Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

“DIABETES MELLITUS”

LONTARA 1 ATAS DEPAN

OLEH :

NURUL HIDAYAH

R014192012

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR INSTITUSI

( St.Hasnawati.S.Kep.Ns ) (Abd. Majid S.Kep., Ns.,M.Kep., Sp. KMB)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Tuhan Semesta Alam

karena atas izin dan kehendak-Nya jualah laporan ini dapat kami rampungkan tepat

pada waktunya. Penulisan dan pembuatan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas

praktik klinik Keperawatan Medikal Bedah 1. Adapun yang kami bahas dalam laporan

sederhana ini mengenai “Diabetes Mellitus”

Dalam penyusunan laporan ini kami menemui berbagai hambatan yang

dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan

penyelesaian laporan ini. Dalam laporan ini penulis sudah berusaha semaksimal

mungkin. Tapi penulis yakin laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan juga kritik. Harapan penulis, laporan ini dapat menjadi

referensi bagi penulis dalam pembuatan laporan kedepannya.Penulis juga berharap agar

laporan ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.

Penulis

Nurul Hidayah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I KONSEP MEDIS .................................................................................................1

A. Definisi Diabetes Mellitus ......................................................................................1

B. Klasifikasi Diabetes Mellitus..................................................................................2

C. Patofisiologi ............................................................................................................2

D. Manifestasi Klinis ...................................................................................................3

D. Etiologi ...................................................................................................................4

E. Komplikasi .............................................................................................................5

BAB II KONSEP KEPERAWATAN ............................................................................7

A. Pengkajian Keperawatan ........................................................................................7

B. Diagnosa Keperawatan .........................................................................................10

C. Rencana/Intervensi Keperawatan .........................................................................10

D. Web Of Caution (WOC) .......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................16

iii
iv
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi Diabetes Mellitus

Salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah Diabetes Mellitus (DM). DM

merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah atau

hiperglikemia sebagai akibat dari penurunan sekresi insulin, gangguan aktivitas insulin

atau merupakan gabungan dari keduanya (Fatimah, 2015). DM juga dikenal sebagai

silent killer karena banyak penderitanya yang tidak menyadari atau tidak menandakan

gejala awal namun saat diketahui sudah terjadi komplikasi (Yuliasari, Wahyuningsih, &

Sulityarini, 2018). Jadi, DM merupakan salah satu penyakit yang kronik ditandai

dengan tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh yang dapat menimbulkan

komplikasi.

Angka Kejadian DM cukup meningkat dari tahun ke tahun. Diperkirakan bahwa

5.0 juta kematian di Dunia pada tahun 2015 penyebabnya adalah DM dengan rata-rata

usia 20-79 tahun (Ogurtsova et al., 2017) Sedangkan di Indonesia menduduki peringkat

kedua angka kematian setelah Sri Lanka (WHO, 2016). Pada tahun 2017, ada sekitar

451 juta jiwa penderita DM dengan usia 18-99 tahun diperkirakan akan meningkat

menjadi 693 juta jiwa pada tahun 2045 (Cho et al., 2018). Di Indonesia sendiri dari data

Survei Nasional menunjukkan bahwa prevalensi DM sebesar 5.7% dimana lebih dari

70% kasus tidak terdiagnosis (Soewondo, Ferrario, & Tahapary, 2013). Hal tersebut

membuktikan bahwa penyakit DM adalah salah satu penyakit dan penyebab kematian

dengan prevalensi tertinggi di Dunia.

1
B. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Dalam (Mansjoer, 2008) mengklasifikasikan DM, yaitu :

1. Diabetes Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)). Diabetes tipe ini

juga jenis diabetes yang sering disebut DMTI yaitu Diabetes Mellitus

Tergantung Pada Insulin. Pada tipe ini yaitu disebabkan oleh distruksi sel beta

pulau langerhans diakibatkan oleh proses autoimun serta idiopatik.

2. Diabetes Mellitus Tipe II, diabetes tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes

mellitus (NIDDM) atau jugu DMTTI yaitu Diabetes Mellitus Tak Tergantung

Insulin. Diabetes tipe II ini disebabkan karena adanya kegagalan relativ sel beta

dan resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan turunnya kemampuan

insulin dalam merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer, untuk

menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tersebut tidak dapat

mengimbangi resistensi insulin ini seutuhnya, yang dapat diartikan terjadi nya

defensiensi insulin, adanya ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya

sekresi insulin terhadap rangsangan glukosa maupun glukosa bersama

perangsang sekresi insulin yang lain, jadi sel beta pancreas tersebut mengalami

desentisisasi terhadap glukosa.

C. Patofisiologi

Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan

insulin itu sendiri, antara lain: resisten insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin terikat pada reseptor khususdi permukaan sel. Akibat dari

terikatny ainsulin tersebut maka, akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam

2
metabolism glukosa dalam sel tersebut. Resisstensi glukosa pada diabetes

mellitus tipe II ini dapat disertai adanya penurunan reaksi intra sel atau dalam

sel. Dengan hal – hal tersebut insulin menjadi tidak efektif untuk pengambilan

glukosa oleh jaringan tersebut. Dalam mengatasai resistensi insulin atau untuk

pencegahan terbentuknya glukosa dalam darah, maka harus terdapat peningkatan

jumlah insulin dalam sel untuk disekresikan . Pada pasien atau penderita yang

toleransi glukosa yang terganggu, keadaan ini diakibatkan karena sekresi insulin

yang berlebihan tersebut, serta kadar glukosa dalam darah akan dipertahankan

dalam angka normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi hal-hal berikut jika sel-

sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan terhadap insulin maka,

kadar glukosa dalam darah akan otomatis meningkat dan terjadilah Diabetes

Melitus Tipe II ini. 11 Walaupun sudah terjadi adanya gangguan sekresi insulin

yang merupakan cirri khas dari diabetes mellitus tipe II ini, namun masih

terdapat insulin dalam sel yang adekuat untuk mencegah terjadinya pemecahan

lemak dan produksi pada badan keton yang menyertainya. Dan kejadian tersebut

disebut ketoadosis diabetikum, akan tetapi hal initidak terjadi pada penderita

diabetes melitus tipe II.

D. Manifestasi Klinis

Tanda dan Gejala yang terjadi pada penderita DM adalah sebagai berikut (Noor,

Zubair, & Ahmad, 2015) :

1. Polidipsia (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan

kehilangan cairan banyak karena poliuria, sehingga untuk mengeimbangi

penderita lebih banyak minum

3
2. Poliuri (banyak kencing) Hal tersebut disebabkan karena kadar glukosa darah

meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga

terjadi osmotik diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit

sehingga klien banyak kencing

3. Polipagi (banyak makan), disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel

mengalami starvasi. Sehingga untuk memenuhinya penderita DM akan terus

makan. Tetapi walaupun pasien banyak makan, tetap saja makanan tersebut

hanya kan berada sampai pada pembuluh darah

4. Berat badan menurun, lemas, mudah lelah, tenaga kurang. Hal tersebut

disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka

tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak

dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar.

D. Etiologi

Dalam (PERKENI, 2015) mengemukakan penyebab dari DM, adalah sebagai

berikut :

1. Diabetes melitus (DM) Tipe 1

DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di pankreas.

kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara

absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.

2. Diabetes melitus (DM) Tipe 2

Penyebab DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi insulin.

Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal

sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi

4
insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita DM tipe 2 dan sangat

mungkin untuk menjadi defisiensi insulin absolut.

3. Diabetes melitus (DM ) tipe lain

Penyebab DM tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan

oleh defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin

pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi

dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM

E. Komplikasi

Adapun Komplikasi dari DM adalah sebagai berikut :

1. Luka Kaki Diabetik (LKD)

LKD merupakan salah satu dari sekian banyak komplikasi yang

ditimbulkan dari DM yang mengurangi kualitas hidup penderitanya (Salome et

al., 2017). LKD adalah keadaan ditemukannya infeksi, tukak atau destruksi ke

jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada pasien DM akibat abnormalitas

saraf dan gangguan pembuluh darah arteri pada kaki (Rosa, Afriant, & Edward,

2015). Pada LKD selain karena faktor diatas juga disebabkan dari berbagai

faktor resiko seperti neuropati, deformitas atau kelainan bentuk kaki dan trauma

akibat adanya tumbukan atau tertusuk (Noor et al., 2015).

2. Nefropati Diabetik adalah komplikasi yang terjadi pada 40% dari seluruh pasien

DM tipe 1 dan DM tipe 2 dan merupakan penyebab utama penyakit ginjal pada

pasien yang mendapat terapi ginjal yang ditandai dengan adanya

mikroalbuminuria (30mg/hari) tanpa adanya gangguan ginjal, disertai dengan

peningkatan tekanan darah sehingga mengakibatkan menurunnya filtrasi

5
glomerulus dan akhirnya menyebabkan ginjal tahap akhir (Schonder, K. S. ,

2008)

3. Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai normal (< 50

mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat

dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan

sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan

dapat mengalami kerusakan (Fatimah, 2015)

4. Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara

tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya,

antara lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan

kemolakto asidosis (PERKENI, 2011)

6
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

Menurut NANDA (2015), fase pengkajian merupakan sebuah komponen utama

untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data, mengorganisasikan

data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data antara lain meliputi :

1. Biodata

1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, agama, suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal

pengkajian, diagnose medis)

2) Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat, hubungan

dengan pasien)

2. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama , biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat

dilakukan pengkajian.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Data diambil dari saat pengkajian berisi tentang perjalanan penyakit

pasien dari sebelum dibawa ke IGD sampai dengan mendapatkan

perawatan di bangsal.

7
3) Riwayat kesehatan dahulu

Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh pasien

tersebut, seperti pernah menjalani operasi berapa kali, dan dirawat di RS

berapa kali.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit keluarga , adakah anggota keluarga dari pasien yang

menderita penyakit Diabetes Mellitus karena DM ini termasuk penyakit

yang menurun.

3. Pola Fungsional

1) Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi sebelumnya,persepsi

pasien dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota

keluarganya.

2) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari, jumlah

makanan dan minuman yang dikonsumsi, jeni makanan dan minuman,

waktu berapa kali sehari, nafsu makan menurun / tidak, jenis makanan

yang disukai, penurunan berat badan.

3) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama sakit ,

mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa kali sehari, konstipasi,

beser.

4) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat

dingin, kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas setelah aktifitas,

kemampuan pasien dalam aktivitas secara mandiri.

5) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang, gangguan

8
6) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan

mengetahui tentang penyakitnya

7) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri atau

perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.

8) Pola reproduksi dan seksual

9) Pola mekanisme dan koping : Emosi, ketakutan terhadap penyakitnya,

kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.

10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi ,

komunikasi, car berkomunikasi

11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan beribadah

selama sakit, ketaatan dalam berdo’a dan beribadah.

4. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Tanda-tanda vital pasien (Peningkatan suhu, Takikardi,Tekanan

Darah dan Nadi)

2) Sistem pernapasan

Ada gangguan dalam pola napas pasien seperti kesulitan bernapas

atau sesak

3) Sistem kardiovaskuler

Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi

dan auskultasi pada permukaan

4) Sistem Pencernaan

9
Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual akibat

sisa bius, setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang nafsu

makan, bising usus, berat badan.

5) Sistem Muskuloskeletal

Contohnya Adanya penurunan aktivitas pada bagian kaki yang

terkena ulkus

6) Sistem Integumen

Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan

output yang tidak seimbang. Pada luka post debridement kulit dikelupas

untuk membuka jaringan mati yang tersembunyi di bawah kulit tersebut.

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut (NANDA, 2015) Diagnosa Keperawatan yang muncul antara lain :

1) Nyeri akut berhubungan agnes cedera biologis

2) Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri

3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi

4) Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan Tubuh

C. Rencana/Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No. Outcome (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Nyeri akut Dalam waktu 3 x 24 jam pasien  Pemberian analgesik
berhubungan dengan mampu melakukan: a. Tentukan lokasi,
cedera biologis  Kontrol nyeri: karakteristik, kualitas dan
(infeksi) a) Pasien mampu mengenali keparahan nyeri sebelum
kapan nyeri terjadi dari skala mengobati pasien
2(jarang menunjukkan) ke b. Cek perintah pengobatan
skala 4 (sering menunjukkan) meliputi obat, dosis, dan
b) Pasien mampu mengenali apa frekuensi obat analgesik
10
yang terkait dengan gejala yang diresepkan
nyeri dari skala 2 (jarang c. Tentukan analgesic
menunjukkan) ke skala 4 sebelumnya rute
(sering menunjukkan) pemberian, dan dosis untuk
c) Pasien dianjurkan mencapai hasil
menggunakan tindakan pengurangan nyeri yang
pengurangan (nyeri) tanpa optimal
analgesik d. Monitor TTV sebelum dan
d) Pasien mampu melaporkan sesudah memberi analgesic
nyeri yang terkontrol dari dari pada pemberian dosis
skala 2 (jarang menunjukkan) pertama kali atau jika
ke skala 4 (sering ditemukan tanda-tanda
menunjukkan) yang tdk biasanya
 Status kenyamanan: fisik  Manajemen nyeri
a. Kontrol terhadap gejala dari a. Lakukan pengkajian nyeri
skala 1 (sangat terganggu) komperhensif yang
menjadi skala 4 (sedikit meliputi lokasi,
terganggu) karakteristik, onset atau
b. Berikan posisis yang nyaman durasi, frekuensi, kualitas,
skala 1 (sangat terganggu) intensitas atau beratnya
menjadi skala 4 (sedikit nyeri dan faktor pencetus
terganggu) b. Pastikan perawatan
analgesic bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
c. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri thdp
kualitas hidup pasien (tidur,
nafsu makan, pengertian,
perasaan, hubungan,
performa kerja, dan
tanggung jawab peran)
d. Galih bersama pasien
faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
e. Dorong pasien untuk
memonitoring nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat

11
2. Hambatan mobilitas Dalam 3 x 24 jam pasien mampu  Peningkatan mekanika
fisik berhubungan melakukan: tubuh
dengan intoleransi  Pergerakan a. Kaji komitmen pasien
aktifitas a. Pasien dapat menunjukkan untuk belajar dan
pergerakan cara berjalan dari menggunakan postur tubuh
skala 3 (cukup terganggu) ke yang benar
skala 5 (tidak terganggu) b. Informasikan kpd pasien
 Pergerakan sendi: punggung ttg struktur dan fungsi
a. Pasien mampu melakukan tulang belakang dan postur
fleksi, ekstensi dan rotasi . yang optimal untuk
bergerak dan menggunakan
tubuh
c. Bantu pasien melakukan
latihan fleksi untuk
memfasilitasi mobilisasi
punggung, sesuai indikasi
d. Edukasi pasien/keluarga ttg
frekuensi dan juga
pengulangan dari setiap
latihan
e. Monitor perbaikan postur
tubuh/mekanika tubuh
pasien

 Terapi latihan: mobilitas


(pergerakan) sendi
a. Tentukan batasan
pergerakan sendi dan
efeknya thp fungsi sendi
b. Monitor lokasi dan
kecenderungan adanya
nyeri dan ketidaknyamanan
selama pergerakan/aktifitas
c. Kolaborasikan dengan ahli
terapi fisik dalam
mengembangkan dan
menerapkan sebuah
program latihan
d. Lakukan latihan ROM
pasif sesuai dengan
12
indikasi
e. Dukung latihan ROM aktif
sesuai jadwal yang teratur
dan terencana
3 Kerusakan integritas Integritas Jaringan: Kulit & Perlindungan infeksi
kulit berhubungan Membran Mukosa - Tingkatkan asupan nutrisi
dengan gangguan - Suhu kulit sangat terganggu yg cukup.
sensasi dalam waktu 1x 24 jam - Anjurkan istirahat.
menjadi tidak terganggu - Anjurkan pasien dan
- Lesi pada kulit sangat keluarga pasien mengenali
terganggumenjadi tidak perbedaan antara Infeksi
terganggu virus dan bakteri.
- Nekrosis sangat terganggu - Ajarkan pasien dengan
menjadi tidak terganggu keluarga mengenai tanda
- Sensasi dan elastisitas sangat dan gejala dan cara
terganggu menjadi tidak menghindari infeksi.
terganggu Manajemen cairan
- Monitor TTV
- Monitor makananyg di
komsumsi dan dihitung
asupan kalori harian.
- Monitor status gizi
- Dukung pasien dan keluarga
untuk membantu dalam
pemberian makan dengan
baik.
- Konsultasikan dengan
dokter jika tanda-tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan menetap atau
memburuk.

13
4 Ketidakseimbangan Status nutrisi : Asupan Nutrisi Manajemen Nutrisi
nutrisi : Kurang dari - Asupan nutrisi tidak adekuat - Monitor kalori dan asupan
kebutuhan tubuh menjadi sepenuhnya adekuat makanan
- Asupan kalori tidak adekuat - Anjurkan pasien untuk
menjadi sepenuhnya adekuat memantau kalori dan intake
- Asupan protein tidak adekuat makanan
menjadi sepenuhnya adekuat - Identifikasi adanya alergi
- Asupan lemak tidak adekuat atau intoleransi makanan
menjadi sepenuhnya adekuat yang dimiliki pasien
- Tentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan
gizi
- Anjurkan pasien terkait
dengan kebutuhan makanan
tertentu berdasarkan
perkembangan atau usia

Sumber: (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013; Herdman, T.H., 2018; Moorhead, Johnson, Maas, &
Swanson, 2013)

14
D. Web Of Caution (WOC)

Kerusakan sel α dan β pankreas

Kegagalan Produksi glukagon


Produksi insulin berlebih
Risiko
kekurangan Meningkatkan Produksi
volume cairan Gula darah gula dari
lemak dan
protein
Osmolaritas
meningkat
Membuang
Massa tubuh Fatique
Poliuri Polidipsi Poliphagi

Poliuri Poliuri Berat badan


turun ↓
BB turun Peningkatan gula darah
kronik

Ketidakseimbangan Nutrisi :
Kurang dari kebutuhan Tubuh
Small vessel disease Arterosklerosis
Diabetik Gangguan
fungsi imun
Hipertensi,
neuropati Peningkatan kadar
- Berkurang
sensasi. LDL Infeksi, Gangguan
- neuropati penyembuhan luka
Suplai darah ↓

nekrosis
Gangguan perfusi Kerusakan
jaringan integritas kulit
Pembedahan: amputasi

15
Nyeri Akut Hambatan Mobilitas
Fisik
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013).


Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia (6 ed.).
Indonesia: Elsevier.
Cho, N. H., Shaw, J. E., Karuranga, S., Huang, Y., da Rocha Fernandes, J. D.,
Ohlrogge, A. W., & Malanda, B. (2018). IDF Diabetes Atlas: Global
estimates of diabetes prevalence for 2017 and projections for 2045. Diabetes
Research and Clinical Practice, 138, 271–281.
https://doi.org/10.1016/j.diabres.2018.02.023
Fatimah, R. N. (2015). Diabetes Mellitus Tipe 2. J Majority, 4(5).
https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74
Gosal, F., Paringkoan, B., & Wenas, N. T. (2012). Patofisiologi dan Penanganan
Gastropati Obat Antiinflamasi Nonsteroid. J Indon Med Assoc, 62(11), 444–
449.
Herdman, T.H., S. K. (2018). Nanda-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. (W. P. Ester, M., Ed.) (Edisi 11). Jakarta.
Mansjoer, A. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia (5 ed.). Indonesia:
Elsevier.
Noor, S., Zubair, M., & Ahmad, J. (2015). Diabetic foot ulcer - A review on
pathophysiology, classification and microbial etiology. Diabetes and
Metabolic Syndrome: Clinical Research and Reviews, 9(3), 192–199.
https://doi.org/10.1016/j.dsx.2015.04.007
Ogurtsova, K., da Rocha Fernandes, J. D., Huang, Y., Linnenkamp, U.,
Guariguata, L., Cho, N. H., … Makaroff, L. E. (2017). IDF Diabetes Atlas:
Global estimates for the prevalence of diabetes for 2015 and 2040. Diabetes
Research and Clinical Practice, 128, 40–50.
https://doi.org/10.1016/j.diabres.2017.03.024
PERKENI. (2015). Konsensus Pengendalian dan pencegahan diabetes melitus
tipe 2 di indonesia 2015.
PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
Rosa, R. L., Afriant, R., & Edward, Z. (2015). Faktor Risiko Terjadinya Ulkus
Diabetikum pada Pasien Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan dan Inap di
RSUP Dr . M . Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan

16
Andalas, 4(1), 243–248. https://doi.org/10.1080/09654310124479
Salome, G. M., De Almeida, S. A., Mendes, B., De Carvalho, M. R. F., Bueno, J.
C., Massahud, M. R., & Ferreira, L. M. (2017). Association of
Sociodemographic Factors with Spirituality and Hope in Patients with
Diabetic Foot Ulcers. Advances in Skin and Wound Care, 30(1), 35–39.
https://doi.org/10.1097/01.ASW.0000508446.58173.29
Schonder, K. S. . (2008). Chronic and end-stage renal disease. Pharmacotherapy
principles & Practice. The McGraw-Hill Companies.
Soewondo, P., Ferrario, A., & Tahapary, D. L. (2013). Challenges in diabetes
management in Indonesia: A literature review. Globalization and Health,
9(1), 1–17. https://doi.org/10.1186/1744-8603-9-63
World Health Organization (WHO). (2016). Diabetes Fakta dan Angka.
Epidemiological situation.
Yuliasari, H., Wahyuningsih, H., & Sulityarini, R. I. (2018). Efektifitas Pelatihan
Koping Religius untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Journal of Psychological Science and
Profession, 2(1), 73–82. https://doi.org/10.24198/jpsp.v2i1.15024

17

Anda mungkin juga menyukai