Ketegasan Hukum Perikanan Di Indonesia
Ketegasan Hukum Perikanan Di Indonesia
NIM : 26020119130109
Kelas : Akuakultur A 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 menjadi UU No.17 Tahun 1985.
Adanya ketentuan dalam UU tersebut menyatakan bahwa negara berhak dan berkewajiban
mengelola seluruh sumber daya alam terutama perikanan pada laut teritorial sampai zona
ekonomi eksklusifnya (ZEE). Permasalahan muncul ketika terjadi pencurian ikan oleh nelayan
asing di ZEE maupun laut teritorial Indonesia. Penegakan hukum perikanan sangat diperlukan
untuk mengatasi permasalahan yang muncul. UU perikanan akan menjadi aturan dan
penegasan tindakan hukum bagi pelaku kejahatan di laut Indonesia. Pemerintah Indonesia
mengeluarkan UU Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan. Berdasarkan UU tersebut, Pasal
71 menjelaskan bahwa pengadilan perikanan berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus
tindak pidana di bidang perikanan.
1.2. Tujuan
Paparan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai:
Undang-undang penegak hukum perikanan di Indonesia
Faktor pelanggaran hukum perikanan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Diperbaruilah undang-undang menjadi UU No. 45 Tahun 2009. Berdasarkan pasal 7 ayat (2)
Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan, menyebutkan bahwa diantaranya
adalah bagi setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib
mematuhi ketentuan mengenai jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan; jenis, jumlah,
ukuran, dan penempatan alat bantu penangkapan ikan; daerah, jalur, dan waktu atau musim
penangkapan ikan; persyaratan atau standar prosedur operasional penangkapan ikan; sistem
pemantauan kapal perikanan; jenis ikan baru yang akan dibudidayakan; jenis ikan dan wilayah
penebaran kembali serta penangkapan ikan berbasis budi daya; pembudidayaan ikan dan
perlindungannya; pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber daya ikan serta
lingkungannya; ukuran atau berat minimum 6 jenis ikan yang boleh ditangkap; kawasan
konservasi perairan; wabah dan wilayah wabah penyakit ikan; jenis ikan yang dilarang untuk
diperdagangkan, dimasukkan, dan dikeluarkan ke dan dari wilayah Negara Republik Indonesia;
dan jenis ikan yang dilindungi. Hukum yang terkandung tentu saja menjadi sebuah kemajuan
dalam hukum perikanan Indonesia yang lebih detail dalam mengusut berbagai segi aturan dan
masalah. Tetapi lagi-lagi nyatanya, setelah hampir 8 tahun diberlakukan ternyata UU tersebut
belum cukup efektif dalam memerika, mengadili, dan memutus tindak pidana di bidang
perikanan disebabkan adanya kelemahan pada salah satu pasal dalam UU tersebut yaitu Pasal
76 ayat 5 UU No. 45 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa “Dalam hal penuntut umum
menyatakan hasil penyidikan tersebut lengkap dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari
terhitung sejak tanggal penerimaan berkas dari penyidik dinyatakan lengkap, penuntut umum
harus melimpahkan perkara tersebut kepada pengadilan perikanan”. Isi dari ayat tersebut
mengundang protes karena dianggap kurang efisien dan efektif dalam menanggulangi masalah
yang terjadi.
3. Tidak tersedianya tempat khusus untuk menampung anak-anak buah kapal non-
Yustisia sambil menunggu deportasi, sehingga mereka ditempatkan di lokasi terbuka
dan kondisi ini dapat menyebabkan penerbangan mereka karena kesulitan
pengawasan.
4. Lamanya masa penahanan anak-anak di kapal-kapal asing menimbulkan masalah
sosial di antara penduduk dan petugas setempat, seperti kekhawatiran tentang wabah
penyakit berbahaya yang dapat mereka tular.
5. Daerah tidak memiliki cukup dana untuk biaya penjatahan selama penahanan dan tidak
memiliki biaya untuk mendeportasi orang asing ke negara asal mereka.
6. Implementasi Deportasi Kapal Buah warga negara asing sampai saat ini belum
sepenuhnya dilaksanakan oleh Kantor Imigrasi sebagai lembaga yang berwenang,
sehingga menjadi tanggung jawab lembaga yang menangani kasus ini.
Adanya faktor pelanggaran hukum perikanan, maka perlu ada upaya untuk meminimalisir
pelanggaran tersebut, diantaranya:
2. Mengambil tindakan hukum untuk penangkapan ikan ilegal oleh kapal-kapal asing di
ZEE berdasarkan UU No. 45 tahun 2009 Penegakan Hukum Perikanan di Wilayah
Laut Indonesia.
(Dikutip dari artikel Penegakan Hukum Perikanan di Wilayah Laut Indonesia, Hayyun Sasvia)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia#Sumber_daya_alam
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/lslr/article/view/35404/14703
https://media.neliti.com/media/publications/235517-politik-hukum-pengadilan-
perikanan-di-in-3e0ae144.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/9083-ID-penegakan-hukum-pidana-
perikanan-di-indonesia-studi-kasus-pengadilan-negeri-meda.pdf
http://repo.unand.ac.id/2772/3/bab%25201.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63969/Chapter%20I.pdf;jsessi
onid=F11B783E8C4F0A29056CA0D15EE8C20A?sequence=4
PERTANYAAN DAN JAWABAN
A: Karena kekayaan Indonesia melimpah byk di perairannya, maka perlu adanya aturan
untuk mengatur ketersediaan sumber daya ikan, kelestarian lingkungan sumber daya
ikan, maupun perkembangan metode pengelolaan perikanan yang semakin efektif,
efisien, dan moderen serta penerapan sanksi bagi pelanggar hukum perikanan Indonesia.
2. Q: Apa yang membuat UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan perlu melakukan
perubahan?
Daerah tidak memiliki cukup dana untuk biaya penjatahan selama penahanan
dan tidak memiliki biaya untuk mendeportasi orang asing ke negara asal
mereka.
Dll.