Anda di halaman 1dari 37

TABUNG BERTEKANAN DAN PIPA

Tabung bertekanan  menyimpan fluida bertekanan.


Pipa  menyalurkan fluida bertekanan / tidak bertekanan.

KLASIFIKASI :

1. Berdasarkan dimensinya: t 1

a. Berdinding tipis  d 10  t : tebal dinding

t 1

b. Berdinding tebal  d 10  d : diameter

2. Berdasarkan konstruksi ujungnya :


a. Ujung terbuka
b. Ujung tertutup
TEGANGAN PADA SILINDER TIPIS.
Pecahnya silinder akibat tekanan fluida.

Gb.1.Pecah sirkumferensial Gb.2 Pecah longitudinal

Asumsi yang diambil dalam analisa tegangan:


a. Pengaruh dari kelengkungan dinding silinder diabaikan.
b. Tegangan tarik terbagi merata pada semua bagian dinding.
c. Pengaruh gaya penahan pada ujung tabung diabaikan.
1. Tegangan sirkumferensial.

p = tekanan fluida
d = diameter silinder
ℓ = panjang silinder
t = tebal dinding silinder
Gb.3.
ft1 = tegangan sirkumferensial bahan
silinder
Gaya total yang bekerja = tekanan x luas proyeksi = p . d . ℓ …….(1)

Gaya penahan dinding silinder = ft1 . 2 . t . ℓ ………… (2)

Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh :

p. d
t= ………….. (3)
2. ft1
Catatan:
1. Dalam perencanaan silinder mesin, untuk pelebaran yang diijinkan
setelah terjadi keausan, maka persamaan (3) ditambah dengan
6 – 12 mm.
p.d
 (6  12) mm
t= 2. ft1
2. Dalam konstruksi tabung bertekanan tinggi (ketel uap) yang
menggunakan sambungan paku keling dalam menyambung
ujung plat,
p.d
t= (mm) .......... (a)
2.ft1.
3. Dalam perencanaan ketel uap, tebal dinding yang dihitung dengan
persamaan (a), bisa dibandingkan dengan tebal plat minimum
(tabel 1).
Tabel 1

DIAMETER KETEL (d) TEBAL PLAT MINIMUM (t)


90 cm atau lebih kecil 6 mm
Diatas 90 cm sampai 135 cm 7,5 mm
Diatas 135 cm sampai 180 cm 9 mm
Diatas 180 cm 12 mm

Catatan:
Bila nilai (t) dari hasil perhitungan lebih kecil dari nilai (t) dalam
tabel, dipakai nilai (t) dari tabel. Bila (t) hasil perhitungan lebih
besar dari (t) tabel, maka dipakai (t) hasil perhitungan.
2. Tegangan Longitudinal.
 2
Gaya total yang bekerja = p x d ...(4)
4
Gaya tahan total = ft2 x π.d.t ...................(5)

Dari persamaan (4) dan (5),


diperoleh,
p.d
.......... (6)
t = 4 . ft 2
Gb.4

Bila ηc adalah efisiensi sambungan sirkumferensial, maka:


p.d
t=
4 . ft 2 . c

Catatan :
Dari persamaan 3 dan 6 nampak bahwa tegangan longitudinal
adalah setengah dari tegangan sirkumferensial. Karena itu
perencanaan tabung bertekanan harus didasarkan pada tegangan
sirkumferensial.
Contoh:
Sebuah sistim hidrolis seperti pada Gb.5.
Tekanan pompa 30 kg/cm2.
a. Jika diameter tangki bertekanan 80
cm tentukan tebal dinding tangki
untuk efisiensi sambungan 100 %.
Diasumsi
Gb.5 tegangan tarik yang diijinkan untuk
bahan tangki adalah 500 kg/cm
b. Tentukan diameter silinder dan tebalnya untuk menghasilkan
2
.
gaya operasi F = 2500 kg. Diasumsi gaya gesek yang diijinkan
dalam silinder adalah 10% dari gaya operasi dan penurunan
tekanan antara tangki dan silinder adalah 2 kg/cm2. Diasumsi
tegangan tarik ijin bahan silinder 300 kg/cm2.

c. Tentukan daya yang keluar dari silinder, jika langkah piston


adalah 45 cm dan waktu yang diperlukan untuk langkah kerja
adalah 5 detik.
Penyelesaian:
Tekanan dalam tangki, p = 30 kg/cm2 ; Diameter tangki bertekanan,
d = 80 cm ; Efisiensi sambungan, η = 100% =1; Tegangan tarik ijin,
ft = 500 kg/cm2 ; Gaya operasi, F = 2500 kg ;
Gaya gesek dalam silinder = 10%.F
Tegangan ijin bahan silinder, ft = 300 kg/cm2.
a. Tebal tangki bertekanan (t):
p.d 30.80
t=   2,4 cm
2.ft . 2.500.1

b. Diameter silinder (D):


Gaya total yang dihasilkan, F1= F + 10%. F = 1,1. 2500 =2750 kg.
Tekanan dalam silinder,
p1 = tekanan dalam tangki – penurunan tekanan.
p1 = 30 - 2 = 28 kg/cm2
 2 4.F1 4.2750
Sehingga, F1 = 4 D .p1  D = .p1 = .28
= 11,2cm

p1. D 28. 11,2


= = 0,52 cm = 5,2 mm
Tebal silinder , t1 = 2.ft1 2. 300

c. Daya keluar silinder:


Langkah piston = 45 cm = 0,45 m
Waktu yang diperlukan untuk langkah kerja = 5 detik
Jadi jarak gerak piston per detik = 0,45/5= 0,09 m
Kerja per detik = gaya x jarak gerak per detik
= 2750 x 0,09 = 247,5 kg-m

kerja per detik 247,5


Jadi daya keluar silinder = = = 3,27 HP
75 75
3. Dinding tipis berbentuk bola.
Bila :
V = kapasitas penyimpanan .
p = tekanan dalam.
d = diameter dinding ; t = tebal dinding
ft = tegangan tarik ijin bahan dinding.
Gb.6
1. Diameter dinding.
Dengan mengetahui kapasitas , diameter dinding bisa dicari.
6.V
4 3  3 3
V= .r = d d= 
3 6
2. Tebal dinding.
Akibat dari tekanan dalam, seringkali dinding pecah sepanjang
pusatnya.
 2
Gaya pemecah = p . d ................... (1)
4
Gaya tahan dinding = tegangan x luas yang menahan = ft . π.d.t .....(2 )
p.d
Dari (1) dan (2) didapat : t =
4.ft
p.d
Bila (η) adalah efisiensi sambungan, maka: t =
4.ft .
4. Silinder berdinding tebal.
1. Persamaan Lame’s.
Untuk bahan getas, ujung
terbuka atau tertutup

di  ft  p 
t=   1
Gb.7 2  ft  p 
2. Persamaan Birnie’s.
d i  f t  (1   ) p 
Untuk bahan ulet dan ujung terbuka, t =   1
2  f t  (1   ) p 
3. Persamaan Clavarino’s.
d i  f t  (1  2  ) p 
Untuk bahan ulet dan ujung tertutup, t =   1
μ = poison ratio.
2  f t  (1  2  ) p 
= 0,25 – 0,33 untuk baja (steel)
= 0,23 – 0,27 untuk besi tuang (cast iron)
= 0,31 – 0,34 untuk tembaga (copper)
= 0,32 – 0,42 untuk kuningan (brass)
= 0,32 – 0,36 untuk aluminium
4. Persamaan Barlow’s.
p.d 0
Untuk pipa gas dan minyak bertekanan tinggi, t =
di = diameter dalam ; do = diameter luar
2.f t
5. Tebal cylinder head dan cover plate.
Cylinder head bisa berbentuk plat datar atau sedikit
Melengkung.
k. p
Tebal minimum untuk plat datar, t1 = di ft

K = koefisien empiris = 0,162


4,16. p. R
Tebal untuk plat sedikit melengkung, t1 =
Gb.8 fu
fu = kekuatan tarik bahan.
R = radius dalam kelengkungan.
Contoh.
Sebuah silinder dari baja tuang dengan diameter bagian dalam
35 mm berisi cairan pada tekanan 135 kg/cm2. Silinder tertutup
pada kedua ujungnya dengan plat rata yang terbuat dari baja
paduan dan disambung dengan baut.
a. Tentukan tebal dinding silinder jika tegangan sirkumferensial bahan
dibatasi sampai 550 kg/cm2.
b. Hitung tebal minimum cover plat, bila tegangan kerja 650 kg/cm2.

Penyelesaian:
a. Tebal dinding silinder

di  f t  p  35  550  135 
t=   1    1  4,95 cm  5cm
2  ft  p  2  550  135 

b. Tebal plat minimum.


k.p 0,162 x135
t 1 = di  35  6,3 cm
f t1 650
6. Perencanaan pipa.
4 Q Q
Diameter dalam pipa, D = .  1,13
 v v
v = kecepatan fluida yang mengalir tiap menit. 
2
Q = banyaknya fluida yang dialirkan tiap menit = D . V
4
p.D p.D
Tebal dinding pipa, t = atau
2.ft 2.ft .
Tebal pipa bisa dicari dengan teori silinder berdinding tipis bila
D/t ≥ 20 atau bila ft / p ≥ 6 untuk pipa dari bahan ulet.
Bila tebal dinding pipa dari persamaan diatas dianggap masih
kecil, dapat ditambah dengan konstanta tertentu (C), sehingga
p.D
t= C
2.ft
Nilai ft dan C, dapat dilihat pada tabel 2 dan 3 berikut.
Tabel. 2.
Material C (cm)
Cast iron 0,9
Mild steel 0,3
Zinc and Copper 0,4
Lead 0,5

Tabel. 3

PIPES ft (kg/cm2)
Cast iron steam or water pipes 140
Cast iron steam engine cylinders 125
Lap welded wrought iron tubes 600
Solid drawn steel tubes 1400
Copper steam pipes 250
Lead pipes 16
Contoh:
Pipa baja membawa 2000 m3 uap per jam pada tekanan 12 kg/cm2.
Kecepatan aliran adalah 28 m/detik. Diasumsikan tegangan tarik
400 kg/cm2. Tentukan diameter dalam dari pipa dan tebal dinding.
Penyelesaian:
Banyaknya aliran uap, Q = 2000 m3/jam.
Tekanan uap, p = 12 kg/cm2.
Kecepatan aliran, v = 28 m/detik
Tegangan tarik, ft = 400 kg/cm2
Diameter dalam pipa,
Q 0,555
D = 1,13  1,13  0,1582 atau 0,16 m  16 cm
v 28
p.D 12.16
Tebal dinding, t =  C   0,3  0,54 cm  5,4 mm
2.ft 2.400
7. Sambungan pipa.
a. Socket joint. b. Nipple joint.

Untuk tekanan Mengurangi


Rendah. luas aliran.

c. Union joint. d. Expansion joint.

Memudahkan pema Mengatasi pemuaian


sangan / pelepasan dan penyusutan.
e. Flange joint.

Untuk pipa berukuran besar


dan tekanan tinggi.
f. Hydraulic pipe joint

Untuk pipa berdiameter sampai


17,5 cm dan tekanan
50 – 140 kg/cm2.

8.Perencanaan circular flange.

Diameter efektif dimana tekanan


fluida bekerja, D1 = Dp – d1.
d1 = diameter lubang baut.
Gaya yang akan memisahkan kedua flange adalah,
 2 ………. (1)
F = D1  p
4
Bila :
n = jumlah baut
dc = diameter teras baut / core diameter
ft = tegangan yang diijinkan untuk bahan baut
 2
Ketahanan robek baut = dc . ft . n ……. (2)
4
.Dp
Circumferensial pitch dari baut adalah, Pc =
n
d1
Agar sambungan tidak bocor, besarnya Pc berada diantara 20
d1
sampai 30 (d1 = diameter lubang baut).
Momen bending pada tiap baut akibat gaya F adalah,
F
Mb =  y …………… (3).
n
Momen tahanan bending pada flange, Mb = fb . z ............(4)
Dimana:
fb = tegangan tarik atau tegangan bending bahan flange
z = modulus penampang flange = 1/6 . x . tf2 (untuk segi empat).
Dari persamaan (3) dan (4) , tebal flange (tf) dapat dicari.
Dimensi flange bisa ditetapkan sebagai berikut:
Diameter nominal baut, d = 0,75.t + 1 mm
Jumlah baut, n = 0,275.D + 1,6
Tebal flange, tf = 1,5 t + 3 mm
Lebar flange, B = 2,3.d
Diameter luar flange, Do = D + 2t + 2B
Pitch circle diameter baut, Dp = D + 2t + 2d +1,2 cm
Contoh:
Sebuah flange dengan diameter dalam 200 mm mendapatkan tekanan
dari fluida 0,35 N/mm2. Flange dihubungkan dengan 8 baut M16. Pitch
circle diameter baut Dp =290 mm. Jika tebal flange 20 mm, tegangan
ijin bahan pipa 14 N/mm2, tentukan tegangan kerja dalam flange.
Penyelesaian:
Diameter dalam pipa, D = 200 mm
Tekanan fluida, p = 0,35 N/mm2
Jumlah baut, n = 8
Diameter nominal baut, d = 16 mm
Pitch circle diameter, Dp = 290 mm
Tebal flange, tf = 20 mm

p.D

0,35  200
Tebal pipa, t = 2.f 9 mm t=  9  11,5 mm
t 2  14
Diameter efektif, D1 = Dp – d = 290 -16 = 274 mm
Gaya yang berusaha memisahkan flange adalah gaya pada 8 baut,
yaitu:
 2  2
D
F= 4 1 .p  (274) .0,35  20650 N
4
Kita cari momen bending pada bagian x-x yang tangensial ke pipa
bagian luar. Dari pengukuran didapat, x = 90 mm
Jarak bagian x-x dari titik pusat baut,
Dp D 290  200 
y=  (  t)    11,5   33,5 mm
2 2 2  2 
Tegangan kerja pada flange (fb):
Momen bending pada tiap baut akibat gaya F,
F 20650 ……….. (a)
Mb = .y  33,5  86480 N - mm
n 8
Momen tahanan flange,
Mb = fb.z = fb. 1/6.x.tf2 = fb. 1/6.90.202 = 6000.fb N-mm ......... (b)
Dari (a) dan (b) didapat,
86480 2
6000. fb = 86480  fb = 6000  14,413 N/mm

Contoh:
Tentukan dimensi luar dari sebuah flange dari pipa besi tuang
yang berdiameter 25 cm dengan tekanan 7 kg/cm2.
Penyelesaian:
Diameter dalam pipa, D = 25 cm
Tekanan, p = 7 kg/cm2

p.D
Tebal pipa, t = 2.f  C
t

Dari tabel, untuk besi tuang nilai C = 0,9 cm dan ft = 140 kg/cm2.
7.25
Sehingga, t =  0,9  1,53  2 cm
2.140

Dimensi flange yang lain bisa ditetapkan sebagai berikut:


Diameter nominal baut, d = 0,75 t + 0,1 cm = 1,6 cm
Jumlah baut, n = 0,275.D + 1,6 = 8,475 ≈ 10
Tebal flange, tf =1,5 t + 0,3 cm = 3,3 cm
Lebar flange, B = 2,3 d = 3,68 ≈ 3,8 cm
Diameter luar flange, Do = D + 2t +2B = 36,6 cm
Pitch circle diameter baut, Dp = D+2t+2d+1,2 cm = 33,4 cm
.Dp .33,4
  105 cm
Circumferensial pitch baut, Pc = n 10
Kita ambil d1 = 20 mm
20 20  89,44 mm dan 30 20  134,16 mm . Karena nilai Pc dari hasil
perhitungan berada diantara 89,44 mm dan 134,16 mm, maka
perencanaan memenuhi syarat.
9. Perencanaan oval flange.
Gaya yang akan memisahkan
kedua flange akibat tekanan
fluida adalah,
 2
F1= D .p
4
Gaya yang berusaha
memisahkan flange akibat
tekanan pada paking adalah,
 2
F2 = (D1  D 2 ).p
4
Jadi gaya total yang akan memisahkan kedua flange adalah,
 2
F = F1+F2 = D1 .p
4
Karena oval flange diikat dengan dua baut, maka beban yang diterima
tiap baut adalah F/2.
F  2
Bila dc adalah diameter teras baut, maka, 2  4 dc .ft

Setelah diameter teras baut didapat, maka diameter nominal baut


dipilih dari tabel.
Tebal flange ditentukan dengan mempertimbangkan flange dibawah
tegangan bending akibat gaya yang bekerja pada satu baut.
Tegangan bending maksimum akan terjadi pada bagian x-x, yaitu:
F
Mb (x-x) = .L
2
F 1 2
Dari persamaan bending didapat, Mb(x-x) = fb.z atau .L  fb . .b . t f
2 6
Dimana :
z = 1/6.b.tf2 ; b = lebar flange pada bagian x-x ; tf = tebal flange
fb = tegangan bending ijin bahan flange
Dimensi untuk hydraulic joint bisa diperoleh dengan menggunakan
rumus empiris berikut.
Diameter nominal baut, d = 0,75.t +1 cm
Tebal flange, tf = 1,5.t + 0,3 cm
Diameter luar flange, Do= D + 2 t + 4,6.d
Pitch circle diameter, Dp = Do – (3t +2 cm)
Contoh:
Rencanakan oval flange pipe joint untuk sebuah pipa dengan
diameter dalam 5 cm. Pipa tersebut mendapat tekanan fluida sebesar
70 kg/cm2. Tegangan tarik maksimum bahan pipa tidak lebih dari
200 kg/cm2 dan untuk baut 600 kg/cm2.
Penyelesaian.
Diameter dalam pipa, D = 5 cm; Tekanan fluida, p = 70 kg/cm2.
Tegangan tarik maksimum bahan pipa, f1 = 200 kg/cm2.
Tegangan tarik maksimum bahan baut, ft1 =600 kg/cm2.
D  ft  p  5  200  70 
 1   1  1,102  1,2 cm
Tebal pipa, t = 2  ft  p  
  2  200  70 

Diasumsi lebar paking adalah 1 cm


Jadi diameter luar paking, D1 = D +2. lebar paking = 5+2.1= 7 cm
Jadi gaya yang berusaha memisahkan flange,
 2  2
.D1 .p  .7 .70  2695 kg
F= 4 4

Karena flange diikat dengan 2 baut, maka:


F  2 4.F 4.2695
 . dc .ft   1,691 cm
2 4  dc = 2.ft 2..600

dC 1,691
  2,012  2,2 cm
Jadi diameter nominal baut, d = 0,84 0,84

Diameter luar flange, D0 = D + 2.t + 4,6.d = 5 + 2.1,2 + 4,6.2,2 = 17,52 cm


Pitch circle diameter baut, Dp = D0 – (3t+2 cm) = 17,52 – (3.1,2+2) = 12 cm
Dengan menggunakan data diatas, gambarkan flange seperti Gb.9 berikut,
yaitu dengan mengambil D0 = 18 cm sebagai sumbu panjangnya dan (Dp – d) =
9,8 cm sebagai sumbu pendeknya.
Untuk mencari tebal flange, kita lihat bagian x-x.
Lebar flange, b = 8,9 cm (dengan pengukuran).
Jarak bagian x-x dari titik pusat baut, e = 3,3 cm.
Jadi momen bending pada bagian x-x:
F 2695
Mb(x-x) = .e  .3,3  4445 kg - cm
2 2

Momen tahanan bending,


z = 1/6.b.tf2 = 1/6.8,9.tf2 = 1,48 tf2
Gb.9
Mb(x-x) = fb .z  4445 = 200. 1,48 tf2
4445
 3,87  4 cm
200.1,48
 tf =
10. Perencanaan flange segi empat

Tebal flange bisa ditentukan


dengan meninjau bending
pada flange terhadap salah
satu bagian yaitu A - A; B - B
atau C - C.
Gb.10

Bila dilihat pada flange Gb.10, bagian yang lemah terhadap


bending adalah pada bagian A-A. Karenanya tebal flange
dihitung dengan meninjau bending terhadap A-A.
Contoh.
Rencanakan flange segi empat untuk pipa yang berdiameter dalam 5 cm,
yang menerima beban tekanan dalam dari fluida 70 kg/cm2. Tegangan
tarik maksimum dari bahan pipa tidak lebih dari 210 kg/cm2 sedang pada
baut tidak lebih dari 280 kg/cm2.

Penyelesaian.
Diameter dalam pipa, D = 5 cm
Tekanan fluida, p = 70 kg/cm2
Tegangan tarik maksimum bahan pipa, ft = 210 kg/cm2
Tegangan tarik maksimum bahan baut, ft1 = 280 kg/cm2
D  ft  p  5  210  70 
  1   1  1,035  1,2 cm
Tebal dinding pipa, t = 2  ft  p  = 2  210  70 

Diasumsi lebar paking 1 cm.


Jadi diameter luar paking, D1 = 5+2.lebar paking =5+2.1= 7 cm
Gaya yang berusaha memisahkan flange,
 2  2
D
F=4 1 .p  7 .70  2695 kg (gaya ini yang ditahan oleh baut)
4
Gaya pada tiap baut, F = 2695/4 = 673,75 kg
 2 4.F 4.673,75
.d .f   1,75 cm
Diameter teras baut, F = 4 c t1  dc = .ft1 .280

1,75
 2,09  2,2 cm
Diameter nominal baut, d = 0,84

Panjang minimum diagonal segi empat:

L = D + 2 t + 2 d = 5 + 2.1,2 + 2.2,2 = 11,8 cm


L 11,8
  8,35 cm
Panjang L1 = 2 2

Panjang L2 = L1+ 2.d = 8,35 + 2.2,2 = 12,75 cm


Untuk menentukan tebal flange, ditinjau bending pada bagian A-A.
Bending pada bagian A-A terjadi akibat gaya dari 2 baut.
Jadi momen bending akibat gaya dari 2 baut (2F) adalah:

L1 8,35
M1 = 2F.  2 x 673,75 x  5,630 kg - cm
2 2

Tekanan air yang bekerja pada separuh flange,


= 2 F = 2 x 673,75 = 1347,5 kg
Flange di sekrupkan pada pipa yang mempunyai ulir metrik 4,4 ulir
per cm (pitch ulir 1/4,4 atau 0,228 cm)
Diameter nominal ulir = diameter luar pipa = D + 2 t = 5 + 2.1,2 = 7,4 cm
Radius nominal ulir = 3,7 cm
Kedalaman ulir = 0,64. pitch dari ulir = 0,64 x 0,228 = 0,145 cm
Jadi radius teras ulir = 3,7 – 0,145 = 3,555 cm
Jadi radius rata - rata dari busur A - A :
= 1/2 (3,7 +3,555) = 3,625 cm
Titik berat busur dari A - A :
= 0,6366 x radius rata-rata = 0,6366 x 3,625 = 2,31 cm
Jadi momen bending akibat tekanan air,
M2 = 2F. 2,31= 2 x 673,75 x 2,31 = 3100 kg-cm
Karena momen bending M1 dan M2 dalam arah yang berlawanan, maka
momen bending resultan pada flange terhadap bagian A - A,
M = M1 – M2 = 5630 – 3100 = 2530 kg-cm
Lebar flange pada bagian A - A,
b = L2 – diameter luar pipa = 12,75 – 7,4 = 5,35 cm
Tebal flange (tf),
M = fb.z = fb.1/6.b.tf2  2530 = 210. 1/6.5,35.tf2 = 187,5 .tf2 tf = 5,47 cm.
TERIMA KASIH PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai