
0,4 kN
A
E
D
3m B 1m
C
1,5 m
Balok horizontal AB berpenampang lingkaran dengan diameter 55 mm, balok horizontal
BC juga berpenampang lingkaran dengan diameter 40 mm. Batang BE dan batang CD
juga horizontal tetapi tegak lurus dengan batang AC. Pada titik D bekerja gaya vertikal
sebesar 0,4 kN dan pada titik E bekerja gaya vertikal sebesar 0,75 kN.
a. Hitung tegangan geser puntir maksimum pada penampang pada batang AC
b. Hitung sudut puntir pada ujung C, modulus geser bahan, G = 77,5 GPa
Penyelesaian:
Diagram momen puntir:
Akibat gaya 0,75 kN:
A B C
0,75 kNm
A B C
0,4 kNm
A B C
0,4 kNm
1,15 kNm
53
Tegangan geser puntir
Momen inersia polar batang AB
Ip = ½ r4 = ½ . .27,54 = 898360,5 mm4
Tegangan geser puntir pada batang AB
T .r 1,15.10 6.27,5
AB 35,20 MPa
Ip 898360,5
Penyelesaian:
Momen inersia polar:
I p 1 2 . .r 4 1
2 . .2,5 4 61,32 mm4
T .r
Ip
T .2,5
42
61,32
T = 1030 Nmm
T .L
GI p
dipelintir satu putaran penuh maka = 2
54
1030 L
2
27000.61,32
L = 10094 mm
L = 10,094 m